OLEH :
ACHMAD LUTFI
FAKULTAS TARBIYAH
PASURUAN
1
CARA – CARA WAHYU DITURUNKAN
I. WAHYU
1. Ilham sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu kepada ibu Nabi Musa dalam QS. Al-Qoshosh
[28]: 7.
2. Ilham yang berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah dalam QS. An-Nahl [16]: 68.
(68). Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon
kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",
3. Isyarat yang cepat melalui rumusan dan kode, seperti Zakaria dalam QS. Maryam [19]: 11.
(11). Maka ia keluar dari mihrab menuju kaumnya, lalu ia memberi isyarat kepada mereka; hendaklah kamu
bertasbih di waktu pagi dan petang.
4. Bisikan dan tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk kelihatan indah dalam diri manusia.
Lihat QS. Al-An’am [6]: 112,121.
[499] Maksudnya syaitan-syaitan jenis jin dan manusia berupaya menipu manusia agar tidak beriman
kepada Nabi.
2
(121). Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika
menyembelihnya[501]. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan. Sesungguhnya
syaitan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka membantah kamu; dan jika kamu menuruti
mereka, Sesungguhnya kamu tentulah menjadi orang-orang yang musyrik.
5. Apa yang disampaikan Allah kepada para malaikatnya berupa suatu perintah untuk dikerjakan.
Lihat QS. Al-Anfal [8]: 12.
[599] Maksudnya: ujung jari disini ialah anggota tangan dan kaki.
Adapun wahyu Allah kepada para nabi-Nya secara syara’ didefinisikan sebagai “kalam Allah yang
diturunkan kepada seorang nabi”
Di dalam Al-Qur`an terdapat nas mengenai kalam Allah kepada para malaikat-Nya. QS. Al Baqoroh
(2):30.
(30). Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu
orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang
tidak kamu ketahui."
Juga terdapat nas tentang wahyu Allah kepada mereka QS. Al Anfal (8):12.
(12). (ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku bersama kamu, Maka
teguhkan (pendirian) orang-orang yang telah beriman". kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati
orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka[599].
3
[599] Maksudnya: ujung jari disini ialah anggota tangan dan kaki.
Juga nas tentang para malaikat yang mengurus urusan dunia menurut perintah-Nya
QS. Adz Dzariyaat (51):4
[1414] Maksudnya ialah membagi-bagikan urusan makhluk yang diperintahkan kepadanya seperti perjalanan
bintang-bintang, menurunkan hujan, rezki dan sebagainya.
[1550] Dalam ayat 1 s/d 5 Allah bersumpah dengan malaikat-malaikat yang bermacam-macam sifat dan
urusannya, bahwa manusia akan dibangkitkan pada hari kiamat. sebahagian ahli tafsir berpendapat, bahwa
dalam ayat-ayat itu Allah bersumpah dengan bintang-bintang.
Nas-nas itu dengan tegas menunjukkan bahwa Allah berbicara kepada para malaikat tanpa
perantaraan dan dengan pembicaraan yang dipahami oleh para malaikat itu.
Kemudian juga terdapat nas bahwa Al-Qur`an telah dituliskan di Lauhil Mahfuzh. [Lihat QS. Al Buruuj
(85): 21-22].
Demikian pula bahwa Al-Qur`an diturunkan sekaligus ke baitul ‘izzah yang berada di langit dunia
pada Lailatul Qadr. QS. Al Qadr (97):1;
[1593] Malam kemuliaan dikenal dalam bahasa Indonesia dengan malam Lailatul Qadr Yaitu suatu malam yang
penuh kemuliaan, kebesaran, karena pada malam itu permulaan turunnya Al Quran.
[1369] Malam yang diberkahi ialah malam Al Quran pertama kali diturunkan. di Indonesia umumnya dianggap
jatuh pada tanggal 17 Ramadhan.
4
(185). (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan
pembeda (antara yang hak dan yang bathil). karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat
tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada
hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan
hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang
diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Dari Ibnu Abbas dalam suatu hadits mauquf, “Al-Qur`an itu diturunkan secara keseluruhan ke langit
dunia pada Lailatul Qadr. Kemudian diturunkan secara bertahap selama 20 tahun.” [HR. Hakim,
Baihaqi, Nasai] [Lihat QS. Al Furqaan (25):33
[1067] Maksudnya: Setiap kali mereka datang kepada Nabi Muhammad s.a.w membawa suatu hal yang aneh
berupa usul dan kecaman, Allah menolaknya dengan suatu yang benar dan nyata.
”Telah dipisahkan Al-Qur`an dari Adz-Dzikr, lalu diletakkan di Baitul ‘izzah di langit dunia; kemudian
Jibril menurunkannya kepada Nabi saaw.” [HR. Hakim]
Tetapi berdasarkan hadits dari Nawas bin Sam’an, Jibril menerima Al-Qur`an secara pendengaran
dari Allah dengan lafalnya yang khusus.
”Apabila Allah hendak memberikan wahyu mengenai suatu urusan, Dia berbicara melalui wahyu;
maka langit pun bergetarlah dengan dahsyat karena takut kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Ketika
penghuni langit mendengar hal itu, maka pingsan dan jatuh bersujudlah mereka itu kepada Allah.
Yang pertama kali mengangkat muka di antara mereka itu adalah Jibril, maka Allah membicarakan
wahyu itu kepada Jibril menurut apa yang Dia kehendaki. Kemudian Jibril berjalan melintasi para
5
malaikat. Setiap kali dia melalui satu langit, maka bertanyalah para malaikat langit kepadanya:
Apakah yang telah dikatakan Tuhan kita wahai Jibril? Jibril menjawab: Dia mengatakan yang haq dan
Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar. Para malaikat itu semuanya pun mengatakan seperti apa
yang dikatakan Jibril. Lalu Jibril menyampaikan wahyu itu seperti diperintahkan Allah ‘Azza wa Jalla.
[HR. Thabrani dari Nawas bin Sam’an]
Jadi Al-Qur`an adalah Kalam Allah dengan lafalnya, bukan kalam Jibril atau kalam Muhammad.
[675] Maksudnya: datangkanlah kitab yang baru untuk Kami baca yang tidak ada di dalamnya hal-hal
kebangkitan kubur, hidup sesudah mati dan sebagainya.
[676] Maksudnya: gantilah ayat-ayat yang menerangkan siksa dengan ayat-ayat yang menerangkan rahmat,
dan yang mencela tuhan-tuhan Kami dengan yang memujinya dan sebagainya.
6
Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui perantaraan Malaikat Jibril selama 22 tahun
2 bulan 22 hari. Dalam proses pewahyuannya, terdapat beberapa cara untuk menyampaikan wahyu
yang dibawa Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad, diantaranya:
1. Malaikat Jibril memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi. Dalam hal ini, Nabi tidak melihat sesuatu
apapun, hanya merasa bahwa wahyu itu sudah berada di dalam kalbunya. Mengenai hal ini, Nabi
mengatakan: Ruhul Qudus mewahyukan ke dalam kalbuku, QS. Asy-Syura:51
(51). Sesungguhnya Kami Amat menginginkan bahwa Tuhan Kami akan mengampuni kesalahan Kami,
karena Kami adalah orang-orang yang pertama-tama beriman".
2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi menjadi seorang lelaki yang mengucapkan kata-kata
kepadanya sehingga Nabi mengetahui dan dapat menghafal kata-kata itu.
3. Wahyu datang kepada Nabi seperti gemerincingnya lonceng. Cara ini dirasakan paling berat bagi
Nabi. Kadang pada keningnya berkeringat, meskipun turunnya wahyu di musim dingin. Kadang
unta Baginda Nabi terpaksa berhenti dan duduk karena merasa berat bila wahyu turun ketika Nabi
sedang mengendarai unta.
Diriwayatkan dari ‘Aisyah r.a. : Harits bin Hisyam bertanya kepada Rasulullah SAW, “ya
Rasulullah ! bagaimana wahyu Allah SWT. Diturunkan kepadamu? Rasulullah SAW menjawab,
“kadang-kadang ia diturunkan seperti bunyi sebuah lonceng, dari berbagai cara wahyu diturunkan
cara inilah yang paling berat dan kemudian suara (lonceng) itu menghilang setelah aku menerima
wahyu itu. Kadang-kadang malaikat menemuiku dalam wujud seorang laki-laki dan berbicara
kepadaku dan aku mengingat apa pun yang ia katakan .” ‘Aisyah r.a. menambahkan : ketika
Rasulullah SAW sedang menerima wahyu pada suatu hari yang dingin aku melihat peluh
berjatuhan dari dahinya hingga wahyu itu selesai diturunkan Allah SWT.
4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki, tetapi benar-benar
sebagaimana rupa aslinya QS. an-Najm:13-14
[1430] Sidratul Muntaha adalah tempat yang paling tinggi, di atas langit ke-7, yang telah dikunjungi Nabi
ketika mi'raj.
IV. KESIMPULAN
7
- Wahyu merupakan Firman (Kalam Allah) yang disampaikan Allah kepada para malaikatnya
kemudian diteruskan kepada para Nabi-Nya yang merupakan suatu perintah untuk dikerjakan
bersama ummatnya;
2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi menjadi seorang lelaki yang mengucapkan kata-
kata kepadanya sehingga Nabi mengetahui dan dapat menghafal kata-kata itu
4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki, tetapi benar-benar
sebagaimana rupa aslinya
V. PENUTUP
Demikian makalah ini kami buat dalam rangka melaksanakan tugas Mata Kuliah Materi PAI MTs /
MA Semester I tahun Ajaran 2009/2010, apabila ada kekeliruan itu semata-mata merupakan
kesalahan kami dan kami mohon bimbingan dari Bapak Pengajar, semoga Alllah SWT. selalu
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua, Amiin.
Penyusun,
Achmad Lutfi