Anda di halaman 1dari 43

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sakit punggung merupakan salah satu alasan paling umum orang
mengunjungi dokter mereka . Nyeri pungung bawah merupakan suatu keluhan
yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari bagi penderitanya. Salah satunya
adalah terjadinya nyeri pinggang bagian bawah adalah hernia nucleus pulsosus
(HNP), yang sebagian besar kasusnya terjadi pada segmen lumbal. Nyeri
punggung bawah merupakan salah satu penyakit yang sering di jumpai
masyarakat.
Nyeri penggung bawah dapat mengenai siapa saja, tanpa mengenal
jenis umur dan jenis kelamin. Sekitar 60-80 % dari seluruh penduduk dunia
pernah mengalami paling tidak satu episode nyeri punggung bawah selama
hidupnya. Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan salah satu penyebab
dari nyeri punggung (NPB) yang penting. Prevalensinya berkisar antara 1-2%
dari populasi. HNP lumbalis paling sering (90%) mengenai diskus
intervertebralis L5-S1 dan L4-L5. Biasanya NBP oleh karena HNP lumbalis
akan membaik dalam waktu kira-kira 6 minggu. Tindakan pembedahan jarang
diperlukan kecuali pada keadaan tertentu. Kelompok studi nyeri (pokdi nyeri)
PORDOSSI (Persatuan dokter spesialis saraf Indonesia) melakukan penelitian
pada bulan mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan, dengan hasilmenunjukan
bahwa kejadian nyeri punggung bawah meliputi 18,37 % di seluruh kasus
nyeri ditangani.
Menjebolnya (hernia)nucleus pulposus bisa ke korpus vertebra diatas
atau di bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertbralis.
Menjebolnya sebagian dari nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat
dilihat dari foto roentgen polos dan dikenal sebagai nodus Schmorl. Robekan
sirkumferensial dan radikal pada nucleus fibrosus diskus intervertebralis
berikut dengan terbentuknya nodus schomorl merupakan kelainan mendasari
low back pain sub kronik atau kronik yang kemudian disusun oleh nyeri
sepanjang tungkai yang dikenal sebagai khokalgia atau siatika. Nukleus
pulposus tidak mempunyai persarafan, sehingga tidak menimbulkan rasa
nyeri, tetapi bila ia mendorong ke belakang, ia meregangkan anulus fibrosus

dan menimbulkan rasa nyeri. Karena ikat-ikat posterior longitudinal menutupi


anulus fibrosus di bagian tengah, herniasi lebih sering mendorong ke arah
posterolateral.
Nyeri pinggang bawah hanyalah merupakan suatu symptom gejala,
maka yang terpenting adalah mengetahui factor penyebabnya agar dapat
diberikan pengobatan yang tepat. Pada dasarnya timbulnya rasa sakit tersebut
karena tekanan susunan saraf tepi daerah pinggang. Jepitan pada saraf ini
dapat terjadi karena gangguan pada otot dan jaringan sekitarnya. Maka dari
itu, dibutuhkan asuhan keperawatan HNP yang sesuai sehingga proses
penyembuhan klien dengan HNP dapat maksimal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep HNP?
2. Bagaimana asuhan keperawatan HNP?
3. Bagaimana hasil riset terkait HNP?
1.3 Metode Penulisan
Tim penulis mempergunakan metode observasi dan kepustakaan. Caracara yang digunakan pada penulisan ini adalah tim penulis membaca bukubuku yang berkaitan dengan penulisan makalah ini, yaitu HNP.
1.4 Tujuan Penulisan
1.4.1 Tujuan Umum
Menjelaskan tentang konsep asuhan keperawatan Hernia Nukleus
Pulposus (HNP).
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan konsep HNP.
2. Menjelaskan asuhan keperawatan HNP.
3. Menjelaskan hasil riset atau penelitian terkait HNP.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Pengertian
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menjebolnya nucleus
pulposus ke dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi annulus fibrosus
korpus vertebralis. HNP mempunyai banyak sinonim antara lain Herniasi

Diskus Intervertebralis, ruptured disc, slipped disc, prolapsus disc dan


sebagainya.
HNP sering menyebabkan nyeri punggung bawah (Low Back
Pain). Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk
sebuah bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini
digabungkan dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah
diskus disebut nukleus pulposus.
HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus (Brunner & Suddarth,
2002). Hernia Nukleus Pulposus bisa ke korpus vertebra diatas atau
bawahnya, bisa juga langsung ke kanalis vertebralis (Priguna Sidharta,
1990).
HNP adalah suatu keadaan di mana sebagian atau seluruh nukleus
pulposus mengalami penonjolan ke dalam kanalis spinalis. HNP paling
sering terjadi di daerah L4-L5 dan L5-S1, kemudian di leher pada C5-C6.
Paling jarang terjadi di torakal.

Gambar 1
Gambar 2

Gambar 3

2.1.2 Etiologi
a. Trauma, hiperfleksia, injuri pada vertebra.
b. Spinal stenosis.
c. Ketidakstabilan vertebra karena salah posisi, mengangkat, dll.
d. Pembentukan osteophyte.
e. Degenerasi dan degidrasi dari kandungan tulang rawan annulus dan
nukleus mengakibatkan berkurangnya elastisitas sehingga mengakibatkan
herniasi dari nukleus hingga annulus.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Nyeri punggung bawah yang intermiten (dalam beberapa minggu
sampai beberapa tahun). Nyeri menjalar sesuai dengan distribusi saraf
skiatik.
Sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai dari
pantat dan terus menjalar ke bagian belakang lutut kemudian ke tungkai
bawah.
Nyeri bertambah hebat karena pencetus seperti gerakan-gerakan
pinggang saat batuk atau mengejan, berdiri, atau duduk untuk jangka waktu
yang lama dan nyeri berkurang klien beristirahat atau berbaring.
Penderita sering mengeluh kesemutan (parostesia) atau baal
bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang
terlibat. Nyeri bertmabah bila daerah L5-S1 (garis antara dua krista iliaka)
ditekan.

2.1.4 Faktor Resiko


Fakto resiko timbulnya HNP :
1) Faktor resiko yang tidak dapat diubah :
a. Umur
Nyeri punggung merupakan keluhan yang berkaitan erat
dengan umur. Secara teori, nyeri punggung bawah dapat dialami oleh
siapa saja, pada umur berapa saja. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan
pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi
dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri punggung ini
semakin lama semakin meningkat hingga umur sekitar 55 tahun.
b. Jenis kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki resiko yang sama terhadap
keluhan nyeri punggung sampai umur 60 tahun, namun pada
kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya
keluhan nyeri punggung, karena pada wanita keluhan ini lebih sering
terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu
proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang
berkurang

akibat

penurunan

hormon

estrogen

sehingga

memungkinkan terjadinya nyeri punggung.


c. Riwayat cedera punggung atau HNP sebelumnya.
2) Faktor resiko yang dapat diubah :
a. Pekerjaan dan aktivitas
Pekerjaan : Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas
mengangkat beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat
diperlukan dalam penelusuran penyebab serta penanggulangan
keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang
biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari, lebih dari 25 kg
sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri punggung.
Aktivitas : Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri
punggung yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama

sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti


duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat
menimbulkan nyeri punggung, misalnya, pada pekerja kantoran yang
terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada
kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan
punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu
berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang
salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang
diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian
tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri
langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang
salah, seharusnya beban tersebut diangkat setelah jongkok terlebih
dahulu. Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi
kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan
posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas
dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik
turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan
lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko
timbulnya nyeri punggung.
b. Berat badan berlebihan
Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih
resiko timbulnya nyeri punggung lebih besar, karena beban pada sendi
penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan
terjadinya nyeri punggung.
c. Batuk lama dan berulang
2.1.5 Posisi Untuk Pasien HNP
Posisi yang dianjurkan untuk pasien yang mengalami HNP adalah
tirah baring. Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan
tekanan intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring
terlalu lama akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara
bertahap untuk kembali ke aktivitas biasa.

Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan


punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi
ringan dari vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan
memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
2.1.6 Patofisiologi
Pada tahap pertama sobeknya anulus fibrosus itu bersifat
sirkumferensial. Karena adanya gaya traumatik yang berulang, sobekan itu
menjadi lebih besar dan timbul sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi,
maka risiko HNP hanya menunggu waktu dan trauma berikutnya saja. Gaya
presipitasi itu dapat diasumsiakan seperti gaya traumatik ketika hendak
menegakkan badan waktu terpeleset, mengangkat benda berat, dan
sebagainya.
Menjebolnya (hernia) nukleus pulposus dapat mencapai ke korpus
tulang belakang di atas atau bawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke
kanalis vertrebralis. Menjebolnya sebagian nukleus pulposus ke dalam
korpus vertebra dapat dilihat pada rontgen polos dan dikenal sebagai nodus
Schmorl. Sobekan sirkumferensial dan radial pada anulus fibrosus diskus
intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus Schmorl merupakan
kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis atau kronis
yang kemudian disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai
iskhialga atau siatika. Menjebolnya nukleus pulposus ke kanalis vertebralis
berarti bahwa nukleus pulposus menekan radiks yang bersama-sama dengan
arteria radikularis yang berada dalam lapisan dura. Hal itu terjadi jika
penjebolan berada di sisi lateral. Tidak akan ada radiks yang terkena jika
tempat herniasinya berada di tengah. Pada tingkat L2 dan terus ke bawah
terdapat medulla spinalis lagi, maka herniasi yang berada di tengah tidak
akan menimbulkan kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi HNP,
sisa diskus intervertebralis mengalami lisis, sehingga dua korputa vertebra
bertumpang tindih tanpa ganjalan. Trauma dan stres fisik
Ruptur diskus

2.1.7 WOC
Aliran darah ke diskus berkurang, respon beban yang berat,
ligamentum longitudinalis menyempit

Pemisahan lemeng tulang rawan dari korpus vertebra yang berdekatan

Nukleus Pulposus keluar dari serabut-serabut anulus yang robek

Jepitan saraf spinal

Kerusakan jalur simpatetik


desending
Kehilangan
kontrol tonus
vasomotor
persarafan
simpatis ke
jantung

Terputus
jaringan
saraf di
medulla
spinalis

Refleks
spinal

Paralisis
dan
paralegia

Mengaktifkan
sistem saraf

Kerusakan
mobilitas
fisik

simpatis

Konstriksi
pembuluh
darah

Kelemahan
fisik umum

Risiko infark
pada miokard

Penekanan
jaringan
setempat

Reaksi peradangan

Syok spinal

Edema

Reaksi
anestetik

Respons nyeri
hebat dan akut

Penekanan
saraf dan
pembuluh
darah di
daerah
punggung

Illeus
paralitik,
gangguan
fungsi rektum
dan kandung
kemih

Nyeri

Penurunan
perfusi
jaringan

Gangguan
eliminasi
urine dan
alvi

Intake nutrisi
tidak
adekuat
Perubahan
Pemenuhan
nutrisi

Kemampuan
batuk menurun,
kurang
mobilitas fisik

Disfungsi
persepsi
spasial dan
kehilangan
sensorik

Perubahan
Persepsi
sensorik

Penurunan
tingkat
kesadaran

Risiko
trauma

Ketidakefektifan
koping individu

Perubahan proses
peran keluarga
Kecemasan klien
dan keluarga
Risiko penurunan
pelaksanaan ibadah
spirtual

Risiko
Risiko
ketidakbersihan
kerusakan
jalan napas
integritas
2.1.8 Pencegahan
kulit

Tentunya menghindari gaya hidup dan faktor-faktor penyebab HNP


yang telah disebutkan sebelumnya. Selain itu, kita pun harus mengontrol
berat badan sehingga tekanan pada tulang belakang tidak berat dan sikap
tubuh yang benar. Kadang penggunaan korset untuk dapat menopang tulang
belakang dan mencegah kerusakan saraf pada orang yang sering mengangkat
beban yang berat. Bekerja atau melakukan aktifitas dengan aman,
menggunakan teknik yang aman. Mencegah trauma punggung atau pinggang
pada beberapa orang.
2.1.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada klien dengan Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah:
1. Pemberian obat-obatan seperti analgetik, sedatif (untuk mengontrol
kecemasan yang sering ditimbulkan oleh penyakit diskus vertebra servikal),
relaksan otot, anti inlamasi atau kortikosteroid untuk mengatasi proses
inflamasi yang biasanya terjadi pada jaringan penyokong dan radiks saraf
yang terkena, antibiotik diberikan pasca operasi untuk mengurangi resiko
infeksi pada insisi pembedahan.
2. Prosedur pembedahan.
a. Laminektomi, adalah eksisi pembedahan untuk mengangkat lamina dan
memungkinkan ahli bedah spinalis, mengidentifikasi dan mengangkat
patologi dan menghilangkan kompresi medulla dan radiks, laminektomi juga
berarti

eksisi

vertebra

posterior

dan

umumnya

dilakukan

untuk

menghilangkan tekanan atau nyeri akibat HNP.


b. Disektomi, adalah mengangkat fragmen herniasi atau keluar dari diskus
intervertebral.
c. Laminotomi, adalah pembagian lamina vertebra.
d. Disektomi dengan peleburan- graft tulang (dari krista iliaka atau bank
tulang) yang digunakan untuk menyatukan dengan prosesus spinosus
vertebra ; tujuan peleburan spinal adalah untuk menjembatani diskus
defektif untuk menstabilkan tulang belakang dan mengurangi angka
kekambuhan.
e. Traksi lumbal yang bersifat intermitten.

f. Interbody Fusion (IF) merupakan penanaman rangka Titanium yang


berguna untuk mempertahankan dan mengembalikan tulang ke posisi
semula.
3. Fisioterapi
a. Immobilisasi : Immobilisasi dengan menggunakan traksi dan brace. Hal
ini dilakukan agar tidak terjadi pergerakan vertebra yang akan memperparah
HNP.
b. Traksi : Traksi servikal yang disertai dengan penyanggah kepala yang
dikaitkan pada katrol dan beban. Hal ini dilakukan untuk menjaga kestabilan
vertebra servikalis.
c. Meredakan Nyeri : Kompres hangat dapat dilakukan untuk mengurangi
nyeri. Kompres hangat menimbulkan vasodilatasi sehingga tidak terjadi
kekakuan pada daerah vertebra.
2.1.9 Komplikasi
1. Kelumpuhan pada ekstremitas bawah
2. Cedera medula spinalis
3. Radiklitis (iritasi akar saraf)
4. Parestese
5. Disfungsi seksual
6. Hilangnya fungsi pengosongan VU dan sisa pencernaan.
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
Pengumpulan data subjetif dan objektif pada klien dengan
gangguan sistem persarafan seubungan dengan HNP bergantung pada
bentuk, lokasi, jeins injuri dan adanya komplikasi pada organ vital lainnya.

pengakjian keperawatan HNP meliputi anamnesis riwayat penyakit,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan diagnostik.
1. Anamnesis
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis klemin, pendidikan,
alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggak dan jam masuk rumah sakit,
nomor register, diagnosis medis. HNP terjadi pada umur pertengahan,
kebanyakan pada jenis kelamin pris dan pekerjaan atau aktivitas berat
(mengangkat benda berat atau mendorong benda berat).
a. Keuluhan Utama : Keluhan utama yang sering menjadi alas an klien untuk
meminta pertolongan kesehatan adalah nyeri pada punggung bawah.
P : Adanya riwayat trauma (mengangakat atau mendorong benda berat).
Q : Sifat nyeri seperti ditusuk-tusuk atau seperti disayat, mendenyut, seperti
kena api, nyeri tumpul yang terus-menerus. Kaji penyebaran nyeri, apakah
bersifat nyeri radikular arau nyeri acuan (referred pain). Nyeri bersifat
menetap, atau hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri bertambah
hebat karena adanya faktor pencetus seperti gerakan-gerakan pinggang,
batuk atau mengedan, berdiri atau duduk dalam waktu yang lama dan nyeri
berkurang bila dibuat beristirahat atau berbaring.
R : Letak atau lokasi nyeri. Minta klien menunjukkan nyeri dengan setepatsetepatnya sehingga letak nyeri dapat diketahui dengan cermat.
S : Pengaruh posisi tubuh atau anggota tubuh berkaitan dengan aktivitas
tubuh, posisi yang bagaiamana yang dapat meredakan rasa nyeri dan
memeperberat nyeri. Aktivitas yang menimbulkan rasa nyeri seperti
berjalan, menuruni tangga, menyapu dan gerakan yang mendesak. Obatobatan yang sedang diminum seperti analgesic, berapa lama klien
menggunakan obat tersebut.
T : Sifatnya akut, sub-akut, perlahan-lahan atau bertahap, bersifat tetap,
hilang timbul, semakin lama semakin nyeri. Nyeri pinggang bawah yang
intermiten (dalam beberapa minggu atau beberapa tahun).
b. Riwayat Penyakit Saat Ini : Kaji adanya riwayat trauma akibat
mengangkat atau mendorong benda yang berat. Pengkajian yang didapat

meliputi keluhan paraparesis flasid, parastesia dan retendi urine. Keluhan


nyeri pada punggung bawah, ditengah-tengah area pantat dan betis, belakang
tumit dan telapak kaki. Klien sering mengeluh kesemutan (parastesia) atau
baal bahkan kekuatan otot menurun sesuai dengan distribusi persarafan yang
terlibat. Pengkajian riwayat menstruasi, adneksitis dupleks kronis, yang bisa
menimbulkan nyeri punggung bawah yang keluhannya hamper mirip dengan
keluhan nyeri HNP sangat diperlukan untuk penegakan masalah klien lebih
komprehensif dan memberikan dampak terhadap intervensi keperawatan
selanjutnya.
c. Riwayat Penyakit Dahulu : Pengkajian yang perlu ditanyakan meliputi
apakah klien pernah menderita tuberculosis tulang, osteomielitis , keganasan
(myeloma multipeks) dan metabolic (osteoporosis) yang semua penyakit ini
sering berhubungan dengan kejadian dan meningkatkan risiko terjadinya
herniasi nukleus pulposus (HNP). Pengkajian lainnya adalah menanyakan
adanya riwayat hipertensi, riwayat cedera tulang belakang, diabetes mellitus
dan penyakit jantung. Pengkajian ini berguna sebagai data untuk melakukan
tindakan lainnya dan menghindari komplikasi.
d. Riwayat Penyakit Keluarga : Mengakaji adanya anggota generasi
terdahulu yang menderita hipertensi dan diabetes mellitus.
2. Pemeriksaan Fisik
Setelah melakukan anamnesis yang mengarah pada keluhankeluhan klien, pemeriksaan fisik sangat berguna untk mendukung data dari
pengkajian anamnesis. Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan per sistem
dan terarah (B1 sampai B6) dengan fokus pemeriksaan fisik pada
pemeriksaan B3 dan B6 dan dihubungkan dengan keluhan klien.
a. Keadaan Umum : Pada HNP, keadaan umum biasanya tidak mengalami
penurunan kesadaran. Adanya perubahan pada tanda vital meliputi
bradiakrdi, hipotensi yang berhubungan dengan penurunan aktivitas karena
adanya parapase.

B1 (Breathing) :
Jika tidak mengganggu sistem pernapasan biasanya pada pemeriksaan:
Inspeksi, ditemukan klien tidak mengalami batuk, tidak sesak napas dan
frekuensi pernapasan normal;
Palpasi, ditemukan taktil fremitus seimbang kanan dan kiri;
Perkusi, ditemukan adanya suara resonsn pada seluruh lapangan paru;
Auskultasi, ditemukan tidak terdengar buni napas tambahan.
B2 (Blood) :
Bila tidak ada gangguan pada pasien kardiovaskuler, biasanya kualitas dan
frekuensi nadi normal, tekanan darah normal. Pada auskultasi, tidak
ditemukan bunyi jantung tambahan.
B3 (Brain) :
Pengkajian

B3

merupakan

pemriksaan

fokus

dan

lebih

lengkap

dibandingkan pengkajian pada sistem lainnya.


Inspeksi umum, Kurvatura yang berlebihan, pendataran arkus lumbal.
Tingkat Kesadaran : Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis.
Pemeriksaan Fungsi Serebri : Status mental mengobservasi penampilan
klien dan tingkah lakunya, nilai gaya bicara klien dan observasi ekspresi
wajah dan aktivitas motorik. Status mental klien yang telah lama menderita
HNP biasanya mengalami perubahan.
Pemeriksaan Saraf Kranial :
Saraf I : biasanya pada klien HNP tidak ada kelainan dan fungsi penciuman
tidak ada kelainan.
Saraf II : hasil tes ketajaman penglihatan biasanya normal.
Saraf III, IV dan VI : klien biasanya tidak mengalami gangguan
mengangakat kelopak mata pupil dan isokor.
Saraf V : pada klien HNP umumnya tidak ditemukan paralisis pada otot
wajah dan refleks kornea biasanya tidak ada kelainan.
Saraf VII : persepsi pengecapan dalam batas normal, wajah simetris.
Saraf VIII : tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.
Saraf IX dan X : kemampuan menelan baik.

Saraf XI : tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.


Saraf XII : lidah simetris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada
fasikulasi.
Pemeriksaan Refleks : refleks Achilles pada HNP L4-L5 negatif dan refleks
lutut atau patella pada HNP lateral L4-L5 negatif.
Sistem Sensorik : Lakukan pemeriksaan rasa raba, rasa sakit, rasa sushu,
rasa dalam dan rasa getar (vibrasi) untuk menetukan dermatom yang
terganggu sehingga dapat ditentuka pula radiks yang terganggu. Palpasi dan
perkusi harus dikerjakan dengan hati-hati atau halus sehingga tidak
membingungkan klien. Palpasi dilakukan pada daerah yang ringan rasa
nyerinya kea rah yang paling terasa nyeri.
B4 (Bledder) :
Kaji keadaan urine meliputi warna, jumlah dan karakterisktik, termasuk
berat jenis urine. Penurunan jumlah urine dan peningkatan retensi cairan
dapat terjadi akibat menurunnya perfusi pada ginjal.
B5 (Bowel) :
Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual dan asupan nutrisi yang
kurang. Lakukan pemeriksaan rngga mulut dengan melakukan penilaian ada
tidaknya lesi pada mulut atau perubahan pada lidah. Hal ini dapat
menunjukkan adanya dehidrasi.
B6 (Bone) :
Adanya kesulitan dalam beraktivitas dan menggerakkan bada karena adanya
nyeri, kelemahan, kehilangan sensorik dan mudah leleah menyebabkan
masalah pada pola aktivitas dan istrahat.
Inspeksi, Kurvatura yang berlebihan, pendatran arkus lumbal, adanya
angulus, pelvis yang miring/asimetris, muskulatur paravertebral atau bokong
yang asimetris, postur tungkai yang abnormal. Adanya kesulitan atau
hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai
selama bergerak.

Palpasi, Ketika meraba kolumna vertebralis, cari kemungkinan adanya


deviasi ke lateral atau anteroposterior. Palpasi pada daerah yang rigan rasa
nyerinya kea rah yang paling terasa nyeri.
3. Pemeriksaan Diagnostik
a. Rontgen Foto Lumbosakral : Tidak banyak ditemukan kelainan; kadangkadang didapatkan artrosis, menunjang tanda-tanda deformitas vertebra;
penyempitan diskus intervertebralis; untuk menetukan kemungkinan nyeri
karena spondilitis, norplasma, atau infeksi progen.
b. Cairan Serebrospinal : Biasanya normal, jika didapatkan blok akan terjadi
prot, indikasi operasi.
c. EMG : Terlihat potensial kecil (fibrolasi) di daerah radiks yang terganggu,
kecepatan konduksi menurun.
d. Iskografi : Pemeriksaan diskus dilakukan menggunakan kontras untuk
melihat seberapa besar daerah diskus yang keluar dari kanalis vertebralis.
e. Elektroneuromiografi (ENMG) : Untuk mengetahui radiks yang terkena
atau melihat adanya polineuropati.
f. Tomografi Scan : Melihat gamban vertebra dan jaringan disekitarnya
termasuk diskus intervetebralis.
g. MRI : Pemeriksaan MRI untuk melihat derajt gangguan pada diskus
vertebralis.
h. Mielogafi : Mielografi adalah pemeriksaan dengan bahan kontras melalui
tindakan lumbal pungsi dan pemotretan dengan sinar tembus. Dilakukan
apabila diketahui adanya penyumbatan hambatan kanalis spinalis yang
mungkin disebabkan HNP.
i. Pemeriksaan Laboratorium : Pemeriksaan rutin dilakukan dengan
laboratorium klinik untuk menilai komplikasi cedera tulang belakang
terhadap organ lain.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Proses keperawatan adalah suatu metode yang tersusun sistematis
dan terorganisasi dalam pemberian asuhan keperawatan dengan fokus pada
reaksi dan respons unik individu pada suatu kelompok atau perorangan

terhadap gangguan kesehatan yang mereka alami, baik aktual maupun


potensial. Diagnosis keperawatan ditetapkan berdasarkan analisis dan
interpretasi data yang diperoleh dari pengkajian keperawatan klien.
1. Nyeri b.d penjepitan saraf pada diskus intervertrebalis, tekanan di daerah
distribusi ujung saraf.
2. Risiko tinggi trauma b.d hambatan mobilitas fisik, kesulitan atau
hambatan dalam melakukan pergerakan punggung, pelvis dan tungkai.
3. Defisit perawatan diri b.d kelainan neuromuscular, menurunnya kekuatan
dan kesadran, kehilangan kontrol atau koordinasi otot.
4. Risiko tinggi integritas kulit b.d imobilisasi, tidak adekuatnya sirkulasi
perifer, tirah baring lama.
5. Ketidakefektifan koping individu b.d ketidakberdayaan dan merasa tidak
ada harapan, kehilangan atau perubahan dalam pekerjaan.
6. Ansietas b.d ancaman, kondisi sakit dan perubahan kesehatan.
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi merupakan salah satu tahap proses keperawatan yang
meliputi penentuan prioritas dan metode yang akan digunakan dalam
menyelesaikan masalah klien. Tujuan perencanaan/intervensi adalah
menyusun rencana askep berdasar respon klien terhadap masalah kesehatan
baik aktual,resiko atau potensial.
No.
1.

Diagnosa

Tujuan dan

Keperawatan
Kriteria Hasil
Nyeri
b.d Tujuan :
penjepitan
pada

saraf Dalam

waktu

diskus 3x24 jam, nyeri

intervertrebalis,

berkurang

atau

tekanan di daerah dapat diadaptasi


distribusi

ujung oleh klien.

saraf.

Intervensi

Rasional

Observasi:
a. Kaji nyeri.

a.

Nyeri

respons subjektif yang


bisa

dikaji

dengan

menggunakan

skala

nyeri. Klien melaporkan


skala

Kriteria Hasil :

merupakan

nyeri

biasanya

diatas tingkat cedera.

1.

Secara Mandiri:

subjektif
melaporkan
nyeri berkurang
atau

dapat

a. Bantu klien dalam a.


identifikasi

faktor oleh

pencetus.

Dapat

mengidentifikas
i aktivitas yang
meningkatkan
atau
menurunkan
nyeri.

suhu,

dan barbaring lama.


b.

Berikan b.

kesempatan

Istirahat

akan

waktu merelaksasikan

semua

istirahat bila terasa jaringan sehingga akan


nyeri

dan

berikan meningkatkan

posisi yang nyaman kenyamanan.


misalnya saat klien
sanggah

3. Klien tidak punggung

4.

kecemasan,

distensi kandung kemih

tidur,

gelisah.

dipengaruhi

ketegangan,

beradaptasi.
2.

Nyeri

klien

dengan bantal kecil.


Klien c.

Tingkatkan c.

Pengetahuan

mengatakan

pengetahuan tentang dirasakan

nyeri berkurang.

penyebab nyeri dan mengurangi


menghubungkan

akan

membantu
nyerinya.

Dan dapat membantu

beberapa lama nyeri mengembangkan


akan berlangsung.

kepatuhan
terhadap

klien
rencana

terapeutik.
Edukasi :
a. Jelaskan dan bantu a. Pendekatan dengan
klien

dengan mengguankan relaksasi

tindakan

pereda dan

nyeri

lainnya

nonfarmakologi
telah

nonfarmakologi dan menunjukkan kefektifan


non-invasif.

dalam

mengurangi

nyeri.
b. Ajarkan relaksasi:

b. Akan melancarkan

Teknik-teknik untuk peredaran


menurunakn

darah,

sehingga

ketegangan

kebutuhan

otot oksigen oleh jaringan

rangka, yang dapat akan


menurunkan

terpenuhi,

sehingga

akan

intensitas nyeri dan mengurangi nyerinya.


juga

tingkatkan

relaksasi masase.
c. Ajarkan metode
distraksi

selama

nyeri akut.

c.

Mengalihkan

perhatian nyerinya ke
hal-hal

Kolaborasi:

yang

menyenangkan.

a. Kolaborasi dengan a. Analgesik memblok


dokter,

pemberian lintasa

analgesik.

akan

berkurang.

b. Observasi tingkat b.
nyeri

nyeri

Pengkajian

dan respons optimal

motorik

klien

manit

akan

30 memberika perawat data

setelah yang

pemberian

yang

objektif

untuk

obat mencegah kemungkinan

analgesik

untuk komplikasi

dan

mengkaji

melakukan

intervensi

efektivitasnya.

yang tepat.

Setiap
setelah

1-2

jam

tindakan

perawatan selama 12 hari.

2.

Risiko

tinggi Tujuan :

trauma

b.d Dalam

hambatan
mobilitas
kesulitan

Observasi:
waktu

3x24 jam, klien


fisik, mampu
atau melaksanakan

hambatan dalam aktivitas

fisik

melakukan

sesuai

dengan

pergerakan

kemampuannya.

punggung, pelvis
dan tungkai.

Kriteria Hasil :
1. Klien dapat
ikut serta dalam
program latihan.

a.

Kaji

yang

mobilitas a. Mengetahui tingkat


ada

observasi

dengan

peningkatan

aktivitas.

kerusakan.

3.
nya

Bertambahkekuatan

4.

Klien

menunjukkan
tindakan

untuk

meningkatkan
mobolitas.

melakukan

Kaji

motorik.
Mandiri:
a. Ubah posisi klien a. Menurunkan risiko
dengan tirah baring terjadinya
tiap 2 jam.

iskemia

jaringan akibat sirkulasi


gerakan darah yang jelek pada

pasif

pada daerah yang tertekan.

ekstremitas

yang

sakit.
b.

otot.

klien

secara teratur fungsi

2. Tidak terjadi Lakukan


kontraksi sendi.

dan kemampuan

Inspeksi

kulit b. Otot volunter akan

bagian distal setiap kehilangan tonus dan


hari. Pantau adanya kekuatannya bila tidak
iritasi,
atau

kemerahan dilatih
luka

untuk

dan digerakkan.

membran mukosa.
c.

Bantu

melakukan

klien c. Deteksi dini adanya


latihan gangguan sirkulasi dan

ROM, perawatan diri hilangnya sensasi risiko


sesuai toleransi.

tinggi
integritas

kerusakan
kulit

kemungkinan
komplikasi imobilitas.

Edukasi :
a.

Ajarkan

untuk

klien

melakukan

latihan gerak aktif


pada

ekstremitas

yang tidak sakit.

a. Untuk memelihara
fleksibilitas sendi sesuai
kemampuan.
Gerakan

aktif

memberikan

masaa,

tonus dan kekuatan otot,


serta
fungsi

memperbaiki
jantung

dan

pernapasan.
Kolaborasi:
a. Kolaborasi dengan a.

Peningkatan

ahli fisioterapi untuk kemampuan


latihan fisik klien.

mobilisasi
dapat

dalam
ekstremitas

ditingkatkan

dengam latha fisik dan


tim fisioterapis.

3.

Defisit perawatan Tujuan :

Observasi:

diri b.d kelainan Dalam


neuromuscular,

2x24

menurunnya

terdapat

kekuatan

waktu
jam,

dan perilaku

kesadran,

peningkatan

kehilangan

dalam

kontrol

a. Kaji kemampuan a.
komunikasi

untuk berkomunikasi

buang

kecil, perawat

air

kemampuan

atau perawaatn diri.

koordinasi otot.
Kriteria Hasil :
1. Klien dapat
menunjukkan

Ketidakmampuan
dengan
dapat

menimbulkan

masalah

menggunakn urinal, pengosongan

kandug

pispot.

karena

klien

Antarkan kemih
ke

oleh

kamar masalah neurogenik.

mandi bila kondisi


memunginkan.
b.

Identifikasi b. Meningkatkan latihan

perubahan gaya kebiasaan buang air dan meolong mencegah


untuk besar.

hidup

Anjurkan konstipasi.

kebutuhan

minum

merawat diri.

meningkatkan

2. Klien mampu
aktivitas
sesuai

diri

dengan

kemampuan.
3.

aktivitas.
Mandiri:

melakukan
perawatan

dan

a. Kaji kemampuan a.
dan

Membantu

dalam

tingkat mengantisipasi

dan

penurunan
dalam

klien memenuhi

kebutuhan

melakukan individual.

Mengiden- ADL.

tifikasi
personal/masyar
akat yang dapat
membantu.

b. Hindari hal yang b. Klien dalam keadaan


tidak

dapat cemas dan bergantung.

dilakukan klien dan Hal ini dilakukan untuk


bantu bila perlu.

mencegah frustasi dan


harga diri klien.

c. Sadarkan tingkah c. Klien memerlukan


laku

atau

sugesti empati,

tetapi

perlu

tindakan

pada mengetahui

perawatan

perlindungan

yang konsisten dalam

kelemahan.

menangani

Pertahankan

Sekaligus meningkatkan

pasien.

dukungan pola pikir, harga diri, memandikan


izinkan

klien klien dan menganjurkan

melakukan
beri

saran

posistif

tugas, klien

untuk

terus

yang mencoba.
untuk

tugasnya.
d.

Rencanakan d. Klien akan mampu

tindakan

untuk melihat dan memakan

mengatasi

makanan, akan mampu

keterbatasan

meliaht

penglihatan

keluar

seperti masuknya

orang

ke

tempatkan makanan ruangan.


dan peralatan dalam
suatu

tempat,

dekatkan

tempat

tidur ke dinding.
e.
perabotan

Tempatkan e. Menjaga keamanan


ke klien bergerak di sekitar

dinding, jauhkan dari tempat


jalan.

ytidur

menurunkan

dan
risiko

tertimpa perabotan.
f. Beri kesempatan f.

Mengurangi

untuk menolong diri ketergantungan.


seperti menggunakan
kombinasi pisau dan
garpu, sikat dengan
pegangan

yang

panjang,

ekstensi

untuk berpijak pada


lantai atau ke toilet,
kursi untuk mandi.
Kolaborasi:
a.

Pemberian a. Pertolongan uatama

suoositoria

dan terhadap fungsi bowel

pelumas

atau buang air besar.

feses/pencahar.
b. Konsul ke dokter b.
untuk terapi okupasi.

Untuk

mengembangkan terapi
dan

melengakapi

kebutuhan khusus.
4.

Risiko

tinggi Tujuan :

integritas
b.d

kulit Dalam

Observasi:
waktu a. Observasi adanya a.

imobilisasi, 3x24 jam, klien eritema

tidak adekuatnya mampu

kepucatan

sirkulasi

palpasi

perifer, mempertahanka

tirah baring lama.

pelunakan
tiap

Kriteria Hasil :
1.

Klien

mau

berpartisipasi

dan

dan penulakan adalah tanda


dan kerusakan jaringan.
adanya

keutuhan kehangatan

kulit.

Hangat

dan
jaringan

mengubah

posisi.
Mandiri:

terhadap

a. Ubah posisi klien a. Menghindari tekanan

pencegahan

dengan

luka.

tiap 2 jam.

2.

berbaring dan

meningkatkan

aliran darah.

Mengetahui b. Gunakan bantal b. Menghindari tekanan

penyebab

dan air atau pengganjal yang

berlebih

pada

cara pencegahan yang lunak di bawah daerah yang menonjol.


luka.

daerah-daerah yang

3.

Tidak

ada menonjol.

tanda-tanda
kemerahan atau
luka.

c. Lakukan masase
pada

daerah

yang

menonjol yang baru


mengalami

tekanan

c.

Menghindari

kerusakan-kerusakan
kapiler-kapiler.

pada waktu berubah


posisi.
d.

Bersihkan

keringkan

dan
kulit.

Jagalah linen tetap


kering.

Meningkatkan

integritas

kulit

mengurangi

dan
risiko

kelembapan kulit.

e. Jaga kebersihan
kulit

d.

dan

trauma

hindari

dan

panas

e.

Mempertahankan

keutuhan kulit.

terhadap kulit.
Edukasi :
a. Anjurkan untuk
melakukan

latihan

ROM dan mobilisasi

a. Meningkatkan aliran
darah ke semua daerah.

jika mungkin.
5.

Ketidakefektifan
koping

Dalam

waktu Observasi:

individu 2x24

jam,

b.d

koping individu

ketidakberdayaan

menjadi efektif.

dan merasa tidak


ada

harapan, Kriteria Hasil :

kehilangan

atau 1.

Mampu

perubahan dalam menyatakan


pekerjaan.

atau

a. Kaji perubahan a. Menentukan bantuan


akibat
persepsi

ganggua yang

diperlukan

dan individual

dalam

dengan menyusun

rencana

derajat

perawatan

atau

keridakmampuan.

pemilihan intervensi.

hubungan

Mandiri:

mengomunikasi

kan

dengan a. Catat ketika klien a.

orang

terdekat menyatakan

tentang
dan

penolakan

situasi terpengaruh

seperti bagian

perubahan sekarat

yang

sedang mengingkari

terjadi.

Mendukung

menyatakan

terhadap
tubuh

atau

atau perasaan

negatif

dan terhadap

gambaran

inilah tubuh dan kemampuan

kematian.

yang menunjukkan dan


intervensi

2.

Mampu

menyatakan
penerimaan diri
terhadap situasi,
mengakui

dan

menggabungkan
perubahan
dalam

ke

konsep

diri dengan cara


yang

akurat

tanpa harga diri


yang negatif.

serta

dukungan emosional.
b.

Pernyataan b.

Membantu

klien

pengakuan terhadap untuk melihat bahwa


penolakan

tubuh, perawat

mengingatkan

menerima

kedua bagian sebagai

kembali

fakta bagian

dariseluruh

kejadian

tentang tubuh.

Mengizinkan

realitas bahwa masih klien untuk merasakan


dapat

menggunakn adanya

harapan

dan

sisi yang sakit dan mulai menerima situasi


belajar

mengontrol baru.

sisi yang sehat.


c. Monitor gangguan c.
tidur,

Dapat

peningkatan mengindikasikan

kesulitan
konsentrasi,

terjadinya

depresi

letargi umumnya

sebagai

dan penolakan.

pengaruh

dari

stroke

yang

memerlukan

intervensi dan evaluasi


yang lebih lanjut.

Edukasi :
a.

Anjurkan

untuk

klien

a.

Menunjukkan,

penerimaan, memebantu
klien untuk mengenal

mengekspresikan
perasaan

dan

mulai

termasuk menyesuaikan

perasaan

dengan

bersalah perasaan tersebut.

pada diri sendiri dan


kemarahan.
b.

b.

Bantu

Membantu

dan meningkatkan perasaan

anjurkan perawatan harga


yang

baik

diri

dan

dan mengontrol lebih dari

memperbaiki

satu area kehidupan.

kebiasaan.

c.

Menghidupkan

c. Anjurkan orang kembali

perasaan

yang terdekat untuk kemandirian


mengizinkan

dan

klien meningkatkan harga diri

melakukan

serta

sebanyak-banyaknya

proses rehabilitasi.

hal-hal

mempengaruhi

untuk

dirinya.

d.

Klien

d. Dukung perilaku beradaptasi

dapat
terhadap

atau usaha seperti perubahan


peningkatan
atau

minat pengertian

partisipasi peran

dalam

individu

dan
tentang
masa

aktivitas mendatang.

rehailitasi.
Kolaborasi:

a. Dapat memfasilitasi

a. Rujuk pada ahli perubahan peran yang


neuropsikologi

dan penting

untuk

konseling bila ada perkembangan


indikasi.

perasaan.

6.

Ansietas

b.d Tujuan :

ancaman, kondisi Dalam


sakit

Observasi:
waktu

dan 2x24

jam,

perubahan

kecemasan klien

kesehatan.

hilnag

atau

berkurang.

a. Kaji adanya verbal a. Reaksi verbal atau


verbal dan nonverbal nonverbal
kecemasan,

menunjukkan

dampingi klien dan agitasi,


lakukan
bila

dapat
rasa

marah

dan

tindakan gelisah.

menunjukkan

perilaku merusak.
Kriteria Hasil :
1.

Mengenal

perasaan.
2.

a.
Dapat

mengindentifikasi

Mandiri:

penyebab

atau faktor yang

Bantu

mengekspresikan
perasaan

marah,

kehilangan

dan

takut.
b.

nya.

konfrontasi.

Hindari

Cemas

yang

berkelanjutan
memberikan

dampak

serangan

jantung

b.

Konfrontasi

meningkatkan
marah,

Menyatakan

dapat
rasa

menurunkan

kerja sama dan mungkin

ansietas
berkurang

a.

selanjutnya.

memepengaruhi

3.

klien

memperlambat

atau

penyembuhan.

hilang.
c. Mulai melakukan
tindakan

untuk

mengurangi
kecemasan.

Beri

lingkungan

yang

c.
rangsangan

Mengurangi
ekstermal

yang tidak perlu.

tenag dan suasana


penuh istirahat.
d.

Tingkatkan

kontrol sensasi klien.

d. Kontrol sensasi klien

(dan dalam menurunkan


ketakutan) dengan cara
memberikan

informasi

tentang keadaan klien,


menekankan

pada

penghargaan

terhadap

sumber-sumber koping
(pertahankan diri) yang
positif,
latihan

membantu
relaksasi

dan

teknik-teknik
pengalihan
memberikan

dan
respons

e. Beri kesempatan baik yang positif.


klien

untuk

mengungkapkan
ansietasnya.

e. Dapat menghilangkan
ketegangan

terhadap

kekhawatiran yang tidak

Edukasi :

diekspresikan.

a. Orientasikan klien
teradap

prosedur

rutin dan aktivitas


yang diharapkan.

a.

Orientasi

dapat

menurunkan
kecemasan.

Kolaborasi:
a. Berikan anticemas
sesuai indikasi.

a.

Meningkatkan

relaksasi

dan

menurunkan
kecemasan.

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi merupakan tindakan mandiri dasar berdasarkan
ilmiah, masuk akal dalam melaksanakan tindakan keperawatan yang
bermanfat bagi klien, berhubungan dengan dignosa keperawatan dan tujuan
yang telah ditetapkan. Pelaksanaan merupakan pengelolaan dan perwujudan
dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun pada tahap
perencanaan. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada klien dapat berupa
tindakan mandiri maupun kolaborasi.
Dalam pelaksanaan tindakan, langkah-langkah yang dilakukan
adalah mengkaji kembali keadaan klien, validasi rencana keperawatan,
menentukan kebutuhan dan bantuan yang diberikan serta menetapkan
strategi tindakan yang akan dilakukan. Selain itu juga dalam pelaksanaan
yang dilakukan pada pasien dan persepsi pasien harus didokumentasikan
dalam catatan keperawatan. Dalam pendokumentasian catatan keperawatan
hal yang perlu didokumentasikan adalah waktu tindakan dilakukan, tindakan
dan respon klien serta diberi tanda tangan sebagai aspek legal dari
dokumentasi yang dilakukan.
No.
1.

Diagnosa Keperawatan

Jam

Nyeri b.d penjepitan saraf Selasa, 15 April 2014


pada

diskus

intervertrebalis, tekanan di
daerah
saraf.

distribusi

ujung

07.00

Tindakan
a. Mengaji nyeri.
b.

Membantu

klien

dalam

identifikasi faktor pencetus.


c.

Memberikan

kesempatan

waktu istirahat bila terasa nyeri


dan berikan posisi yang nyaman
misalnya

saat

klien

tidur,

sanggah punggung klien dengan


bantal kecil.
d. Meningkatkan pengetahuan
tentang

penyebab

nyeri

dan

menghubungkan beberapa lama


nyeri akan berlangsung.

e. Menjelaskan dan membantu


klien dengan tindakan pereda
nyeri nonfarmakologi dan noninvasif.
f. Mengajarkan relaksasi:
Teknik-teknik
menurunkan

untuk
ketegangan

otot

rangka, yang dapat menurunkan


intensitas

nyeri

dan

juga

meningkatkan relaksasi masase.


g. Mengajarkan metode distraksi
selama nyeri akut.
h. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian analgesik.
i. Mengobservasi tingkat nyeri
dan respons motorik klien 30
manit setelah pemberian obat
analgesik

untuk

mengkaji

efektivitasnya. Setiap 1-2 jam


setelah

tindakan

perawatan

selama 1-2 hari.


2.

Risiko tinggi trauma b.d Selasa, 15 April 2014

a. Mengaji mobilitas yang ada

hambatan mobilitas fisik,

dan

kesulitan atau hambatan


dalam

melakukan

pergerakan

punggung,

pelvis dan tungkai.

07.00

observasi

peningkatan

kerusakan.
b. Mengaji secara teratur fungsi
motorik.
c. Mengubah posisi klien dengan
berbaring tiap 2 jam.
d. Melakukan gerakan pasif pada

ekstremitas yang sakit.


e. Menginspeksi kulit bagian
distal setiap hari.
f.

Memantau

kemerahan

adanya

atau

iritasi,

luka

dan

membran mukosa.
g. Membantu klien melakukan
latihan ROM, perawatan diri
sesuai toleransi.
h. Mengajarkan

klien

untuk

melakukan latihan gerak aktif


pada ekstremitas yang tidak
sakit.
i.

Kolaborasi

dengan

ahli

fisioterapi untuk latihan fisik


klien.
3.

Defisit perawatan diri b.d Selasa, 15 April 2014

a.

kelainan

komunikasi untuk buang air

neuromuskular,

menurunnya kekuatan dan


kesadran,

kehilangan

kontrol atau koordinasi


otot.

07.00

Mengaji

kemampuan

kecil, kemampuan menggunakn


urinal, pispot.
b. Mengantarkan klien ke kamar
mandi

bila

kondisi

memunginkan.
c. Mengidentifikasi kebiasaan
buang air besar.
d. Menganjurkan minum dan
meningkatkan aktivitas.
e. Mengaji kemampuan dan

tingkat penurunan klien dalam


melakukan ADL.
f. Menghindari hal yang tidak
dapat dilakukan klien dan bantu
bila perlu.
g. Menyadarkan tingkah laku
atau

sugesti

tindakan

pada

perlindungan kelemahan.
h.
pola

Memertahankan
pikir,

dukungan

izinkan

klien

melakukan tugas, beri saran


yang posistif untuk tugasnya.
i. Merencanakan tindakan untuk
mengatasi

keterbatasan

penglihatan seperti tempatkan


makanan da peralatan dalam
suatu tempat, dekatkan tempat
tidur ke dinding.
j. Menempatkan perabotan ke
dinding, jauhkan dari jalan.
k. Memberi kesempatan untuk
menolong

diri

seperti

menggunakan kombinasi pisau


dan

garpu,

sikat

dengan

pegangan yang panjang, ekstensi


untuk berpijak pada lantai atau
ke toilet, kursi untuk mandi.
l. Memberikan suoositoria dan

pelumas feses/pencahar.
m. Konsul ke dokter untuk terapi
okupasi.
4.

Risiko

tinggi

integritas Selasa, 15 April 2014

kulit b.d imobilisasi, tidak


adekuatnya

sirkulasi

perifer, tirah baring lama.

07.00

a.

Mengobservasi

eritema

dan

adanya

kepucatan

dan

palpasi adanya kehangatan dan


pelunakan

jaringan

tiap

mengubah posisi.
b. Mengubah posisi klien dengan
berbaring tiap 2 jam.
c. Menggunakan bantal air atau
pengganjal yang lunak di bawah
daerah-daerah yang menonjol.
d.

Melakukan

masase

pada

daerah yang menonjol yang baru


mengalami tekanan pada waktu
berubah posisi.
e. Membersihkan dan keringkan
kulit. Jagalah linen tetap kering.
f. Menjaga kebersihan kulit dan
hindari

trauma

dan

panas

terhadap kulit.
g.

Menganjurkan

untuk

melakukan latihan ROM dan


mobilisasi jika mungkin.

5.

Ketidakefektifan

koping Selasa, 15 April 2014

individu

b.d

ketidakberdayaan

dan

merasa tidak ada harapan,


kehilangan atau perubahan
dalam pekerjaan.

07.00

a. Mengaji perubahan akibat


ganggua persepsi dan hubungan
dengan derajat keridakmampuan.
b.

Mencatat

ketika

klien

menyatakan terpengaruh seperti


sekarat atau mengingkari dan
menyatakan inilah kematian.
c.

Pernyataan

terhadap

pengakuan

penolakan

mengingatkan

tubuh,

kembali

fakta

kejadian tentang realitas bahwa


masih dapat menggunakn sisi
yang

sakit

dan

belajar

mengontrol sisi yang sehat.


d. Memonitor gangguan tidur,
peningkatan

kesulitan

konsentrasi,

letargi

dan

penolakan.
e. Menganjurkan klien untuk
mengekspresikan

perasaan

termasuk perasaan bersalah pada


diri sendiri dan kemarahan.
g.

Membantu

perawatan

dan

yang

anjurkan
baik

dan

memperbaiki kebiasaan.
h. Menganjurkan orang yang
terdekat
klien

untuk

mengizinkan

melakukan

banyaknya

sebanyak-

hal-hal

untuk

dirinya.
i.

Mendukung perilaku

atau

usaha seperti peningkatan minat


atau partisipasi dalam aktivitas
rehailitasi.
j.

Merujuk

pada

ahli

neuropsikologi dan konseling


bila ada indikasi.
6.

Ansietas
kondisi

b.d

ancaman, Selasa, 15 April 2014

sakit

perubahan kesehatan.

dan

07.00

a. Mengaji adanya verbal verbal


dan

nonverbal

kecemasan,

dampingi klien dan lakukan


tindakan

bila

menunjukkan

perilaku merusak.
b.

Membantu

mengekspresikan

klien
perasaan

marah, kehilangan dan takut.


c. Menghindari konfrontasi.
d. Memulai melakukan tindakan
untuk mengurangi kecemasan
dan memberi lingkungan yang
tenang

dan

suasana

penuh

istirahat.
e. Meningkatkan kontrol sensasi
klien.
f. Memberikan kesempatan klien
untuk

mengungkapkan

ansietasnya.
g.

Mengorientasikan

klien

teradap

prosedur

rutin

dan

aktivitas yang diharapkan.


h. Memerikan anticemas sesuai
indikasi.

2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
berguna untuk mengukur seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan telah
tercapai berdasarkan standar/kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi
merupakan aspek penting dalam proses keperawatan karena menghasilkan
kesimpulan apakah intervensi keperawatan diakhiri atau ditinjau kembali dan
dimodifikasi. Evaluasi harus memahami objektifitas, reliabilitas dan validitas
dapat dipertahankan agar keputusan yang diambil tepat.
Evaluasi keperawatan ada dua macam yaitu evaluasi formatif
(proses) yaitu evaluasi yang dilakukan segera setelah tindakan dilakukan dan
didokumentasikan pada catatan keperawatan. Sedangkan evaluasi sumatif
(hasil) adalah evaluasi yang

dilakukan untuk mengikur sejauh mana

pencapaian tujuan yang ditetapkan dan dilakukan pada akhir pemberian


asuhan.
No.
Waktu
1.
Kamis, 17 April 2014
21.00

Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
Nyeri b.d penjepitan saraf a. Klien menyatakan nyeri
pada diskus intervertrebalis, berkurang atau hilang.
tekanan di daerah distribusi
ujung saraf.

b. Klien dapat mengidentifikasi


aktivitas yang meningkatkan
atau menurunkan nyeri.

c. Klien tidak tampak gelisah.


2.

Kamis, 17 April 2014


21.00

3.

Risiko tinggi trauma b.d a. Klien dapat ikut serta dalam


hambatan mobilitas fisik, program latihan.
kesulitan

atau

hambatan

dalam

melakukan

pergerakan

punggung,

b. Klien menunjukkan tindakan


untuk meningkatkan mobilitas.

Kamis, 17 April 2014

pelvis dan tungkai.


Defisit perawatan diri b.d a. Klien dapat menunjukkan

21.00

kelainan

neuromuskular, perubahan gaya hidup untuk

menurunnya kekuatan dan kebutuhan merawat diri.


kesadaran,

kehilangan

kontrol atau koordinasi otot.

b. Klien mampu melakukan


aktivitas perawatan diri sesuai
dengan kemampuan.

4.

Kamis, 17 April 2014

Risiko tinggi integritas kulit a. Klien mau berpartisipasi

21.00

b.d

imobilisasi,

tidak terhadap pencegahan luka.

adekuatnya sirkulasi perifer,


tirah baring lama.
5.

b.

Tidak

ada

tanda-tanda

kemerahan atau luka.

Kamis, 17 April 2014

Ketidakefektifan

koping a. Klien mampu menyatakan

21.00

individu

b.d atau

ketidakberdayaan

dan dengan orang terdekat tentang

mengomunikasikan

merasa tidak ada harapan, situasi dan perubahan yang


kehilangan atau perubahan sedang terjadi.
dalam pekerjaan.

b. Klien mampu menyatakan


penerimaan
situasi,

diri

terhadap

mengakui

dan

menggabungkan perubahan ke
dalam konsep diri dengan cara
yang akurat tanpa harga diri
yang negatif.

6.

Kamis, 17 April 2014

Ansietas

b.d

ancaman, a. Klien dapat mengindentifiksi

21.00

kondisi sakit dan perubahan penyebab atau faktor yang


kesehatan.

memepengaruhinya.
b.

Menyatakan

ansietas

berkurang atau hilang.

BAB 3
KRITIKAL JURNAL
3.1 Jurnal 1 Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kasus Hnp Dengan Modalitas
Shortwave Diatermy,Traksi Lumbal Dan Mc. Kenzie Exercise Di Rsud.
Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto
Tujuan : mengurangi nyeri otot kejang dan , meningkatkan kekuatan otot ,
meningkatkan jangkauan gerak , dan meningkatkan aktivitas fungsional
pasien untuk kehidupan sehari hari.
Metode : Pendekatan Rancangan penelitian yang digunakan adalah studi
kasus, desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan
interview dan observasional pada seseorang pasien dengan kondisi kasus
HNP.
Sampel : Pasien yang mengalami HNP.
Hasil : berdasarkan terapi yang telah di lakukan didapat hasil sebagai berikut;
(1) Adanya penurunan nyeri selama 6 kali terapi Hasil pemeriksaan nyeri
pada T1 nyeri diam 2, nyeri tekan 6 dan nyeri gerak 6. Setelah dilakukan
terapi selama 6 kali didapatkan hasil untuk pemeriksaan nyeri T6 nyeri diam
1, nyeri tekan 2 dan nyeri gerak 3, (2) Adanya Penambahan Lingkup Gerak
Sendi pada Trunk dengan menggunakan Mid Line dariterapi T1 sampaiterapi
T6, dari hasil pemeriksaan keterbatasan lingkup gerak sendi pada terapi
pertama (T1) Normal dari C7 S2 : 39 cm, Flexi 49 cm, Ekstensi 36 cm,

Normal Tegak Ujung Jari 55 cm, Lateral Flexi Dextra 43cm, Normal Tegak
Ujung Jari 58 cm, Lateral Flexi Sinistra 43 cm. Setelah dilakukan terapi
selama 6 kali didapatkan hasil pemeriksaan (T6) Normal dari C7 S2 : 39
cm, Flexi 52 cm, Ekstensi 37 cm, Normal Tegak Ujung Jari 57 cm, Lateral
Flexi Dextra 45 cm, Normal Tegak Ujung Jari 57 cm, Lateral Flexi Sinistra
40 cm (3) Adanya Peningkatan Kekuatan Otot dengan menggunakan
pengukuran MMTdariterapi T1 sampaiterapi T6, Dari hasil pemeriksaan
kekuatan otot pada terapi pertama (T1).Trunk 3, Flexi 3, Ekstensi 4, Lateral
Flexi Dextra 4, Lateral Flexi sinistra 4. Setelah dilakukan terapi selama 6 kali
maka didapatkan hasil dari pemeriksaan akhir (T6) Trunk 4, Flexi 4, Ekstensi
4, Lateral Flexi Dextra 4, Lateral Flexi sinistra 4, (4) Adanya peningkatan
aktifitas fungsional dengan menggunakan Skala Owestry dari terapi pertama
Dari hasil pemeriksaan aktivitas fungsional pada hari terapi pertama (T1)
didapatkan hasil sebagai berikut :Intensitas Nyeri 3, Perawatan Diri 2,
Aktivitas Mengangkat 3, Berjalan 3, Duduk 2, Berdiri 3, Tidur 1, Aktivitas
Seksual 2, Aktivitas Sosial 3, Rekreasi 5, Jumlah 27. Setelah dilakukan terapi
selama 6 kali maka didapatkan hasil Intensitas Nyeri 2, Perawatan Diri 0,
Aktivitas Mengangkat 3, Berjalan 0, Duduk 2, Berdiri 1, Tidur 0, Aktivitas
Seksual 2, Aktivitas Sosial 1, Rekreasi 1, Jumlah 12.
Kesimpulan : Kebanyakan pasien akan meningkatkan HNP dalam 6 minggu
dengan terapi konservatif. Sebagian kecil akan berkembang menjadi kronik
meskipun terapeutik, pada pasien dalam operasi 90% akan ditingkatkan,
terutama nyeri kaki , tetapi kemungkinan kekambuhan adalah 50 % dan dapat
berada pada level yang sama atau cakram yang berbeda.
3.2 Jurnal 2 Intervensi Mc Kenzie Dan Core Stability Lebih Baik Dari Pada
Mc Kenzie Saja Dalam Mengurangi Nyeri Punggung Bawah Pada HNP
Lumbalis
Tujuan : Untuk mengetahui perbedaan antara intervensi Mc Kenzie saja
degan Mc Kenzie dan Core Stability dalam mengurangi nyeri punggung
bawah pada HNP.

Metode : Penelitian ini bersifat quasi eksperimental prepost test group design
untuk mengetahui hasil intervensi yang dilakukkan terhadap obyek penelitian.
Populasi : Sampel terdiri dari 20 orang usia antara 30-60 tahun yang yang
merupakan pasien-pasien rawat jalan pada Instalasi Rehabilitasi Medik RSI
Siti Rahma Padang yang dipilih berdasarkan teknik purposive sampling.
Sampel dibagi menjadi 2 kelompok secara matching yaitu kelompok kontrol
dan kelompok perlakuan . Kelompok kontrol diberi intervensi Mc Kenzie,
Kelompok Perlakuan diberi intervensi Mc Kenzie dan Core Stability.
Hasil : Hasil Uji Normalitas dengan Saphiro wilk test didapatkan data
berdistribusi normal dan uji homogenitas dengan Lavenes Test di dapatkan
data memiliki varian yang homogen. Hasil uji hipotesis pada kelompok
perlakuan I dengan Paired sample t-test didapatkan nilai p = 0,004 yang
berarti intervensi Mc kenzie berpengaruh signifikan terhadap pengurangan
nyeri punggnung bawah pada HNP. Pada kelompok perlakuan dengan Paired
sample t-test nilai p = 0,002 yang berarti intervensi Mc kenzie dan Core
Stability berpengaruh signifikan terhadap pengurangan nyeri punggung
bawah pada HNP. Pada hasil Uji Independent t-test didapatkan nilai p = 0,000
yang berarti ada perbedaan hasil yang signifikan antara kelompok kontrol dan
kelompok perlakuan.
Kesimpulan : Intervensi Mc kenzie dan Core Stabilitylebih efektif dari pada
Mc Kenzie saja dalam pengurangan nyeri punggung bawah pada HNP.
3.3 Jurnal 3 Pengaruh Back Exercise Pada Nyeri Punggung Bawah (Studi
experimen perbandingan dua model latihan punggung bawah di Rumah
Sakit dr. Moewardi Surakarta)
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh perbedaan latihan punggung model
Willian dan model Mc Kenzie terhadap pengurangan nyeri dan peningkatan
fleksibilitas punggung bawah.
Metode : Observasi.

Populasi : 40 subyek penderita nyeri punggung bawah yang memenuhi


kriteria inklusi.
Hasil : Data statistik menunjukkan bahwa pengurangan keluhan nyeri (VAS)
pada kelompok perlakuan I dan kelompok perlakuan II setelah intervensi p =
0,19 hal ini menunjukkan bahwa kedua kelompok terjadi penurunan nyeri
yang secara statistik dikatakan tidak berbeda. Meskipun jika dilihat Mean
pada kelompok perlakuan I = 25,65 dan mean pada keompok perlakuan II =
26,8 diperoleh selisih mean 1,15 dapat dikatakan tingkat nyeri kelompok II
masih lebih tinggi disbanding kelompok I. Sedangkan untuk peningkatan
Lingkup Gerak Sendi (LGS) setelah intervensi diperoleh p = 0,03 dengan
demikian ada perbedaan yang bermakna pada kedua kelompok. Jika dilihat
Mean pada kelompok perlakuan I = 1,945 dan mean pada kelompok
perlakuan II = 2,515 diperoleh selisih mean 0,57 dapat dikatakan peningkatan
lingkup gerak sendi kelompok perlakuan II lebih baik disbanding kelompok
perlakuan I.
Kesimpulan : Terjadi pengurangan nyeri lebih baik pada model William
sedangkan pada model Mc Kenzie lebih baik dalam peningkatan fleksibilitas.

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah menjebolnya nucleus
pulposus ke dalam kanalis vertebralis akibat degenerasi annulus fibrosus
korpus vertebralis. HNP sering menyebabkan nyeri punggung bawah (Low
Back Pain). HNP paling sering terjadi di daerah L4-L5 dan L5-S1, kemudian
di leher pada C5-C6. Paling jarang terjadi di torakal.
Penyebab dari HNP adalah trauma, hiperfleksia, injuri pada
vertebra, spinal stenosis, ketidakstabilan vertebra karena salah posisi,
mengangkat, dll. Tanda dan gejala dari HNP adalah nyeri punggung bawah
yang intermiten, sifat nyeri khas dari posisi berbaring ke duduk, nyeri mulai
dari pantat dan terus menjalar ke bagian belakang lutut kemudian ke tungkai
bawah. Penatalaksanaan pada klien dengan HNP adalah pemberian obatobatan seperti analgetik, prosedur pembedahan dan fisioterapi.
Untuk asuhan keperawatan pada pasien HNP

dapat dilakukan

pengakajian terlebih dahulu. Pengkajian pada pasien HNP dilakukan


identitas data pasien, keluhan utama sering ditemukan nyeri punggung
bawah, riwayat penyakit sekarang dan riwayat penyakit dahulu. Selain itu,

pemeriksaan fisik yang lebih berfokus pada B3 (Brain) dan diagnostik juga
dilakuakan. Dilanjut dengan diagnosa serta intervensinya.
4.2 Saran
Kita sebagai seorang perawat harus mengetahui tentang asuhan
keperawatan pada klien Hernia Nukleus Pulposus (HNP) yang ada pada
sistem neurobehavior. Karena jika seorang perawat dapat memahami dengan
baik tentang asuhan keperawatan pada klien Hernia Nukleus Pulposus
(HNP), maka akan dapat menetukan keberhasilannya.

Anda mungkin juga menyukai