“Gara-gara Bakteri”
Disusun oleh
1. Ajeng Savitri H1A
009 021
Kelompok 3 TUTORIAL
Skenario 2 2010
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEDOKTERAN
2010
BAB I
PENDAHULUAN
A. Skenario
Gara-gara Bakteri !
Doni berumur 7 tahun, dibawa orang tuanya ke poli anak RSUP NTB dengan
keluhan panas dan nyeri saat menelan sejak 5 hari yang lalu. Dari anamnesis
diketahui bahwa keluhan tersebut sudah sering dialami sejak Doni berumur 4
tahun. Doni sering dibawa berobat ke beberapa dokter dengan keluhan yang sama,
dan sembuh setelah mendapatkan obat antibiotik. Sudah berbagai jenis antibiotik
yang diberikan dokter kepada Doni. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya
tanda-tanda peradangan dan pembesaran tonsil. Pada palpasi leher, terdapat
pembesaran getah bening leher. Dokter menjelaskan bahwa Doni saat ini
K erentan
mengalami penurunan kekebalan tubuh, sehingga l o m pmengalami
ok 3 infeksi
TUTORIAL
Skenario 2 2010
bakterial pada tonsilnya. Dokter tersebut juga menjelaskan bahwa infeksi tersebut,
bila tidak ditangani dengan baik, dapat menyebar dan menimbulkan komplikasi di
berbagai organ tubuh. Karena banyak sekali janis bakteri yang patogen, baik
patogen primer maupun patogen oportunistik, maka dokter selanjutnya melakukan
swab tenggorok untuk kultur dan identifikasi jenis bakteri yang menginfeksi Doni.
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya resistensi patogen terhadap
antibiotik. Sambil menunggu hasil kultur, dokter memberikan beberapa obat untuk
diminum Doni di rumah.
B. Learning Objective
Kelompok 3 TUTORIAL
Skenario 2 2010
C. Mind Mapping
Kelompok 3 TUTORIAL
Skenario 2 2010
BAB II
PEMBAHASAN
Kelompok 3 TUTORIAL
Skenario 2 2010
A. Agen Infeksius
1. Bakteri
Bakteri termasuk dalam golongan prokariota, yang strukturnya lebih sederhana
daripada eukariota, kecuali struktur dinding sel prokariota lebih kompleks
dibandingkan dengan struktur dinding sel eukariota.
a. Struktur Bakteri
2. Sitoplasma
Sitoplasma pada bakteri mempunyai dua area yang berbeda apabila dilihat menggunakan
mikroskop elektron;
b. Area dalam, tempat terdapatnya nukleoid dari bakteri yang mengandung DNA dari
bakteri itu sendiri.
a. Transmissible plasmid, bisa ditransfer melalui konjugasi sel ke sel, dan biasanya
terdapat sedikit (1-3) pada satu sel.
Kelompok 3 TUTORIAL
Skenario 2 2010
3. Membran Sitoplasmik
Membrane sitoplasma atau disebut juga membrane sel yang tersusun
dari fosfolipid dan protein, seperti yang telah disebutkan beberapa
perbedaan antara sel eukariotik dan prokariotuik, salah satu perbedaan itu
terdapat di membrane sitoplasmik ini, yaitu sterol, bakteri tidak mempunyai
sterol, terkecuali genus Mycoplasma. Ada empat fungsi utama dari
membrane sitoplasmik ini, yaitu untuk proses transport aktif molekul-molekul
kedalam sel, pengolahan energy berupa proses oksidatif fosforilasi,
mensintesis perkusor dinding sel dan pengeluaran enzim dan toksin.
4. Dinding Sel
Dinding sel adalah lapisan terluar dari struktur bakteri, semua bakteri,
kecuali spesies Mycoplasma, karena dilapisi oleh membrane sel bukan
dinding sel. Beberapa jenis bakteri juga mempunyai struktur tambahan yang
ada di dinding sel yanag akan kami bahas nanti, seperti flagell, pili. Dinding
sel dari bakteri berstruktur multilayer yang terletak di bagian luar setelah
membrane sitoplasmik. Penyusun utamanya adalah peptidoglikan yang
berfungsi untuk struktur pendukung dan merupakan karakteristik dari sel itu
sendiri, dan setiap bakteri memiliki ketebalan peptidoglikan yang berbeda-
beda.
5. Mesosom
Mesosom pada bakteri biasanya berupa lekungan/cekungan ke dalam
(convoluted invagination), lekungan ini biasanya ada di tempat-tempat
tertentu pada membrane sitoplasmik. Mesosom pada bakteri ada dua
macam;
7. Kapsul
Kapsul merupakan hasil dari pensintesisan polimer ekstrasel terutama
polisakarida yang berkondensasi dan akan membentuk lapisan disekliling sel
yang disebut kapsul. Apabbila kita melihat bakteri yang berkapsul pada
media agar, maka akan tampak seperti koloni berlendir dan kapsul ini
umumnya akan membuat bakteri lebih tahan akan efek dari fagositosis dari
system imun.
8. Endospora
Endospora bisa dibentuk oleh beberapa genus bakteri dan yang paling
sering membentuk spora adalah bakteri gram posotif yang basil genus
Clostridium, bakteri embentuk spora apabila lingkungan disekitarnya
dianggap kurang menguntungkan, misalny lingkungan disekitarnya
kekurangan nutrisi. Spora bersifat sngat resisten terhadap panas, kekeringan
dan zat kimiawi.
b. Klasifikasi Bakteri
1. Berdasarkan pewarnaan
2. Berdasarkan Bentuk
b. Virus
Berbeda dengan agen infeksius yang lain, virus tidak merupakan sel, tidak
dapat mensintesis energi dan proteinnya sendiri serta tidak dapat terlihat dengan
mikroskop cahaya.
1. Virus adalah partikel yang tersusun atas inti yang mengandung DNA atau RNA namun
tidak keduanya yang dilapisi oleh protein pelindung. Beberapa virus memiliki outer
lipoprotein membran yang disebut envelope. Virus tidak memiliki nukleus, sitoplasma,
mitokondria atau ribosom.
2. Virus harus bereplikasi di dalam sel, karena virus tidak dapat menghasilkan energi atau
sintesis protein. Oleh karena itu virus disebut parasit obligat intrasel.
3. Virus tidak bereplikasi dengan pembelahan biner maupun mitosis. Satu Virus mampu
menghasilkan ribuan progeny saat bereplikasi.
Virus memiliki ukuran antara 20-300 nm. Ini setara dengan ukuran protein
K edapat
yang terbesar dan ukuran sel terkecil. Bentuk virus l o mdigolongkan
p o k 3 menjadi TUTORIAL
Skenario 2 2010
bentu bola, batang, dan peluru. Pada kenyataannya virus merupakan struktur
kompleks yang geometris simetris. Bentuk virus ini digambarkan oleh susunan
repeating subunit dan lapisan protein (capsid) dari virus. Struktur dari virus akan
dijelaskan sebagai berikut.
1. Struktur Virus
b. Virus Capsid
d. Viral Envelope
Envelope merupakan membran yang terdiri atas lipid dari sel hospes dan
protein dari virus. Kenyataannya envelope diperoleh saat virus melekat pada sel
hospes. Virus dengan envelope cenderung tidak stabil dan mereka lebih mudah
inaktif daripada virus tanpa envelope. Pada umumnya virus ini tersebar melalui
kontak langsung darah atau cairan tubuh.
2. Pertumbuhan Virus
Virus berbeda dengan agen infeksius lainnya. Untuk dapat tumbuh, virus
harus berada di dalam sel hospes. Virus akan berlekatan dengan sel hospes melalui
mediasi protein yang terdapat pada capsid. Selanjutnya virus akan memasukkan
asam nukleatnya ke dalam sel hospes. Asam nukleat virus yang sudah ada di dalam
inti sel hospes, akan mensintesis proteinnya dengan menggunakan materi dan
energy dari sel hospes. Selanjutnya asam nukleat virus ini akan bereplikasi di dalam
sel hospes dan menghasilkan asam nukleat baru untuk membentuk progeny. Pada
akhirnya, protein yang telah disintesis sebelumnya akan melapisi asam nukelat
yang telah bereplikasi dan membentuk capsid, yang akhirnya menghasilkan virus
progeny. Progeny virus yang sudah terbentuk akhirnya lepas dari sel hospes dan
membuat sel tersebut lisis.
Kelompok 3 TUTORIAL
Skenario 2 2010
c. Fungi
Fungi merupakan salah satu kingdom selain monera, protista, plantae dan
animalia. Fungi dapat diklasifikasikan ke dalam filum, subfilum, dan form-class.
Fungi dapat dibagi ke dalam filum zygomycota dan filum dikaryomycota, dapat
dibagi ke dalam subfilum ascomycotina dan subfilum basidiomycotina, dan dapat
dibagi ke dalam form-class deuteromycotina.
Struktur Fungi
Fungi memiliki struktur seperti sel eukariotik. Sel fungi mempunyai kompleks
sitosol yang terdiri dari mikrovesikel, mikrotubuli, ribosom, mitokondria, apparatus
golgi, nucleus reticulum endoplasma, dan struktur lainnya. Nucleus dari fungi
dilapisi oleh membran yang berisi DNA seluler. Yang menarik disini adalah
membrane, selama mitosis berlangsung tidak menghilang dan berlanjut sepanjang
tahap metaphase, berbeda dengan sel tumbuhan dan hewan yang mmembrannya
akan menghilang dan dibentuk kembali saat kromosom kearah sentromer.
Selain itu yang melapisi sitosol ada membrane lain yang disebut dengan
plasmalemma. Fungi juga memiliki ergosterol yang sangat penting karena
kebanyakan antifungal berdasarkan ada tidaknya ergosterol ini.
Seperti halnya sel mamalia, sel fungi memiliki dinding sel multilayer yang
terhubung dengan plasmalemma. Dinding sel ini mengandung chitin, sebuah
K e l o m p o kdan
homopolimer. Lapisan dari chitin adalah glucan, mannoprotein, 3 kompleks
TUTORIAL
Skenario 2 2010
polisakarida lainnya yang bergabung dengan banyak polipeptida. Sebagai
tambahan, dinding sel fungi memproduksi sebuah capsul liposakarida. Struktur ini
mengisolasi fungi dari kontak langsung dengan lingkungannya, dalam hal ini
lingkungan dapat berupa sel hospes.
Fungi dapat dibagi menjadi dua bentuk morfologi yaitu yeast dan hypae.
Semua fungi diproduksi secara aseksual, dan ada yang diproduksi secara seksual.
Jika didasarkan pada fase reproduksinya, fungi dapat diklasifikasikan menjadi
anamorph (aseksual) dan teleomorph (seksual).
d. Cacing Parasit
Cacing parasit adalah cacing yang hidup sebagai parasit pada organisme
lain, baik hewan atau tumbuhan. Mereka adalah organisme yang seperti cacing
yang hidup dan makan pada tubuh yang ditumpangi serta menerima makanan dan
perlindungan sementara menyerap nutrisi tubuh yang ditumpangi. Penyerapan ini
menyebabkan kelemahan dan penyakit. Penyakit yang diakibatkan oleh cacing
parasit biasanya disebut secara umum sebagai kecacingan.
Zat warna yang sering dipakai adalah: Fuchsin berwarna merah, methylen blue
berwarna biru dan gentian violet berwarna ungu.
a. Pembuatan Sediaan
Pada object gelas yang bersih dan bebas dari lemak di buat apusan bakteri
yang tidak terlalu tebal agar bakteri tersebut tidak bertumpuk ataupun tidak
terlalu tipis karena dapat menyebabkan bakteri sukar diamati. setelah sediaan
dibuat, sediaan difiksasi dengan melewatkannya pada nyala api.
Fiksasi adalah :
3. Dengan fiksasi, sediaan akan melekat erat sehingga tidak terlepas pada proses
pewarnaan selanjutnya setelah difiksasi bakteri diwarnai.
b. Pewarnaan Gram
dengan pewarnaan gram, bakteri dibagi dalam dua golongan, bakteri berwarna
ungu disebut bakteri gram positif, yang berwarna merah disebut bakteri gram
negatif.
1. setelah sediaan difiksasi, diwarnai dengan carbol fuchsin selama 5 menit sambil sambil
dipanasi dengan api menyala hingga keluar uap.
3. mencuci dengan alcohol 95 % sampai tidak ada lagi zat warna yang luntur
Pewarnaan dengan ini untuk membedakan bakteri yang tahan asam dan tidak tahan asam.
d. Pewarnaan Neisser
Pewarnaan ini khusus untuk mewarnai Orynebacterium diphtheria. digunakan 3 macam zat
warna,
Kelompok 3 TUTORIAL
1. neisser A isinya methylen blue
Skenario 2 2010
2. neisser B isinya gentian violet
Cara kerja
1. Setelah di fiksasi, sediaan diwarnai dengan campuran dua bagian Neisser A dan Neisser
B selama 15-30 detik.
2. Kelebihan zat warna dibuang, kemudian tanpa mencuci, sedian diwarnai dengan Neisser
C selama 15-30 detik.
e. Pewarnaan Negatif
Imunitas Selular
Imunitas seluler efektif terhadap bakteri yang mampu hidup dan tumbuh
dalam makrofag hospes, seperti Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium
leprae, dan Legionella. Mikroba-mikroba ini dapat mengelakkan mekanisme
pembunuhna fagosit dengan mencegah fusi fagosom dan lisosom, seperti pada
mikrobakterium atau dengan menghambat peningkatan aktivitas metabolik pasca-
fagositosis, seperti pada Legionella.
1. Definisi Patofisiologi
Berbagai aktivator dapat bekerja pada fagosit mononuclear dan sel-sel lain
serta menginduksi untuk melepaskan interleukin-1. Diantara aktivator-
aktivator tersebut adalah mikroba dan produknya; toksin, termasuk
endotoksin; kompleks antigen-antibodi; proses radang; dan lain-lain.
Interleukin-1 dibawa aliran darah ke pusat pengatur suhu di hipotalamus,
mencetuskan respons fisiologik yang menyebabkan demam (misalnya,
peningkatan produksi panas, pengeluaran panas yang berkurang).
Sitokin adalah protein yang dapat larut yang dihasilkan oleh satu sel
dan memengaruhi sel lain. Molekul-molekul ini mempunyai berbagai sifat
misal, interleukin-1 membantu proliferasi limfosit selain menginduksi demam;
dan interleukin-2, yang dihasilkan oleh sel T, menyebabkan proliferasi sel T
dan mempunyai banyak fungsi imunomodulasi lain.
Selain merasa kelelahan, sistem kekebbalan tubuh juga bisa menurun terkait
dengan sterss. Banyak penelitian telah dilakukan oleh para pakar untuk
mengetahui bagaimana kaitan antara stress dengan sistem kekebalan tubuh
(immune system). Dalam kaitan ini para ilmuwan ingin melihat bagaimana faktor-
faktor psikologis itu dapat mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dan
menyebabkan meningkatnya risiko berkaitan dengan sejumlah penyakit, seperti
AIDS, kanker, artritis, infeksi, dan alergi. Seperti yang telah dijelaskan pada
skenario sebelumnya sistem kekebalan tubuh itu ibarat pasukan yang menjaga
tubuh dari unsur luar yang disebut antigen. Tugas sistem imun ini adalah
mendeteksi dan mengidentifikasi antigen. Selain itu juga menetralisasi dan
menyingkirkan antigen dari tubuh. Sel-sel yang mengerjakan tugas ini diproduksi di
dalam lymphocytes. Ketika bakteri menyerang tubuh, maka B-lymphocytes akan
melindungi dan menetralisasi racunnya. Ketika virus, sel kanker, jamur, parasit
muncul di dalam tubuh, maka T-lymphocytes akan menyerang para penyerbu itu
secara langsung. Seberapa baik sistem kekebalan tubuh itu bekerja, disebut
immunocompetence, yang dapat diukur dari aktif atau tidaknya lymphocytes dan
kemampuan antibodi menghadapi racun-racun dalam pemeriksaan di laboratorium.
Kelompok 3 TUTORIAL
Skenario 2 2010
Banyak bukti telah ditemukan mengenai kuatnya kaitan antara stres dan
menurunnya fungsi sistem kekebalan tubuh. Stres ternyata dapat menurunkan
kemampuan sistem imun, sehingga tidak dapat berfungsi secara baik. Sistem
kekebalan tubuh yang menurun akibat stres membuat berbagai penyakit mudah
menyerang. Salah satu yang sering muncul adalah masalah alergi. Stres merupakan
respons fisik atau mental, emosional yang timbul terhadap setiap perubahan atau
keadaan yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Dampak dari stres pun
beragam, tidak hanya memengaruhi kondisi psikologis, juga fisik.
Umumnya, sistem kekebalan tubuh dari sel hospes atau manusia itu sendiri
bisa tidak adekuat terhadap agen infeksi. Ini bisa terjadi salah satunya karena
adanya penyakit autoimun yang diturunkan, yang dapat mempengaruhi respon
tubuh penjamu terhadap infeksi. Efek dari penyakit autoimun ini mengakibatkan
perubahan sistem imunitas yang beragam, termasuk pengurangan kadar antibodi,
perubahan sel fagositik dan kekurangan sel efektor. Setiap perubahan ini dapat
menimbulkan keadaan dimana tubuh penjamu sangat rentan terhadap agen infeksi.
Beberapa contoh dari penyakit ini antara lain, penyakit granulamatosa kronik yang
menurunkan aktivitas antibakteri.
1. Diagnosis
Diagnosis etiologi spesifik harus dirmuskan. Hal ini sering dilakukan berdasarkan
pertimbangan klinis. Misalnya pada pneumonia lobar yang khas atau infeksi saluran urin
akut, hubungan antara gambaran klinis dan agen penyebab harusalh baku sehingga
memudahkan pemilihan antibiotic berdasar gambaran klinis. Pada sebagian besar infeksi,
hubungan atara agen penyebab dan gamabaran klinis tidak konstan oleh karena itu
penting untuk mendapat specimen yang tepat untuk mendapat specimen yang tepat untuk
idenfikasi bakteriologi agen penyebab.
Best guest organisme penyebab bisa didasarkan pada pertimbangan berikut, antara lain :
d. Faktor mekanik sebagai predisposisi ( intervena drip, karakter urin, respirator, paparan
terhadap vector.
Jika agen penyebab infeksi diketahui, obat pilihan dapat dilakukan berdasrkan
pengalaman klinis.
2. Uji kepekaan
Kelompok 3 TUTORIAL
Skenario 2 2010
a. Jika mikroorganisme yang ditemukan adalah tipe yang sering resisten terhadap
antimikroba (bakteri interik gram negative)
b. Jika proses infeksi kemungkinan besar menjadi fatal jika tidak diobati dengan tepat
(meningitis, spetisema)
Indikasi untuk pemberian antibiotic harus memenuhin syarat dengan memperhatikan hal-
hal berikut :
3. Menutup infeksi yang serius tanpa membasmi. Misalnya, menifestasi klinis abses
mungkin dikurangi, namun proses infaksi terus berlangsung.
Antimikroba yang ideal menunjukkan toksisitas selektif. Hal ini secara tidak
langsung menjelaskan bahwa obat berbahaya bagi parasit dan membahayakan inang.
Toksisitas selektif mungkin merupakan fungsi reseptor spesifik yang dibutuhkan untuk
melekatnya obat-obatan, atau bisa karena hambatan biokimia yang bisa terjadi bagi
organisme namun tidak bagi inang. Mekanisme obat antimikroba tidak sepenuhnya
dimengerti. Namun, mekanismenya dikelompokkan dalam 4 kelompok utama :
Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh membrane sitoplasma, yang berperan
sebagai barrier premeabilitas selektif, membawaKfungsi
elom p o k aktif,
transport 3 kemudian TUTORIAL
Skenario 2 2010
mengontrol komposisi internal sel. Jika fungsi integritas membrane sitoplasma
dirusak, makromolekul dan ion keluar dari sel, kemudian sel rusak atau terjadi
kematian. Membrane sitoplasma bakteri dan fungi mempunyai struktur berbeda
disbanding sel binatang dan dapat dengan mudah dikacaukan oleh agen tertentu.
Oleh sebab itu, kemoterapi selektif adalah hal yang memungkinkan.
Misalnya :
a. Aminoglikosida
Cara kerja streptomisin telah dipelajari jau lebih intensif daripada aminoglikosida
lain, tetapi kemungkinan semua bertidak secara sma. Langkah pertama adalah
penambahan aminoglokan reseptor protein spesifik (P12 dalam kasusu streptomisin)
pada subunit 30S ribosom mikrobia. Kedua, aminoglikosida memblokir aktivitas
“inisiasi komplek” normal pembentukan peptid. Ketiga, pesan mRNA salah dibaca
pada “daerah pengenalan” ribosom. Keempat, penambahan aminoglikosida berakibat
dalam pemecahan polisom dan pemisahannyake dalam monosom yang tidak dapat
mensitesis protein. Aktivitas terjadi lebih atau kurang simultan, dan pengaruh atas
semua itu biasanya tidak dapat kembali bahkan membunuh bakteri.
b. Kloramfenikol
Kelompok 3 TUTORIAL
Skenario 2 2010
Menghambat transpeptidasi secara indirek yang dikatalisasi oleh peptidyl transferase,
dengan memblok pengikatan aminoacyl moieti pada tRNA ke bagian penerima
(aseptor) pada ribosom-messenger (mRNA) complex
c. Tetrasiklin
terikat pada 30 S ribosom pada sisi yang menyebabkan terbloknya ikatan antara
amino acid-charged tRNA ke bagian aseptor pada (mRNA)
d. Linkomisin (klindamisin)
(Misal Rifampin)
Rifamin menghambat pertumbuhan bakteri dengan ikatan yang sangat kuat pada
enzim DNA dependent RNA polymerase bakteri. Jadi ini penghambat sisntesis RNA
bakteri. Resistensi rifampin diakibatkan karena perubahan pada RNA polymerase
akibat mutasikromosom yang sangat sering terjadi. Mekanisme kerja rifampin pada
virus adalah berbeda. Rifampin memblokir tahap akhir dan penyusunan poxvirus.
2. Efek Samping
Obat antibiotik juga dapat menimbulkan efek samping antara lain seperti reaksi alergi,
reaksi toxic, eaksi perubahan metabolic dan masih banyak lagi efek samping lainnya.
Obat antimikroba untuk pemberian sistemik juga memiliki efek samping seperti :
1. Aktivitas terkuat dalam melawan organism gram positif, spirokheta, dan beberapa
yang lain tapi rentan terhadap hidrolisa oleh β-lactamase dan labil terhadap asam
(penisilin G).
2. Relative tahan terhadap β-lactamase tapi aktivitas yang lebih rendah melawan
organism gram positif dan dan tidak aktif melawan gram negative.
3. Relative mempunyai aktivitas yang melawan kedua organism gram positif dan gram
negative tapi dirusak oleh β-lactamase.
4. Relative stabil terhadap asam lambung dan cocok untuk pemberian oral (misalnya
penisilin V, kloksasilin, amoksisilin).
Kelompok 3 TUTORIAL
Skenario 2 2010
b. Sefalosporin
c. Tetrasiklin
Tetrasiklin merupakan kelompok obat yang berbeda secara fisik dan karakteristik
farmakologinya tapi sebenarnya mempunyai sifat animikroba yang sama dan member
resistensi silang sempurna. Semua tetrasiklin diabsorpsi dari saluran usus dan
didistribusikan secara luas pada jaringan tubuh, tapi sedikit masuk ke cairan
serebrospinal. Dengan dosis tetrasiklin hidroklorid 2g/hari secara oral, kadar darah
mencapai 8 mg/mL.
Mikroba resisten obat karena perubahan genetic dan proses seleksi yang
terjadi oleh antimikroba
Kelompok 3 TUTORIAL
1. Resistensi kromosom
Skenario 2 2010
a. Beberapa plasmid membawa gen untuk resistensi antimikroba
2. Resistensi Silang
Meningokokus
Stafilokokus
Pneumokokus
Kelompok 3 TUTORIAL
Skenario 2 2010
BAB III
PENUTUP
Simpulan
Tidak hanya menjadi agen infeksius, beberapa bakteri dan fungi juga
berpotensi sebagai antibiotik, senyawa yang dapat membunuh/menekan
pertumbuhan bakteri. Akan tetapi, penggunaan antibiotik yang terus menerus
ataupun salah akan menimbulkan resistensi pada bakteri patogen.
Kelompok 3 TUTORIAL
Skenario 2 2010
Daftar Pustaka
Brooks, G. F., Butel, J. S., et al. (2008). Jawetz, Melnick & Adelberg
mikrobiologi kedokteran, 23rd ed. Jakarta: EGC
Brooks, Geo et al, 2004. Jawetz, Melnick, & Adelberg’s Medical Mocribiology,
Twenty-third Edition, International Edition, McGraw-Hill Companies, Inc.:
Boston, printed in Singapore
Kayser, Fritz H, et.al. 2005. Color Atlas of Medical Microbiology. Thieme: New
York.
Kelompok 3 TUTORIAL