Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
Tulang belakang manusia adalah pilar/ tiang yang berfungsi menyangga tubuh
dan melindungi medulla spinalis. Pilar tersebut terdiri dari 33 ruas tulang belakang yang
tersusun secara segmental yang terdiri atas 7 ruas tulang servikal, 12 ruas tulang torakal, 5
ruas tulang lumbal, 5 ruas tulang sacral yang menyatu dan 4 ruas tulang ekor. Setiap ruas
tulang belakang dapat bergerak satu dengan yang lain oleh karena adanya dua sendi di
daerah posterolateral dan diskus intervertebralis di anterior.
Vertebra lumbalismerupakan tulang terbesar dan terkuat dari semua tulang yang berada
pada tulang belakang. Vertebra ini dimulai darilengkung lumbal (yaitu, persimpangan
torakolumbalis) dan meluas ke sacrum. Otot-otot yang melekat pada vertebra lumbalis
menstabilkan tulang belakang. Fraktur vertebra lumbalis disebabkan oleh trauma berat atau
keadaan patologis yang melemahkan tulang. Osteoporosis adalah penyebab terbanyak
terjadinya fraktur kompresi lumbal, terutama pada wanita pascamenopause. Fraktur vertebra
yang diakibatkan oleh osteoporosis dapat terjadi tanpa trauma yang jelas.2 Fraktur di daerah
kolumna vertebralis sebagai akibat osteoporosis bisa terjadi dalam bentuk crush (pada
wanita pasca menopause) atau bentuk multiple, seperti baji (wanita/ pria akibat
osteoporosis senilis). Gejala dan tanda sering tidak khas. Kadang- kadang penderita
merasa nyeri dengan derajat ringan sampai sedang. Nyeri akan bertambah bila bergerak atau
batuk dan berkurang pada waktu istirahat. Khas adalah timbulnya bongkok akibat
fraktur daerah pungggung (Dowagers hump),

yang juga berakibat tinggi penderita

berkurang. Nyeri yang timbul bisa disertai nyeri akibat penekanan saraf sesuai dengan
dermatom, karena penekanan saraf daerah tersebut. Nyeri biasanya akan membaik dalam
waktu 2-4 minggu, sedangkan fraktur akan sembuh dalam waktu 3 - 4 bulan. 3Namun,
pemeriksaan diagnostik menyeluruh selalu dibutuhkan untuk menyingkirkan keganasan
tulang belakang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Fraktur kompresi (wedge fractures) merupakan kompresi pada bagian depan corpus
vertebralis yang tertekan dan membentuk patahan irisan. Fraktur kompresi adalah fraktur
tersering yang mempengaruhi kolumna vertebra.

Gambar 1. Fraktur Kompresi Vertebra

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI


ANATOMI

A. Vertebra secara umum


Vertebra dimulai dari cranium sampai pada apex coccigeus, membentukskeleton dari
leher, punggung dan bagian utama dari skeleton (tulang cranium, costa dan sternum). Fungsi
vertebra yaitu melindungi medulla spinalis dan serabut syaraf, menyokong berat badan dan
berperan dalam perubahan posisi tubuh. Vertebra terdiri dari 33 vertebra dengan pembagian 5
regio yaitu 7 cervical, 12 thoracal, 5 lumbal, 5 sacral, 4 coccigeal.

Gambar 2. Kolumna Vertebra


B. Vertebra lumbalis
Vertebra lumbalis merupakan bagian dari kolumna vertebralis yang terdiri dari lima ruas
tulang dengan ukuran ruasnya lebih besar dibandingkan dengan ruas tulang leher (vertebra
cervical) maupun tulang punggung (vertebra thorakal). Vertebra lumbalis dapat dibedakan
oleh karena tidak adanya bidang untuk persendian dengan costa. Diantara ruas-ruas vertebra
lumbalis tersebut terdapat penengah ruas tulang yang terdiri atau tersusun dari tulang muda
yang tebal dan erat, berbentuk seperti cincin yang memungkinkan terjadinya pergerakan
antara ruas-ruas tulang yang letaknya sangat berdekatan. Bagian atas dari vertebra lumbalis
berbatasan dengan vertebra torakalis 12, yang persendiannya disebut thoracolumbal joint atau
articulatio thoracolumbalis. dan pada bagian bawahnya berbatasan dengan vertebra sakralis.
dan persendiannya disebut lumbosacral joint atau articulatio lumbosacralis.6

Vertebra lumbal adalah satu dari lima rangkaian kolumna vertebralis yang terletak pada
pertengahan tubuh bagian posterior. Pada umumnya vertebra lumbalis mempunyai bentuk
melengkung ke arah depan atau disebut juga lordosis.
Dilihat dari lengkungannya vertebra lumbal termasuk kedalam vertebra sekunder, karena
lengkungan dari vertebra lumbal tumbuh setelah lahir, yaitu pada saat seorang anak belajar
berjalan pada usia satu sampai satu setengah tahun.

Gambar 3 Vertebra Lumbalis

C. Medula spinalis
Medulla spinalis terletak didalam kanalis vertebralis yang diliputi dan luar oleh
duramater, subdural space, arachnoid, subarachnoid dan piamater. Medulla spinalis dimulai
dari atas setinggi foramen magnum sebagai lanjutan dari medulla oblongata. Medulla spinalis
daerah cervical tempat asal plexus brachialis dan di thoracica bawah dan lumbal tempat asal
plexus lumbosacralis terdapat pelebaran fusiformis yang disebut intumescentia cervicalis dan
lumbalis.
Di inferior medulla spinalis meruncing menjadi conus medullaris. Dari puncak conus ini
berjalan turun lanjutan piameter yaitu filum terminale.

Gambar 4. Medulla Spinalis

FISIOLOGI VERTEBRA LUMBALIS


Vertebra lumbalis merupakan bagian dari kolumna vertebralis, sehingga fungsi dari
vertebra lumbalis tidak terlepas dari fungsi kolumna vertebralis secara keseluruhan.Sesuai
dengan anatomi vertebra lumbalis yang mempunyai bentuk yang besar dan kuat, maka fungsi
vertebra lumbalis adalah :6
a. Menyangga tubuh bagian atas dengan perantaraan tulang rawan yaitu diskus
intervertebralis yag lengkungannya dapat memberikan fleksibilitas yang dapat
memugkinkan membungkuk ke arah depan (fleksi) dan kearah belakang (ekstensi), miring
ke kiri dan ke kanan pada vertebra lumbalis.
b. Diskus intervertebralisnya dapat menyerap setiap goncangan yang terjadi bila sedang
menggerakkan berat badan seperti berlari dan melompat.
c. Melindungi otak dan sumsum tulang belakang dari goncangan.
d. Melindungi saraf tulang belakang dari tekanan-tekanan akibat melesetnya nukleus
pulposus pada diskus intervertebralis. Namun apabila annulus fibrosus mengalami
kerusakan, maka nukleus pulposusnya dapat meleset dan dapat menyebabkan penekanan
pada akar saraf disekitarnya yang menimbulkan rasa sakit dan ada kalanya kehilangan
kekuatan pada daerah distribusi dari saraf yang terkena.

3. EPIDEMIOLOGI

Fraktur kompresi vertebra merupakan jenis fraktur yang sering terjadi danmerupakan
masalah yang serius. Setiap tahun sekitar 700.000 insidensi di Ameika
Serikat, dimana prevalensinya meningkat 25% pada wanita yang berumur diatas 50tahun.
Satu dari dua wanita dan satu dari empat laki-laki berumur lebih dari 50 tahunmenderita
osteoporosis berhubungan dengan fraktur. Insidensi fraktur kompresivertebra meningkat
secara progresif berdasarkan semakin bertambahnya usia, danprevalensinya sama antara
laki-laki (21,5%) dan wanita (23,5%), yang diukurberdasarkan suatu studi pemeriksaan
radiologi. Meskipun hanya sekitar sepertigamenunjukkan gejala akut, awalnya semua
berhubungan dengan angka yangsignifikan meningkatkan mortalitas dan gangguan
fungsional dan psikologis.5

4. ETIOLOGI

Penyebab terjadinya fraktur kompresi vertebra adalah sebagai berikut:


langsung ( direct )
Fraktur yang disebabkan oleh adanya benturan langsung pada jaringan tulang
seperti pada kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian, dan benturan benda keras oleh
kekuatan langsung.
Trauma tidak langsung ( indirect )
Fraktur yang bukan disebabkan oleh benturan langsung, tapi lebih disebabkan oleh
adanya beban yang berlebihan pada jaringan tulang atau otot, contohnya seperti pada
olahragawan yang menggunakan hanya satu tangannya untuk menumpu beban badannya.
Trauma tidak langsung ( indirect )
Fraktur yang disebabkan oleh proses penyakit seperti osteoporosis, penderita tumor
dan infeksi.
Penyebab pokok dari fraktur kompresi lumbal adalah osteoporosis. Pada wanita, faktor
risiko utama untuk osteoporosis adalah menopause, atau defisiensi estrogen. Faktor risiko
lain yang dapat memperburuk tingkat keparahan osteoporosis termasuk merokok, aktivitas
fisik, penggunaan prednison dan obat lain, dan gizi buruk. Pada laki-laki, semua faktor risiko
non-hormon di atas juga berpengaruh. Namun, kadar testosteron rendah juga dapat
berhubungan dengan fraktur kompresi.
Gagal ginjal dan gagal hati keduanya terkait dengan osteopenia. Kekurangan gizi dapat
menurunkan remodeling tulang dan meningkatkan osteopenia. Akhirnya, genetika juga

memainkan peran dalam pengembangan fraktur kompresi,risiko osteoporosis juga dapat


dilihat dari riwayat keluarga dengan keluhan serupa.
Keganasan dapat bermanifestasi awalnya sebagai fraktur kompresi. Kanker yang paling
umum di tulang belakang adalah metastasis. Keganasan khas yang bermetastasis ke tulang
belakang sel ginjal, prostat, payudara, paru-paru dan, meskipun jenis lainnya dapat
bermetastasis ke tulang belakang. 2 hal keganasan tulang primer paling umum adalah
multipel myeloma dan limfoma.
Infeksi yang menghasilkan osteomyelitis dapat juga mengakibatkan fraktur kompresi.
Biasanya, organisme yang paling umum dalam infeksi kronis adalah stafilokokus atau
streptokokus. Tuberkulosis bisa terjadi pada tulang belakang dan disebut penyakit Pott.2,3

5. PATOFISIOLOGI
Tulang belakang merupakan satu kesatuan yang kuat yang diikat oleh ligamen di depan
dan di belakang, serta dilengkapi diskus intervertebralis yang mempunyai daya absorpsi
terhadap tekanan atau trauma yang memberikan sifat fleksibilitas dan elastis. Semua trauma
tulang belakang harus dianggap suatu trauma yang hebat, sehingga sejak awal pertolongan
pertama dan transportasi ke rumah sakit penderita harus secara hati-hati. Trauma pada tulang
belakang dapat mengenai :8
a. Jaringan lunak pada tulang belakang, yaitu ligamen, diskus dan faset.
b. Tulang belakang sendiri
c. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Mekanisme trauma diantaranya :8
a. Fleksi
Trauma terjadi akibat fleksi dan disertai dengan sedikit kompresi pada vertebra.
Vertebra mengalami tekanan terbentuk remuk yang dapat menyebabkan kerusakan atau
tanpa kerusakan ligamen posterior. Apabila terdapat kerusakan ligamen posterior, maka
fraktur bersifat tidak stabil dan dapat terjadi subluksasi.

Gambar 2.5. Fraktur Akibat Fleksi


b. Fleksi dan rotasi
Trauma jenis ini merupakan trauma fleksi yang bersama-sama dengan rotasi. Terdapat
strain dari ligamen dan kapsul, juga ditemukan fraktur faset. Pada keadaan ini

terjadi pergerakan ke depan/dislokasi vertebra diatasnya. Semua fraktur dislokasi bersifat


tidak stabil.

Gambar 2.6. Fraktur Akibat Rotasi


c. Kompresi vertikal (aksial)
Suatu trauma vertikal yang secara langsung mengenai vertebra yang akan menyebabkan
kompresi aksial. Nukleus pulposus akan memecahakan permukaan serta badan
vertebra secara vertikal. Material diskus akan masuk dalam badan vertebra dan
menyebabkan vertebra menjadi rekah (pecah). Pada trauma ini elemen posterior masih
intak sehingga fraktur yang terjadi bersifat stabil.

Gambar 2.7. Fraktur Kompresi


d. Hiperekstensi atau retrofleksi
Biasanya terjadi hiperekstensi sehingga terjadi kombinasi distraksi dan ekstensi.
Keadaan

ini sering ditemukan pada vertebra servikal dan jarang pada vertebra

torakolumbal. Ligamen anterior dan diskus dapat mengalami kerusakan atau terjadi
fraktur pada arkus neuralis. Fraktur ini biasanya bersifat stabil.

Gambar 2.8. Fraktur Akibat Hiperekstensi


e. Fleksi lateral
Kompresi atau trauma distraksi yang menimbulkan fleksi lateral akan menyebabkan
fraktur pada komponen lateral yaitu pedikel, foramen vertebra dan sendi faset.
a.
b.
c.
d.

Pembagian trauma vertebra menurut BEATSON (1963) membedakan atas 4 grade:


Grade I
= Simple Compression Fraktur
Grade II = Unilateral Fraktur Dislocation
Grade III = Bilateral Fraktur Dislocation
Grade IV = Rotational Fraktur Dislocation

Dengan adanya penekanan/ kompresi yang berlangsung lama menyebabkan jaringan


terputus akibatnya daerah disekitar fraktur dapat mengalami edema atau hematoma.
Kompresi akibatnya sering menyebabkan iskemia otot. Gejala dan tanda yang menyertai
peningkatan tekanan kompartemental mencakup nyeri, kehilangan sensasi dan paralisis.
Hilangnya tonjolan tulang yang normal, pemendekan atau pemanjangan tulang dan
kedudukan yang khas untuk dislokasi tertentu menyebabkan terjadinya perubahan bentuk
(deformitas).

6. MANIFESTASI KLINIS
Fraktur kompresi biasanya bersifat insidental, menunjukkan gejala nyeri tulang
belakang ringan sampai berat. Dapat mengakibatkan perubahan postur tubuh karena
terjadinya kiposis dan skoliosis. Pasien juga menunjukkan gejala-gejala pada abdomen
seperti rasa perut tertekan, rasa cepat kenyang, anoreksia dan penurunan berat badan.
Gejala pada sistem pernafasan dapat terjadi akibat berkurangnya kapasitas paru.
Hanya sepertiga kasus kompresi vertebra yang menunjukkan gejala. Pada saat
fraktur terasa nyeri, biasanya dirasakan seperti nyeri yang dalam pada sisi fraktur. Jarang
sekali menyebabkan kompresi pada medulla spinalis, tampilan klinis menunjukkan gejala
nyeri radikuler yang nyata. Rasa nyeri pada fraktur disebabkan oleh banyak gerak, dan
pasien biasanya merasa lebih nyaman dengan beristirahat.Banyak pasien yang mengalami
fraktur kompresi vertebra akan menjadi tidak aktif, dengan berbagai alasan antara lain rasa
nyeri akan berkurang dengan terlentang, takut jatuh sehingga terjadi patah tulang lagi.
Sehingga kurang aktif atau malas bergerak pada akhirnya akan mengakibatkan semakin
buruknya kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
Apabila kerusakan tulang belakang setinggi vertebra L1-L2 mengakibatkan sindrom
konus medullaris.Konus medullaris adalah ujung berbentuk kerucut dari sumsum tulang
belakang. Normalnyaterletak antara ujung vertebra torakalis (T-12) dan awal dari vertebra
lumbalis (L-1),meskipun kadang-kadang konus medullaris ditemukan antara L-1 dan L-2.
Saraf yangmelewati konus medullaris mengontrol kaki, alat kelamin, kandung kemih, dan
usus.Gejala umum termasuk rasa sakit di punggung bawah, anestesi di paha bagian dalam,
pangkal paha; kesulitan berjalan, kelemahan di kaki, kurangnya kontrol kandung kemih;
inkontinensia alvi, dan impotensi.

Gambar 2.9 Dermatom


a. Gangguan motorik
Cedera medula spinalis yang baru saja terjadi, bersifat komplit dan terjadi kerusakan selsel saraf pada medulla spinalisnya menyebabkan gangguan arcus reflek dan flacid paralisis
dari otot-otot yang disarafi sesuai dengan segmen-segmen medulla spinalis yang cedera.
Pada awal kejadian akan mengalami spinal shock yang berlangsung sesaat setelah kejadian
sampai beberapa hari bahkan sampai enam minggu. Spinal shock ini ditandai dengan
hilangnya reflek dan flacid. Lesi yang terjadi di lumbal menyebabkan beberapa otot-otot
anggota gerak bawah mengalami flacid paralisis.
b. Gangguan sensorik
Pada kondisi paraplegi salah satu gangguan sensoris yaitu adanya paraplegic pain dimana
nyeri tersebut merupakan gangguan saraf tepi atau sistem saraf pusat yaitu sel-sel yang ada
di saraf pusat mengalami gangguan. Selain itu kulit dibawah level kerusakan akan
mengalami anaestesi, karena terputusnya serabut-serabut saraf sensoris.
c. Gangguan bladder dan bowel
Pada defekasi, kegiatan susunan parasimpatetik membangkitkan kontraksi otot polos
sigmoid dan rectum serta relaksasi otot spincter internus. Kontraksi otot polos sigmoid dan
rectum itu berjalan secara reflektorik. Impuls afferentnya dicetuskan oleh ganglion yang
berada di dalam dinding sigmoid dan rectum akibat peregangan, karena penuhnya sigmoid
dan rectum dengan tinja. Defekasi adalah kegiatan volunter untuk mengosongkan sigmoid
dan rectum. Mekanisme defekasi dapat dibagi dalam dua tahap. Pada tahap pertama, tinja
didorong kebawah sampai tiba di rectum kesadaran ingin buang air besar secara volunter,
karena penuhnya rectum kesadaran ingin buang air besar timbul. Pada tahap kedua semua
kegiatan berjalan secara volunter. Spincter ani dilonggarkan dan sekaligus dinding perut
dikontraksikan, sehingga tekanan intra abdominal yang meningkat mempermudah

dikeluarkannya tinja. Jika terjadi inkontinensia maka defekasi tak terkontrol oleh
keinginan.
d. Gangguan fungsi seksual
Pasien pria dengan lesi tingkat tinggi untuk beberapa jam atau beberapa hari setelah
cidera. Seluruh bagian dari fungsi seksual mengalami gangguan pada fase spinal shock.
Kembalinya fungsi sexual tergantung pada level cidera dan komplit/tidaknya lesi. Untuk
dengan lesi komplet diatas pusat reflek pada konus, otomatisasi ereksi terjadi akibat
respon lokal, tetapi akan terjadi gangguan sensasi selama aktivitas seksual. Pasien dengan
level cidera rendah pusat reflek sakral masih mempunyai reflex ereksi dan ereksi
psikogenik jika jalur simpatis tidak mengalami kerusakan, biasanya pasien mampu untuk
ejakulasi, cairan akan melalui uretra yang kemudian keluarnya cairan diatur oleh kontraksi
dari internal bladder sphincter. Kemampuan fungsi seksual sangat bervariasi pada pasien
dengan lesi tidak komplit, tergantung seberapa berat kerusakan pada medula spinalisnya.
Gangguan sensasi pada penis sering terjadi dalam hal ini. Masalah yang terjadi
berhubungan dengan lokomotor dan aktivitas otot secara volunter.
7. DIAGNOSIS
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan dengan cara pasien berdiri, sehinggatandatanda osteoporosis seperti kiposkoliosis akan lebih tampak. Kemudian pemeriksaan
dilakukan dengan menekan vertebra dengan ibu jari mulai dari atassampai kebawah yaitu
pada prosesus spinosus. Fraktur kompresi vertebra dapatterjadi mulai dari oksiput
sampai dengan sacrum, biasanya terjadi pada region pertengahan torak (T7-T8) dan
pada thorakolumbal junction. Ulangi lagi pemeriksaan sampai benar-benar ditemukan
lokasi nyeri yang tepat. Nyeri yang berhubungan dengan pemeriksaan palpasi vertebra
mungkin disebabkan oleh adanya fraktur kompresi vertebra.5
Adanya deformitas pada tulang belakang tidak mengindikasikan adanya fraktur.
Jika tidak ditemukan nyeri yang tajam, kemungkinan hal tersebut merupakan suatu kelainan
tulang belakang yang berkaitan dengan umur. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan
dengan membantu pasien melakukan gerakan fleksi dan ekstensi pada tulang belakang,
gerakan ini akan menyebabkan rasa nyeri yang disebabkan oleh adanya fraktur kompresi
vertebra.Spasme otot atau kekakuan otot dapat terjadi sebagai akibat dari kekuatanotot
melawan gravitasi pada bagian anterior dari vertebra. Pemeriksaan neurologis perlu
dilakukan. Tidak jarang pada kasus osteomielitis mempunyai gejala yang mirip dengan
fraktur kompresi vertebra.5
Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu :9


a. Roentgenography : pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat tulang vertebra untuk
melihat fraktur dan pergeseran tulang vertebra

Gambar 2.10. Fraktur Kompresi Vertebra Lumbal 1


b. Magnetic Resonance Imaging

: pemeriksaan ini memberi informasi detail mengenai

jaringan lunak di daerah vertebra. Gambaran yang akan dihasilkan adalah 3 dimensi. MRI
sering digunakan untuk mengetahui kerusakn jaringan lunak pada ligament dan diskus
intervertebralis dan menilai cedera medulla spinalis

Gambar 2.11. MRI Fraktur Kompresi Lumbal 1


c. CT- Scan
CT scan sangat berguna dalam menggambarkan adanya fraktur dan dapat memberikan
informasi jika tentang adanya kelainan densitas tulang. CT scan danMRI juga sangat
penting dalam menentukan diferensial diagnosis karena adanyapenyempitan kanalis
spinal, dan komposisi spesifik vertebra dapat digambarkan.
d. Single-Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
Dapat juga digunakan dalam menentukan adanya fraktur dan tingkat adanyaosteoporosis
karena kemampuannya dalam menggambarkan densitas tulang.
e. Scintigraphy
Merupakan suatu metode diagnostik yang menggunakan deteksi radiasi sinar gamma
untuk menggambarkan kondisi dari jaringan atau organ, juga merupakancmetode yang
penting untuk memprediksikan hasil (outcome) dari beberapa teknik operasi.

Anda mungkin juga menyukai