Kelompok A-10
Ketua
Ahmad Fauzi
(1102014006)
Sekretaris
Citra Dinanti A
(1102014063)
Annisa Amalia D.
(1102014)
Fitrah Adhitya
(1102014)
Fildzah Fitriani
(1102014100)
Indrayanti
(1102012126)
Khansadhia H Mooiindie
(1102014143)
Kurnia Hasanah
(1102014146)
M Muchlis
(1102013)
Fakultas Kedokteran
Universitas YARSI
2014-2015
SKENARIO 1
MENCEGAH PENYAKIT DENGAN VAKSINASI
Seorang bayi berumur 2 bulan mendapat vaksinasi BCG di lengan kanan atas untuk
mencegah penyakit dan mendapatkan kekebalan. Empat minggu kemudian bayi tersebut dibawa
kembali ke RS karena timbul benjolan di ketiak kanan. Setelah Dokter melakukan pemeriksaan
didapatkan pembesaran nodus limfatikus di region aksila dekstra. Hal ini disebabkan adanya
reaksi terhadap antigen yang terdapat dalam vaksin tersebut menimbulkan respon imun tubuh.
Kata Sulit
Vaksinasi : Tindakan memvaksin,isi vaksin Mikroorganisme yang dilemahkan. Tujuan untuk
pencegahan penyakit ,memperbaiki kondisi tubuh dan terapi penyakit infeksi.
BCG : Bacillus Calmatte Guerin,digunakan untuk pencegahan penyakit tuberculosa.
Nodus Limfatik : Akumulasi dari jaringan limfatik yang dibungkus oleh serabut elastic dan
serabut otot polos yang mengandung kapsula yang berfungsi untuk memproduksi limfosit dan
antibody serta menyaring dan mencegah penyebaran infeksi.
Antigen : Zat yang mampu menginduksi respon imun spesifik dan bereaksi dengan produkproduk respon tubuh yaitu,dengan antibody spesifik atau limfosit T yang disensitisasi secara
khusus atau keduanya.
Respon Imun : Reaksi yang dikoordinasi sel-sel molekul dan bahan lainnya terhadap mikroba.
Vaksin : Suspensi Mikroorganisme yang dilemahkan/dimatikan atau protein antigenic dari
mikroorganisme diberikan untuk mencegah atau meringankan/mengobati penyakit menular.
Regio axillaris dextra : Merupakan bagian dari thorax sekitar fossa axillaris sebelah kanan
Hipotesis
Bayi berumur 2 bulan diberikan vaksin BCG (antigen) yang bertujuan untuk
mencegah penyakit TB menyebabkan aktifnya respon imun. Respons imun tubuh terbagi menjad
i duayaitu respon imun spesifik dan non spesifik. Terjadinya respons imun yang
spesifikmenyebabkan proliferasi limfosit B dan limfosit T sehingga menimbulakan pembesaran
padalimfonodus di bagian regio axilaris dekstra.
Sasaran Belajar
LO 1. Memahami dan menjelaskan anatomi sistem limfatik
1.1. Makroskopik
1.2. Mikroskopik
1.3. Aliran system limfatik
1.4. Fungsi system limfatik
LO 2. Memahami dan menjelaskan antigen
2.1. Pengertian antigen
2.2. Klasifikasi antigen
2.3. Fungsi antigen
2.4. Mekanisme kerja antigen
LO 3. Memahami dan menjelaskan antibody
3.1. Pengertian antobodi
3.2. Jenis-jenis antibodi
3.3. Struktur antobodi
LO 4. Memahami dan menjeaskan respon imun/imunitas
4.1. Pengertian respon imun
4.2. Klasifikasi respon imun
LO 5. Memahami dan mejelaskan vaksin
5.1. Pengertian vaksin
5.2. Jenis-jenis vaksin
5.3. Mekanisme kerja vaksin
5.4. Penyimpanan vaksin
LO 6. Memahami dan menjelaskan Imunisasi
6.1. Definisi vaksin
6.2. Jenis-jenis vaksin
.
6
Sumsum Tulang
Terdapat pada sternum, vertebra, tulang iliaka, dan tulang iga. Sel stem hematopoetik akan
membentuk sel-sel darah. Proliferasi dan diferensiasi dirangsang sitokin. Terdapat juga sel
lemak, fibroblas dan sel plasma. Sel stem hematopoetik akan menjadi progenitor limfoid yang
kemudian mejadi prolimfosit B dan menjadi prelimfosit B yang selanjutnya menjadi limfosit B
dengan imunoglobulin D dan imunoglobulin M (B Cell Receptor ) yang kemudian mengalami
seleksi negatif sehingga menjadi sel B naive yang kemudiankeluar dan mengikuti aliran darah
menuju ke organ limfoid sekunder. Sel stem hematopoetik menjadi progenitor limfoid juga
berubah menjadi prolimfosit T dan selanjutnya menjadi prelimfosit T yang akhirnya menuju
timus.
Terletak disekitar pembuluh darah yang berfungsi untuk memproduksi limfosit dan
anti bodi untuk mencegah penyebaran infeksi lanjutan, menyaring aliran limfatik sekurangkurangnya oleh satu nodus sebelum dikembalikan kedalam aliran darah melalui duktus
torasikus, sehingga dapat mencegah penyebaran infeksi lebih luas. Terdapat permukaan
cembung dan bagian hillus (cekung) yang merupakan tempat masuknya pembuluh darah dan
saluran limfe eferen yang membawa aliran limfe keluar dari limfonodus. Saluran afferen
memasuki limfonodus pada daerah sepanjang permukaan cembung.
Bentuk :
Oval seperti kacang tanah atau kacang merah dengan pinggiran cekung (hillus)
8
Ukuran :
Sebesar kepala peniti atau buah kenari, dapat diraba pada daerah leher, axilla, dan inguinal
dalam keadaan infeksi.
Lien
Merupakan organ limfoid yang terbesar, lunak, rapuh, vaskular berwarna kemerahan karena
banyak mengandung darah dan berbentuk oval. Pembesaran limpa disebut dengan
splenomegali. Pembesaran ini terdapat pada keaadan leukimia, cirrosis hepatis, dan anemia
berat.
Letak :
Regio hipochondrium sinistra intra peritoneal. Pada proyeksi costae 9, 10, dan 11. Setinggi
vertebrae thoracalis 11-12. Batas anterior yaitu gaster, ren sinistra, dan flexura colli sinistra.
Batas posterior yaitu diafragma, dan costae 9-12.
Ukuran :
Sebesar kepalan tangan masing-masing individu.
Aliran darah :
Aliran darah akan masuk kedaerah hillus lienalis yaitu arteri lienalis dan keluar melalui vena
lienalis ke vena porta menuju hati.
Tonsil
Tonsil termaksud salah satu dari organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila yaitu
Tonsila Palatina, Tonsila Lingualis, Tonsila Pharyngealis. Ketiga tonsil tersebut membentuk
9
cincin pada saluran limf yang dikenal dengan Ring of Waldeyer hal ini yang
menyebabkan jika salah satu dari ketiga tonsila ini terinfeksi dua tonsila yang lain juga ikut
meradang.
Organ limfoid yang terdiri atas 3 buah tonsila, yaitu :
Tonsila palatina
Terletak pada dinding lateralis (kiri-kanan uvula) oropharynx dextra dan sinistra.
Terletak dalam 1 lekukan yang dikenal sebagai fossa tonsilaris dengan dasar yang biasa
disebut tonsil bed. Fossa tonsilaris dibatasi oleh dua otot melengkung membentuk arcus
yaitu arcus palatoglossus dan arcus palatopharyngeus.
Tonsila lingualis
Tonsila pharyngealis
Perdarahan :
Aliran darah berasal dari arteri tonsillaris yang merupakan cabang dari arteri maxillaris
externa (fascialis) dan arteri pharyngica ascendens lingualis.
L.O. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Organ Limfoid Secara Mikroskopik
Limfonodus
sel yang longgar, dan merupakan tempat diferensiasi limfosti B menjadi sel plasma) .
Terdapat sinus subkapsularis atau sinus marginalis yang dibentuk oleh jaringan ikat
longgar dari makrofag, sel retikular dan serat retikular.
o Korteks dalam
Merupakan kelanjutan dari korteks luar, terdapat juga nodulus limfatikus, dan
mengandung limfosit T.
Medula
Terdapat korda medularis (genjel-genjel medula) yang merupakan perluasan korteks
dalam yang berisi sel plasma hasil diferensiasi pada sentrum germinativum. Korda
medularis dipisahkan oleh struktur seperti kapiler yang berdilatasi yang disebut sebagai
sinus limfoid medularis yang mengandung cairan limfe.
Lien
Lien berwarna merah tua karena banyak mengandung darah. Lien dibungkus oleh kapsula
fibrosa tebal, bercabang cabang ke dalam lien sebagai trabekula, keduanya merupakan
jaringan ikat padat. Suplai darah kedalam parenkim melalui arteri trabekularis yang masuk
bersama trabekula. Lien dibentuk oleh jaringan retikular yang mengandung sel limfoid,
makrofag dan Antigen Presenting cell. Dibungkus oleh simpai jaringan ikat padat yang
menjulur (trabekula) yang membagi parenkim atau pulpa lien menjadi kompartemen yang
tidak sempurna, tidak terdapat pembuluh limfe, terdapat arteri dan vena trabekularis.
Pulpa lien terbagi menjadi dua bagian yaitu :
Pulpa alba/putih
Terdapat nodulus limfatikus (terdapat banyak limfosit B) dan arteri sentralis/folikularis
yang dikelilingi oleh sel-sel limfoid terutama sel limfosit T dan membentuk selubung
periarteri. Pulpa alba dan pula rubra dibatasi oleh zona marginalis
o Zona marginalis
Terdapat sinus dan jaringan ikat longgar dalam jumlah yang banyak. Sel limfosit
(jumlah yang sedikit) dan makrofag aktif (jumlah yang banyak). Banyak terdapat
antigen darah yang berperan dalam aktivitas imunologis limpa.
Pulpa rubra/merah
Merupakan jaringan retikular dengan korda limpa (diantara sinusoid) yang terdiri dari
sel dan serat retikular (makrofag, limfosit, sel plasma, eritrosit, trombosit, dan
granulaosit)
Fungsi limpa :
11
1. Pembentukan limfosit
Dibentuk dalam pulpa alba, menuju ke pulpa rubra dan masuk dalam aliran darah
2. Destruksi eritrosit
Oleh makrofag dalam korda pula merah
3. Pertahanan organisme
Oleh karena kandungan limfost T, limfosit B, dan Antigen Presenting cell
Thymus
Timus diliputi oleh jaringan ikat tipis (kapsula fibrosa) yang terdiri dari serat kolagen
dan elastin. Memiliki suatu simpai jaringan ikat yang masuk ke dalam parenkim dan
membagi timus menjadi lobulus. Thymus terdiri dari 2 lobulus, tiap lobulus terdiri dari
korteks dan medula, tidak terdapat nodulus limfatikus. Korteks merupakan bagian
perifir lobulus, dipenuhi oleh limfosit timus. Medula sendiri terisi oleh limfosit. Di
daerah medula terdapat badan hassal, suatu bangunan dengan bagian tengahnya berupa
daerah hialinisasi berwarna merah muda, dikelilingi oleh sel sel epitoloid. Thymus
tidak memliki sinusoid ataupun pembuluh limfe afferen.
Korteks
Banyak terdapat limfosit T dan beberapa sel makrofag, dengan sel retikular yang
tersebar.
Medula
Mengandung sel retikular dan limfosit (jumlah sedikit), terdapat badan hasal tersusun
dari sel retikular epitel gepeng konsentris yang mengalami degenerasi hialin dan
mengandung granula keratohialin dengn fungsi yang belum diketahui.
Tonsil
12
Tonsil lingualis
Terdapat pada 1/3 bagian posterior lidah, tepat dibelakang papila sirkumvalata,
bercampur dengan muskular skelet. Limfonodulus umumnya mempunyai germinal
center yang umumnya terisi limfosit dan sel plasma.
Tonsil palatina
Tonsila palatina tidak terdapat muskular dan pada kriptus banyak terdapat debris
yang disebut benda liur.
Tonsila faringea atau adenoid
Terdapat pada permukaan medial dari dinding dorsal nasofaring. Epitel yang meliputi jaringan
limfoid ini adalah epitel bertingkat torak bersilia.
Sumber : Eroschenko, Victor P. 2010. Atlas Histologi diFiore. Edisi 11. Jakarta : EGC
L.O. 1.3. Memahami dan Menjelaskan Aliran Sirkulasi Organ Limfoid
System saluran limfe dari semua bagian tubuh adalah sebagai berikut:
Ekstremitas superior -> Vena Cepalica atau Vena Basilica -> nnll axilaris lateralis -> nnli axilaris
centralis -> . saluran efferent cairan limfe mengikuti vena subclavia, bersama dari leher masuk ->
ductus thoracicus -> peredaran darah primer.
Ekstremetas inferior -> mengikuti saphena magna dan saphena parva menuju nnll sub inguinalis
superficialis -> nnll subinguinalis profunda -> cysterna chile -> ductus thoracicus -> peredaran
darah primer.
Rongga thorax dari nnli bronchomediastinal dari paru -> ductus limfaticus dextra atau sinistra
(ductus thoracicus).
Cairan limfe pada rongga abdomen akan mengikuti arteri yang sesuai, sebab pada usus jalan
venanya berbeda vena dari usus umumnya menuju vena porta menuju hepar. Sedangkan cairan
limfe dalaman perut yang tidak menuju vena porta akan mengikuti arteria menuju aorta
abdominalis untuk masuk ke cysterna chile. Yang kemudian akan menuju ductus thoracicus.
Bedasarkan regionya:
Lokasi regio di atas pusat, masuk ke nodus limfatikus aksilaris anterior. Lokasi
regio di bawah pusat, masuk ke nodus limfatikus inguinalis dekstra dan sinistra
Drainase cairan limfe regio panggul dan pinggang masuk ke nodus limfatikus
subinguinalis.
Sumsum tulang : asal semua sel darah , tempat proses pematangan untuk limfosit B.
Kelenjar limfe, tonsil, adenoid, apendiks, Gut-Associated Lymphoid Tissue :
memindahkan limfosit dari dan ke limfe (membuang, menyimpan, memproduksi dan
menambahkan). Limfosit residen menghasilkan antibody dan sel T tersensitisasi, yang
dikeluarkan ke dalam limfe. Makrofag residen mengeluarkan mikroba dan debris lain
yang berbentuk partikel dari limfe.
Limpa : memindahkan limfosit dari dank e darah (membuang, menyimpan,
memproduksi, dan menambahkan). Limfosit residen menghasilkan antibody dan sel T
tersensitisasi, yang dibebaskan ke dalam darah. Makrofag residen mengeluarkan
mikroba dan debris lain yang berbentuk partikel, terutama sel darah merah yang sudah
using, dari darah. Menyimpan sejumlah kecil sel darah merah, yang dapat ditambahkan
ke darah oleh kontraksi limpa sesuai kebutuhan.
Timus : tempat proses pematangan limfosit T, mengeluarkan hormone timosin.
L.I. 2. Antigen
L.O. 2.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Antigen
Berdasarkan kamus kedokteran Dorland, antigen adalah setiap zat yang mampu, dalam
kondisi yang sesuai, menginduksi suatu respons imun spesifik dan bereaksi dengan produk
respons tersebut, yakni dengan antibodi spesifik atau limfosit T yang disensitisasi secara khusus,
atau keduanya. Antigen dapat berupa zat yang terlarut, seperti toksin dan protein asing, atau
partikel, seperti bakteri dan sel jaringan; akan tetapi, hanya sebagian molekul protein atau
polisakaridanya saja, yang diketahui sebagai antigenic determinant, yang bergabung dengan
antibodi atau suatu reseptor spesifik pada suatu limfosit.
Secara singkat, antigen adalah bahan yang berinteraksi dengan produk respons imun yang
dirangsang oleh imunogen spesifik seperti antibodi.
L.O. 2.2. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Antigen
1. Pembagian Antigen Menurut Epitop
Menurut epitop, antigen dapat dibagi sebagai berikut:
a. Unideterminan, univalen
Yaitu hanya satu jenis determinan atau epitop pada satu molekul.
b. Unideterminan, multivalen
14
Yaitu hanya satu determinan tetapi dua atau lebih determian tersebut ditemukan pada satu
molekul.
c. Multideterminan, univalen
Yaitu banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya
(kebanyakan protein).
d. Multideterminan, multivalen
Yaitu banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen
dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi).
a.
b.
c.
d.
e.
a.
b.
c.
d.
15
Bagian dari antigen yang membuat kontak fisik dengan reseptor antibodi, dan menginduksi
pembentukan antibodi. Makromolekul dapat memiliki berbagai epitop yang masing-masing
menginduksi produksi antibodi spesifik yang berbeda.
Paratop
Bagian dari antibodi yang mengikat epitop atau TCR pada antigen.
Agretop
Regio antigen yang berikatan dengan MHC II
Superantigen
Merupakan molekul pemacu respon imun poten, dan lebih tepat disebut sebagai supermitogen
karena dapat memacu mitosis sel CD4+ tanpa bantuan APC. Efeknya terlihat setelah diikat oleh
TCR, respon sel T lebih cepat dan besar serta menyebabkan pelepasan sitokin dalam jumlah
besar (IL-2, IL-6, IL-8, TNF- , IFN-) yang berperan dalam proses :
Inflamasi
Menimbulkan ekspansi masif sel T reaktif spesifik
Sindrom klinis
o DIC (Disseminated Intravascular Coagulation)
o Kolaps vaskular/syok endotoksin/syok septik (terutama melalui TNF- )
Superantigen dapat merangsang 10% sel CD4+ melalui ikatan dengan TCR dan timus dependen
sehingga tidak diperlukan proses fagositosis. Superantigen memiliki tempat pengikatan reseptor
dari dua sistem imun berbeda yaitu :
Rantai dari TCR
Rantai atau dari molekul MHC II
Sekitar 20% dari semua sel T darah diaktifkan oleh satu molekul superantigen. Melalui MCH I
dan TCR, superantigen mengarahkan Th untuk memberikan sinyal ke sel B, makrofag, sel
dendritik, dan sel sasaran lain. Superantigen juga sebagai ajuvan (bahan yang diperlukan sebagai
tambahan pelarut antigen/perangsang produksi antibodi). untuk meningkatkan respons imun
terhadap antigen dalam imunisasi.
Superantigen diproduksi oleh kuman patogen bagi manusia, misalnya :
Staphylococcus aureus (enterotoksin dan toksin eksofoliatif)
Staphylococcus pyogenes (eksotoksin)
Patogen Gram negatif (toksin Yersinia enterokolitika, Yersinia pseudotuberkulosis)
Virus (EBV, CMV, HIV, rabies)
Parasit (Toxoplasma gondii)
Aloantigen
Ditemukan pada bahan golongan darah (eritrosit dan antigen histokompatibel) dalam jaringan
tandur yang merangsang respon imun resipien yang tidak memiliki aloantigen.
Toksin
Merupakan racun, biasanya berupa imunogen yang merangsang pembentukan antibodi
(antitoksin) dengan kemampuan untuk menetralkan efek merugikan dari toksin. Toksin dibagi
menjadi :
Toksin bakteri
Diproduksi mikroorganisme, penyebab tetanus, difteri, botulism, gas gangren, toksin
staphylococcus
16
Fitotoksin
Toksin yang berasal dari tumbuhan. Risin dari minyak jarak, korotein dan abrin
merupakan turunan biji likoris indian, Gerukia
Zootoksin
Berasal dari ular, laba-laba, kalajengking, lebah, tawon.
mendiagnosa penyakit. Kelompok-kelompok antigen yang paling banyak mempunyai arti klinik
adalah kelompok-kelompok antigen yang digunakan untuk membedakan satu individu spesies
dengan individu spesies yang sama. Pada manusia determinan antigen semacam ini terdapat
pada sel darah merah,sel darah putih trombosit, protein serum, dan permukaan sel-sel yang
menyusun jaringan tertentu dari tubuh, termaksud antigen-antigen histokompatibilitas. Antigen
ini dikenal antigen polomorfik, karena adanya dua atau lebih bentuk-bentuk yang berbeda secara
genetik didalam populasi.
Masuknya Antigen
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa masuk ke
dalam tubuh.Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada protein tubuh
kita. Substansi kecil yang bisa berubah menjadi antigen tersebut dikenal dengan istilah hapten.
Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal),
kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan mensintesis
pembentukan antibodi.
Contoh hapten dia antaranya adalah toksin poison ivy, berbagai macam obat (seperti penisilin),
dan zat kimia lainya yang dapat membawa efek alergik.
L.I. 3. Antibodi
L.O. 3.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Antibodi
Berdasarkan kamus kedokteran Dorland, antibodi adalah molekul imunoglobulin yang
mempunyai suatu rantai asam amino spesifik, yang hanya berinteraksi dengan antigen yang
menginduksi sintesis molekul ini di dalam sel seri limfoid (khususnya sel plasma), atau dengan
antigen yang sangat erat hubungannya dengan antigen tersebut. Antibodi digolongkan menurut
cara kerjanya, seperti aglutinin, bakteriolisin, hemolisin, opsonin, presipitin, dll.
L.O. 3.2. Memahami dan Menjelaskan Jenis dan Spesifikasi Antibodi
Keterangan gambar :
unit dasar antibody yang terdiri dari 2 rantai berat dan 2 rantai ringan yang identic diikat
jadi satu oleh ikatan disulfide.
2 jenis rantai ringan (kappa dan lambda) terdiri dari 230 asam amino.
18
5 jenis rantai berat, yg tergantung pada kelima jenis immunoglobulin : IgM, IgG, IgE,
IgA, IgD yg terdiri dari 450-600 asam amino. (sehingga panjang rantai berat adalah dua
kali rantai ringan).
Immunoglobin G (IgG)
Adalah immunoglobin utama pada serum manusia yang meliputi sekitar 7080% dari
seluruh immunoglobin. Setiap molekul IgG terdiri dari 2 rantai, yaitu rantai L dan 2 rantai
H yang dihubungkan oleh ikatan sulfida (formula molekul H 2L2). Karena mempunyai 2
tempat pengikatan yang identik, immunoglobulin bersifat divalen. Berdasarkan pada
perbedaan anigenik rantai H dan pada jumlah dan lokasi ikatan disulfida, ada 4 sub kelas
IgG, yaitu IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4. Sebagian besar IgG adalah IgG1 (65%). Antibodi
IgG2 ditunjukkan pada antigen polisakarida yang merupakan bagian sistem pertahanan
penting terhadap bakteri berkapsul.
IgG merupakan antibodi terpenting pada respons imun sekunder dan juga merupakan
antibodi penting untuk pertahanan terhadap bakteri dan virus. IgG adalah satu-satunya
antibodi yang dapat melewati plasenta. Antibodi ini memberikan imunitas pasif yang
tinggi pada bayi baru lahir.
IgG yang tersebar merata di intravaskular dan ekstravaskular merupakan satu-satunya
kelas antibodi yang bersifat antitoksin.
Immunoglobin A (IgA)
Merupakan immunoglobin utama pada sekret, seperti kolostrum, saliva, air mata, dan
sekret saluran perrnapasan, gastrointestinal, dan genitalia. IgA melindungi membran
mukosa dari bakteri dan virus. Komponen sekretonik adalah suatu polipeptida yang
disintesis oleh sel-sel epitel yang dilewati perjalanan IgA ke permukaan mukosa.
Immunoglobin M (IgM)
Adalah immunoglobin utama yang diproduksi pada awal respons primer. IgM dapat
ditemukan sebagai monomer pada permukaan hampir semua sel B dan tempatnya
berfungsi sebagai reseptor pengikatan antigen. IgM merupakan immunoglobin paling
penting untuk aglutinasi, fiksasi komplemen, dan reaksi antibodi lain. IgM merupakan
antibodi penting untuk pertahanan terhadap virus dan bakteri. IgM dapat diproduksi oleh
janin pada beberapa infeksi tertentu. IgM mempunyai aviditas tertinggi karena
interaksinya dengan antigen dapat melibatkan ke tempat terikatnya sekaligus.
Immunoglobin D (IgD)
Sejauh ini belum diketahui fungsi antibodi immunoglobulin ini. Yang diketahui hanyalah
fungsinya sebagai reseptor antigen karena dapat ditemukan pada permukaan beberapa
limfosi B. Jumlahnya dalam serum sangat terbatas.
Immunoglobulin E (IgE)
Regio Fc IgE berikatan dengan permukaan sel mast dan basofil. IgE yang terikat
berfungsi sebagai reseptor antigen (alergen) dan kompleks antigen-antibodinya memicu
terjadinya respons alergi melalui pelepasan mediator. Jumlah IgE pada serum normal
19
sangat sedikit (sekitar 0,004%), tetapi penderita reaksi alergi dapat mempunyai IgE dalam
jumlah yang sangat meningkat. IgE tidak dapat memfiksasi komplemen maupun
melewati plasenta.
20
pertahanan tubuh terdiri atas mekanisme pertahanan non spesifik dan mekanisme
pertahanan spesifik.
L.O. 4.2. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Respon Imun
RESPONS IMUN
Dilihat dari berapa kali pajanan antigen maka dapat dikenal dua macam respons imun,
yaitu respons imun primer dan respons imun sekunder.
Respons imun primer Respons imun primer adalah respons imun yang terjadi pada
pajanan pertama kalinya dengan antigen. Antibodi yang terbentuk pada respons imun
primer kebanyakan adalah IgM dengan titer yang lebih rendah dibanding dengan respons
imun sekunder, demikian pula daya afinitasnya. Waktu antara antigen masuk sampai
dengan timbul antibodi (lag phase) lebih lama bila dibanding dengan respons imun
sekunder
Respons imun sekunder Pada respons imun sekunder, antibodi yang dibentuk
kebanyakan adalah IgG, dengan titer dan afinitas yang lebih tinggi, serta fase lag lebih
pendek dibanding respons imun primer. Hal ini disebabkan sel memori yang terbentuk
pada respons imun primer akan cepat mengalamitransformasi blast, proliferasi, dan
diferensiasi menjadi sel plasma yang menghasilkan antibodi. Demikian pula dengan
imunitas selular, sel limfosit T akan lebih cepat mengalami transformasi blast dan
berdiferensiasi menjadi sel T aktif sehingga lebih banyak terbentuk sel efektor dan sel
memori. Pada imunisasi, respons imun sekunder inilah yang diharapkan akan memberi
respons adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa kelak. Untuk mendapatkan titer
antibodi yang cukup tinggi dan mencapai nilai protektif, sifat respons imun sekunder ini
diterapkan dengan memberikan vaksinasi berulang beberapa kali.
Mekanisme Pertahanan Non Spesifik
Dilihat dari caranya diperoleh, mekanisme pertahanan non spesifik disebut juga respons imun
alamiah. Yang merupakan mekanisme pertahanan non spesifik tubuh kita adalah kulit dengan
kelenjarnya, lapisan mukosa dengan enzimnya, serta kelenjar lain dengan enzimnya seperti
kelenjar air mata. Demikian pula sel fagosit (sel makrofag, monosit, polimorfonuklear) dan
komplemen merupakan komponen mekanisme pertahanan non spesifik.
Permukaan tubuh, mukosa dan kulit
Permukaan tubuh merupakan pertahanan pertama terhadap penetrasi mikroorganisme. Bila
penetrasi mikroorganisme terjadi juga, maka mikroorganisme yang masuk akan berjumpa dengan
pelbagai elemen lain dari sistem imunitas alamiah.
Kelenjar dengan enzim dan silia yang ada pada mukosa dan kulit
Produk kelenjar menghambat penetrasi mikroorganisme, demikian pula silia pada mukosa.
Enzim seperti lisozim dapat pula merusak dinding sel mikroorganisme.
Komplemen dan makrofag
Jalur alternatif komplemen dapat diaktivasi oleh berbagai macam bakteri secara langsung
sehingga eliminasi terjadi melalui proses lisis atau fagositosis oleh makrofag atau leukosit yang
21
distimulasi oleh opsonin dan zat kemotaktik, karena sel-sel ini mempunyai reseptor untuk
komponen komplemen (C3b) dan reseptor kemotaktik. Zat kemotaktik akan memanggil sel
monosit dan polimorfonuklear ke tempat mikroorganisme dan memfagositnya.
Protein fase akut
Protein fase akut adalah protein plasma yang dibentuk tubuh akibat adanya kerusakan jaringan.
Hati merupakan tempat utama sintesis protein fase akut. C-reactive protein (CRP)merupakan
salah satu protein fase akut. Dinamakan CRP oleh karena pertama kali protein khas ini dikenal
karena sifatnya yang dapat mengikat protein C dari pneumokok. Interaksi CRP ini juga akan
mengaktivasi komplemen jalur alternatif yang akan melisis antigen.
Sel natural killer (NK) dan interferon
Sel NK adalah sel limfosit yang dapat membunuh sel yang dihuni virus atau sel tumor. Interferon
adalah zat yang diproduksi oleh sel leukosit dan sel yang terinfeksi virus, yang bersifat dapat
menghambat replikasi virus di dalam sel dan meningkatkan aktivasi sel NK.
Mekanisme Pertahanan Spesifik
Bila pertahanan non spesifik belum dapat mengatasi invasi mikroorganisme maka imunitas
spesifik akan terangsang. Mekanisme pertahanan spesifik adalah mekanisme pertahanan yang
diperankan oleh sel limfosit, dengan atau tanpa bantuan komponen sistem imun lainnya seperti
sel makrofag dan komplemen. Dilihat dari caranya diperoleh maka mekanisme pertahanan
spesifik disebut juga respons imun didapat.
Imunitas spesifik hanya ditujukan terhadap antigen tertentu yaitu antigen yang
merupakan ligannya. Di samping itu, respons imun spesifik juga menimbulkan memori
imunologis yang akan cepat bereaksi bila host terpajan lagi dengan antigen yang sama di
kemudian hari. Pada imunitas didapat, akan terbentuk antibodi dan limfosit efektor yang spesifik
terhadap antigen yang merangsangnya, sehingga terjadi eliminasi antigen.
Sel yang berperan dalam imunitas didapat ini adalah sel yang mempresentasikan antigen (APC =
antigen presenting cell = makrofag) sel limfosit T dan sel limfosit B. Sel limfosit T dan limfosit
B masing-masing berperan pada imunitas selular dan imunitas humoral. Sel limfosit T akan
meregulasi respons imun dan melisis sel target yang dihuni antigen. Sel limfosit B akan
berdiferensiasi menjadi sel plasma dan memproduksi antibodi yang akan menetralkan atau
meningkatkan fagositosis antigen dan lisis antigen oleh komplemen, serta meningkatkan
sitotoksisitas sel yang mengandung antigen yang dinamakan proses antibody dependent cell
mediated cytotoxicy (ADCC).
Imunitas selular
Imunitas selular adalah imunitas yang diperankan oleh limfosit T dengan atau tanpa bantuan
komponen sistem imun lainnya. Limfosit T adalah limfosit yang berasal dari sel pluripotensial
yang pada embrio terdapat pada yolk sac; kemudian pada hati dan limpa, lalu pada sumsum
tulang. Dalam perkembangannya sel pluripotensial yang akan menjadi limfosit T memerlukan
lingkungan timus untuk menjadi limfosit T matur.
Di dalam timus, sel prekusor limfosit T akan mengekspresikan molekul tertentu pada
permukaan membrannya yang akan menjadi ciri limfosit T. Molekul-molekul pada permukaan
membran ini dinamakan juga petanda permukaan atau surface marker, dan dapat dideteksi oleh
antibodi monoklonal yang oleh WHO diberi nama dengan huruf CD, artinya cluster of
differentiation. Secara garis besar, limfosit T yang meninggalkan timus dan masuk ke darah
22
perifer (limfosit T matur) terdiri atas limfosit T dengan petanda permukaan molekul CD4 dan
limfosit T dengan petanda permukaan molekul CD8. Sel limfosit CD4 sering juga dinamakan sel
T4 dan sel limfosit CD8 dinamakan sel T8 (bila antibodi monoklonal yang dipakai adalah
keluaran Coulter Elektronics).
Di samping munculnya petanda permukaan, di dalam timus juga terjadi penataan kembali
gen (gene rearrangement) untuk nantinya dapat memproduksi molekul yang merupakan reseptor
antigen dari sel limfosit T (TCR). Jadi pada waktu meninggalkan timus, setiap limfosit T sudah
memperlihatkan reseptor terhadap antigen diri (self antigen) biasanya mengalami aborsi dalam
timus sehingga umumnya limfosit yang keluar dari timus tidak bereaksi terhadap antigen diri.
Secara fungsional, sel limfosit T dibagi atas limfosit T regulator dan limfosit T efektor.
Limfosit T regulator terdiri atas limfosit T penolong (Th = CD4) yang akan menolong
meningkatkan aktivasi sel imunokompeten lainnya, dan limfosit T penekan (Ts = CD8) yang
akan menekan aktivasi sel imunokompeten lainnya bila antigen mulai tereliminasi. Sedangkan
limfosit T efektor terdiri atas limfosit T sitotoksik (Tc = CD8) yang melisis sel target, dan
limfosit T yang berperan pada hipersensitivitas lambat (Td = CD4) yang merekrut sel radang ke
tempat antigen berada.
1. Pajanan antigen pada sel T
Umumnya antigen bersifat tergantung pada sel T (TD = T dependent antigen), artinya antigen
akan mengaktifkan sel imunokompeten bila sel ini mendapat bantuan dari sel Th melalui zat
yang dilepaskan oleh sel Th aktif. TD adalah antigen yang kompleks seperti bakteri, virus dan
antigen yang bersifat hapten. Sedangkan antigen yang tidak tergantung pada sel T (TI
= T independent antigen) adalah antigen yang strukturnya sederhana dan berulang-ulang,
biasanya bermolekul besar.
Limfosit Th umumnya baru mengenal antigen bila dipresentasikan bersama molekul
produk MHC (major histocompatibility complex) kelas II yaitu molekul yang antara lain terdapat
pada membran sel makrofag. Setelah diproses oleh makrofag, antigen akan dipresentasikan
bersama molekul kelas II MHC kepada sel Th sehingga terjadi ikatan antara TCR dengan
antigen. Ikatan tersebut terjadi sedemikian rupa dan menimbulkan aktivasi enzim dalam sel
limfosit T sehingga terjadi transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel Th aktif
dan sel Tc memori. Sel Th aktif ini dapat merangsang sel Tc untuk mengenal antigen dan
mengalami transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel Tc memori dan sel Tc
aktif yang melisis sel target yang telah dihuni antigen. Sel Tc akan mengenal antigen pada sel
target bila berasosiasi dengan molekul MHC kelas I (lihat Gambar 3-2). Sel Th aktif juga dapat
merangsang sel Td untuk mengalami transformasi blast, proliferasi, dan diferensiasi menjadi sel
Td memori dan sel Td aktif yang melepaskan limfokin yang dapat merekrut makrofag ke tempat
antigen.
2. Limfokin
Limfokin akan mengaktifkan makrofag dengan menginduksi pembentukan reseptor Fc dan C3B
pada permukaan makrofag sehingga mempermudah melihat antigen yang telah berikatan dengan
antibodi atau komplemen, dan dengan sendirinya mempermudah fagositosis. Selain itu limfokin
merangsang produksi dan sekresi berbagai enzim serta metabolit oksigen yang bersifat bakterisid
atau sitotoksik terhadap antigen (bakteri, parasit, dan lain-lain) sehingga meningkatkan daya
penghancuran antigen oleh makrofag.
23
inilah yang diharapkan pada imunisasi. Walaupun sel plasma yang terbentuk tidak berumur
panjang, kadar antibodi spesifik yang cukup tinggi mencapai kadar protektif dan berlangsung
dalam waktu cukup lama dapat diperoleh dengan vaksinasi tertentu atau infeksi alamiah. Hal ini
disebabkan karena adanya antigen yang tersimpan dalam sel dendrit dalam kelenjar limfe yang
akan dipresentasikan pada sel memori sewaktu-waktu di kemudian hari.
L.I. 5. Vaksin
L.O. 5.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Vaksin
Vaksin merupakan suspensi mikroorganisme yang dilemahkan atau diinaktivasikan
(bakteri, virus, atau riketsia), atau protein antigenik dari berbagai organisme tersebut, yang
diberikan untuk mencegah, meringankan, atau mengobati penyakit.
L.O. 5.2. Memahami dan Menjelaskan Jenis Vaksin
Jenis Vaksin
Penyakit
Keuntungan
Vaksin hidup
Vaksin yang berisi
mikro organisme
hidup namun
dilemahkan atau di
buat avirulen.
Vaksin mati
Vaksin yang berisi
mikro organisme tak
hidup namun masih
terdapat antigen yang
dapat merangsang
antibody.
Toksoid
Vaksin yang
mengandung toksin
bakteri yang
diinaktifkan dengan
formalin.
Subunit.
Vaksin yang
menggunakan bagian
terbaik dari antigen
Kerugian
Campak, parotitis,
Polio, Virus rota,
rubella, varisella,
yellow fever,
tuberculosis.
Memerlukan alat
pendingin untuk
menyimpan dan dapat
berubah menjadi
bentuk virulen.
Kolera, influenza,
hepatitis A, pes,
rabies, polio (salk).
Stabil, aman
disbanding vaksin
hidup, tidak
memerlukan alat
pendingin.
Difteri, tetanus
Sulit untuk
dikembangkan.
25
untuk merangsang
system imun.
Konjugat
Vaksin yang dibuat
dari polisakarida
kapsul bakteri yang
dikonjugasikan
dengan protein
pembawa.
DNA
H.influenza tipe B,
S.pneumoni
Memacu system
imun tubuh untuk
mengenal kuman
tertentu.
Respon imun
humoral dan selular
kuat, relative tidak
mahal untuk
manufaktur.
Belum diperoleh.
Menyerupai infeksi
alamiah,
menghasilkan respon
imun kuat.
Belum diperoleh.
merespon dengan memproduksi molekul protein (antibodi). Antibodi inilah yang melawan
penyusup (antigen) dan melindungi agar tak terjadi infeksi lebih lanjut.Menurut Centers for
Disease Control and Prevention (CDC), individu sehat bisa menghasilkan jutaan antibodi sehari
guna melawan infeksi akibat masuknya antigen yang tak diketahui ke dalam tubuh secara efisien.
Namun saat pertama tubuh menghadapi penyusup ini, butuh beberapa hari agar antibodi mau
merespon. Pada antigen yang benar-benar 'menjijikkan', seperti campak atau batuk, beberapa hari
agar antibodi muncul terasa terlalu lama. Pasalnya, infeksi bisa menyebar, bahkan membunuh
seseorang sebelum sistem kekebalan sempat melawannya. Saat itulah, vaksin datang.
Menurut Childrens Hospital of Philadelphia Vaccine Education Center, vaksin terbuat dari
antigen mati atau lemah. Antigen ini tak bisa menyebabkan infeksi, namun sistem kekebalan
tubuh masih menganggapnya sebagai musuh dan meresponnya dengan antibodi. Setelah
ancaman berlalu, banyak antibodi pergi, namun sel kekebalan meminta sel memori tetap
tingggal. Saat tubuh menghadapi antigen kembali, sel memori menghasilkan antibodi dengan
cepat dan menyerang penyusup sebelum terlambat. Vaksin juga bekerja di tingkat komunitas.
Menurut CDC, orang yang terlalu muda atau sistem kekebalannya terlalu lemah tak bisa
divaksin. Namun, jika semua orang divaksin, orang yang tak divaksin akan dilindungi Herd
Immunity. Dalam kata lain, hal inilah yang menjaga orang tak terinfeksi sehingga tak sakit.
L.O. 5.4. Memahami dan Menjelaskan Penyimpanan Vaksin
Terkait dengan penyimpanan vaksin, aturan umum untuk sebagian besar vaksin, bahwa vaksin
harus didinginkan pada temperature 2-8 C dan tidak membeku. Sejumlah vaksin (DPT,
Hib,Hepatitis B dan Hepatitis A) akan tidak aktif bila beku. Vaksin yang disimpan dan diangkut
secara tidak benar akan kehilangan potensinya. Instruksi pada lembar penyuluhan (brosur)
informasi produk harus disertakan.
Penyimpanan vaksin membutuhkan suatu perhatian khusus karena vaksin merupakan sediaan
biologis yang rentan terhadap perubahan temperatur lingkungan. Pada setiap tahapan rantai
dingin maka transportasi vaksin dilakukan pada temperature 0oC sampai 8C. Vaksin polioboleh
mencair dan membeku tanpa membahayakan potensi vaksin. Vaksin DPT, DT, dT, hepatitis-B
dan Hib akan rusak bila membeku pada temperature 0 (vaksin hepatitis-B akan membeku
sekitar -0,5C).
Menurut Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi, Depkes RI, 1992, sarana penyimpanan
vaksin di setiap tingkat administrasi berbeda. Di tingkat pusat, sarana penyimpan vaksin adalah
kamar dingin/cold room. Ruangan ini seluruh dindingnya diisolasi untuk menghindarkan panas
masuk ke dalam ruangan. Ada 2 kamar dingin yaitu dengan suhu +2o C sampai +8o C dan suhu
-20o C sampai -25o C. Sarana ini dilengkapi dengan generator cadangan untuk mengatasi
putusnya aliran listrik. Di tingkat provinsi vaksin disimpan pada kamar dingin dengan suhu -20o
C sampai -25o C, di tingkat kabupaten sarana penyimpanan vaksin menggunakan lemari es dan
freezer.
Dasar yang menjadi pertimbangan dalam memilih cold chain antara lain meliputi jumlah sasaran,
volume vaksin yang akan dimuat, sumber energi yang ada, sifat, fungsi serta stabilitas suhu
sarana penyimpanan, suku cadang dan anjuran WHO atau hasil penelitian atau uji coba yang
pernah dilakukan. Sarana cold chain di tingkat Puskesmas merupakan sarana penyimpanan
27
vaksin terakhir sebelum mencapai sasaran. Tingginya frekuensi pengeluaran dan pengambilan
vaksin dapat menyebabkan potensi vaksin cepat menurun.
28
Buata
n
Alamia
h
Pasif
Aktif
Pasif
Aktif
Imunisasi aktif
Imunisasi aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen
seperti pada imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung lebih
lama karena adanya memori imunologik.
Imunisasi aktif :
- Imunisasi aktif alamiah
Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh setelah sembuh dari suatu
penyakit.
- Imunisasi aktif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan
perlindungan dari suatu penyakit.
29
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu
proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan
menghasilkan respons seluler dan humoral, serta dihasilkannya cell memory. Jika benar-benar
terjadi infeksi, maka tubuh secara cepat dapat merespon. Dalam imunisasi aktif terdapat 4
macam kandungan dalam setiap vaksinnya, yang dijelaskan sebagai berikut :
-
Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna
terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan,
atau bakteri yang dimatikan).
- Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
- Preservative, stabilizer, dan antibiotic yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba
sekaligus untuk stabilisasi antigen.
- Adjuvans (bahan yang berbeda dari antigen yang ditambahkan ke vaksin untuk
meningkatkan respon imun, aktivasi sel T melalui peningkatan akumulasi APC di tempat
pajanan antigen dan ekspresi kostimulator dan sitokin oleh APC) yang terdiri atas garam
aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen.
Imunisasi pasif
Imunisasi pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu
itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu, atau kekebalan yang
diperoleh setelah pemberian suntikan imunoglobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama
karena akan dimetabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG adalah 28 hari, sedangkan waktu paruh
imunoglobulin lainnya lebih pendek.
Imunisasi pasif :
- Imunisasi pasif alamiah
Adalah antibodi yang didapat seseorang karena diturunkan oleh ibu yang merupakan
orangtua kandung langsung ketika berada dalam kandungan.
- Imunisasi pasif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum untuk mencegah
penyakit tertentu.
Contoh : pemberian ATS
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan
melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang
digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
L.O. 6.3. Memahami dan Menjelaskan Cara Imunisasi
Cara
pemberian
Suntikan IM
Suntikan SK
Suntikan IK
Oral
Nama vaksin
Tetanus, kolera, hemofilus (influenza tipe B), pneumokokus, tifoid, HepB,
HepA, influenza, rabies
Kolera, pneumokokus, meningokokus, BCG, campak, mumps (parotitis), polio
inactivated, rubela, yellow fever, japanese B encephalitis
BCG, rabies
Polio oral
30
Usia
Intramuscular
Subkutan
0-12 bulan
Bagian
anterolateral
12-36 bulan
Anterolateral
paha
atas Bagian berlemak anterolateral
kecuali bila deltoid cukup paha atau bagian atas luar triseps
berkembang
lengan
36 bulan
lebih tua
dan Deltoid
berlemakpaha
Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah mendapat imunisasi DPT, tapi
panas ini akan sembuh 1 2 hari. Anjurkan agar jangan dibungkus dengan baju tebal dan
dimandikan dengan cara melap dengan air yang dicelupkan ke air hangat.
2. Rasa sakit di daerah suntikan
Sebagian anak merasa nyeri, sakit, kemerahan, bengkak.
3. Peradangan
Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini mungkin disebabkan peradangan,
mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang tidak steril karena :
- Tersentuh
- Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang tidak steril.
- Sterilisasi kurang lama.
- Pencemaran oleh kuman.
4. Kejang-kejang
Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas reaksi disebabkan oleh komponen dari
vaksin DPT.
C. Polio
Umur : 0 11 bln
Dosis : 2 tetes
Cara : Meneteskan ke dalam mulut
Selang waktu : Berikan 4 x dengan jarak minimal 4 minggu.
Efek samping :
Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik karena ada gangguan
penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.
D. Hepatitis B
Umur : Mulai umur 0 bulan
Dosis : 0, 5 cc / pemberian
Cara : Suntikan IM pada bagian luar
Jumlah suntikan : 3 x
Selang pemberian : 3 dosis dengan jarak suntikan 1 bulan dan 5 bulan.
Efek samping : tidak ada
E. Campak
Umur : 9 bln.
Dosis : 0, 5 cc
Cara : Suntikan secara IM di lengan kiri atas
Jumlah suntikan : 1 x dapat diberikan bersamaan dengan pemberian vaksin lain tapi tidak
dicampur dalam 1 semprit.
Efek samping vaksin campak : panas dan kemerahan.
Anak-anak mungkin panas selama 1 3 hari setelah 1 minggu penyuntikan, kadang disertai
kemerahan seperti penderita campak ringan.
Jadwal Pemberian Imunisasi
Vaksin
Pemberian
Imunisasi
BCG
1x
Selang Waktu
Umur
0 11 bulan
32
DPT
3 x (1, 2, 3)
4 mgg
2 11 bulan
Polio
4x (1, 2, 3, 4)
4 mgg
0 11 bulan
Campak
1x
Hep. B
3 x (1, 2, 3)
9 11 bulan
4 mgg
0 11 bulan
PEMBERIAN
INTERVAL
UMUR
KET
33
BCG
1X
0-11 bulan
DPT
3X
2-11 bulan
POLIO (OPV)
4X
0-11 bulan
CAMPAK
1x
4 mg
(minimal)
4 mg
(minimal)
-
9-11 bulan
lengkapi sebelum
umur 1 th
-
HEPATITIS B
3X
1 dan 6
bulan dari
suntikan
pertama
0-11 bulan
Bila Bayi Lahir di RS,Pondok Bersalin,Bidan Praktik atau Tempat Pelayanan Lain
Umur bayi
Vaksin yang diberikan
0 bulan/langsung setelah
Hepatitis B-1, BCG, Poliodilahirkan
1
2 bulan
3 bulan
T-5
0.5 cc
3
satu tahun setelah T- 25 tahun
4
35
36
Daftar Pustaka
Artikel Standar Penyimpanan Vaksin Menurut Depkes RI dan WHO
Baratawidjaja, Karnen Garna dan Iris Rengganis. 2012. Imunologi Dasar. Edisi 10. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI
Children
Allergy
Clinic.
at :http://childrenallergyclinic.wordpress.com/2009/05/16/imunologi-imunisasi/
Available
CDC. (2012). Principles of Vaccination. In: CDC. Epidemiology and Prevention of VaccinePreventable Diseases. 12th ed. USA: CDC. 1.
Foged, C. et al. (2015). Advances in Delivery Science and Technology. Subunit Vaccine Delivery.
DOI 10.1007/978-1-4939-1417-3_2
Jawetz, Melnick, and Adelberg. (2014). Jawetz, Melnick, and Adelberg Mikrobiologi
Kedokteran. 25th ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Karnen, G.B. and Iris, R. (2014). Imunologi Dasar. 11th ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 27149,465.
Lauralee, S. (2013). Fisiologi Manusia. 8th ed. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 444-483.
Probandari, A.N., Handayani, S., and Nugroho, J.d. (2013).Ketrampilan Imunisasi. Surakarta:
UNIVERSITAS SEBELAS MARET. 13-20.
Snell, R.s. (2012). Anatomi Klinis. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 262-277.
38