Disusun Oleh:
dr. Melisa Amalia
Pembimbing:
dr. H. Ganis KP
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................. 2
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................ 4
1.1
Latar Belakang..........................................................................4
1.2
Rumusan Masalah......................................................................5
1.3
Tujuan Kegiatan.........................................................................6
1.3.1
Tujuan Umum......................................................................6
1.3.2
Tujuan Khusus.....................................................................6
Definisi DIARE............................................................................7
2.2
2.3
Pencegahan Pneumonia..........................................................21
2.3.1
Pencegahan Primer...........................................................21
2.3.2
Pencegahan Sekunder.......................................................22
2.3.3
Pencegahan Tertier............................................................23
3.1.1
Geografis...........................................................................25
3.1.2
Demografi.........................................................................28
3.1.3
Sarana Kesehatan.............................................................29
3.1.4
Diagnosa masalah.............................................................32
3.1.5
Diagnosa epidemiologi......................................................33
Input.................................................................................. 42
4.1.2
Proses................................................................................ 43
4.1.3
Output............................................................................... 43
BAB I
2
PENDAHULUAN
balita 75 per 100 ribu balita. Selama tahun 2006 sebanyak 41 kabupaten di
16 provinsi melaporkan KLB (kejadian luar biasa) diare di wilayahnya.
Jumlah kasus diare yang dilaporkan sebanyak 10.980 dan 277 diantaranya
menyebabkan kematian. Hal tersebut, terutama disebabkan rendahnya
ketersediaan air bersih, sanitasi buruk dan perilaku hidup tidak sehat.
Untuk Puskesmas Woha, penyakit diare masih menjadi masalah
utama. Hal ini terlihat dari laporan setiap tahunnya yang menyebutkan
bahwa diare masih termasuk 10 penyakit terbanyak yang ditemukan di
Puskesmas Woha. Pada tahun 2011, diare masih termasuk 10 penyakit
menular terbanyak di Puskesmas Woha. Besarnya prevalensi diare di
Puskesmas Woha ini mendesak kita untuk segera menentukan program
dalam rangka menurunkan angka kejadian diare sehingga dapat menekan
beban terhadap kesejahteraan masyarakat.
1.2 Deskripsi Masalah
Masalah utama yang ditemukan di Puskesmas Woha yaitu masih
tingginya angka kejadian diare. Menurut teori Blomm, terdapat empat
faktor yang mempengaruhi kejadian suatu penyakit dalam masyarakat,
yaitu perilaku, lingkungan, biologis, dan pelayanan kesehatan.
Dalam kejadian diare, faktor-faktor tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut: faktor perilaku yaitu perilaku cuci tangan yang tidak
bersih, kebiasaan membuang sampah sembarangan, persiapan makanan
yang kurang higienis, dan penyimpanan makanan yang tidak higienis telah
mempertahankan angka kejadian diare di sebagian besar wilayah; faktor
lingkungan antara lain kebersihan air yang mengkhawatirkan karena
pencemaran oleh limbah dan sampah, pencemaran ini meningkatkan
kemungkinan infeksi dan diare pada masyarakat, faktor biologis yaitu
infeksi oleh virus, bakteri, dan parasit, serta kekurangan nutrisi berperan
penting dalam seluruh kasus diare dan faktor layanan kesehatan yaitu
kesalahan diagnosis karena kurangnya pengetahuan untuk membedakan
berbagai penyebab diare.
1.2 Tujuan
Tujuan umum :
Untuk mengurangi angka kejadian atau mencegah penyakit diare di
masyarakat dalam wilayah kerja Puskesmas Woha.
Tujuan khusus :
1. Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang
dapat mengintervensi faktor perilaku
2. Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang
dapat mengintervensi faktor biologis
3. Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang
dapat mengintervensi faktor lingkungan
4. Untuk mengurangi angka kejadian diare melalui program komunikasi yang
dapat mengintervensi faktor pelayanan kesehatan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
2.1 Definisi
Diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa
air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (biasanya tiga kali
atau lebih dalam sehari) dan berlangsung kurang dari 14 hari (Pedoman
Pemberantasan Penyakit Diare tahun 2007).
Menurut WHO (1980) diare adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak
dan berlangsung singkat, dalam beberapa jam atau hari.
Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Diare
kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari namun tidak terus
menerus dan dapat disertai penyakit lain. Diare persisten merupakan istilah
yang dipakai di luar negeri yang menyatakan diare yang berlangsung 1530 hari dan berlangsung terus menerus.
2.2. Etiologi
Ditinjau dari teori Blum, penyebab diare dibedakan menjadi empat
faktor, yaitu: faktor biologi, faktor pelayanan kesehatan, faktor lingkungan
dan faktor perilaku.
2.2.1 Faktor Biologi
Kuman penyebab diare, antara lain:
1. Virus : Rotavirus, Virus Norwalk, Norwalk like virus, Astrovirus, Calcivirus,
dan Adenovirus.
2.
3.
4.
5.
ii. Tertelan
organisme
yang
mensekresikan
toksin.
Organisme
ini
organisme
yang
bersifat
enteroinvasif.
Organisme
ini
Vibrio
cholerae,
Campylobacter,
Yersinia
enterocolitica,
Staphylococcus aureus.
Protozoa:
kista
matang
yang
tertelan/terminum.
Misalnya,
e. Cacing:
tertelan
telur
matang/larva
yang
mengkontaminasi
karena
kurangnya
minat
perawat
atau
paramedis
yang
menyertainya menyebabkan posyandu hanyalah menjadi tempat untuk ibuibu mendapatkan imunisasi untuk bayinya. Seringkali posyandu hanya
menjadi tempat berkumpul masyarakat untuk mendapatkan pengobatan
dengan biaya yang murah dimana seharusnyanya tempat tersebut
digunakan perawat atau paramedis untuk memberikan penyuluhan
mengenai penyakit-penyakit yang sering terjadi seperti diare.
c. Kader tidak berwawasan
Kader di suatu kawasan sebenarnya adalah elemen penting untuk
memastikan tingkat kesehatan masyarakat dibawah pengawasannya.
Namun seringkali kader-kader hanya memikirkan imbalan yang di dapat
dari pekerjaannya. Terdapat kader yang tidak mempunyai inisiatif sendiri
untuk melakukan program-program penyuluhan kesehatan atau malah
tidak mempunyai inisiatif untuk mengetahui cara pencegahan sesuatu
penyakit. Hasilnya, mereka hanya menunggu program-program yang
dijalankan puskesmas.
lingkungan fisik dan lingkungan non fisik. Lingkungan fisik ialah lingkungan
alam yang terdapat disekitar manusia, misalnya cuaca, musim, keadaan geografis
dan struktur geologi. Sedangkan lingkungan non-fisik ialah lingkungan yang
muncul sebagai akibat adanya interaksi antar manusia, misalnya termasuk faktor
sosial budaya, norma, dan adat istiadat.
Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul atau tidaknya penyakit
dapat bermacam-macam. Salah satu diantaranya ialah sebagai reservoir bibit
penyakit (environmental reservoir). Adapun yang dimaksud dengan reservoir ialah
tempat hidup yang dipandang paling sesuai bagi bibit penyakit lainnya yakni:
reservoir manusia, reservoir hewan, dan rerservoir serangga. Pada reservoir disini
bibit penyakit hidup di dalam tubuh manusia. Timbul atau tidaknya penyakit pada
manusia tersebut tergantung dari sifat-sifat yang dimiliki oleh bibit penyakit
ataupun pejamu.
Hubungan antara pejamu, bibit penyakit dan lingkungan dalam
menimbulkan suatu penyakit amat kompleks dan majemuk. Disebutkan bahwa
ketiga faktor ini saling mempengaruhi, dimana pejamu dan bibit penyakit saling
berlomba untuk menarik keuntungan dari lingkungan. Hubungan antara pejamu,
bibit penyakit dan lingkungan ini diibaratkan seperti timbangan. Disini pejamu
dan bibit penyakit berada di ujung masing- masing tuas, sedangkan lingkungan
sebagai penumpangnya.
Menurut Sutomo 1995, sanitasi lingkungan adalah bagian dari kesehatan
masyarakat secara umum yang meliputi prinsip-prinsip usaha untuk meniadakan
atau menguasai faktor-faktor lingkungan yang dapat menimbulkan penyakit
melalui kegiatan- kegiatan yang ditujukan untuk :
a. Sanitasi air
b. Sanitasi Makanan
c. Pembuangan Sampah
d. Sanitasi Udara
e. Pengendalian vektor dan binatang mengerat
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada
pengawasan
berbagai
faktor lingkungan
yang
mempengaruhi
derajat
10
kasar,
penggunaan
sikat
yang
menghabiskan
waktu dan
lokasi wastafel yang jauh dimana tangan harus berkali-kali dicuci menggunakan
sabun dan dikeringkan sehingga merepotkan.
Pencucian tangan khusus dalam lingkungan medis biasanya membutuhkan
banyak sekali sabun dan air untuk memperoleh busa dan saat telapak tangan
digosok secara sistematis dalam kurun waktu 15-20 detik dengan teknik mengunci
antar tangan, setelah tangan dikeringkan pun para tenaga medis tidak
diperkenankan untuk mematikan air atau membuka pegangan pintu, apabila hal ini
mereka harus lakukan, tangan harus dilidungi dengan kertas tisyu atau handuk
kering bersih.
Pada lingkungan pemukiman yang padat dan kumuh, kebiasaan mencuci
tangan secara benar dengan sabun dapat menurunkan separuh dari penderita diare.
Komunitas yang mendapatkan intervensi dan komunitas pembanding yang mirip
tapi tidak mendapatkan intervensi menunjukkan bahwa jumlah penderita diare
berkurang separuhnya.
Keterkaitan perilaku mencuci tangan dengan sabun dan penyakit diare,
penelitian intervensi, kontrol kasus, dan lintas sektor dilakukan menggunakan data
11
elektronik dan data yang terkumpul menunjukkan bahwa risiko relatif yang
didapat dari tidak mencuci tangan dari percobaan intervensi adalah 95 persen
menderita diare, dan mencuci tangan degan sabun dapat mengurangi risiko diare
hingga 47 persen.
b. Tidak memberikan ASI (Air Susu lbu) secara penuh 4-6 bulan pada
pertama kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk
menderita diare lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan
kemungkinan menderita dehidrasi berat juga lebih besar.
c. Menggunakan
botol
susu,
penggunaan
botol
ini.
Memudahkan
12
13
Keadaan Umum
Baik, sadar
*Gelisah, rewel
Mata
Normal
Cekung
Sangat cekung
Air mata
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Basah
Kering
Sangat kering
Rasa haus
Minum biasa,
Haus, ingin
tidak haus
Minum banyak
Turgor kulit
Kembali cepat
*Kembali lambat
*Kembali sangat
3. Derajat
Tanpa dehidrasi
Dehidrasi
lambat
Dehidrasi berat.
ringan/sedang.
2. Periksa
Dehidrasi
Rencana terapi A
Rencana terapi C
Teruskan ASI
Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan,
untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum mendapat makanan
padat , dapat diberikan susu,
Bila anak 6 bulan atau lebih atau telah mendapat makanan padat
- `Berikan bubur lbila mungkin dicampur dengan kacanf-kacangan,
sayur, daging atau ikan , tmbahkan 1 atau 2 sendok the minyak
sayur tiap porsi.
- `Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk menanbahkan
kalium.
- Berikan makanan yang segar masak dan haluskan atau tumbuk
makanan dengan baik
15
Muntah berulang-ulang
Demam
Tinja berdarah
Jika akan diberi larutan oralit di rumah, tunjukkan kepada ibu jumlah
oralit yang diberikan setiap habis buang air besar dan diberikan oralit
yang cukup untuk 2 hari.
16
Bila anak menginginkan lebih banyak oralit berikanlah. Bujuk ibu untuk
meneruskan ASI. Untuk bayi dibawah 6 bulan yang tidak mendapat ASI
berikan juga 100 200 ml air masak selama masa ini
Amati anak dengan seksama dan bantu ibu memberikan oralit.
17
Bila kelopak mata anak bengkak hentikan pemberian oralit dan air
masak atau ASI beri oralit sesuai Rencana tetapi A bila pembengkakan
telah hilang
Bila tidak ada dehidrasi , ganti ke rencana terapi A, Bila dehidras telah
hilang anak biasanya kemudian mengantuk dan tidur
18
19
20
21
22
23
Renjatan hipovolemik
Hipoglikemia
24
BAB III
DATA UMUM DAN PEMECAHAN MASALAH
3.1 Data Umum :
1) Geografi :
Wilayah Kecamatan Woha merupakan salah satu kecamatan di Wilayah
Kabupaten Bima yang letaknya di Persimpangan kota Bima bagian selatan
( Langgudu , Belo dan Monta ) serta dengan wilayah Kabupaten Bima
bagian barat ( Bolo, Donggo dan Sanggar )
Batas wilayah Kecamatan Woha adalah sebagai berikut :
Sebelah utara
Sebelah Timur
Sebelah barat
Sebelah selatan
: Teluk Bima
: Kecamatan Belo
: Kecamatan Bolo
: Kecamatan Monta
Luas wilayah 75,25 Km terdiri dari 15 desa , 53 dusun dan 159 RT.
Keadaan tanah:
Sebagian besar dataran rendah dan sebagian lagi pegunungan dengan
kondisi tanah berbatuan ( tanah kering / tandus ) pada bagian selatan .
Pemanfaatan tanah untuk areal areal persawahan 2.642 Ha.
Sumber air : untuk pertanian diambil dari sungai Parado, sungai Keli, dan
sungai Ka Mbaju ,Sebagian lagi merupakan sawah tadah hujan .
25
Untuk air minum diambil dari PDAM, sumur gali , sumur pompa, sumur
bor dan mata air.
Keadaan iklim :
Musim kemarau paling kering dan bila musim hujan sering dilanda banjir
akibat luapan kali / sungai dari Kecamatan Belo dan Monta yang bermuara
di pantai Teluk Bima di Kecamatan Woha.
Transportasi :
Semua desa di Kecamatan Woha dapat dilalui oleh benhur , roda 2 maupun
roda 4 karena sudah beraspal.
2) Jumlah penduduk menurut jenis kelamin
NO
1
DESA
TENTE
LAKI
1882
PEREMPUAN
3600
RABAKODO
1900
3290
TALABIU
4041
4765
SAMILI
3874
5004
KALAMPA
4392
4192
DADIBOU
2399
2296
DONGGOBOLO
2288
1988
PANDAI
2887
2072
RISA
5258
4838
10
KELI
3469
3450
11
TENGA
1790
1323
12
NARU
3496
3589
JUMLAH
26
13
NISA
3505
3167
14
WADUWANI
1154
1163
1531
762
43.866
45.499
15
PENAPALI
JUMLAH
: 50,28 %
Buruh tani
: 6,28 %
Peternak
: 10,8 %
Pedagang
: 17,10 %
Pertukangan
: 2,79 %
: 5,84 %
4) Agama
Islam
: 98,83 %
Katoli / protestan
: 0,07 %
Hindu / Budha
: 0,02 %
5) Lembaga Sosial
KUD
LKMD
: 15
Karang Taruna
: 15
Kelompok Pengrajin
15
27
6) Sarana Kesehatan
NO
1
DESA
TENTE
RABAKODO
TALABIU
SAMILI
KALAMPA
DADIBOU
DONGGOBOLO
PANDAI
RISA
10
KELI
11
TENGA
12
NARU
13
NISA
14
WADU WANI
10
15
PUSPER
1
PENA PALI
JUMLAH
PUSTU
-
POLINDES / BIDES
1
7) Sarana Pendidikan
NO
S LB
DESA
TENTE
TK
2
SD
4
SLTP
3
SLTA
1
RABAKODO
TALABIU
SAMILI
KALAMPA
28
DADIBOU
DONGGOBOLO
PANDAI
RISA
10
KELI
11
TENGA
12
NARU
13
NISA
14
WADUWANI
33
15
PENA PALI
JUMLAH
8) Sarana Umum
NO
1
DESA
TENTE
MASJID
2
MUSHOLAH
5
GEREJA,PURA, VIHARA
-
RABAKODO
TALABIU
SAMILI
KALAMPA
DADIBOU
DONGGOBOLO
PANDAI
RISA
10
KELI
11
TENGA
12
NARU
13
NISA
14
WADUWANI
29
15
24
30
PENA PALI
JUMLAH
9) Sarana Transportasi
NO
1
DESA
TENTE
Jarak ke Puskes
< 1 km
Waktu rata 2
10 menit
Transport
Roda 2/4
RABAKODO
> 1 km
10 menit
Roda 2/4
TALABIU
3 km
20 menit
Roda 2/4
SAMILI
>1 km
10 menit
Roda 2/4
KALAMPA
3 km
20 menit
Roda 2/4
DADIBOU
4 km
20 menit
Roda 2/4
DONGGOBOLO
6 km
30 menit
Roda 2/4
PANDAI
7 km
40 menit
Roda 2/4
RISA
5 km
30 menit
Roda 2/4
10
KELI
7 km
40 menit
Roda 2/4
11
TENGA
3 km
20 menit
Roda 2/4
12
NARU
< 1 km
10 menit
Roda 2/4
13
NISA
< 1 km
10 menit
Roda 2/4
14
WADU WANI
> 1 km
10 menit
Roda 2/4
15
PENA PALI
3,5 km
20 menit
Roda 2/4
Jenis tenaga
Dokter umum
30
Dokter Gigi
Sarjana Kesehatan
masyarakat
Akademi Perawat
36
Bidan
48
Perawat kesehatan
Perawat gigi
Sanitarian
Analis kesehatan
10
Petugas gizi
11
Pekarya kesehatan
12
Tata usaha
13
Petugas farmasi
14
Sopir
15
Petugas kebersihan
Sarjana Psikologi
17
S1 Perawat
18
Loket
NO
NAMA PENYAKIT
JUMLAH
4842
2247
31
GASTRITIS
2022
1953
1360
PNEUMONIA
1256
695
661
DISENTRI
592
DIARE
502
10
di
1. Host
: manusia dengan hygiene yang buruk
2. Agent
: bakteri, virus, parasit
3. Environment : sebagian besar daerah persawahan, sehingga banyak
hewan ternak berkeliaran sehingga banyak kotoran ternak berserakan,
lingkungan kotor, sumber air yang tidak bersih
3.2.3 Diagnosis Perilaku dan Lingkungan
Faktor perilaku
Tidak memberikan ASI (Air Susu lbu) secara penuh 6 bulan pertama
Faktor lingkungan
Letak jamban atau tangki septik yang berdekatan dengan sumber air
untuk kebutuhan sehari-hari
3.2.4
Predisposing factor:
33
Enabling factor:
Reinforcing factor:
Belum
berjalannya
penyuluhan
mengenai
diare
dan
cara
penatalaksanaannya.
3.2.5
34
3.2 METODE
A. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
35
B. Sasaran
Hari/Tanggal
Waktu
Tempat
Acara
Jumlah sasaran
Jumlah yang hadir
E. Metode Penyuluhan :
dalam
bentuk
Keluarnya tinja lunak atau cair dengan frekuensi > 3x/ sehari
36
menjaga
G. Sumber Daya
:
- Dokter Internsip
- Petugas
H. Biaya operasional
No
Keterangan
Jumlah
1.
Rp. 8.000,-
2.
Rp. 50.000,-
TOTAL
I. Evaluasi
Rp. 58.000,-
penyuluhan.
PENGETAHUAN
50
56,25
10
62,5
43,75
50
50
11
68,75
10
62,5
38
dengan DIARE
9
56,25
10
11
68.75
h
Rata 2
68,125
No
9
10
11
12
13
14
15
16
Nilai
Kategori
1.
50
Kurang
2.
51-69
Sedang
3.
70
Baik
Output
Tabel Hasil Perbandingan Nilai Pre Test dan Post Test
Nilai
39
Post Test
50
90
60
90
60
100
70
100
30
100
80
100
50
90
30
80
40
100
10
60
100
11
70
100
12
40
90
13
70
100
14
70
100
15
80
100
16
90
90
Jumlah 1090
Rata2 68.125
2.280
96
40
BAB V
DISKUSI
A Input
-
SDM untuk program ini adalah 1 orang dokter internsip. Melisa Amalia
anak.
Dana yang dibutuhkan untuk kegiatan penyuluhan bersumber dari dokter
internsip dan perencanaan, yaitu dari Rp. 58.000,Penyuluhan dilakukan di rumah posyandu desa naru tentang pengertian,
penyebab, perjalanan, faktor resiko, klasifikasi, cara penularan, siapa saja
yang terserang, tanda dan gejala,pencegahan, perawatan dan tanda bahaya
B Proses
-
tanpa kegaduhan.
Pemecahan masalah : waktu mulai kegiatan mundur sehingga dokter
internsip mempersingkat penyuluhan tetapi isi penyuluhan tetap padat dan
Post Test
N
%
16 100
Kenaikan
N
%
14
50
14
87,5
13
50
10
62,5
14
87,5
13
25
43,7
16
100
15
43,7
15
93,7
15
5
62,5
16
5
100
14
56,2
No.
1
2
Pengetahuan
Mengetahui mengenai penyebab
DIARE
56,2
5
5
50
50
11
10
62,5
16
100
11
37,5
56,2
15
93,7
37,5
11
37,5
10
5
68,7
14
87,5
10
5
68.7
18,7
5
16
100
42
terserang DIARE
Rata-rata
68,1
25
96
41.8
75
BAB VI
43
setelah
dilakukan
intervensi,
masyarakat
mengenai
yang
diberikan
telah
berhasil
menambah
pengetahuan responden.
1. Diare merupakan masalah global. Indonesia sendiri masih mengalami
tingkat kejadian diare yang besar, 300 per 1000 orang per tahun di tahun
2000.
2. Kejadian diare dipengaruhi oleh berbagai faktor, sesuai teori Blum, faktorfaktor ini adalah faktor perilaku, lingkungan, biologis, dan layanan
kesehatan. Intervensi terhadap faktor-faktor ini diharapkan dapat menekan
angka kejadian diare.
Intervensi yang direncanakan adalah dengan mengadakan program
penyuluhan Gerakan Cuci Tangan ke sekolah-sekolah di wilayah kerja
Puskesmas Woha dan program penyuluhan tentang penyakit diare kepada
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Woha
2. Saran
44
Menimbulkan
perilaku
masyarakat
yang
mendukung
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Pickering LK and Snyder JD. Gastroenteritis in Nelson Textbook of
Pediatric,17Edition. 2003. page1272-1276
2. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Gastroenterologi. Bagian Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.1998.
hal 283-293.
3. Standar Penatalaksanaan Ilmu Kesehatan Anak. RSMH. 2006
4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Apa yang Perlu Diketahui dari Diare Pada
Anak?. No .38. Tahun XXV. 2005
5. Anonim. Diagnosis Diare dan Klasifikasi Dehidrasi. Available at
http://www.medicastore.com/med/index
6. Anonim. Diare Penyebab Utama Kematian Balita : 2009 [dikutip 2010 Jul
21]; Tersedia di http://www.infeksi.com/articles.php?lng=in&pg=1410
7. Anonim. Oralit untuk Diare : 2007 [dikutip 2010 Jul 21]; Tersedia di
http://www.infeksi.com/newsdetail.php?lng=in&doc=3829
8. Anonim. Review Research on The Literature of Diarrhea Disease in
China(1990-2004). 2004 [dikutip 2010 Jul 21]; Tersedia di
http://www.wpro.who.int/internet/resources.ashx/EHE/sanitation/APW_R
EP+ReviewResearchonTheLiteratureofDiarrheaDiseaseinChina+_19902004.pdf
9. Anonim. Pencegahan Diare. 2006 [dikutip 2010 Jul 21]; Tersedia di:
http://www.scribd.com/doc/25421779/pencegahan-diare
10. Anonim. Using Indicators to Measure Progress on Childrens
Enviromental Health. 2003 [dikutip 2010 Jul 21]; Tersedia di
http://www.who.int/ceh/indicators/en/childrens_indicator_reportlow.pdf
46
LAMPIRAN 1
KUISIONER STATUS KESEHATAN MASYARAKAT
DIARE
Nama :
Usia :
Alamat:
Tanggal:
No Kuesioner:
47
48