Anda di halaman 1dari 34

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas kesempatan dan anugerah yang telah dilimpahkan-Nya, kami penyusun
dapat menyelesaikan LAPORAN PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR MESIN
LAS yang kami beri judul LAPORAN PRAKTIKUM MESIN LAS. Kami juga
mengucapkan terima kasih untuk rekan-rekan Fakultas Teknik Jurusan Teknik
Industri, yang senantiasa memberikan dukungan demi terselesaikannya laporan
ini. Dan terakhir, kami ucapkan terimakasih untuk para pembimbing praktikum
yang memberikan banyak masukan dan saran demi kesempurnaannya laporan
ini.
Laporan ini kami buat guna untuk melengkapi hasil praktikum yang
telah kami lakukan sebelumnya, serta untuk memenuhi nilai di mata kuliah
Praktikum Proses Manufaktur.
Laporan ini kami bagi dalam beberapa bab, yang masing-masing berisi
mengenai pendahuluan, teori, salinan jurnal praktikum, jawaban pertanyaan dan
kesimpulan, daftar pustaka, lampiran.
Laporan kami pastinya masih memiliki banyak kekurangan, maka demi
lebih sempurnanya laporan ini kami selalu mengharapkan kritik dan saran, demi
kemanfaatannya yang lebih di masa mendatang.

Jakarta, Oktober 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................I
DAFTAR ISI.......................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................1
1.3. Tujuan Penulisan....................................................................................2
BAB II TEORI SINGKAT.........................................................................3
2.1. Pengertian Mesin Las..............................................................................3
2.2. Sejarah Pengelasan................................................................................4
2.3. Klasifikasi Pengelasan.............................................................................5
a.

Las Karbit.............................................................................................. 5

b.

Las Listrik.............................................................................................. 6

c.

Las Gesekan.......................................................................................... 6

d.

Las Termit.............................................................................................. 7

e.

Las Eksplosi........................................................................................... 8

f.

Las Laser.............................................................................................. 8

g.

Las sinar elektron...................................................................................8

2.4. Shielded Metal Arc Welding (SMAW).........................................................9


2.5. Teknik Pengelasan................................................................................16
2.6. Operasi Lain pada Pengelasan................................................................17
2.7. Proses Pengelasan...............................................................................19
BAB III JURNAL PRAKTIKUM...............................................................20
3.1. Maksud dan Tujuan...............................................................................20
3.2. Alat dan Bahan.....................................................................................20
3.3. Langkah Kerja:.....................................................................................20
3.4. Gambar Produk....................................................................................21
BAB IV PERTANYAAN DAN JAWABAN....................................................22
4.1 Pertanyaan........................................................................................... 22
4.2 Jawaban...............................................................................................23
BAB V KESIMPULAN..........................................................................30

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................31
LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses manufaktur merupakan satu mata kuliah yang harus
dikuasai oleh mahasiswa teknik. Oleh karenanya melakukan praktikum
proses manufaktur harus dilakukan demi didapatnya suatu penguasaan
umum terhadap proses pembuatan suatu produk.
Pengelasan, adalah salah satu tahapan produksi yang sudah
sangat umum digunakan. Oleh karenanya, mahasiswa teknik diharapkan
dapat mengetahui dan melakukan proses pengelasan yang baik dan benar
sesuai dengan teknik yang telah distandarkan dengan tetap memperhatikan
faktor keselamatan kerja selama proses praktikum dilaksanakan.
Pembuatan laporan, dilakukan dengan tujuan sebagai pembukuan
tertulis dari praktikum yang telah dilakukan. Serta untuk mengetahui tingkat
penguasaan mahasiswa terhadap materi yang telah diberikan.
Dengan melakukan praktikum pengelasan, diharapkan mahasiswa
dapat mengenal dan memahami lebih dalam mengenai cara pengelasan
yang benar serta fungsi proses pengelasan dalam proses produksi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan proses pengelasan?
2. Alat dan bahan apa saja yang dibutuhkan dalam proses pengelasan?
3. Bagaimana melakukan teknik pengelasan yang benar?
4. Apa saja jenis-jenis pengelasan?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Mengenal mesin las dan mempelajari cara kerjanya.
2. Mengetahui cara peggunaan mesin las.
3. Mengetahui cara-cara penyambungan dengan teknik las.

BAB II
TEORI
2.1. Pengertian Mesin Las
Pada masa sekarang ini, proses pembuatan suatu produk dapat
dilakukan dengan berbagai teknik. Baik dengan cara membuang bahan
baku, seperti dengan metode bubut, gergaji, gerinda, dan lainnya. Maupun
tanpa membuang, misalnya dengan cara tuang, rol, tempa, tarik dan
sebagainya. Masing-masing teknik memiliki kelebihan dan kekurangan
masing-masing tergantung pada jenis produk yang akan dibuat serta tujuan
dari pembuatan produk. [1]

Secara umum, proses pengelasan (welding) merupakan salah satu


proses penyambungan material (material joining). Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1994), adalah penyambungan besi dengan
cara membakar. Berdasarkan defenisi dari Deutche Industrie Normen (DIN)
dalam Harsono dkk (1991:1), mendefinisikan bahwa "las adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam paduan yang dilakukan dalam keadaan
lumer atau cair". Adapun untuk definisi dari proses pengelasan yang
mengacu pada AWS (American Welding Society), proses pengelasan adalah
proses penyambungan antara metal atau non-metal yang menghasilkan satu
bagian yang menyatu, dengan memanaskan material yang akan disambung
sampai pada suhu pengelasan tertentu, dengan atau tanpa penekanan, dan
dengan atau tanpa logam pengisi. Meskipun dalam metode proses
pengelasan tidak hanya berupa proses penyambungan, tetapi juga bisa
berupa proses pemotongan dan brazing. [1]
Sambungan (joining) adalah suatu proses yang dibutuhkan untuk
merakit dua komponen/lebih sehingga menjadi suatu produk yang dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukannya. [1]
Suatu

proses

penyambungan

umumnya

dilakukan

atas

pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:


1) Adanya produk yang mustahil untuk dibuat dari satu bagian saja
2) Proses pembuatan lebih hemat bila dibuat secara terpisah lalu dirakit.
3) Untuk mempermudah proses pemeliharaan dan perbaikan selama
pemakaian.
4) Fungsi produk akan lebih sesuai bila dibuat secara terpisah.
5) Proses pengiriman lebih mudah dan murah, bila dilakukan secara
terpisah baru dirakit. [4]
Teknik

penyambungan

logam

dapat

dilakukan

secara

mekanik

(menggunanan metoda pengikatan dengan mur maupun ulir) atau dengan


cara pengelasan. Saat ini, pengelasan merupakan cara penyambungan
logam yang paling umum digunakan. [5]
2.2. Sejarah Pengelasan

Teknik pengelasan secara sederhana telah ditemukan dalam rentang


waktu antara 4000 sampai 3000 SM. Setelah energi listrik dipergunakan
dengan mudah, teknologi pengelasan maju dengan pesatnya sehingga
menjadi sesuatu teknik penyambungan yang mutakhir. Hingga saat ini telah
dipergunakan lebih dari 40 jenis pengelasan. Pada tahap-tahap permulaan
dari pengembangan teknologi las, biasanya pengelasan hanya digunakan
pada sambungan-sambungan dari reparasi yang kurang penting. Tapi
setelah melalui pengalaman dan praktek yang banyak dan waktu yang lama,
maka sekarang penggunaan proses-proses pengelasan dan penggunaan
konstruksi-konsturksi las merupakan hal yang umum di semua negara di
dunia. [4]
Pengelasan dengan metode yang dikenal sekarang, mulai dikenal pada
awal abad ke 20. Sebagai sumber panas, digunakan api yang berasal dari
pembakaran gas asetilen yang kemudian dikenal sebagai las karbit. Waktu
itu sudah dikembangkan las listrik namun masih mulai langka. [4]
Pada Perang Dunia II, proses pengelasan untuk pertama kalinya
dilakukan dalam skala besar. Dengan las listrik, dalam waktu singkat
Amerika Serikat dapat membuat sejumlah kapal sekelas dengan kapal SS
Liberty, yang merupakan kapal pertama yang diluncurkan dengan di las.
Dimana

sebelumnya

kapal

yang

dikeluarkan,

proses

pengerjaan

menggunakan paku keling rivets. Pada masa itu, muncul pula cara
pertama untuk mengetes hasil pengelasan, seperti uji kerfslag (lekukan
yang tertutup lapisan). [4]

2.3. Klasifikasi Pengelasan


Secara konvensional klasifikasi las dapat dibagi dua golongan, yaitu
klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan (sumber panas) dan
klasifikasi berdasarkan cara kerja. [3]
1) Ditinjau berdasarkan sumber panasnya klasifikasi pengelasan dapat
dibedakan tiga:
a. Mekanik
b. Listrik
7

c. Kimia
2) Ditinjau berdasarkan cara kerjanya klasifikasi pengelasan dapat dibagi
dalam tiga kelas utama yaitu :
a. Pengelasan cair, adalah cara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau
sumber api gas yang terbakar.
b. Pengelasan tekan, adalah cara pengelasan dimana sambungan
dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
c. Pematrian, adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan
disatukan dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik
cair rendah. Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair
Selain itu, terdapat berbagai jenis pengelasan yang digunakan dalam
proses penyatuan logam. Dalam beberapa literatur, terdapat hingga 40
bahkan 200 metoda pengelasan. [6]
Berikut ini dijelaskan beberapa metode pengelasan yang dikenal:
a.

Las Karbit
Las Karbit adalah proses penyambungan logam dengan logam

(pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas asetilen=C2H2)


sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar yang
telah dibakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan
suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. [3]

b.

Las Listrik
Pada Las Listrik, panas yang diperoleh untuk proses pelelehan

diperoleh dari perbedaan tegangan antara ujung tangkai las dengan


benda yang akan di las. Kalau elektroda las cukup dekat dengan
benda yang akan dikerjakan itu, akan terjadi loncatan bunga api
permanen yang berasal dari arus listrik. Selama melakukan las listrik,

tetesan elektroda lempengan logam berdiameter tertentu, berjatuhan


menjadi kumpulan cairan logam. [3]
Salah satu metode modern dari las listrik adalah las plasma.
Plasma adalah gas panas yang suhunya sedemikian tinggi sehingga
elektron luar molekul-molekul gas terpisahkan dan membentuk ion.
Elektroda untuk las plasma dibuat dari bahan yang kuat, misalnya
wolfram. Arus listrik mengionisasi gas plasma sehingga terjadi arus
tunggal. Sewaktu terbentuk cairan panas, kawat las bisa ditambahkan.
[3]

Las Plasma sangat stabil. Cara ini bisa dijalankan secara


otomatis, antara lain karena hasil pengelasan tidak terpengaruh oleh
panjang arus. Karena las plasma sangat cepat, ia bisa digunakan
untuk memasang lapisan anti karat dan anti aus pada konstruksi baja.
[3]

Las Listrik merupakan dasar dari banyak proses las dengan


aplikasi khusus. Salah satu yang paling terkenal adamah las MIG/MAG
(Metal Inert Gas/Metal Active Gas). Bedanya dengan las listrik biasa
ialah, dari ujung tangkai las juga keluar aliran gas.Dapat beripa gas
karbondioksida yang disebut las CO2, tetapi dapat juga argon atau
campuran beberapa gas.Aliran gas itu melindungi cairan yang meleleh
dari udara sekitarnya.Udara mengandung oksigen yang pada suhu
sekitar 1800C dapat membuat karat. [3]

c.Las Gesekan
Pada las gesekan, panas timbul sebagai akibat gesekan kedua
bagian logam yang akan disambung dengan berputar dalam
kecepatan tinggi. Panas hasil gesekan tersebut akan melelehkan
logam, dan kalau diberikan sedikit tekanan, maka akan terjadi
sambungan. Setelah logam mulai meleleh, koefisien gesekan akan
turun dan pertambahan panas akan berhenti, sehingga bahan tidak
mungkin kepanasan. [6]
Untuk mengelas pipa ledeng besar dengan las gesekan,
diperlukan las gesekan radikal. Kedua bagian pipa harus sedikit

terpisah sewaktu cincin logam yang mengelilinginya diputar. Pada saat


tertentu, cincin yang berputar itu ditekan. Panas hasil gesekan itu akan
melelehkan cincin bagian dalam serta ujung kedua pipa. Proses
pengelasan selesai. [3]
Las gesekan umumnya digunakan dalam industri mobil, untuk
menyambung las, komponen bak persneling dan kolom kemudi.
Dengan metode las gesek ini akan lebih mudah untuk menyambung
bahan-bahan yang sulit dilas dengan proses biasa. Misalnya untuk
menghubungkan baja dengan tembaga, tembaga dengan aluminium
dan titanium. [3]

d.

Las Termit
Las Termit adalah penyambungan/las antara dua batang rel

melalui suatu reaksi kimia dengan menggunakan termit (besi oksida


dengan bubuk aluminium). Metode ini dilaksanakan dengan bahan
yang sederhana dan menghasilkan sambungan yang baik. Reaksinya
seperti berikut:
Fe2O3 + 2 Al 2 Fe + Al2O3 + 850 kJ
Hasil reaksi tersebut berupa besi ditambah dengan kerak Al2O3
serta panas yang terjadi cukup untuk mencairkan besi yang berada di
sekitar rel yang pada gilirannya akan memadukan besi hasil reaksi
dengan rel. [6]
Las termit adalah penyambungan/las antara dua batang rel
melalui suatu reaksi kimia dengan menggunakan termit (besi oksida
dengan bubuk aluminium). [3]
Metode ini dilaksanakan dengan bahan yang sederhana dan
menghasilkan sambungan yang baik. Reaksinya seperti berikut:
Fe2O3 + 2 Al 2 Fe + Al2O3 + 850 kJ
Hasil reaksi tersebut berupa besi ditambah dengan kerak Al2O3
serta panas yang terjadi cukup untuk mencairkan besi yang berada di
sekitar rel yang pada gilirannya akan memadukan besi hasil reaksi
dengan rel. [3]

10

e.

Las Eksplosi
Las eksplosi digunakan untuk memasang lapisan anti karat pada

logam biasa. Metodanya dapat digambarkan sebagai berikut. Apabila


dua lempengan A dan B akan dilas. Kedua lempengan ditumpuk, dan
di luar A diletakkan selapis bahan peledak yang disulut. Lempengan A
akan ditekan keras pada B dan keuda lempengan akan meleleh pada
tempat kontak. Setelah beberapa seratus detik gelombang kejut
ledakan itu hilang, bahan akan mendingin dan bagian A dan B sudah
melekat. [3]

f. Las Laser
Dalam proses las laser, digunakan sinar laser dikarenakan laser
bersifat mengumpulkan energi dalam satu titik. Umumnya digunakan
untuk mengelas komponen yang mengandung peralatan-peralatan
sensitif terhadap panas. Seperti kotak pacu jantung yang di dalamnya
terdapat komponen-komponen elektronika. Keuntungannya, panas
hanya terkumpul pada tempat yang kecil. Untuk pekerjaan seperti itu
dipakai laser bahan padat seperti neodymuim-YAG-laser. Bahan
yang lebih tebal tidak dapat disambung dengan laser seperti itu .
Namun disebut-sebut laser CO2 memiliki energi yang lebih banyak
untuk setiap milimeter perseginya. Laser ini dapat melelehkan logam
sampai sedalam 15 mm. [3]

g.

Las Sinar Elektron


Selain sinar laser yang digunakan dalam las laser, sinar elektron

juga bisa dipakai untuk memanaskan logam hingga titik leburnya.


Bahan yang akan dilas dihujani elektron bermuatan negatif dari batang
logam untuk menyambung, yang akan menuju ke muatan positif dari
bahan yang akan dikerjakan. Sinar elektron yang terdiri atas sejumlah
elektron, setelah bertubrukan dengan logam akan memproduksi
panas. Las dengan sinar elektron selain digunakan dalam industri

11

nuklir, juga digunakan dalam pembuatan mesin jet pesawat terbang.


Namun kelemahannya hanya bisa dipakai di ruangan hampa udara.
Molekul udara dapat mencerai beraikan sinar elektron dan energinya
langsung memudar.[3]
2.4. Shielded Metal Arc Welding (SMAW)
SMAW termasuk ke dalam jenis mesin las listrik, SMAW merupakan
salah satu proses pengelasan yang umum digunakan, utamanya pada
pengelasan singkat dalam produksi, pemeliharaan dan perbaikan, dan untuk
bidang konstruksi.[3]

Gambar 2.1. Proses Pengelasan SMAW


SMAW (Shielded Metal Arc Welding) adalah proses pengelasan
dengan mencairkan material dasar yang menggunakan panas dari listrik
antara penutup metal (elektroda). Pada praktikum kali ini kita menggunakan
jenis las ini.[3]
SMAW merupakan pekerjaan manual dengan peralatan meliputi
power source, kabel elektroda (electrode cable), kabel kerja (work cable),
electrode holder, work clamp, dan elektroda. Elektroda dan sistem kerja
adalah bagian dari rangkaian listrik. Rangkaian dimulai dengan sumber daya
listrik dan kabel termasuk pengelasan, pemegang elektroda, sambungan
benda kerja, benda kerja (Weldment), dan elektroda las.[3]
Salah satu dari dua kabel dari sumber listrik terpasang ke bekerja,
selebihnya melekat pada pemegang elektroda, seperti yang terlihat pada
gambar di bawah ini:

12

Gambar 2.2. Peralatan yang dibutuhkan pada


proses pengelasan SMAW

Pada

pengelasan dengan metode SMAW, pengelasan dimulai saat sebuah busur


listrik dipukul dengan membuat kontak antara ujung elektroda dan sistem
kerja. Panas intens busur mencairkan ujung elektroda dan permukaan kerja
dekat dengan busur. Gelembung-gelembung kecil logam cair dengan cepat
terbentuk di ujung elektroda, kemudian ditransfer melalui sungai busur ke
dalam kolam las cair. Dengan cara ini, logam pengisi disimpan sebagai
elektroda yang dikonsumsi. Busur digerakan sesuai dengan panjang sistem
kerja dan kecepatan perjalanan, titik lebur dan sekering sebagian logam
dasar dan terus menambahkan logam pengisi. Saat busur menjadi sumber
panas dengan suhu di atas 9000F (5000C), pencairan logam dasar terjadi
hampir seketika. Jika pengelasan dilakukan baik dalam posisi datar atau
horizontal, transfer logam disebabkan oleh gaya gravitasi, ekspansi gas,
listrik dan kekuatan elektromagnetik, dan tegangan permukaan. Sedangkan
pada posisi las yang lain, gravitasi bekerja terhadap kekuatan lain.[3]
Proses pengelasan dengan metode SMAW dibedakan berdasarkan
jenis arusnya meliputi arus AC dan DC, dimana arus DC dibedakan atas
DCEN (straight polarity- polaritas langsung) dan DCEP (reverse polarity polaritas terbalik). Perbedaan antara SMAW dengan arus AC dan DC adalah
sebagai berikut:
Untuk arus AC (Alternating Current), pada voltage drop panjang kabel
tidak banyak pengaruhnya, kurang cocok untuk arus yang lemah, tidak
semua jenis elektroda dapat dipakai, arc starting lebih sulit terutama untuk

13

diameter elektroda kecil, pole tidak dapat dipertukarkan, arc bow bukan
merupakan masalah.[3]
Sedangkan pada arus DC (Direct Current), voltage drop sensitif
terhadap panjang kabel sependek mungkin, dapat dipakai untuk arus kecil
dengan diameter elektroda kecil, semua jenis elektroda dapat dipakai, arc
starting lebih mudah terutama untuk arus kecil, pole dapat dipertukarkan, arc
bow sensitif pada bagian ujung, sudut atau bagian yang banyak lekukanya.[3]
Selanjutnya untuk DCEN (Straight Polarity), material dasar atau
material yang akan dilas disambungkan dengan kutub positif (+) dan
elektrodanya disambungkan dengan kutub negatif (-) pada mesin las DC.
Dengan cara ini busur listrik bergerak dari elektroda ke material dasar
sehingga tumbukan elektron berada di material dasar yang berakibat 2/3
panas berada di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda. Cara ini
akan menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak dibanding
elektrodanya sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga
baik digunakan pada pengelasan yang lambat, wilayah yang sempit dan
untuk pelat yang tebal. [3]
Pada DCEP (Reversed Polarity), material dasar disambungkan
dengan kutub negatif (-) dan elektrodanya disambungkan dengan kutub
positif (+) dari mesin las DC, sehingga busur listrik bergerak dari material
dasar ke elektroda dan tumbukan elektron berada di elektroda yang
berakibat 2/3 panas berada di elektroda dan 1/3 panas berada di material
dasar. Cara ini akan menghasilkan pencairan elektroda lebih banyak
sehingga hasil las mempunyai penetrasi dangkal, serta baik digunakan pada
pengelasan plaat tipis dengan manik las yang lebar. [3]
Halhal yang

mempengaruhi

hasil pengelasan adalah sudut

elektroda, panjang busur, kecepatan memindahkan busur, tinggi rendah arus


yang digunakan. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini dimana
perbedaan hasil pada pengelasan normal (A), pada arus yang terlalu rendah
(B), terlalu tinggi (C), kecepatan memindahkan busur yang terlalu cepat (D),
terlalu lambat (E), dan dengan arc yang terlalu panjang (F):

14

Gambar 2.3. Jenis-jenis Elektroda


Perlu diketahui juga klasifikasi AWS dari elektroda SMAW
dilambangkan dengan susunan kode sebagai berikut:

Gambar 1.4. Pengkodean pada Elektroda

Dengan keterangan bahwa:


E : menyatakan elektroda
XX : diisi kode yang menunjukkan daya rentang bahan (strength)
X : diisi kode yang menunjukkan posisi dari pengelasan
X : diisi kode yang menunjukkan selulosa - tipe dari arus dan lapisan.[3]
1) Adapun untuk posisi pengelasan ada 6 macam, meliputi:
a. 1G Down hand
b. 2G Horizontal
c. 3G Vertical
d. 4G Over head
e. 5G Las pipa pada pipa yang berputar
f.

6G Las pipa dimana pengelas yang berputar

2) Keuntungan dan kerugian menggunakan pengelasan SMAW:


a. Keuntungan dari SMAW :
i.

Biaya awal invesmen rendah

ii.

Secara operasional handal dan sederhana

15

iii.

Biaya material pengisi rendah

iv.

Material pengisi dapat bermacam-macam

v.

Pada semua material dapat memakai peralatan yang sama

vi.

Dapat dikerjakan pada ketebalan berapapun

vii.

Dapat dikerjakan dengan semua posisi pengelasan


b. Kekurangan dari SMAW:
i.

Lambat, dalam penggantian elektroda

ii.

Terdapat slag yang harus dihilangkan

iii.

Pada low hydrogen electrode perlu penyimpanan khusus

iv.

Efisiensi endapan rendah. [3]

Proses pengelasan melibatkan pemanasan dan pendinginan, pada


umumnya struktur mikro dari logam tergantung dari kecepatan pendinginannya
dari temperatur terbentuknya fase awal sampai ke temperatur kamar. Karena
perubahan struktur ini dengan sendirinya sifat-sifat mekanik yang dimiliki juga
berubah. Pada dasarnya daerah lasan terdiri dari tiga bagian yaitu logam lasan
(weld metal), daerah terkena pengaruh panas yang sering disebut dengan Heat
Affected Zone (HAZ), dan logam induk yang tak terpengaruh panas. Daerah
logam lasan adalah bagian dari logam yang pada waktu pengelasan mencair dan
kemudian membeku. Daerah pengaruh panas atau HAZ adalah logam dasar yang
bersebelahan dengan logam las yang selama proses pengelasan mengalami
siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat. Logam induk tak terpengaruh
panas adalah bagian logam dasar dimana panas dan temperatur pengelasan
tidak menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan sifat. Selain
ketiga bagian itu masih ada bagian lain yaitu daerah yang membatasi antara
logam las dan daerah HAZ yang disebut dengan batas las.

[6]

Untuk melihat

struktur dari sebuah hasil lasan kita dapat melihat pada gambar dibawah ini:

16

Gambar 2.5. Skematik variasi temperatur dan struktur logam lasan


Semua kejadian selama proses pendinginan dalam pengelasan hampir
sama dengan pendinginan dalam pengecoran perbedaannya adalah:
a. Kecepatan pendinginan dalam las lebih tinggi
b. Sumber panas dalam las bergerak lurus
c. Pencairan dan pembekuan dalam las terjadi secara terus menerus.
[6]

1) Inklusi
Inklusi terjadi karena adanya material padat yang terjebak pada waktu
proses pembekuan. Inklusi dapat terjadi menjadi dua bagian, yaitu Inklusi non
metalik dan inklusi metalik.[6]

Gambar 2.6. (slag dan oksida)

17

Penyebab:
a. Arus yang terlalu rendah dan elektroda yang terlalu besar.
b. Pada sambungan sudut, sudut-sudut yang kurang tepat, pembersihan
yang kurang baik.
c. Pengelasan yang terlalu cepat.[6]
2) Incompletly filled groove (Alur tidak terisi secara sempurna)
Hal ini terjadi karena alur yang direncanakan tidak terisi logam secara
sempurna,

sehingga

sambungan

tampak

kekurangan

logam

pengisi/cekung.[6]

Gambar 2.7. Incompletly filled groove

Penyebab:
a. Gerakan elektroda yang terlalu cepat.
b. Elektroda atau logam pengisi terlalu kecil.
3) Lack of fusion atau Incomplete fusion (Peleburan yang tidak sempurna).
Terjadi karena logam induk dan logam las tidak melebur bersama secara
menyeluruh.[6]

Gambar 2.8. Lack of Fusion

18

Penyebab:
a. Arus pengelasan terlalu rendah.
b. Gerakan elektroda terlalu cepat.
c. Persiapan yang tidak sempurna.
d. Permukaan kotor.
e. Sudut elektroda yang tidak tepat.
f.

Panjang busur yang tidak tepat.[6]

2.5. Teknik Pengelasan


1) Posisi Pengelasan di Bawah Tangan
Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan
di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung
pembakar (brander) terletak diantara 60 dan kawat pengisi (filler rod)
dimiringkan dengan sudut antara 30-40 dengan benda kerja. Kedudukan ujung
pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2-3 mm agar terjadi panas
maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke
tengah sambungan dan gerakannya adalah lurus. [4]
2) Posisi Pengelasan Datar (Horizontal)
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan
dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke
bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan
brander terhadap benda kerja menyudut 70 dan miring kira-kira 10 di bawah
garis mendatar, sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10 di atas
garis mendatar. [4]
3) Posisi Pengelasan Tegak (Vertikal)
Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke
atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat
sambungan yang bersudut 45-60 dan sudut brander sebesar 80.[4]
4) Posisi Pengelasan di Atas Kepala (Overhead)
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan
dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala danpengelasan

19

dilakukan dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan
10 dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut
45-60.[4]
5) Posisi Pengelasan Arah ke Kiri (Maju)
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api di
arahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60 dan kawat las 30 terhadap benda
kerja sedangkan sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan.
Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak
membutuhkan posisi yang sulit saat mengelas. [4]
6) Posisi Pengelasan Arah ke Kanan (Mundur)
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan
ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang
tebalnya 4,5 mm ke atas. [4]
2.6. Operasi Lain pada Pengelasan
1) Operasi Branzing (Flame Brazing)
Yang dimaksud dengan brazing disini adalah proses penyambungan
tanpa mencairkan logam induk yang disambung, hanya logam pengisi saja.
Misalnya saja proses penyambungan plaat baja yang menggunakan kawat las
dari kuningan. Ingat bahwa titik cair baja ( 1550 C) lebih tinggi dari kuningan
(sekitar 1080C). Dengan perbedaan titik cair itu, proses brazing, akan lebih
mudah di laksanakan daripada proses pengelasan.[4]
2) Operasi Pemotongan Logam (Flame Cut)
Kasus pemotongan logam sebenarnya dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Proses penggergajian (sewing) dan menggunting (shearing) merupakan
contoh

dari

proses

pemotongan

logam

dan

lembaran

logam.

Proses

menggunting hanya cocok diterapkan pada lembaran logam yang ketebalannya


tipis. Proses penggergajian dapat diterapkan pada plaat yang lebih tebal tetapi
memerlukan waktu pemotongan yang lebih lama. Untuk dapat memotong plaat
tebal dengan waktu lebih singkat dari cara gergaji maka digunakan las gas ini
dengan peralatan khusus misalnya mengganti torch-nya (dibengkel-bengkel
menyebutnya brender). Pemotongan plaat logam dengan nyala api ini dilakukan
20

dengan memberikan suplai gas oksigen berlebih. Pemberian gas oksigen lebih,
dapat diatur pada torch yang memang dibuat untuk keperluan memotong.

Gambar 2.9 Operasi Pemotongan Logam (Flame Cut)


3) Operasi Perluasan (Flame Gauging)
Operasi perluasan dan pencukilan ini biasanya diterapkan pada
produk/komponen logam yang terdapat cacat/retak permukaannya. Retak/cacat
tadi sebelum ditambal kembali dengan pengelasan, terlebih dahulu dicukil atau
diperluas untuk tujuan menghilangkan retak itu. Setelah retak dihilangkan
barulah kemudian alur hasil pencungkilan tadi diisi kembali dengan logam las. [4]

Gambar 2.10 Operasi Perluasan (Flame Gauging)


4) Operasi Pelurusan (Flame Straightening)
Operasi pelurusan dilaksanakan dengan memberikan panas pada
komponen dengan bentuk pola pemanasan tertentu. Ilustrasi dibawah ini
menunjukkan

prinsip

dasar

pemuaian

pengkerutan

pada

suatu

logam batang. Batang

21

dan

lurus dipanaskan dengan pola pemanasan segitiga. Logam cenderung memuai


pada saat dipanaskan. Daerah pemanasan tersebut menghasilkan pemuaian
yang

besar.

Logam

mengkerut

pada

saat

didinginkan.

[4]

Gambar 2.11 Operasi Pelurusan (Flame Straightening)

2.7. Proses Pengelasan


Proses pengelasan berkaitan dengan lempengan baja yang dibuat
dari kristal besi dan karbon sesuai struktur mikronya, dengan bentuk dan
arah tertentu. Lalu sebagian dari lempengan logam tersebut dipanaskan
hingga meleleh. Kalau tepi lempengan logam itu disatukan, terbentuklah
sambungan. Umumnya, pada proses pengelasan juga ditambahkan dengan
bahan penyambung seperti kawat atau batang las. Kalau campuran tersebut
sudah dingin, molekul kawat las yang semula merupakan bagian lain kini
menyatu. [4]
Proses pengelasan tidak sama dengan mensolder dimana untuk
mensolder bahan dasar tidak meleleh. Sambungan terjadi dengan
melelehkan logam lunak misalnya timah, yang meresap ke pori-pori di
permukaan bahan yang akan disambung. Setelah timah solder dingin maka
terjadilah sambungan. Perbedaan antara solder keras dan lunak adalah
pada suhu kerjanya dimana batas kedua proses tersebut ialah pada suhu
450C. Pada pengelasan, suhu yang digunakan jauh lebih tinggi, antara
1500C hingga 1600C. [4]

22

BAB III
JURNAL PRAKTIKUM

3.1. Maksud dan Tujuan


1) Mahasiswa mampu memahami dasar teori mesin las dan fungsinya.
2) Mahasiswa mampu memahami cara kerja mesin las dan bagiannya.
3) Mahasiswa mampu menerapkan ilmu dan teori mesin las pada saat
praktikan berada di laboratorium.
3.2. Alat dan Bahan
1) Besi Plaat
2) Palu
3) Gergaji besi
4) Masker las
5) Elektroda
6) Mesin Las elektroda AC
7) Sarung tangan
8) Meteran
3.3. Langkah Kerja:
1) Disiapkan alat dan bahan.
2) Dipotong besi-besi sepanjang 15cm menjadi 3 bagian, masing-masing
5cm.
3) Diratakan sisi plaat besi menggunakan gerindra.
4) Ditaruh benda kerja pada meja yang ditentukan.
5) Dinyalakan mesin las AC, siapkan diri dengan menggunakan pakaian
safety, masker dan sarung tangan.

23

6) Dilas terlebih dahulu plaat besi pertama. Kemudian dilanjutkan plaat


kedua dengan pola yang diinginkan.
7) Setelah selesai dilakukan kemudian di tempel.
8) Taruh kembali alat dan bahan ketempat semula setelah selesai praktek.
3.4. Gambar Produk

BAB IV
PERTANYAAN DAN JAWABAN

4.1 Pertanyaan

1) Buat sketsa lengkap dari:

24

a. Arc welding dan cara kerjanya


b. Gas welding dan cara kerjanya
2) Apa yang dimaksud dengan Soldering, Brazing dan Welding?
3) Tuliskan beberapa macam las yang saudara ketahui dan buat skemanya.
a. Gas welding
b. Arc welding
4) Buat sketsa:
a. Beberapa jenis sambungan las
b. Beberapa cara pengelasan
5) Apa pengaruh struktur dan kekuatan sambungan las?
6) Sebutkan tiga macam penyambungan dan ceriterakan keuntungan serta
kerugiannya.

4.2 Jawaban
1) Buat sketsa lengkap dari:
a. Arc welding dan cara kerjanya

25

Gambar 4.1 Arc Welding dan Cara Kerjanya

Pada Las Listrik, panas yang diperoleh untuk proses pelelehan


diperoleh dari perbedaan tegangan antara ujung tangkai las dengan
benda yang akan di las. Kalau elektroda las cukup dekat dengan benda
yang akan dikerjakan itu, akan terjadi loncatan bunga api permanen
yang berasal dari arus listrik. Selama melakukan las listrik, tetesan
elektroda lempengan logam berdiameter tertentu, berjatuhan menjadi
kumpulan cairan logam.

b. Gas welding dan cara kerjanya

26

Gambar 4.1 Gas Welding dan Cara Kerjanya


Las Karbit/ Gas adalah proses penyambungan logam dengan
logam (pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas aseteline=C 2H2)
sebagai bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar yang
telah dibakar gas dengan O2 sehingga menimbulkan nyala api dengan
suhu yang dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi.

2) Yang dimaksud dengan Soldering, Brazing dan Welding:


a. Soldering
Proses penyambungan logam dengan cara menyambungkan logam
dengan cara memanaskan logam induk dan logam pengisi sampai
temperature yang sesuai, yaitu dibawah temperature lebur logam induk
dan diatas temperatur lebur logam pengisinya. Pada soldering umumnya
temperature lebur kawat pengisi <450C, dan logam pengisinya terdiri
dari paduan Pb-Sn (patri lunak).
b. Brazing
Yang dimaksud dengan branzing disini adalah proses penyambungan
tanpa mencairkan logam induk yang disambung, hanya logam pengisi
saja. Prosesnya sama seperti dengan soldering, hanya pada bazring
temperaturnya dapat mencapai >450C.
27

c. Welding
Pada welding temperature yang digunakan lebih tinggi yaitu 15001600C. Pada pengelasan logam inuk juga memungkinkan untuk ikut
mencair pada saat proses penyambungan.

3) Beberapa macam las dan skemanya:


a.

Gas welding

Gambar 4.3 Gas Welding


b.

Arc welding

Gambar 4.4 Arc Welding


4) Buat sketsa:
a. Beberapa jenis sambungan las
i.

Sambungan tumpu (butt joint)


28

Kedua bagian benda yang akan disambung diletakkan pada bidang


datar yang sama dandisambung pada kedua ujungnya.

ii.

Gambar 4.5 Sambungan Tumpu (Butt Joint)

ambungan
sudut (corner

joint).
Kedua bagian benda yang akan disambung membentuk sudut siku
siku dan disambung pada ujung sudut tersebut.

Gambar 4.6 Sambungan Sudut (Corner Joint).


iii.

Sambungan tumpang (lap joint)


Bagian

benda

yang

akan

disambung

saling

menumpang

(overlapping) satu sama lainnya.

Gambar 4.7 Sambungan Tumpang (Lap Joint)


iv.

Sambungan T (tee joint)


Satu bagian diletakkan tegak lurus pada bagian yang lain dan
membentuk huruf T yang terbalik.\

Gambar 4.8 Sambungan T (Tee joint)


29

v.

Sambungan tekuk (edge joint)


Sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian yang akan disambung
sejajar, dansambungan dibuat pada kedua ujung bagian tekukan
yang sejajar tersebut.

Gambar 4.9 Sambungan Tekuk (Edge Joint)


b. Beberapa

cara

pengelasan
i.

Posisi pengelasan di bawah tangan


Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan
yang dilakukan di bawah tangan dan benda kerja terletak di atas
bidang datar. Sudut ujung pembakar (brander) terletak diantara 60
dan kawat pengisi (filler rod) dimiringkan dengan sudut antara 3040 dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut
sambungan dengan jarak 2-3 mm agar terjadi panas maksimal pada
sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ketengah
sambungan dan gerakannya adalah lurus.

ii. Posisi pengelasan datar (horizontal)


Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan
pengelasan dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las
cenderung mengalir ke bawah, untuk itu ayunan brander sebaiknya
sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja
menyudut 70 dan miring kira-kira 10 di bawah garis mendatar,
sedangkan kawat pengisi dimiringkan pada sudut 10 di atas garis
mendatar.

30

iii. Posisi pengelasan tegak (vertikal)


Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan
berlangsung ke atas atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan
antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 45-60 dan
sudut brander sebesar 80.

iv. Posisi pengelasan di atas kepala (Overhead)


Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit
dibandingkan dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di
atas kepala dan pengelasan dilakukan dari bawahnya. Pada
pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10 dari garis
vertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut
45-60.
v. Posisi pengelasan arah ke kiri (maju)
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana
nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60 dan kawat
las 30 terhadap benda kerja sedangkan sudut melintangnya tegak
lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena
cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang
sulit saat mengelas.
vi. Posisi pengelasan arah ke kanan (mundur)
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan dari pada
arah pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan
untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5 mm ke atas.
5. Pengaruh struktur dan kekuatan sambungan las:
Suatu proses pengelasan pada produk bertujuan untuk menyambung
atau menyempurnakan bentuk produk sehingga sesuai dengan rancangan.
Produk ini kemudian memungkinkan digunakan untuk menanggung beban,
sehingga struktur hasil pengelasan harus rapat dan kokoh serta memiliki
tingkat kekuatan yang baik sehingga produk yang dibuat mampu
dipergunakan sebagaimana mestinya.

31

Ini berarti struktur dan kekuatan sambungan las akan menentukan kualitas
dari produk tersebut.
6. Tiga macam penyambungan dengan keuntungan serta kerugiannya
a. Pengelasan cair
Adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai
mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau sumber api gas
yang terbakar.

Keuntungan

Proses lebih dan cepat

Kerugian

Proses lebih beresiko

b. Pengelasan tekan
Adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan dan
kemudian ditekan hingga menjadi satu.
Keuntungan

Proses lebih aman karena tidak menggunakan suhu


yang sangat tinggi.

Kerugian

Proses lebih lama.

c. Pematrian
Adalah cara pengelasan dimana sambungan diikat dan disatukan
dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah.
Dalam hal ini logam induk tidak turut mencair.
Keuntungan

Proses lebih mudah

Kerugian

Proses penyambungan lebih lama

32

BAB V

KESIMPULAN

Mutu dari hasil pengelasan, bergantung pada keahlian operator atau juru
atau tukang las itu sendiri.Cara mengelas yang buruk dapat Buat sketsa:
Mengakibatkan kerusakan fatal baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang, mulai dari kasus sederhana seperti pipa ledeng yang bocor
ataupun ke hal-hal yang lebih fatal seperti runtuhnya bangunan berkonstruksi
baja yang menggunakan bahan yang di las.
Pada saat pengelasan, kesalahan sering terjadi. Hal yang perlu
diperhatikan adalah menghindari bara api pada bagian yang di las dengan tidak
mengulangi las di tempat yang sama. Jika hal itu terjadi, sambungan akan
menjadi rapuh dan terbentuk titik awal retakan kecil. Selain itu, bagian logam
yang bersebelahan dengan bagian yang di las tidak meleleh tetapi berubah
karena panas.Pemanasan yang diikuti dengan pendinginan yang cepat bisa
menghasilkan struktur logam yang seperti kaca, sehingga mudah retak.

33

DAFTAR PUSTAKA

1.

Miftahidayat,

Fikri.

Artikel

bulan

Januari

2012.Teknik

Mesin.http://fikrimiftahidayat3m2.blogspot.com/2012/01/pengertianmesin-las.html. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2015, pukul 19.20 WIB


2.

Putra,

Aryani.

Artikel

bulan

September

2011.

Mesin

Las

(Welding).http://ayaniputra.blogspot.com/2011/09/mesin-las-welding.html.
Diakses pada tanggal 24 Oktober 2015, pukul 19.10 WIB
3.

Bayu, Rahmad. Artikel bulan Mei 2013.Las Listrik dan Jenis-jenis Mesin
Las

Busur

Listrik.http://rahmadbayutkr.blogspot.com/2013/05/v-

behaviorurldefaultvmlo.html. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2015,


pukul 20.00 WIB
4.

Tanpa

Nama.

Artikel

bulan

Februari

2012.Artikel

Teknik

Pengelasan.http://snailpuzz.blogspot.com/2012/02/sejarahpengelasan.htm. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2015, pukul 20.15


WIB
5.

Wikipedia.Tanpa

tanggal

terbit.Las.http://id.wikipedia.org/wiki/Las.

Diakses pada tanggal 24 Oktober 2015, pukul 21.05 WIB


6.

PT

INOTEKMA.

Tanpa

tanggal

terbit.Klasifikasi

Pengelasan.http://www.inotekma.co.id/teknologi/87-klasifikasipengelasan.html. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2015, pukul 21.33


WIB

34

Anda mungkin juga menyukai