A. IDENTITAS
1. Pasien
Nama
: An. A
Umur
: 8 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Ketapang, Madura
Tanggal MRS
: 02 September 2015
No. RM
:-
2. Ibu
3. Ayah
Nama
: Ny.R
Nama
: Tn.MA
Umur
: 50 Tahun
Umur
: 55 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Suku
: Madura
Suku
: Madura
Pekerjaan
: Petani
Pekerjaan
: Petani
Alamat
: Ketapang Madura
Alamat
:Ketapang Madura
B. ANAMNESIS
Anamnesis diperoleh dengan cara alloanamnesis terhadap orang tua
pasien.
Keluhan Utama
Demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang An.A umur 8 tahun dibawa oleh ibunya ke IGD RSUD
Syamrabu Bangkalan Madura dengan keluhan Demam sudah hari ke 6,
Demam naik turun, demam terjadi terkadang pada malam dan siang hari,
tidak sampai kejang. timbul ruam-ruam kemerahan di seluruh badan sejak
4 hari yang lalu. Awal timbulnya ruam diawali pada daerah leher dan
meluas sampai ke daerah wajah. Ruam kemerahan juga muncul kedua
tangan dan kaki lalu pada hari berikutnya ruam tampak terlihat jelas di
daerah badan dan punggung pasien. Sebelum munculnya ruam kemerahan,
pasien mengalami demam tinggi (namun menurut ibu pasien tidak diukur
dengan temperature), Menurut ibu pasien, keluhan ini juga disertai dengan
batuk dan pilek, mata merah berair sejak 4 hari yang lalu. Batuk yang
dirasakan berdahak tanpa darah, sesak tiga hari yang lalu, sesak apabila
malam hari ketika batuk. Keluar darah dari hidung 2 hari yang lalu, hanya
sekali dan baru kali ini, berhenti setelah di sumpal daun sirih. Ibu pasien
mengatakan hari ini pasien minum satu botol aqua 1,5 Liter, sudah BAK
2x, warna kuning, nyeri (-), darah (-) , Makan kurang Lahap hanya sedikitsedikit sejak 2 hari yang lalu , karena nyeri saat menelan, hari ini 1x
makan nasi campur, BAB hari ini sudah 2x, Ampas, kuning, darah (-), Bau
khas, lendir (-), Tidak mual, muntah ataupun nyeri perut.
Akhirya orang tua pasien memutuskan untuk membawa pasien ke
IGD RSUD Bangkalan untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Sebelumnya pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama
seperti ini. Orang tua pasien menyangkal bahwa pasien memiliki riwayat
alergi terhadap obat, maupun makanan tertentu. Orang tua pasien juga
menyangkal adanya riwayat penyakit lain sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga yang pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya
Riwayat Pengobatan
Belum pernah berobat, hanya dikompres dengan air
Riwayat Kehamilan/Kelahiran
KEHAMILAN
KELAHIRAN
Morbiditas
Kehamilan
Tidak ada
Perawatan Antenatal
Tempat Kelahiran
Rumah Sakit
Penolong Persalinan
Dukun
Cara Persalinan
Spontan
Tidak ada penyulit
kelainan
Ibu pasien mengatakan ( bulan
Masa Gestasi
Keadaan Bayi
atau
Langsung Menangis
Kulit warna merah
Nilai Apgar: tidak diketahui
Kelainan Bawaan: tidak ada
Riwayat Perkembangan
Psikomotor
o Tengkurap : usia 6 bulan
o Duduk
: usia 8 bulan
o Merangkak
: usia 9 bulan
o Berjalan
: usia 1 tahun
Verebal
Ibu pasien mengatakan tidak ingat
Kesan : riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien baik
Gangguan Perkembangan Mental/Emosi : Tidak ada
Riwayat Makanan/Nutrisi
o ASI
o MPASI
Riwayat Imunisasi
Tidak pernah imunisasi
Riwayat Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Pasien adalah anak ke tiga di keluarga. Anggota keluarganya terdiri
dari ayah, ibu, kakak laki-laki dan perempuan dan pasien sendiri. Ayah dan
ibu pasien bekerja sebagai Petani . Pasien tinggal pada perumahan padat
penduduk bersama 2 anggota keluarga lainnya. Sehari-hari pasien
mendapatkan air bersih melalui PAM, dan menggunakan aqua sebagai air
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
: Kurang aktif
Derajat Kesadaran
: Compos mentis
2. Vital sign
Suhu Tubuh
Frekuensi Nadi
Kulit
: 90/60 MmHg
:
skuama (-)
warna sawo matang, , turgor baik
4. Kepala
: Bentuk normocephal,
UUB
sudah
menutup,
rambut hitam kecokelatan panjang, distribusi merata, tidak mudah
rontok dan sukar dicabut.
5. Mata
+),sekret
hiperemis (+/
di area
cuping hidung tidak hiperemis (-/-), sekret (-/-), darah (-),
deformitas(-).
7. Mulut : Mukosa basah (+), sianosis (-), gusi berdarah (-), koplik
spot (+)
8. Tenggorokan
Cor : Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Kiri bawah
Kanan atas
Perkusi
Auskultasi
Perkusi
: Tympani
Palpasi
15. Kuku
16.
sianosis
oedem
wasting
Tulang Belakang
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium Darah 03-09-2015
- WBC 1,6
- RBC 5,59
- HGB 14,0
- HCT 48,5
- MCH 25.0
- MCHC 28,9
- PLT
165
- MPV 7,4
- LYM 0,6
E. DIAGNOSA KERJA
N: 3.70-11
N: 3.50-5.20
N: 11,7-15.2
N: 35.0-47.0
N : 28.0-34.0
N : 32.0-36.0
N : 150-436
N : 00-00
N : 1,0-4,4
1.
Rubella
2.
Eksantema subitum
3.
G. USULAN TERAPI
- 02 nasal
- Infus Kaen 3B
- Cefixim 750 mg
- Inj.Mikasin 125 mg
- Inj. Novalgin 1 cc k/p
- Inj.indexon 1 Amp
Followup
Tanggal
03-09-20
15
Hari kesatu
di RS
S
Panas ( - )
Batuk (+)
berdahak
bintik kemerahan
seluruh tubuh(+)
Sesak(-)
O
TD: 110/80
MmHg
Nadi : 98 x/m
Suhu : 36
RR : 26 x/m
A/I/C/D (-)
Konjunctivitis (+)
PCH (-)
Koplik spot (-)
Rh +/+ Wh -/S1 S2 tunggal
BU ( + ) ,Me t (-)
Turgor < 2detik
Akral hangat
Oedem ( - )
A
Morbili
+BP
Tanggal
04-09-20
15
Hari kedua
di RS
S
Panas ( - )
Batuk (+)
berdahak
bintik kemerahan
seluruh tubuh(+)
Sesak(-)
O
TD: 90/60MmHg
Nadi : 92 x/m
Suhu : 36,2
RR : 23x/m
A/I/C/D (-)
Konjunctivitis (+)
PCH (-)
Koplik spot (-)
Rh +/+ Wh -/S1 S2 tunggal
BU ( + ) ,Me t (-)
Turgor < 2detik
Akral hangat
Oedem ( - )
A
Morbili
+BP
P
Inf.Kaen 3B
cefixim 750 mg
Inj.mikasin 125 mg
Inj.novalgin 1 cc
Inj.indexon 1 amp
Tanggal
05-09-20
15
Hari ketiga
S
Panas ( - )
Batuk (+)
berdahak
O
TD: 110/80MmHg
Nadi : 98 x/m
Suhu : 36
A
Morbili
+BP
P
Inf.Kaen 3B
cefixim 750 mg
Inj.mikasin 125 mg
P
Tx: IGD
02 nasal 6 lpm
Inf.Kaen 3B
cefixim 750 mg
Inj.mikasin 125 mg
Inj.novalgin 1 cc
Inj.indexon 1 amp
di RS
bintik kemerahan
seluruh tubuh
berkurang
Sesak(-)
RR : 26 x/m
A/I/C/D (-)
Konjunctivitis (-)
PCH (-)
Koplik spot (-)
Rh +/+ Wh -/S1 S2 tunggal
BU ( + ) ,Me t (-)
Turgor < 2detik
Akral hangat
Oedem ( - )
Inj.novalgin 1 cc
Inj.indexon 1 amp
Edukasi
Imunisasi
H. PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad sanationam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
BAB I
PENDAHULUAN
10
A. Latar Belakang
Penyakit campak merupakan penyebab kematian pada anak-anak di
seluruh dunia yang peningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun
terdapat 30 juta orang yang menderita campak. Pada tahun 2002, dilaporkan
777.000 kematian akibat campak di seluruh dunia, 202.000 kematian diantaranya
berasal dari negara ASEAN, serta 15% dari kematian akibat campak tersebut
berasal dari Indonesia. Di Indonesia diperkirakan lebih dari 30.000 anak
meninggal setiap tahun karena komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit
campak. Ini berarti setiap 20 menit terjadi satu kematian anak akibat campak di
Indonesia (Fadhilaharif, 2007). Pada tahun 2005, diperkirakan 345.000 kematian
terjadi akibat penyakit campak di dunia dan sekitar 311.000 terjadi pada anakanak usia dibawah lima tahun. Pada tahun 2006, diperkirakan terjadi 663
kematian setiap harinya atau 27 kematian terjadi setiap jamnya (WHO, 2007).
Pada sidang WHA (World Health Assembly) tahun 1988, ditetapkan kesepakatan
global untuk dilakukan reduksi campak (RECAM) pada tahun 2000. Di Indonesia,
program imunisasi campak dimulai pada tahun 1982 dan masuk dalam
pengembangan program imunisasi. Pada tahun 1991, Indonesia dinyatakan telah
mencapai UCI secara nasional yang berdampak positif terhadap penurunan
insidens campak pada balita. Selama periode 1992 1997 terjadi penurunan dari
20,08 per 10.000 orang menjadi 3,4 per 10.000. Walaupun imunisasi campak telah
mencapai UCI, tetapi dibeberapa daerah masih mengalami KLB Campak,
terutama di daerah dengan cakupan imunisasi rendah atau daerah kantong (DitJen
11
12
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Campak atau morbili adalah suatu infeksi virus akut yang memiliki 3
stadium yaitu (1)Stadium inkubasi yang berkisar antara 10 sampai 12 hari setelah
pajanan pertama terhadap virus dan dapat disertai gejala minimal maupun tidak
bergejala,
(2)Stadium
prodromal
yang
13
menunjukkan
gejala
demam,
konjungtivitis, pilek, dan batuk yang meningkat serta ditemukannya enantem pada
mukosa (bercak Koplik), dan (3)Stadium erupsi yang ditandai dengan keluarnya
ruam makulopapular yang didahului dengan meningkatnya suhu badan.2
B. Etiologi
Virus campak merupakan virus RNA famili paramyxoviridae dengan
genus Morbili virus. Sampai saat ini hanya diketahui 1 tipe antigenik yang mirip
dengan virus Parainfluenza dan Mumps. Virus bisa ditemukan pada sekret
nasofaring, darah dan urin paling tidak selama masa prodromal hingga beberapa
saat setelah ruam muncul. Virus campak adalah organisme yang tidak memiliki
daya tahan tinggi apabila berada di luar tubuh manusia. Pada temperatur kamar
selama 3-5 hari virus kehilangan 60% sifat infektifitasnya. Virus tetap aktif
minimal 34 jam pada temperatur kamar, 15 minggu di dalam pengawetan beku,
minimal 4 minggu dalam temperatur 35C, beberapa hari pada suhu 0C, dan tidak
aktif pada pH rendah .5
C. Patologi
Lesi pada campak terutama terdapat pada kulit, membran mukosa
nasofaring, bronkus, saluran pencernaan, dan konjungtiva. Di sekitar kapiler
terdapat eksudat serosa dan proliferasi dari sel mononuklear dan beberapa sel
polimorfonuklear. Karakteristik patologi dari Campak ialah terdapatnya distribusi
yang luas dari sel raksasa berinti banyak yang merupakan hasil dari penggabungan
sel. Dua tipe utama dari sel raksasa yang muncul adalah (1) sel Warthin-Findkeley
yang ditemukan pada sistem retikuloendotel (adenoid, tonsil, appendiks, limpa
14
dan timus) dan (2) sel epitel raksasa yang muncul terutama pada epitel saluran
nafas. Lesi di daerah kulit terutama terdapat di sekitar kelenjar sebasea dan folikel
rambut. Terdapat reaksi radang umum pada daerah bukal dan mukosa faring yang
meluas hingga ke jaringan limfoid dan membran mukosa trakeibronkial.
Pneumonitis intersisial karena virus campak menyebabkan terbentuknya sel
raksasa dari Hecht. Bronkopneumonia yang terjadi mungkin disebabkan infeksi
sekunder oleh bakteri.
D. Patogenesis
Campak merupakan infeksi virus yang sangat menular, dengan sedikit
virus yang infeksius sudah dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Lokasi
utama infeksi virus campak adalah epitel saluran nafas nasofaring. Infeksi virus
pertama pada saluran nafas sangat minimal. Kejadian yang lebih penting adalah
penyebaran pertama virus campak ke jaringan limfatik regional yang
menyebabkan terjadinya viremia primer. Setelah viremia primer, terjadi
multiplikasi ekstensif dari virus campak yang terjadi pada jaringan limfatik
regional maupun jaringan limfatik yang lebih jauh. Multiplikasi virus campak
juga terjadi di lokasi pertama infeksi.
Selama lima hingga tujuh hari infeksi terjadi viremia sekunder yang
ekstensif dan menyebabkan terjadinya infeksi campak secara umum. Kulit,
konjungtiva, dan saluran nafas adalah tempat yang jelas terkena infeksi, tetapi
organ lainnya dapat terinfeksi pula. Dari hari ke-11 hingga 14 infeksi, kandungan
virus dalam darah, saluran nafas, dan organ lain mencapai puncaknya dan
kemudian jumlahnya menurun secara cepat dalam waktu 2 hingga 3 hari. Selama
15
infeksi virus campak akan bereplikasi di dalam sel endotel, sel epitel, monosit,
dan makrofag .5
Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan
kesempatan
serangan
infeksi
bakteri
sekunder
berupa
Manifestasi
1-2
2-3
Viremia primer
3-5
5-7
Viremia sekunder
7-11
Manifestasi pada kulit dan tempat lain yang bervirus, termasuk saluran
nafas
11-14
E. Manifestasi klinis
16
1. Stadium inkubasi
Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari).
Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif,
penderita tidak menampakkan gejala sakit.
2. Stadium prodromal
Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium
prodromal yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala
klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi
konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak
Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada konjungtuva dapat
menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan
menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang
Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul
pada hari ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar
butiran pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat
hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah
tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum,
juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari
sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam
kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi
hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.
3. Stadium erupsi
17
Pada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi
yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan
pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai
makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan
garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke
seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama.
Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan
terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di
kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai
dengan urutan munculnya .2
Saat awal ruam muncul akan tampak berwarna kemerahan yang akan
tampak memutih dengan penekanan. Saat ruam mulai menghilang akan tampak
berwarna kecokelatan yang tidak memudar bila ditekan. Seiring dengan masa
penyembuhan maka muncullah deskuamasi kecokelatan pada area konfluensi.
Beratnya penyakit berbanding lurus dengan gambaran ruam yang muncul. Pada
infeksi campak yang berat, ruam dapat muncul hingga menutupi seluruh bagian
kulit, termasuk telapak tangan dan kaki. Wajah penderita juga menjadi bengkak
sehingga sulit dikenali (Phillips, 1983).
F. Diagnosis
Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis.
Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat
ditemukan sel raksasa berinti banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi
dari virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutination-inhibition
18
19
2. Rubella. Ruam berwarna merah muda dan timbul lebih cepat dari campak.
Gejala yang timbul tidak seberat campak.
3. Alergi obat. Didapatkan riwayat penggunaan obat tidak lama sebelum ruam
muncul dan biasanya tidak disertai gejala prodromal.
4. Demam skarlatina. Ruam bersifat papular, difus terutama di abdomen.
Tanda patognomonik berupa lidah berwarna merah stroberi serta tonsilitis
eksudativa atau membranosa .1
H. Campak yang termodifikasi
Penyakit campak yang termodifikasi muncul pada orang yang hanya
memiliki setengah daya tahan terhadap campak. Hal tersebut dapat diakibatkan
riwayat penggunaan serum globulin maupun pada anak usia kurang dari 9 bulan
karena masih terdapatnya antibodi campak transplasental dari ibu. Ditandai
dengan gejala penyakit yang lebih ringan. Stadium prodromal akan menjadi lebih
pendek. Batuk, pilek dan demam lebih ringan. Bercak Koplik lebih sedikit dan
kurang jelas, namun dapat juga tidak muncul sama sekali. Ruam yang muncul
sama dengan infeksi campak klasik, tetapi tidak bersifat konfluens. Pada beberapa
orang, infeksi campak yang termodifikasi ini dapat tidak memberikan gejala
apapun .3
I. Campak atipikal
20
J. Penyulit
Campak menjadi berat pada pasien dengan gizi buruk dan anak berumur
lebih kecil. Kebanyakan penyulit campak terjadi bila ada infeksi sekunder oleh
bakteri. Beberapa penyulit campak adalah :
21
1) Bronkopneumonia
Merupakan salah satu penyulit tersering pada infeksi campak.
Dapat disebabkan oleh invasi langsung virus campak maupun infeksi
sekunder oleh bakteri (Pneumococcus, Streptococcus, Staphylococcus, dan
Haemophyllus influenza). Ditandai dengan adanya ronki basah halus,
batuk, dan meningkatnya frekuensi nafas. Pada saat suhu menurun, gejala
pneumonia karena virus campak akan menghilang kecuali batuk yang
masih akan bertahan selama beberapa lama. Bila gejala tidak berkurang,
perlu dicurigai adanya infeksi sekunder oleh bakteri yang menginvasi
mukosa saluran nafas yang telah dirusak oleh virus campak. Penanganan
dengan antibiotik diperlukan agar tidak muncul akibat yang fatal.
2) Encephalitis
Komplikasi neurologis tidak jarang terjadi pada infeksi campak.
Gejala encephalitis biasanya timbul pada stadium erupsi dan dalam 8 hari
setelah onset penyakit. Biasanya gejala komplikasi neurologis dari infeksi
campak akan timbul pada stadium prodromal. Tanda dari encephalitis yang
dapat muncul adalah : kejang, letargi, koma, nyeri kepala, kelainan
frekuensi nafas, twitching dan disorientasi. Dugaan penyebab timbulnya
komplikasi ini antara lain adalah adanya proses autoimun maupun akibat
virus campak tersebut.2
3) Subacute Slcerosing Panencephalitis (SSPE)
22
5) Otitis Media
Gendang telinga biasanya hiperemi pada fase prodromal dan
stadium erupsi.
6) Diare
Diare dapat terjadi akibat invasi virus campak ke mukosa saluran
cerna sehingga mengganggu fungsi normalnya maupun sebagai akibat
menurunnya daya tahan penderita campak (Soegeng Soegijanto, 2002)
23
7) Laringotrakheitis
Penyulit ini sering muncul dan kadang dapat sangat berat sehingga
dibutuhkan tindakan trakeotomi.
8) Jantung
Miokarditis dan perikarditis dapat menjadi penyulit campak.
Walaupun jantung sering9ali terpengaruh efek dari infeksi campak, jarang
terlihat gejala kliniknya.
9) Black measles
Merupakan bentuk berat dan sering berakibat fatal dari infeksi
campak yang ditandai dengan ruam kulit konfluen yang bersifat
hemoragik. Penderita menunjukkan gejala encephalitis atau encephalopati
dan pneumonia. Terjadi perdarahan ekstensif dari mulut, hidung dan usus.
Dapat pula terjadi koagulasi intravaskuler diseminata .3
K. Imunitas
1. Struktur antigenik
Imunoglobulin kelas IgM dan IgG distimulasi oleh infeksi campak.
Kemudian IgM menghilang dengan cepat (kurang dari 9 minggu setelah infeksi)
sedangkan IgG tinggal tak terbatas dan jumlahnya dapat diukur. IgM
menunjukkan baru terkena infeksi atau baru mendapat vaksinasi. IgG menandakan
pernah terkena infeksi. IgA sekretori dapat dideteksi dari sekret nasal dan hanya
dapat dihasilkan oleh vaksinasi campak hidup yang dilemahkan, sedangkan
24
vaksinasi campak dari virus yang dimatikan tidak akan menghasilkan IgA
sekretori.5
2. Imunitas transplasental
Bayi menerima kekebalan transplasental dari ibu yang pernah terkena
campak. Antibodi akan terbentuk lengkap saat bayi berusia 4 6 bulan dan
kadarnya akan menurun dalam jangka waktu yang bervariasi. Level antibodi
maternal tidak dapat terdeteksi pada bayi usia 9 bulan, namun antibodi tersebut
masih tetap ada. Janin dalam kandungan ibu yang sedang menderita campak tidak
akan mendapat kekebalan maternal dan justru akan tertular baik selama kehamilan
maupun sesudah kelahiran (Phillips, 1983).
3. Imunisasi
Imunisasi campak terdiri dari Imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif
dapat berasal dari virus hidup yang dilemahkan maupun virus yang dimatikan.
Vaksin dari virus yang dilemahkan akan memberi proteksi dalam jangka waktu
yang lama dan protektif meskipun antibodi yang terbentuk hanya 20% dari
antibodi yang terbentuk karena infeksi alamiah. Pemberian secara sub kutan
dengan dosis 0,5ml. Vaksin tersebut sensitif terhadap cahaya dan panas, juga
harus disimpan pada suhu 4C, sehingga harus digunakan secepatnya bila telah
dikeluarkan dari lemari pendingin.
Vaksin dari virus yang dimatikan tidak dianjurkan dan saat ini tidak
digunakan lagi. Respon antibodi yang terbentuk buruk, tidak tahan lama dan tidak
dapat merangsang pengeluaran IgA sekretori.
25
26
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Morbili adalah penyakit virus akut, menular yang ditandai dengan 3
stadium, yaitu stadium prodormal ( kataral ), stadium erupsi dan stadium
konvalisensi, yang dimanifestasikan dengan demam, konjungtivitis dan bercak
koplik. Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai
27
dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau
demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa nadi.7
Penyebabnya adalah virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring
dan darah sealma masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak.
Virus ini berupa virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus
Morbilivirus. Cara penularan dengan droplet infeksi. Biasanya penyakit ini timbul
pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang
dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan
secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut
kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila
seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50%
kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I,
II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan
bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang
kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun. Morbili dapat ditularkan dengan 3
cara,antara lain : 1.percikan ludah yang mengandung virus 2.kontak langsung
dengan penderita 3.penggunaan peralatan makan & minum bersama.
Penderita dapat menularkan infeksi dalam waktu 2-4 hari sebelum
timbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Kekebalan terhadap campak
diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan kekebalan pasif pada seorang bayi
yang lahir ibu yang telah kebal (berlangsung selama 1 tahun). Orang-orang yang
rentan terhadap campak adalah: 1.bayi berumur lebih dari 1 tahun 2.bayi yang
tidak mendapatkan imunisasi 3.Daya tahan tubuh yang lemah 4.Belum pernah
terkena campak 5.Belum pernah mendapat vaksinasi campak. 6.remaja dan
28
dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua. Komplikasi Otitis media
akut, Pneumonia / bronkopneumoni, Encefalitis, Bronkiolitis, Laringitis obstruksi
dan laringotrakkhetis Pencegahan Imunisasi aktif , Imunisasi pasif.
DAFTAR PUSTAKA
29
3. Cherry J.D. 2004. Measles Virus. In: Feigin, Cherry, Demmler, Kaplan (eds)
Textbook of Pediatrics Infectious Disease. 5th edition. Vol 3. Philadelphia.
Saunders. p.2283 2298
4. SMF Ilmu Kesehatan Anak.2008. Pedoman Diagnostik dan Terapi.Rumah
Sakit Dokter Sutomo Surabaya edisi III
5. Soegeng Soegijanto. 2001. Vaksinasi Campak. Dalam: I.G.N. Ranuh, dkk. (ed)
Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta. Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Hal. 105
6. Feigin et al.2004.Textbook of Pediatric Infectious Diseases 5th edition
7. Karen, Robert, dkk. 2011. Nelson ilmu kesehatan anak esensial.edisi keenam.
Saounders elsivter. IDAI
30