PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Sebelum masa kemerdekaan dunia arsitektur di Indonesia didominasi oleh
karya arsitek Belanda. Masa kolonial tersebut telah mengisi gambaran baru pada
peta arsitektur Indonesia. Kesan tradisional dan vernakuler serta ragam etnik di
Negeri ini diusik oleh kehadiran pendatang yang membawa arsitektur arsitektur di
Indonesia
Setelah kemerdekaan di tahun 1945, arsitektur di Indonesia berkembang
ke arah arsitektur modern. Sepuluh tahun pertama setelah Indonesia merdeka,
bangunan-bangunan berkualitas rendah muncul dikarenakan perkembangan
ekonomi yang belum kuat. Momen kemerdekaan selalu diwarnai dengan banyak
hal
yang
berbau
nasionalisme,
tak
terkecuali
para
arsitek
pasca
BAB II
PEMBAHASAN
1. ARSITEKTUR PASCA KEMERDEKAAN
a. Perkembangan Arsitektur Indonesia
Di masa penjajahan Belanda sebenarnya mata kuliah arsitektur diajarkan
sebagai bagian dari pendidikan insinyur sipil. Namun, setelah Oktober 1950,
sekolah arsitektur yang pertama didirikan di Institut Teknologi Bandung yang dulu
Jakarta.
Ia
berusaha
mengubah
citra
Jakarta
sebagai
pusat
kekayaan
dan
status
sosialnya
melalui
desain
yang
V.R. van Romondt. Mereka berpendapat bahwa arsitektur Indonesia masih dalam
proses pembentukan, dan hasilnya bergantung pada komitmen dan penilaian
kritis terhadap cita-cita budaya, selera estetis, dan perangkat teknologi yang
melahirkan model dan bentuk bangunan tradisional pada masa tertentu dalam
sejarah. Mereka yakin bahwa pemahaman yang lebih mendalam terhadap
prinsip tersebut dapat memberikan pencerahan atau inspirasi bagi arsitek
kontemporer untuk menghadapi pengaruh budaya asing dalam konteks mereka
sendiri.
Dalam periode 1980-1996 institusi keprofesian dan pendidikan arsitektur
mengalami perkembangan pesat, Pertumbuhan sector swasta yang subur serta
investasi dengan korporasi arsitektur asing mulai mengambil alih segmen pasar
kelas atas di ibukota dan daerah tujuan wisata seperti Pulau Bali. Dapat
dikatakan bahwa arsitektur kontemporer di Indonesia tidak menunjukkan deviasi
yang radikal terhadap perkembangan arsitektur modern di dunia pada umumnya.
Sebenarnya pada pertengahan 1970-an telah ada usaha untuk
menciptakan suatu langgam khusus, suatu bentuk identitas Indonesia, tetapi
hanya terbatas pada proyek arsitektur yang prestisius seperti bandara udara
internasional hotel, kampus, dan gedung perkantoran. Sangat jelas bahwa
proyek penciptaan langgam dan identitas arsitektur Indonesia termotivasi secara
politis.
Awal tahun 1990-an ditandai pengaruh postmodernisme pada bangunan
umum dan komersil di Jakarta dan kota besar lainnya. Hadirnya kontribusi
signifikan dari para arsitek muda yang berusaha menghasilkan desain yang khas
dan inovatif untuk memperkaya khasanah arsitektur kontemporer di Indonesia. Di
antaranya adalah mereka yang terhimpun dalam kelompok yang sering dianggap
elitis, yaitu Arsitek Muda Indonesia (AMI). Dengan motto semangat, kritis, dan
keterbukaan kiprah AMI juga didukung oleh kelompok muda arsitek lainnya
seperti di Medan, SAMM di Malang, De Maya di Surabaya dan BoomArs di
Manado. Untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha kreatif di kalangan
arsitek praktisi, Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) juga mulai memberikan
penghargaan desain (design award) untuk berbagai kategori tipe bangunan.
Karya-karya arsitektur yang memperoleh penghargaan dimaksudkan sebagai
tolok ukur bagi pencapaian desain yang baik dan sebagai pengarah arus bagi
apresiasi arsitektural yang lebih tinggi.
parah
mengakibatkan
kemunduran
pada
semua
program
pembangunan nasional.
Kini,
arsitek
kontemporer
Indonesia
dihadapkan
pada
situasi
2.
berlangsung sangat lambat karena keadaan negara yang sedang dalam musim
pancaroba. Namun dari segi lain, ada titik-titik cerah bagi perkembangan
arsitektur, umpamanya di tahun-tahun peralihan (1945-1949) ketika kekuasaan
Republik Indonesia menjadi mutlak diakui oleh Belanda. Sejak saat itu dan
seterusnya selama 4 windu Merdeka perkembangan arsitektur Indonesia,
seakan-akan terpusat di Jakarta. Boleh kita pandang, bahwa pangkal
perkembangan arsitektur tersebut dimulai tahun 1948 ketika kota satelit
Kebayoran Baru menjadi kenyataan. Pembangunna kota baru di selatan Jakarta
itu sangat penting artinya dari segi arsitektur karena perluasan kota tersebut
menumbuhkan berbagai gaya bangunan rumah,gedung-gedung umum dsb
Gaya-gaya yang dikembangkan bertitik berat pada meng-Indonesia-kan
sebagai identitas baru Indonesia Merdeka, berlangsung di segala bidang
kehidupan masyarakat Indonesia. Para perencana rumah dan bangunanbangunan, kebanyakan masih angkatan yang berlatar belakang pendidikan
Belanda, bahkan banyak arsitek-arsitek Belanda yang turut aktif dalam proyek
pembangunan tersebut. Peng-Indonesiaan gaya arsitektur di tahun 50-an
umumnya menonjolkan bentuk atap yang khas Indonesia dengan bentuknya
yang lebih sederhana dibanding gaya arsitektur Belanda. Contoh karya sekitar
tahun 1950-an ini antara lain kantor pusat Bank Pembangunan Industri di Jakarta
dan sekitar tahun 1960-an dibangun kantor Pusat Bank Indonesia di jalan
Thamrin Jakarta.
Ketika jalur jalan utama yang menghubungkan Jakarta dan Kebayoran
Baru dalam tahap-tahap perkembangan, di jalan tersebut didirikan banyak
gedung-gedung. Jenis gedung tersebut merupakan jenis yang baru (pertama
kali) di Indonesia. Contoh gedung-gedung yang dimaksud adalah Gedung
PP danGedung
Kedutaan
Besar
Kerajaan
Inggris. Gedung
PP (PT
Pembangunan Perumahan) adalah gedung bertingkat yang direncanakan
dengan konsep perencanaan modern pada masa setelah perang dunia.
Bentuknya polos dan jendela-jendelanya diberi penahan sinar terik. Gedung
Kedutaan Besar Kerajaan Inggris merupakan bangunan modern yang
menyesuaikan dengan lingkungan (perumahan) sekelilingnya. Selanjutnya mulai
bermunculan bangunan-bangunan yang jumlah tingkatannya semakin banyak
dan dilengkapi dengan peralatan modern. Salah satu contohnya adalah Hotel
Indonesia; hotel modern pertama di Indonesia.
Perlu diingat kembali bahwa dalam 10 tahun terakhir sebelum Belanda
takluk kepada Jepang, gaya arsitektur di Indonesia yang berlaku pada waktu itu
mula-mula lebih cenderung pada kubisme-fungsionil (tahun 30an) yang
kemudian disesuaikan dengan kepribadian Indonesia. Di dalam sepuluh tahun
pertama Indonesia merdeka, keadaan ekonomi negara belum kuat. Hal ini
mempengaruhi dunia arsitektur; adanya keterbatasan dana untuk menggalakan
kegiatan pembangunan dan sarana arsitektur lainnya. Perpaduan antara
konstruksi bangunan yang hemat dengan pencarian bentuk kepribadian
Stadion
Utama
di
Senayan yang
dibangun
tahun
1958
umpamanya,adalah salah satu stadion yang terbesar di Asia Tenggara dan
stadion yang pertama mempunyai atap melingkar dan menutupi tempat
duduk.Kubah restoran utama dari Hotel Indonesia, Jakarta, yang dibangun tahun
1960, adalah kubah pertama di Indonesia yang dibangun dengan kontruksi
cangkang (shell construction). Kubah terbesar di Indonesia adalah kubah
utama Masjid Istiqlal, Jakarta. Kubah yang juga berukuran besar adalah
kubah gedung DPR / MPR.
Bangunan-bangunan lainnya yang tergolong proyek mercusuar di ibu kota
yang dimulai oleh Presiden Soekarno adalah Masjid Istiqlal, Monumen Nasional,
Gedung DPR / MPR, Gedung Pola, dsb.; masing-masing mempunyai kedudukan
yang unik.
a. Masjid istiqlal
Masjid Istiqlal memiliki kubah raksasa putih yang wujudnya mirip bola dibelah
dua. Seperti masjid lainnya di dunia, masjid yang memiliki gaya arsitektur
modern internasional ini dilengkapi dengan menara yang tingginya mencapai
jumlah ayat yang terdapat pada kitab suci Al Quran. Sebuah bedug raksasa juga
menjadi keunikan plus masjid ini dengan ukurannya yang besar, pernah
dinobatkan sebagai bedug terbesar di Indonesia! Mesjid Istiqlal, bangunan
megah dengan skala raksasa, khususnya bagi ukuran- ukuran mesjid-mesjid
pada umumnya di Indonesia. Bukan saja membuat sejarah dalam dunia
arsitektur Indonesia sebagai mesjid terbesar se Asia Tenggara , tetapi juga
sebagai pendobrak konsep mesjid yang konvensional atau tradisional
b. Monument Nasiona
c. Gedung Pola
10
Gedung Pola , dari segi sejarah tercatat terutama sebagai bangunan penggangti
dari rumah di mana Proklamasi Kemerdekaan diserukan pada tanggal 17
Agustus 1945.
- bentuk fungsionil untuk maksud pameran
- tercatat terutama sebagai bangunan pengganti dari rumah dimana Proklamasi
Kemerdekaan diserukan pada tanggal 17 Agustus 1945.
11
ahli bangunan pada masa itu hanya sampai tingkat STM. Mereka
inilah yang dipaksa melakukan pembangunan. Karena hanya lulusan
STM, tentu saja ilmu arsitektur mereka tidak seperti yang sarjana.
Tetapi keuntungan yang mereka peroleh pada masa itu, STM pada masa
itu juga diajarkan dasar-dasar ilmu arsitektur. "Inilah yang
menjadi pegangan para lulusan STM pada masa itu" tambah pak Joseph.
Para tenaga ahli dadakan ini punya kesempatan untuk menunjukkan
skil ke Indonesia-annya. Namun didalam hati, mereka juga
mempertanyakan ilmu arsitektur yang dimiliki. Usaha mempertanyakan
ini tidak sempat mereka renungkan. Tetapi harus segera ditunjukkan
dengan jawabannya. Karena mereka harus langsung bekerja. Pada
waktu itu, semangat nasionalisme yang kuat sedang tumbuh disetiap
hati rakyat Indonesia, termasuk para ahli dadakan ini. Dengan
landasan nasionalisme yang kuat, timbul usaha untuk tidak
membuat apa yang telah dibuat Belanda. Dengan kata lain tidak
boleh seperti itu. "Nah, itulah yang mendasari lahirnya Arsitektur
Jengki" kata pak Joseph.
12
13
Beberapa contoh rumah Jengki di Kota Bandung, dengan ciri khas garis
lengkung dan lingkaran, jendela yang tidak simetris, overstek (teritis) yang
meliuk-liuk, dan garis dinding yang dimiringkan.
14
Beberapa contoh gedung bergaya Jengki di Kota Bandung, dengan ciri khas
garis lengkung dan lingkaran, serta garis dinding yang dimiringkan.
Beberapa contoh mebel bergaya Jengki, dengan ciri khas garis tegas yang
dimiringkan.
Kursi jati bergaya Jengki tersebut merupakan salah satu mebel istana Bogor
yang didesain oleh Bung Karno
Arsitektur Jengki mempergunakan bahan-bahan bangunan asli Indonesia. Untuk
menunjukkan bahwa bangsa Indonesia mampu mengolah sendiri bahan
bangunan yang diperlukan. Hasilnya adalah permukaan bangunan yang
dikasarkan, dibuat dari semen yang disemprotkan ke dinding dan pemakaian
roster (lubang angin). Pada bagian penutup atap dibuat seperti jambul. Menurut
Ir. Joseph Priyotomo. M.Arch Sepertinya bentuk-bentuk pada rumah jengki,
sengaja menghilangkan yang berbau Belanda. Sehingga saya dapat mengambil
15
16
kurang setengah abad mulai mencapai titik kejenuhan. Konsep-konsep yang terlalu logis
dan rasional serta kurangnya memperhatikan nilai-nilai sosial, lingkungan dan emosi
yang ada dalam masyarakat mendapat berbagai kritik dan tanggapan artinya arsitektur
modern lebih cenderung untuk memperhatikan bagaimana caranya manusia harus hidup
dan kurangnya perhatian terhadap kehidupan manusia yang sebenarnya (bersifat
sepihak). Karya-karyanya pun sangat kaku, membosankan dan tidak memiliki identitas,
karena mempunyai langgam yang sama pada hampir semua jenis bangunan di berbagai
tempat.
Kelompok arsitek baru kemudian bertekad untuk menetapkan suatu dasar filsafat dan
format baru yang lebih luas bagi desain. Dalam usahanya untuk suatu perbendaharaan
arsitektur yang baru, maka para arsitek yang baru ini berpaling pada sumber-sumber
yang beragam sifatnya dahulu dihindari, seperti Rennisance-Itali, Barok-Jerman, Las
Vegas dan lainnya.
Pada tanggal 15 Juli 1972, blok-blok perumahan di Pruitt Igoe dan peninggalan arsitektur
modern diruntuhkan. Ada yang menganggap tanggal tersebut resmi sebagai matinya
arsitektur modern.
Dalam beberapa waktu, perdebatan para kalangan arsitek telah disadari oleh masyarakat
sehingga para arsitek baru mulai mencoba mengadakan komunikasi di antara bangunan,
masyarakat dan lingkungan. Kemudian kelompok baru mulai mengemukakan
pandangan-pandangannya yakni sadar berpilih-pilih tentang tata hubung antara bentuk
dan isi dan sangat peka terhadap preseden sejarah dan kebudayaan.
Kelompok ini kemudian menyebutkan dirinya sebagai arsitek post modern atau dalam
bahasa Indonesia diartikan sebagai pasca modern yang mulai menonjolkan karya
nyatanya pada tahun 1966-an. Sebenarnya gejala pasca modern ini sudah ditunjukkan
pada pertengahan 1950-an yaitu pada karya Le Corbusier sebuah Gereja di Ronchamp
yang sangat menyimpang dari gaya internasional. Pasca modern dimulai akhir 1950-an
secara sedikit demi sedikit, baik secara terang-terangan maupun tersamar. Bermula dari
penggunaan bentuk-bentuk lama, elemen-elemen tradisional, historis dipadu dengan
penyederhanaan elemen-elemen modern. Komposisi unsur-unsur bangunan
menyampaikan makna tertentu yang dapat dibaca. Demikian percobaan-percobaan
dilakukan terus menerus dan diharapkan ada suatu timbal balik dari arsitek, pemakai
masyarakat awam, dan lingkungan alam.
c.
17
Unsur-unsur
yang
pernah
ada
untuk
dimodifikasi
sebagai
kaya
18
19
2.
Charles Moore
20
3.
Aldo Rossi
21
Berasal dari Milan Italia, lahir tahun 1913. Selain sebagai arsitek praktisi,
pengajar juga banyak karya-karya tulisnya baik mengenai arsitektur kota maupun
arsitektur. Karya-karyanya adalah:
Teather Dunia I (II Teantro del mondo) 1978 di Venesia
Venesia ini merupakan kota kuno abad pertengahan di Italia, termasyur dengan
keunikannya terapung di laut. Denahnya bujur sangkar 9,5 x 9,5 m 2 di atas plarform
semacam rakit 25 x 25 m. Bagian utamanya tingginya 11 m, di atasnya terdapat sebuah
menara berdenah segi delapan setinggi 6 m, atapnya kerucut berisi delapan.
Teater
4.
Ricardo Bofil
22
23
24
25
1. LAWANG SEWU
26
bangunan kuno dan megah berlantai dua ini setelah kemerdekaan dipakai sebagai
kantor Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI) atau sekarang PT Kereta
27
Api Indonesia. Selain itu pernah dipakai sebagai Kantor Badan Prasarana Komando
Daerah Militer (Kodam IV/Diponegoro) dan Kantor Wilayah (Kanwil)Kementerian
Perhubungan Jawa Tengah. Pada masa perjuangan gedung ini memiliki catatan
sejarah tersendiri yaitu ketika berlangsung peristiwa Pertempuran lima hari di
Semarang (14 Oktober 19 Oktober 1945).
Gedung tua ini menjadi lokasi pertempuran yang hebat antara pemuda AMKA atau
Angkatan Muda Kereta Api melawan Kempetai dan Kidobutai, Jepang. Maka dari itu
Pemerintah Kota Semarang dengan Surat Keputusan Wali Kota Nomor.
650/50/1992, memasukan Lawang Sewu sebagai salah satu dari 102 bangunan
kuno atau bersejarah di Kota Semarang yang patut dilindungi.
2. VILLA ISOLA
Villa Isola adalah bangunan villa yang terletak di kawasan pinggiran utara Kota
Bandung. Berlokasi pada tanah tinggi, di sisi kiri jalan menuju Lembang(Jln.
Setiabudhi), gedung ini dipakai oleh IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan)
Bandung, yang sekarang menjadi Universitas Pendidikan Indonesia-UPI). Villa Isola
adalah salah satu bangunan bergaya arsitektur Art Deco yang banyak dijumpai di
Bandung.
Villa Isola dibangun pada tahun 1933, milik seorang hartawan Belanda bernama
Dominique Willem Berretty. Kemudian bangunan mewah yang dijadikan rumah
28
tinggal ini dijual dan menjadi bagian dari Hotel Savoy Homann. Perkembangan
selanjutnya, ia dijadikan Gedung IKIP (sekarang UPI) dan digunakan sebagai kantor
rektorat.
Suatu publikasi khusus pada masa Hindia Belanda untuk villa ini ditulis oleh Ir. W.
Leimei, seorang arsitek Belanda. Dalam publikasi ini, Leimei mengatakan bahwa di
Batavia ketika urbanisasi mulai terjadi, banyak orang mendirikan villa di pinggiran
kota dengan gaya arsitektur klasik tetapi selalu beradaptasi baik dengan alam dan
ventilasi, jendela dan gang-gang yang berfungsi sebagai isolasi panas matahari. Hal
ini juga dianut oleh Villa Isola di Bandung. Pada masa pendudukan Jepang, Gedung
ini sempat digunakan sebagai kediaman sementara Jendral Hitoshi Imamura saat
menjelangPerjanjian Kalijati dengan Pemerintah terakhir Hindia Belanda di Kalijati,
Subang, Maret 1942. Gedung ini dibangun atas rancangan arsitek Belanda yang
bekerja di Hindia Belanda Charles Prosper Wolff Schoemaker.
29
3. GERBANG AMSTERDAM
Kemudian, sepeninggal Daendels, gerbang ini dipugar pada kurun waktu antara
1830 dan 1840. Patung dewa Mars dan dewi Minervaditambahkan pada gerbang ini.
30
Berdiri tanggal 2 Oktober 1998. Museum yang menempati area seluas 10.039 m2 ini
pada awalnya adalah gedung Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) atau
Factorji Batavia yang merupakan perusahaan dagang milik Belanda yang kemudian
berkembang menjadi perusahaan di bidang perbankan.
Nederlandsche Handel-Maatschappij (NHM) dinasionalisasi pada tahun 1960
menjadi salah satu gedung kantor Bank Koperasi Tani & Nelayan (BKTN) Urusan
Ekspor Impor. Kemudian bersamaan dengan lahirnya Bank Ekspor Impor Indonesia
(BankExim) pada 31 Desember 1968, gedung tersebut pun beralih menjadi kantor
pusat Bank Export import (Bank Exim), hingga akhirnya legal merger Bank Exim
bersama Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD) dan Bank
Pembangunan Indonesia (Bapindo) ke dalam Bank Mandiri (1999), maka gedung
tersebut pun menjadi asset Bank Mandiri.
31
5. MUSEUM NASIONAL
Cikal bakal museum ini lahir tahun 1778, tepatnya tanggal 24 April, pada saat
pembentukan Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. J.C.M.
Radermacher, ketua perkumpulan, menyumbang sebuah gedung yang bertempat di
Jalan Kalibesar beserta dengan koleksi buku dan benda-benda budaya yang nanti
menjadi dasar untuk pendirian museum.
Di masa pemerintahan Inggris (1811-1816), Sir Thomas Stamford Raffles yang juga
merupakan direktur dari Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen
memerintahkan pembangunan gedung baru yang terletak di Jalan Majapahit No. 3.
Gedung ini digunakan sebagai museum dan ruang pertemuan untuk Literary Society
(dahulu bernama Societeit de Harmonie.) Lokasi gedung ini sekarang menjadi
bagian dari kompleks Sekretariat Negara.
32
Gedung yang dibangun pada 12 Januari 1870 itu awalnya digunakan oleh
Pemerintah Hindia-Belanda untuk Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia
(Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia). Saat pendudukan Jepang
dan perjuangan kemerdekaan sekitar tahun1944, tempat itu dimanfaatkan oleh
tentara KNIL dan selanjutnya untuk asrama militer TNI.
Pada 10 Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan itu
dijadikan bangunan bersejarah serta cagar budaya yang dilindungi. Tahun 19731976, gedung tersebut digunakan untuk Kantor Walikota Jakarta Barat dan baru
setelah itu diresmikan oleh Presiden (saat itu) Soeharto sebagai Balai Seni Rupa
Jakarta.
Pada 1990 bangunan itu akhirnya digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan
Keramik yang dirawat oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta.
33
7. ISTANA BOGOR
Istana Bogor dahulu bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti
"tanpa kekhawatiran".
Sejak tahun 1870 hingga 1942, Istana Bogor merupakan tempat kediaman resmi
dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur Jenderal Inggris.
Pada tahun 1744 Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff terkesima
akan kedamaian sebuah kampung kecil di Bogor (Kampung Baru), sebuah wilayah
bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di hulu Batavia. Van Imhoff mempunyai
rencana membangun wilayah tersebut sebagai daerah pertanian dan tempat
peristirahatan bagi Gubernur Jenderal.
Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1744 dan berbentuk tingkat tiga, pada
awalnya merupakan sebuah rumah peristirahatan, ia sendiri yang membuat sketsa
dan membangunnya dari tahun 1745-1750, mencontoh arsitektur Blehheim Palace,
kediaman Duke Malborough, dekat kota Oxford di Inggris. Berangsur angsur, seiring
dengan waktu perubahan-perubahan kepada bangunan awal dilakukan selama masa
Gubernur Jenderal Belanda maupun Inggris (Herman Willem Daendels dan
Sir Stamford Raffles), bentuk bangunan Istana Bogor telah mengalami berbagai
perubahan. sehingga yang tadinya merupakan rumah peristirahatan berubah
menjadi bangunan istana paladian dengan luas halamannya mencapai 28,4 hektare
dan luas bangunan 14.892 m.
Namun, musibah datang pada tanggal 10 Oktober 1834 gempa bumi mengguncang
akibat meletusnya Gunung Salak sehingga istana tersebut rusak berat.
34
Pada tahun 1850, Istana Bogor dibangun kembali, tetapi tidak bertingkat lagi karena
disesuaikan dengan situasi daerah yang sering gempa itu. Pada masa pemerintahan
Gubernur Jenderal Albertus Jacob Duijmayer van Twist (1851-1856) bangunan lama
sisa gempa itu dirubuhkan dan dibangun dengan mengambil arsitektur Eropa abad
ke-19.
Pada tahun 1870, Istana Buitenzorg dijadikan tempat kediaman resmi dari Gubernur
Jenderal Hindia Belanda. Penghuni terakhir Istana Buitenzorg itu adalah Gubernur
Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang terpaksa harus menyerahkan
istana ini kepada Jenderal Imamura, pemeritah pendudukan Jepang.
Pada tahun 1950, setelah masa kemerdekaan, Istana Kepresidenan Bogor mulai
dipakai oleh pemerintah Indonesia, dan resmi menjadi salah satu dari Istana
Presiden Indonesia.
Pada tahun 1968 Istana Bogor resmi dibuka untuk kunjungan umum atas restu
dari Presiden Soeharto. Arus pengunjung dari luar dan dalam negeri setahunnya
mencapai sekitar 10 ribu orang.
Pada 15 November 1994, Istana Bogor menjadi tempat pertemuan tahunan menteri
ekonomi APEC (Asia-Pasific Economy Cooperation), dan di sana
diterbitkanlah Deklarasi Bogor. [1] Deklarasi ini merupakan komitmen 18 negara
anggota APEC untuk mengadakan perdangangan bebas dan investasi sebelum
tahun 2020.
Pada 16 Agustus 2002, pada masa pemerintahan Presiden Megawati, diadakan
acara "Semarak Kemerdekaan" untuk memperingati HUT RI yang ke-57, dan
dimeriahkan dengan tampilnya Twilite Orchestra dengan konduktor Addie MS
Pada 9 Juli 2005 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melangsungkan pernikahan
anaknya, Agus Yudhoyono dengan Anisa Pohan di Istana Bogor.zeron.Pada 20
November 2006 Presiden Amerika Serikat George W. Bush melangsungkan
kunjungan kenegaraan ke Istana Bogor dan bertemu dengan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono. Kunjungan singkat ini berlangsung selama enam jam.
35
Sayap kiri bangunan yang memiliki enam kamar tidur digunakan untuk
menjamu tamu negara asing.
Sayap kanan bangunan dengan empat kamar tidur hanya diperuntukan bagi
kepala negara yang datang berkunjung.
Perpustakaan
Ruang makan
Kaca Seribu
36
Ruang Garuda
Kantor pribadi Kepala Negara dengan lukisan abad ke-19 "The Russian Wedding"
oleh Makowski
Istana Bogor merupakan salah satu dari enam Istana Presiden Republik Indonesia
yang mempunyai keunikan tersendiri dikarenakan aspek historis, kebudayaan, dan
faunanya. Istana Bogor dahulu bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang berarti
tanpa kekhawatiran. Sejak tahun 1870 hingga 1942, Istana Bogor merupakan
tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan satu orang Gubernur
Jenderal Inggris. Istana Bogor dibangun pada bulan Agustus 1744 dan berbentuk
tingkat tiga, dirancang oleh Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van Imhoff dari
Belanda.
37
Istana yang awalnya bernama Istana Gambir, dibangun pada masa pemerintahan
Gubernur Jenderal J.W. van Lansberge tahun 1873. Istana yang diarsiteki Drossaers
ini sempat menjadi saksi sejarah penandatanganan naskah pengakuan kedaulatan
Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949.
Kini Istana Merdeka digunakan untuk penyelenggaraan acara-acara kenegaraan.
9. GEDUNG SATE
Gedung Sate, dengan ciri khasnya berupa ornamen tusuk sate pada menara
sentralnya, telah lama menjadi penanda atau markah tanah Kota Bandung. Mulai
dibangun tahun 1920, gedung berwarna putih ini masih berdiri kokoh namun anggun
dan kini berfungsi sebagai gedung pusat pemerintahan Jawa Barat. Arsitektur
Gedung Sate merupakan hasil karya arsitek Ir. J.Gerber dan kelompoknya yang tidak
terlepas dari masukan maestro arsitek Belanda Dr.Hendrik Petrus Berlage yang
bernuansakan wajah arsitektur tradisional Nusantara.
38
Museum Benteng Vredeburg adalah sebuah benteng yang dibangtn tahun 1765 oleh
VOC di Yogyakarta selama masa kolonial VOC. Benteng ini dibangun oleh VOC
sebagai pusat pemerintahan dan pertahanan gubernur Belanda kala itu. Benteng
berbentuk persegi ini mempunyai menara pantau di keempat sudutnya dan di
dalamnya terdapat bangunan-bangunan rumah perwira, asrama prajurit, gudang
logistik, gudang mesiu, rumah sakit prajurit dan rumah presiden.
11. Pasar Gede Hardjonagoro
Pada zaman kolonial Belanda, Pasar Gedhe merupakan sebuah pasar "kecil"
yang didirikan di area seluas 10.421 meter persegi, berlokasi di persimpangan jalan
dari kantor gubernur yang sekarang digunakan sebagai Balaikota Surakarta.
Bangunan ini di desain oleh arsitek Belanda bernama Ir. Thomas Karsten yang
39
selesai pembangunannya pada tahun 1930 dan diberi nama Pasar Gede
Hardjanagara. Diberi nama Pasar Gedhe karena terdiri dari atap yang besar
(Gedhe artinya besar dalam bahasa Jawa). Seiring perkembangan waktu, pasar ini
menjadi pasar terbesar dan termegah di Surakarta.
Awalnya pemungutan pajak (retribusi) dilakukan oleh abdi dalem Kraton Surakarta.
Mereka mengenakan pakaian tradisional Jawa berupa jubah dari kain (lebar dan
panjang dari bahan batik dipakai dari pinggang ke bawah), beskap (semacam
kemeja), danblangkon (topi tradisional). Pungutan pajak kemudian akan diberikan ke
Keraton Kasunanan.
Pasar Gedhe terdiri dari dua bangunan yang terpisah, masing masing terdiri dari dua
lantai. Pintu gerbang di bangunan utama terlihat seperti atap singgasana yang
bertuliskan 'PASAR GEDHE.
Arsitektur Pasar Gedhe merupakan perpaduan antara gaya Belanda dan gaya
tradisional. Pada tahun 1947, Pasar Gedhe mengalami kerusakan karena serangan
Belanda. Pemerintah Indonesia kemudian merenovasi kembali pada tahun 1949.
Perbaikan atap selesai pada tahun 1981. Pemerintah Indonesia mengganti atap
yang lama dengan atap dari kayu. Bangunan kedua dari pasar gedhe, digunakan
untuk kantor DPU yang sekarang digunakan sebagai pasar buah.
40
lengkung gotic dan jendela mawar untuk penerangan alami. Pintu entrence besar
berpola,bertampilan megah dan sacral. Tata ruang bertema ruang bentuk salib,
plafond bertema gotic,
41
BAB III
KESIMPULAN
Seiring perjalanan perkembangan arsitektur Indonesia terus mencari jati
diri dan berusaha lepas dari hal hal yang berbau colonial, selain sebagai pelopor
pembangunan dibidang arsitektur, arsitek Indonesia juga tidak lepas dari
perjalanan kemedekaan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Sumalyo, Yulianto, 1996. Arsitektur Modern Akhir Abad XIX dan Abad XX, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
Suriawidjaja, P. Eppi, alt., 1983. Persepsi Bentuk dan Konsep Arsitektur, Djambatan, Jakarta.
www.architecture.com/greatbuilding.
www.bluffon.edu/-Sullivanm/www.michaelgraves.com.
www.geogle.com/postmodern.
Wiryomartono, Poerwono Bagoes, 1993. Perkembangan Gerakan Arsitektur Modern di Jerman
dan Post Modernisasi, Universitas Atmajaya, Yogyakarta.
Hutagalung, Rapindo, 1992. Architrave. Badan Otonomi Architrave Bekerjasama dengan PT.
Mitramass Mediakarsa, Jakarta.
42
43