Case Glaukoma
Case Glaukoma
GLAUKOMA
Pembimbing :
dr. Harrie B. Soedjono, Sp.M
Disusun oleh :
Agatha Kristanti
Michael
Paulus Stephen S.
2014.061.106
2014.061.107
2014.061.110
Nama
Usia
Alamat
Status
Agama
Pekerjaan
: Ny. A
: 82 tahun
: Jl. Goa Parai no. 15, Sukabumi
: Menikah
: Islam
: Petani
b. Anamnesis
Keluhan utama
Keluhan tambahan
: kontrol mata
: (-)
Visus
OD
5/15F
OS
1/~ LP (-)
(Snellen Card)
Palpebra
Conjungtiva
Tenang
Hiperemis -
Tenang
Hiperemis -
Injeksi siliar -
Injeksi siliar -
Jernih
Jernih
Hiperemis -
Hiperemis -
C.O.A
Edema Dalam
Edema Dalam
Iris
Jernih
Kecoklatan
Jernih
Kecoklatan
Pupil
Kripta +
Bulat
Kripta +
Bulat
Ditengah
Ditengah
diameter: 3 mm
diameter: 4 mm
RCL/RCTL +/+
Keruh
Kornea
Lensa
Vitreous Humor
Fundus
Papil N.Optik
dinilai
dapat dinilai
Lunak
Lunak
d. Pemeriksaan Penunjang
TIO OD : 10,2 mmHg
TIO OS : 10,2 mmHg
e. Resume
Pasien wanita 82 tahun, datang ke poli mata untuk melakukan kontrol mata setelah
didiagnosis glaukoma 5 bulan yang lalu. Pasien tidak mengeluhkan adanya gangguan
pada kedua mata, mata kiri pasien sudah tidak dapat melihat, mata kanan pasien
penglihatannya masih baik, keluhan mata merah (-), gatal (-), silau (-), halo (-), bayangan
hitam (-), penglihatan ganda (-), nyeri (-), lakrimasi (-), dan sakit kepala (-).
Dari hasil anamnesa didapatkan mata kiri pasien mengalami penurunan penglihatan yang
progresif, buram, sebelum akhirnya tidak dapat melihat lagi. Saat pertama kali datang
berobat, pasien mengeluhkan adanya sakit kepala yang hebat, terutama saat melihat
cahaya.
Pemeriksaan Fisik:
Visus
(Snellen Card)
Kornea
C.O.A
Pupil
OD
OS
5/15F
1/~ LP (-)
Arkus senilis +
Arkus senilis +
Jernih
Jernih
Hiperemis -
Hiperemis -
Edema -
Edema -
Dalam
Dalam
Jernih
Jernih
Bulat
Bulat
Ditengah
Ditengah
Lensa
Vitreous Humor
Fundus
Papil N.Optik
diameter: 3 mm
diameter: 4 mm
RCL/RCTL +/+
RCL/RCTL -/-
Keruh
Shadow test -
Shadow test -
dinilai
dinilai
f. Diagnosis
Diagnosa Kerja:
- OD : hipertensi okular terkontrol disertai katarak matur
- OS : glaukoma
g. Tatalaksana
Timolol eye drops
Catarlent eye drops
Kontrol mata setiap 2 minggu
h. Saran
Pro gonioskopi : untuk membedakan glaukoma sudut tertutup dan sudut terbuka
i. Prognosis
OD
Quo ad Vitam
Quo ad Functionam
Quo ad Sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
OS
Quo ad Vitam
Quo ad Functionam
Quo ad Sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glaukoma berasal dari bahasa Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma. 1 Glaukoma adalah suatu
keadaan kerusakan saraf optikal kronis yang ditandai dengan peningkatan cup and disc
ratio, penurunan lapang pandang, dan biasanya disertai dengan peningkatan tekanan
intraokuli.2
Data dari NCBI 2010 mengatakan bahwa terdapat 60,5 juta orang di seluruh dunia
menderita glaukoma, dengan 74% diantaranya merupakan glaukoma sudut terbuka. 3
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia setelah katarak. Di
Indonesia, glaukoma diderita oleh 3% dari total populasi penduduk. Umumnya, penderita
glaukoma telah berusia lanjut (di atas 50 tahun), namun dapat pula diderita sejak lahir
(glaukoma kongenital).
Gejala yang sering dikeluhkan oleh pasien penderita glaukoma antara lain nyeri
kepala, nyeri pada mata, hilangnya lapang pandang, dapat pula disertai dengan tampaknya
gambaran halo secara subjektif pada sumber cahaya, dan gejala ini dapat menurunkan
kualitas hidup seseorang.4
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat membuat laporan kasus secara baik
2. Mahasiswa dapat memaparkan laporan kasus dan teori yang sesuai dengan kasus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
GLAUKOMA
2.1 Definisi
Glaukoma adalah suatu keadaan kerusakan saraf optikal kronis yang ditandai dengan
peningkatan cup and disc ratio, penurunan lapang pandang, dan biasanya disertai dengan
peningkatan tekanan intraokuli.2
2.2 Klasifikasi
lain dari mata, termasuk nervus optikus. Hambatan yang terjadi dapat disebabkan oleh
proses degenerasi.2
pada hipermetropia. Pada pemeriksaan didapatkan bilik mata depan dangkal dan pada
gonioskopi terlihat iris menempel pada tepi kornea.
Glaukoma kongenital
Merupakan bentuk glaukoma yang jarang ditemukan. Glaukoma ini disebabkan oleh
kelainan perkembangan struktur anatomi mata yang menghalangi aliran keluar aqueous
humor. Kelainan tersebut antara lain anomali perkembangan segmen anterior dan aniridia
(iris yang tidak berkembang). Anomali perkembangan segmen anterior dapat berupa
sindrom Rieger/ disgenesis iridotrabekula, anomali Peters/ trabekulodisgenesis iridokornea,
dan sindrom Axenfeld.
Glaukoma sekunder
Merupakan glaukoma yang timbul akibat adanya penyakit mata yang mendahuluinya.
Beberapa jenis glaukoma sekunder antara lain glaukoma pigmentasi, pseudoeksfoliasi,
dislokasi lensa, intumesensi lensa, fakolitik, uveitis, melanoma traktus uvealis,
neovaskular, steroid, trauma dan peningkatan tekanan episklera.
Glaukoma tekanan normal
Beberapa pasien dapat mengalami glaukoma tanpa mengalami peningkatan tekanan
intraokuli, atau tetap dibawah 21 mmHg. Patogenesis yang mungkin adalah kepekaan yang
abnormal terhadap tekanan intraokular karena kelainan vaskular atau mekanis di kaput
nervus optikus, atau bisa juga murni karena penyakit vaskular. Secara genetik, seseorang
yang memiliki glaukoma tekanan-normal memiliki kelainan pada gen optineurin
kromosom 10. Sering pula dijumpai adanya perdarahan diskus, yang menandakan
progresivitas penurunan lapangan pandang.
2.5 Diagnosis
Manifestasi klinis :4
- Sakit kepala ringan hingga berat
- Nyeri pada mata
- Gangguan lapang pandang
- Gangguan akomodasi
- Keterlambatan adaptasi terhadap gelap
- Mual dan muntah (pada glaukoma akut)1
Pemeriksaan Fisik : 4
-
21mmHg.
Perubahan diskus optikus
Diskus optikus normal memiliki cekungan di bagian tengahnya (depresi sentral).
Atrofi optikus akibat glaukoma menimbulkan kelainan-kelainan diskus yang khas
ditandai oleh pembesaran cawan diskus optikus dan pemucatan diskus di daerah
cawan. Selain itu, dapat pula disertai pembesaran konsentrik cawan optik atau
pencekungan (cupping) superior dan inferior dan disertai pembentukan takik
(notching) fokal di tepi diskus optikus. Pada penilaian glaukoma, cup and disc ratio
akan meningkat lebih dari 0,5 atau terdapat asimetri yang bermakna antara kedua
mata. Pemeriksaan dilakukan dengan alat ofthalmoskop.
yang sehat
Teknik : melubangi bagian perifer dari iris
Pembedahan filtrasi
Indikasi : jika penderita sudah masuk stadium glaukoma kongestif kronik
Teknik : trabekulotomi yaitu dengan mengangkat trabekulum sehingga
terbentuk celah untuk mengalirkan aqueous humor ke dalam kanal Schlemm.
Terapi bedah juga dapat dilakukan pada glaukoma sudut terbuka apabila TIO tidak
dapat dikendalikan dengan menggunakan obat-obatan dan terjadinya penurunan
lapang pandang yang progresif.
2.7 Pencegahan
Dilakukan dengan metode screening dan tata laksana awal. Screening dilakukan pada
populasi berisiko tinggi seperti pasien usia lanjut, atau pasien dengan riwayat keluarga
glaukoma. Screening yang dilakukan meliputi :
1. Pengukuran TIO
2. Pengukuran papil nervus optikus
3. Pemeriksaan lapang pandang
ANALISA KASUS
Teori
Faktor risiko
Herediter
Usia
Jenis kelamin
Variasi TIO diurnal
Variasi postural
Kasus
-
Manifestasi klinis
Pemeriksaan Fisik
dan
Tekanan darah
Tekanan osmotik darah
Sakit kepala ringan
hingga berat
Nyeri pada mata
Gangguan lapang
pandang
Gangguan akomodasi
Keterlambatan
Pemeriksaan
Penunjang
Sakit kepala
Nyeri mata
Gangguan lapang
pandang
Penurunan visus
Palpasi palpebra N
Peningkatan TIO (-)
Cup and disc ratio
melambat
Terapi
Analog prostaglandin
-
Latanoprost 0,005%
Travoprost 0,004%
Beta blocker
-
0,5%
Betaksolol 0,5%
Brimonidin 0,2%
Apraklonidin 1%
Agen parasimpatomimetik
ACE inhibitor
sedikit melambat,
refleks pupil OS (-)
Beta blocker
-
Timolol 0,5%
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas,Sidarta, HHB Mailangkay, dkk. Lensa Mata. Dalam: Ilmu Penyakit Mata Untuk
2.
3.
4.
5.