• Trase jalan baru sama sekali dan merupakan pembukaan hutan, kebun, sawah, atau ladang
, belum ada rintisan sama sekali, biasanya terletak di wilayah luar kota (rural).
• Trase jalan di disain dengan mengacu pada trase jalan yang sudah ada (jalan eksisting), dimana
jalan eksisting sudah tidak memadai bagi volume lalu lintas rencana, baik dari sisi dimensi ruang
(lebar jalan, jari-jari tikungan, landai atau naik –turun jalan), maupun dimensi bobot muatan (daya
dukung tonase konstruksi jalan untuk kendaraan berat).
• Relokasi segmen jalan pada segmen tertentu saja
• Pelebaran jalan
• Pelebaran pada tikungan saja
• Jalan baru di dalam kota dibuat di permukaan tanah dengan membebaskan tanah dan bangunan
• Jalan baru di dalam kota dengan dibuat diatas permukaan tanah, merupakan jembatan layang,
jalan layang atau fy over
• Jalan simpang susun, di titik-titik persimpangan jalan di dalam maupun di luar kota
• Perlintasan jalan dengan jalan kereta api
• Dll.
ISTILAH DAN PRINSIP MENDISAIN GEOMETRIK JALAN
• TRASE JALAN, merupakan tarikan garis menerus jalur jalan, dengan trase jalan
suatu titik lokasi dihubungkan dengan titik lokasi lainnya, sehingga terpetakan
garis jalur diatas denah. Penarikan garis trase jalan dari sau titik ke titik lainnya
merupakan keputusan disain yang memperhitungkan kriteria disain, antara lain:
jika memungkinkan (sebagai prioritas awal) diusahakan lurus, karena jika dua titik akan
dihubungkan, maka lintasan terpendek adalah garis lurus yang menghubungkannya
secara langsung. Jika lintasan pendek biaya pembuatan jalan lebih murah. Setelah jalan
digunakan waktu tempuh akan singkat.
Sebagai akibat dari optimasi memenuhi kriteria tersebut diatas akhirnya, jalan tidak selalu bisa
lurus, munculah yang disebut tikungan. Terutama di daerah pegunungan.
ISTILAH DAN PRINSIP MENDISAIN GEOMETRIK JALAN
• ALINEMEN VERTIKAL, merupakan gambaran ‘naik-turun’ atau ‘datar’ jalan, dibuat sebagai
irisan pada as jalan lalu dilihat seakan-akan merupakan tampak samping jalan. Digambar pada
lembar halaman yang sama dengan alinemen horizontal, dan terkait secara proyeksi. Skala
horizontal dengan demikian sama dengan skala alinemen horizontal (1:1000), skala vertikal lebih
besar , biasanya 1:200, untuk memperjelas kondisi persyaratan landai memanjang, yang terkait
pada kemampuan laju kendaraan berat. Satu lembar gambar biasanya memuat panjang jalan
sampai sekitar 750 m.
• Disain alinemen horizontal dilakukan secara interaktif-serentak dengan disain vertikal, dengan
batasan yang telah dibahas diatas dan cara coba-coba (trial and error), sebelum sampai pada
disain akhir.
Dengan demikian akan terdapat jenis penampang melintang: di jalan lurus (normal), di tengah
lengkung tikungan (super elevasi maksimum), di lengkung tikungan, di lengkung peralihan.
ISTILAH DAN PRINSIP MENDISAIN GEOMETRIK JALAN
• Penampang melintang dibuat sedemikian rupa agar:
Di jalan lurus : Ketika terjadi hujan, air cepat lewat dari perkerasan jalan, sehingga jalan perlu
diberi sedikit kemiringan, yang masih dalam toleransi kenyamanan kendaraan lewat sesuai
kecepatan rencana, besarnya kemiringan tergantung jenis bahan perkerasan jalan terkait pada
tingkat kekedapannya. Makin kedap bahan makin kecil kemiringan yang dibutuhkan, kenyamanan
laju kendaraan makin baik.
Bahu jalan disediakan disamping lajur lalu lintas sebagai tempat berhenti
Pada segmen dimana air tidak dapat mengalir bebas keluar dari badan jalan, jalan perlu
dilengkapi saluran drainase disamping luar bahu jalan.
Di tikungan : Kendaraan dapat tetap melaju sesuai kecepatan rencana dengan aman.
Kemiringan dibuat untuk melawan gaya sentripetal akibat gerak kendaraan dalam kecepatan
rencana di lengkung tikungan, sehingga kendaraan terhindar terlempar keluar badan jalan di
tikungan.
ISTILAH DAN PRINSIP MENDISAIN GEOMETRIK JALAN
• DIAGRAM SUPER ELEVASI : diaagram suplevasi dibuat dengan cara proyeksi pada
setiap tikungan, untuk menggambarkan naik-turun elevasi penampang melintang di
tikungan dari bagian jalan lurus ke lengkung peralihan lalu ke bagian lengkung
tikungan (lingkaran atau spiral) lalu secara simetris ke lengkung peralihan kemudian
ke bagian lurus kembali.
• Alinemen vertikal
Bordes 100 m
BEDA TINGGI
LANDAI = __________________ X 100% = (512-500)/ ((3+100)-(3+000)) =12/100= 0,12= 12%
JARAK
+512
12 %
g %=
+500
80 60 50 40 30 20
5% 500m 6% 500m 7% 500m 8% 420m 9% 340m 10% 250m
8% 420m 9% 340m 10% 250m 11% 250m 12% 250m 13% 250m
MEMBACA PETA TOPOGRAFI
• Bayangkan beda dari dua peta kontur dibawah ini!
Potongan/Irisan Peta Kontur
Setiap titik tikungan diberi nama/nomor secara berurut dari mulai awal proyek menuju akhir
proyek
Data awal yang ada di setiap tikungan adalah sudut tikungan, dibentuk oleh perpotongan
garis disain as jalan
PERHITUNGAN TIKUNGAN
• Sudut tikungan dapat diketahui angkanya dari selisih azimuth garis disain
as jalan, dimana azimuth adalah sudut yang diambil dari garis arah angin
Utara sampai garis yang bersangkutan, mengikuti arah jarum jam
U
Az-II = 80o
Az-I = 100o
β
Tc = R ⋅ tg ( )
2
Lc = 0,01745 ⋅ β ⋅ R
β
Ec = Tc ⋅ tg ( )
4
β = sudut tikungan (derajat )
CONTOH NUMERIK
• Misalkan telah diketahui sudut tikungan = 20o, kecepatan rencana diambil
60 km/jam, e maksimum = 0,1, lengkung berbentuk lingkaran penuh/
sederhana (full circle) dengan jari-jari diambil R=573 m
• Maka:
e=0,036; Ls=50 m (dari tabel)
Ec = 101,04 x tg 5o = 8,84 m
LENGKUNG TIKUNGAN LINGKARAN SEDERHANA
LENGKUNG TIKUNGAN LINGKARAN SEDERHANA
LENGKUNG TIKUNGAN LINGKARAN SEDERHANA
sumber : C.S. Papacostas, P.D.Prevedourus, 1993, Transportation Planning and Engineering, Prentice Hall, NJ)
LENGKUNG TIKUNGAN LINGKARAN SEDERHANA
Sumber : Paul H. Wrght, 1996, Highway Engineering, sixth Edition, John Willey and Sons, Inc.
LENGKUNG TIKUNGAN 2 PUSAT LINGKARAN (COMPOUND CURVE)
Sumber : Paul H. Wrght, 1996, Highway Engineering, sixth Edition, John Willey and Sons, Inc.