Anda di halaman 1dari 11

Tugas ke-1

Sedimentasi Material Asal Batubara

Diajukan untuk memenuhi tugas


Mata kuliah Geologi Batubara

Disusun oleh :
Annisa Luthfianihuda
270110130143
Fakultas Teknik Geologi / C

UNIVERSITAS PADJADJARAN
2015

Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama
nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah
Geologi Batubara. Kemudian shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan
kita, Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Geologi Batubara di program studi
Teknik Geologi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Yusi Firmansyah, S.Si, M.Si
dan Bapak Ir. Djadjang Jedi Setiadi, M.Sc selaku dosen pembimbing mata kuliah Geologi
Batubara dan kepada segenap pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik yang konstruktif dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita.

Bandung, September 2015

Annisa Luthfianihuda

Daftar Isi

KataPengantar 2
Daftar Isi 3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang . 4
1.2 Rumusan Masalah .. 4
1.3 Maksud dan Tujuan .... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Batubara ... 5
2.2 Jenis Material Asal Batubara . 5
2.3 Proses Pengangkutan dan Pengendapan Material Asal Batubara .. 7
2.4 Lingkungan Pengendapan Batubara .. ... 8

BAB III PENUTUP


Kesimpulan .. 10
Daftar Pustaka .. 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Istilah batubara merupakan istilah yang luas untuk keseluruhan bahan yang bersifat
karbon yang terjadi secara alamiah. Batubara dapat pula didefinisikan sebagai batuan yang
bersifat karbon berbentuk padat, rapuh, berwarna coklat tua sampai hitam, dapat terbakar, yang
terjadi akibat perubahan atau pelapukan tumbuhan secara kimia dan fisika (dalam Kamus
Pertambangan, Teknologi dan Pemanfaatan Batuabara, Silalahi, 2002). Sedangkan dalam
pengertian geologi batubara oleh Schoft (1956) dan Bustin, dkk (1983) (dikutip dari Rahmad, B.,
2001) lebih spesifik mendefinisikan batubara sebagai bahan atau batuan yang mudah terbakar,
mengandung lebih dari 50% hingga 70% volume kandungan karbon yang berasal dari sisa-sisa
material tumbuhan yang terakumulasi dalam cekungan sedimentasi dan mengalami proses
perubahan kimia dan fisika, sebagai reaksi terhadap pengaruh pembusukan bakteri, temperatur,
tekanan dan waktu geologi.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana proses pembentukan batubara?
Seperti apa lingkungan pengendapan batubara?
Bagaimana sifat fisik dan sifat kimia dari batubara?
1.3 Maksud dan Tujuan
Memahami bagaimana proses pembatubaraan
Mengetahui di lingkungan seperti apa batubara diendapkan
Mengetahui sifat fisik dan sifat kimia dari batubara

BAB II
ISI
2.1 Pengertian Batubara
Batubara adalah batuan yang mudah terbakar yang lebih dari 50% -70% berat volumenya
merupakan bahan organik yang merupakan material karbonan termasuk inherent moisture. Bahan
organik utamanya yaitu tumbuhan yang dapat berupa jejak kulit pohon, daun, akar, struktur kayu,
spora, polen, damar, dan lain-lain. Selanjutnya bahan organik tersebut mengalami berbagai
tingkat pembusukan (dekomposisi) sehingga menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik maupun
kimia baik sebelum ataupun sesudah tertutup oleh endapan lainnya.
Batubara merupakan sedimen organik, lebih tepatnya merupakan batuan organik, terdiri
dari kandungan bermacam-macam pseudomineral. Batubara terbentuk dari sisa tumbuhan yang
membusuk dan terkumpul dalam suatu daerah dengan kondisi banyak air, biasa disebut rawarawa. Kondisi tersebut yang menghambat penguraian menyeluruh dari sisa-sisa tumbuhan yang
kemudian mengalami proses perubahan menjadi batubara.
2.2 Jenis Material Asal Batubara
Hampir seluruh pembentuk batubara berasal dari tumbuhan. Jenis-jenis tumbuhan
pembentuk batubara dan umurnya menurut Diessel (1981) adalah sebagai berikut:
a. Alga, dari Zaman Pre-kambrium hingga Ordovisium dan bersel tunggal. Sangat sedikit
endapan batubara dari perioda ini.
b. Silofita, dari Zaman Silur hingga Devon Tengah, merupakan turunan dari alga. Sedikit
endapan batubara dari perioda ini.
c. Pteridofita, umur Devon Atas hingga KArbon Atas. Materi utama pembentuk batubara
berumur Karbon di Eropa dan Amerika Utara. Tetumbuhan tanpa bunga dan biji,
berkembang biak dengan spora dan tumbuh di iklim hangat.
d. Gimnospermae, kurun waktu mulai dari Zaman Permian hingga Kapur Tengah.
Tumbuhan heteroseksual, biji terbungkus dalam buah, semisal pinus, mengandung kadar
getah (resin) tinggi. Jenis Pteridospermae seperti gangamopteris dan glossopteris adalah
penyusun utama batubara Permian seperti di Australia, India dan Afrika.
e. Angiospermae, dari Zaman Kapur Atas hingga kini. Jenis tumbuhan modern, buah yang
menutupi biji, jantan dan betina dalam satu bunga, kurang bergetah dibanding
gimnospermae sehingga, secara umum, kurang dapat terawetkan.

Konsep bahwa batubara berasal dari sisa tumbuhan diperkuat dengan ditemukannya
cetakan tumbuhan di dalam lapisan batubara. Dalam penyusunannya batubara diperkaya dengan
berbagai macam polimer organik yang berasal dari antara lain karbohidrat, lignin, dll. Namun
komposisi dari polimer-polimer ini bervariasi tergantung pada spesies dari tumbuhan
penyusunnya.
a. Lignin
Lignin merupakan suatu unsur yang memegang peranan penting dalam merubah susunan
sisa tumbuhan menjadi batubara. Pada umumnya lignin merupakan polimer dari satu atau
beberapa jenis alkohol.
b. Karbohidrat
Gula atau monosakarida merupakan alkohol polihirik yang mengandung antara lima
sampai delapan atom karbon. Bentuk lainnya mucul sebagai disakarida, trisakarida,
ataupun polisakarida. Jenis polisakarida inilah yang umumnya menyusun batubara,
karena dalam tumbuhan jenis inilah yang paling banyak mengandung polisakarida
(khususnya selulosa) yang kemudian terurai dan membentuk batubara.
c. Protein
Protein merupakan bahan organik yang mengandung nitrogen yang selalu hadir sebagai
protoplasma dalam sel mahluk hidup. Struktur dari protein pada umumnya adalah rantai
asam amino yang dihubungkan oleh rantai amida. Protein pada tumbuhan umunya
muncul sebagai steroid, lilin.
d. Material Organik Lain
Resin
Resin merupakan material yang muncul apabila tumbuhan mengalami luka pada

batangnya.
Tanin
Tanin umumnya banyak ditemukan pada tumbuhan, khususnya pada bagian

batangnya.
Alkaloida
Alkaloida merupakan komponen organik penting terakhir yang menyusun
batubara. Alkaloida sendiri terdiri dari molekul nitrogen dasar yang muncul dalam

bentuk rantai.
Porphirin
Porphirin merupakan komponen nitrogen yang berdasar atas sistem pyrrole.
6

Kandungan unsur porphirin dalam batubara ini telah diajukan sebagai marker

yang sangat penting untuk mendeterminasi perkembangan dari proses coalifikasi.


Hidrokarbon
Unsur ini terdiri atas bisiklik alkali, hidrokarbon terpentin, dan pigmen kartenoid.
Sebagai tambahan, munculnya turunan picene yang mirip dengan sistem aromatik
polinuklir dalam ekstrak batubara dijadikan tanda inklusi material sterane-type

dalam pembentukan batubara.


Konstituen Tumbuhan yang Inorganik (Mineral)
Selain material organik yang telah dibahas diatas, juga ditemukan adanya material
inorganik yang menyusun batubara. Secara umum mineral ini dapat dibagi
menjadi dua jenis, yaitu unsur mineral inheren dan unsur mineral eksternal.
Unsur mineral inheren adalah material inorganik yang berasal dari tumbuhan yang
menyusun bahan organik yang terdapat dalam lapisan batubara. Sedangkan unsur
mineral eksternal merupakan unsur yang dibawa dari luar kedalam lapisan
batubara, pada umumya jenis inilah yang menyusun bagian inorganik dalam
sebuah lapisan batubara.

2.3 Proses Pengangkutan dan Pengendapan Material Asal Batubara


Ada 2 macam teori yang menyatakan bagaimana material asal batubara diendapkan yaitu:
A. Teori Insitu
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembenrtuk lapisan batubara terbentuknya
ditempat dimana tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian setelah tumbuhan tersebut
mati, belum mengalami proses transportasi, segera tertimbun oleh lapisan sedimen dan
mengalami proses coalification. Jenis batubara yang terbentuk dengan cara ini mempunyai
penyebaran luas dan merata, kualitasnya lebih baik karena kadar abunya relatif kecil, Dapat
dijumpai pada lapangan batubara Muara Enim (SumSel).
B. Teori Drift
Teori ini menyatakan bahwa bahan-bahan pembenrtuk lapisan batubara terbentuknya
ditempat yang berbeda dengan tempat tumbuh-tumbuhan asal itu berada. Dengan demikian
setelah tumbuhan tersebut mati, diangkut oleh media air dan berakumulasi disuatu tempat, segera
tertimbun oleh lapisan sedimen dan mengalami proses coalification. Jenis batubara yang
7

terbentuk dengan cara ini mempunyai penyebaran tidak luas tetapi dijumpai dibeberapa tempat,
kualitasnya kurang baik karena banyak mengandung material pengotor yang terangkut bersama
selama proses pengangkutan dari tempat asal tanaman ke tempat sedimentasi. Dapat dijumpai
pada lapangan batubara delta Mahakam Purba, Kaltim.
Proses pengendapan batubara pada umunya berasosiasi dengan lingkungan fluvial flood
plain dan delta plain. Akumulasi dari endapan sungai (fluvial) di daerah pantai akan membentuk
delta dengan mekanisme pengendapan progradasi (Allen & Chambers, 1998).
2.4 Lingkungan Pegendapan Batubara
Batubara merupakan hasil dari akumulasi tumbuh-tumbuhan pada kondisi lingkungan
pengendapan tertentu. Akumulasi tersebut telah dikenai pengaruh-pengaruh synsedimentary dan
post-sedimentary. Akibat pengaruh-pengaruh tersebut dihasilkanlah batubara dengan tingkat
(rank) dan kerumitan struktur yang bervariasi.
Lingkungan pengendapan batubara dapat mengontrol penyebaran lateral, ketebalan,
komposisi, dan kualitas batubara. Untuk pembentukan suatu endapan yag berarti diperlukan
suatu susunan pengendapan dimana terjadi produktifitas organik tinggi dan penimbunan secara
perlahan-lahan namun terus menerus terjadi dalam kondisi reduksi tinggi dimana terdapat
sirukulasi air yang cepat sehingga oksigen tidak ada dan zat organik dapat terawetkan. Kondisi
demikian dapat terjadi diantaranya di lingkungan paralik (pantai) dan limnik (rawa-rawa).
Menurut Diessel (1984, op cit Susilawati ,1992) lebih dari 90% batubara di dunia
terbentuk di lingkungan paralik yaitu rawa-rawa yang berdekatan dengan pantai. Daerah seperti
ini dapat dijumpai di dataran pantai, lagunal, deltaik, atau juga fluviatil.
Diessel (1992) mengemukakan terdapat 6 lingkungan pengendapan utama pembentuk
batubara (Tabel 2.1) yaitu gravelly braid plain, sandy braid plain, alluvial valley and upper delta
plain, lower delta plain, backbarrier strand plain, dan estuary. Tiap lingkungan pengendapan
mempunyai asosiasi dan menghasilkan karakter batubara yang berbeda.
Environment

Subenvironment

Coal Characteristics
mainly dull coals, medium

Gravelly braid

Bars, channel, overbank

plain

plains, swamps, raised bogs

Sandy braid plain

Bars, channel, overbank

sulphur
mainly dull coals, medium

plains, swamp, raised bogs,

to high TPI, low to medium

to low TPI, low GI, low

Alluvial valley and


upper delta plain

Lower delta plain

channels, point bars,

GI, low sulphur


mainly bright coals, high

floodplains and basins,

TPI, medium to high GI,

swamp, fens, raised bogs


Delta front, mouth bar, splays,

low sulphur
mainly bright coals, low to

channel, swamps, fans and

medium TPI, high to very

marshes

high GI, high sulphur


transgressive : mainly bright
coals, medium TPI, high GI,

Backbarrier strand
plain

Off-, near-, and backshore,


tidal inlets, lagoons, fens,
swamp, and marshes

high sulphur
regressive : mainly dull
coals, low TPI and GI, low
sulphur

Estuary

channels, tidal flats, fens and

mainly bright coal with high

marshes

GI and medium TPI

Lingkungan Pengendapan Pembentuk Batubara (Diesel, 1992)

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Batubara adalah termasuk salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya adalah sisa-sisa
tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-unsur utamanya terdiri dari
karbon, hidrogen dan oksigen.
Ada 2 macam teori yang menyatakan bagaimana material asal batubara diendapkan yaitu
Teori Insitu dan teori Drift. Proses pengendapan batubara pada umunya berasosiasi dengan
lingkungan fluvial flood plain dan delta plain. Akumulasi dari endapan sungai (fluvial) di daerah
pantai akan membentuk delta dengan mekanisme pengendapan progradasi (Allen & Chambers,
1998).
Diessel (1992) mengemukakan terdapat 6 lingkungan pengendapan utama pembentuk
batubara (Tabel 2.1) yaitu gravelly braid plain, sandy braid plain, alluvial valley and upper delta
plain, lower delta plain, backbarrier strand plain, dan estuary. Tiap lingkungan pengendapan
mempunyai asosiasi dan menghasilkan karakter batubara yang berbeda.

10

DAFTAR PUSTAKA
http://infotambang.com/clients/infotambang/Pengantarganesabatubara.pdf
http://radarjuve.blogspot.co.id/2013/07/genesa-batubara.html
http://logku.blogspot.co.id/2011/02/proses-pembentukan-batubara.html
https://tanaangga.wordpress.com/terbentuknya-batubara/
https://achmadinblog.wordpress.com/2010/05/21/pembentukan-batubara/
https://dzakiemine.wordpress.com/category/batubara-coal/

11

Anda mungkin juga menyukai