Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 1
PENGUJIAN BAHAN PENYUSUN BETON
Beton adalah material komposit yang terdiri dari medium pengikat (pada umumnya
campuran semen hidrolis dan air), agregat halus (pada umumnya pasir) dan agregat kasar
(pada umumnya kerikil) dengan atau tanpa bahan tambahan/campuran/additives Air
Entrained Concrete: Beton yang didalamnya terdapat gelembung-gelembung udara kecil
yang sengaja dibuat terperangkap oleh bahan tambahan khusus sehingga akan merubah sifatsifat beton. Pada beton segar, entrained air akan meningkatkan workability campuran
sehingga mengurangi jumlah air dan pasir yang dibutuhkan. Berikut adalah jenis jenis
beton:
a. Beton ringan
Berat jenisnya<1900 kg/m3, dipakai untuk elemen non-struktural. Dibuat dengan
cara-cara berikut: membuat gelembung udara dalam adukan semen, menggunakan agregat
ringan (tanah liat bakar/batu apung) atau pembuatan beton non-pasir.
b. Beton normal
Berat jenisnya 2200-2500 kg/m3, dipakai hampir pada semua bagian struktural
bangunan.
c. Beton berat
Berat jenis>2500 kg/m3, dipakai untuk struktur tertentu, misal: struktur yang
harus tahan terhadap radiasi atom.
d. Beton jenis lain
a) Beton massa (mass concrete)
Beton yang dituang dalam volume besar, biasanya untuk pilar, bendungan dan
pondasi turbin pada pembangkit listrik. Pada saat pengecoran beton jenis ini,
pengendalian diutamakan pada pengelolaan panas hidrasi yang timbul, karena
semakin besar massa beton maka suhu didalam beton semakin tinggi. Bila perbedaan
suhu didalam beton dan suhu di permukaan beton >20 oC dapat menimbulkan
terjadinya tegangan tarik yang disertai retak-retak. Retak beton juga dapat timbul
akibat penyusutan beton (shrinkage) yang dipengaruhi oleh kelembaban beton saat
pengerasan berlangsung. Selain itu, besarnya volume beton saat pengecoran mass
concrete akan beresiko timbulnya cold-joint pada permukaan beton baru dengan beton
lama mengingat waktu setting beton yang singkat (2 jam), sehingga perlu
direncanakan metode pengecoran yang sesuai dengan perilaku beton tersebut.
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan S1
Universitas Negeri Yogyakarta
Tujuan Pengujian
1.1.1.1 Mengetahui kadar air kerikil alam
1.1.1.2 Mengetahui kadar air kerikil SSD
1.1.1.3 Mengetahui berat jenis kerikil
1.1.1.4 Mengetahui bobot isi kerikil
1.1.1.5 Mengetahui modulus kehalusan butir kerikil
1.1.2
Dasar Teori
Keadaan air dalam agregat dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu keadaan
jenuh air, jenuh kering muka (SSD), kering udara, dan keadaaan kering mutlak.
Agregat dikatakan jenuh air bila seluruh rongga terisi air hingga tidak ada
gelembung udara yang tertinggal. Keadaan jenuh kering muka adalah keadaan
dimana permukaan agregat kering sementara bagian dalam jenuh air. Keadaan
sekitar, bisa jadi banyak air ataupun kering. Kondisi kering yang tetap, tidak
berubah-rubah lagi. Kadar air dalam agregat diperlukan untuk mengetahui jumlah
kebutuhan air dalam mix design beton.
Berat jenis adalah perbandingan berat suatu benda dengan berat air murni
pada volume yang sama pada suhu tertentu. Berat jenis agregat tergantung oleh:
jenis batuan, susunan mineral agregat, struktur butiran dan porositas batuan. Berat
jenis SSD yaitu berat jenis agregat dalam kondisi jenuh kering muka.
Bobot isi adalah perbandingan antara berat suatu benda dengan volume
benda tersebut. Bobot isi dibedakan menjadi dua yaitu bobot isi padat dan gembur.
Bobot isi agregat pada beton berguna untuk klasifikasi perhitungan perencanaan
beton.
Gradasi agregat adalah susunan dari beberapa ukuran butir agregat yang
membentuk suatu campuran agregat yang terdiri dari beberapa fraksi agregat.
Gradasi agregat dikatakan baik apabila campuran agregat dengan ukuran butiran
yang terdistribusi merata dalam rentang ukuran butiran. Pada beton, gradasi agregat
berhubungan dengan kelecakan beton segar, ekonomis dan karakteristik kekuatan
beton.
Syarat agregat kasar menurut SK SNI S-04-1989-F.
1.1.2.1 Butirannya tajam, kuat, dan keras.
1.1.2.2 Sifat kekal, tidak pecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
1.1.2.3 Sifat kekal, apabila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut:
Jika dipakai natrium sulfat, bagian yang hancur maksimal 12%.
Jika dipakai magnesium sulfat, bagian yang hancur maksimal 12%.
1.1.2.4 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur (bagian yang dapat melewati
ayakan 0,060mm) lebih daru 1%. Apabila lebih dari 1% maka kerikil harus
dicuci.
1.1.2.5 Tidak boleh mengandung zat organik dan bahan alkali yang dapat merusak
beton.
1.1.2.6 Harus mempunyai variasi besar butiran (gradasi) yang baik, sehingga
rongganya sedikit. Mempunyai modulus kehalusan butir antara 6-7,10 dan
harus memenuhi syarat yaitu:
Sisa di atas ayakan 38 mm, harus 0% dari berat.
Sisa di atas ayakan 4,8 mm, harus 90-98% dari berat.
Selisih antara sisa-sisa komulatif di atas dua ayakan yang berurutan,
maksimal 60% dan minimal 10% dari berat.
1.1.2.7 Tidak boleh mengandung garam.
Syarat mutu agregat kasar menurut SII 0052-80.
1.1.2.1 Susunan besar butir mempunyai modulus kehalusan 6,0-7,10.
1.1.2.2 Kadar lumpur atau bagian butir lebih dari 70 mikron, maksimal 1%.
1.1.2.3 Kadar bagian yang lemah diuji dengan goresan batang tembaga maksimal
5%.
1.1.2.4 Sifat kekal diuji dengan larutasn jenuh garam sulfat:
Jika dipakai natrium sulfat, bagian yang hancur maksimal 12%.
Jika dipakai magnesium sulfat, bagian yang hancur maksimal 18%.
1.1.2.5 Tidak bersifat reaktif alkali, jika di dalam beton dengan agregat ini
menggunakan semen yang kadar alkali sebagai Na2O lebih besar dari 0,6%.
1.1.2.6 Tidak boleh mengandung butiran panjang dan pipih lebih dari 20% berat.
1.1.2.7 Kekerasan butir ditentukan dengan bejana rudellof dan dengan bejana los
angeles adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1.2.7 Kekerasan Butir ditentukan Bejana Rudellof dan Bejana Los Angelos
Kelas
dan Kekerasan
dengan
bejana Kekerasan
dengan
Mutu
Beton
rudellof,
bagian
menembus
ayakan 2 mm hancur
maksimal %
Fraksi butir Fraksi
Beton kelas I
Beton kelas II
Beton kelas III
Beton pratekan
19-30mm
22 30
14 22
Kurang dari
14
hancur bejana
los
ayakan
butir
9,5-19 mm
24 32
16 24
Kurang dari
16
angeles
menembus
1,7
mm,
maksimal %
40 50
27 40
Kurang dari
27
Metode Pengujian
1.1.3.1 Pengujian Kadar Air Kerikil Alam
1.1.3.1.1 Alat
Tempat kerikil (piring)
Neraca atau timbangan
Oven
1.1.3.1.2 Bahan
Kerikil alam
1.1.3.1.3 Langkah Kerja
Menyiapkan alat dan mengambil kerikil alam.
Melakukan sampling dengan cara quartering,
sampai
tertinggal,
dan
persen
tertinggal
1.1.4
persen
A (gram)
.
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan S1
Universitas Negeri Yogyakarta
B (gram)
1
130,5
Keterangan :
129,5
A = massa awal
B = massa kering
1.1.4.1.2
A(gram)
.
1.
101,5
2.
105,5
Keterangan:
1.1.4.1.3
96,8
96,55
A = massa awal
B = massa kering
1.1.4.1.4
B(gram)
Massa Pasir
(gram)
100
100
Volume Air
(ml)
100
100
Volume Air+Pasir
(ml)
138
142
A (gram)
.
1.
10630
2.
10630
Keterangan:
B (gram)
C (gram)
25620
31030
25620
30840
A = Berat Bejana
B = Berat air + bejana
C = Berat kerikil + bejana
1.1.4.1.5
Persen
tertinggal
tembus
komulatif
komulatif
0
0
(%)
0
0
(%)
100
100
5,433930805
30,9028762
48,2417674
15,18466028
0,236765319
5,433930805
36,336807
79,1446436
63,42642768
15,42142559
94,5660692
63,663193
20,8553564
36,57357232
84,57857441
Lubang
Berat
Persen
ayakan
tertinggal
tertinggal
(mm)
(gram)
(%)
50
30
25
20
15
10
4,8
0
0
162,95
926,7
1446,65
455,35
7,1
Kadar air 2
AB
105,596,55
100 =
100 =0,092
B
96,55
Rata rata
10
Berat jenis 2
V = 142 ml 100 ml = 42 ml
m 100
= V = 42 =2,38 gr /ml
Rata rata
berat jenis 1+ berat jenis 2 2,64 +2,38
=
2
2
2,506 gr /ml
1.1.4.2.4
Bobot isi 2
Bobot isi=
1.1.4.2.5
1.1.5
CA 3430010630 30840
=
=
=1,35
B A 2562010630 14990
Rata rata
bobot isi 1+ bobot isi 2 1,36 +1,35
=
=1,355 kg/
2
2
Pembahasan
1.1.5.1 Pengujian Kadar Air Kerikil Alam
Dari hasil pengujian kadar air kerikil alam yang telah kami lakukan,
diperoleh kadar air sebesar 0,0077%. Hasil ini menunjukkan hasil yang
sangat kecil. Maka dari itu, dalam pembuatan adukan beton perlu
penyesuaian air dengan cara melakukan koreksi adukan beton.
1.1.5.2 Pengujian Kadar Air Kerikil SSD
Dari hasil pengujian kadar air kerikil SSD yang telah kami lakukan,
diperoleh rata-rata kadar air kerikil SSD sebesar 0,07%. Hasil ini lebih
besar daripada kadar air kerikil alam. Karena kerikil SSD mempunyai kadar
11
air yang dapat dikondisikan maka dalam proses pengadukan beton, lebih
baik menggunakan kerikil SSD.
1.1.5.3 Pengujian Berat Jenis Kerikil
Dari hasil pengujian berat jenis kerikil yang telah kami lakukan,
diperoleh rata-rata berat jenis kerikil sebesar 2,506. Ini berarti bahwa, jenis
agregat ini adalah agregat normal, bukan agregat berat ataupun agregat
ringan.
1.1.5.4 Pengujian Bobot Isi Kerikil
Dari hasil pengujian bobot isi kerikil yang telah kami lakukan,
diperoleh rata-rata bobot isi kerikil sebesar 1,355 kg/lt. Pengujian yang
kami lakukan adalah pengujian bobot isi kerikil gembur. Bobot isi agregat
ini berguna untuk klasifikasi perhitungan perencanaan beton.
1.1.5.5 Pengujian Modulus Kehalusan Butir Kerikil
Dari hasil pengayakan yang telah kami lakukan, diperoleh modulus
kehalusan butir kerikil sebesar 5,0024. Kerikil yang kami uji ini memiliki
gradasi yang bagus karena terdapat satu butir kerikil yang tertinggal di
ayakan no 25, sehingga dalam perencanaan adukan beton dapat dipilih
ukuran maksimum agregat kasar adalah sebesar 40 mm.
1.1.6
Kesimpulan
1.1.6.1 Kadar air kerikil alam yang terdapat pada kerikil kami memiliki kadar air
yang sangat rendah akan tetapi tetap bisa digunakan dalam mix design
adukan beton.
1.1.6.2 Dalam melakukan mix design, dapat dilakukan penyesuaian air, maka kadar
air kerikil SSD yang terkandung masih bisa digunakan atau dengan kata
lain, kerikil SSD kami dapat digunakan untuk mix design.
1.1.6.3 Berat jenis kerikil SSD yang diuji menunjukkan bahwa kerikil merupakan
agregat normal yang dapat digunakan untuk membuat beton.
1.1.6.4 Bobot isi kerikil telah memenuhi persyaratan untuk agregat dalam mix
design beton.
1.1.6.5 Kerikil memiliki gradasi yang baik, dan bisa digunakan dalam mix design
beton. Kerikil kami memiliki ukuran maksimum agregat sehingga dalam
perencanaan pembuatan beton sebaiknya menggunakan ukuran maksimum
agregat besar.
1.2Agregat Halus
12
Agregat halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami dari batu atau
berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai ukuran
butir terbesar 5,0 mm.
Tujuan Pengujian
1.2.1.1 Mengetahui kadar air pasir alam
1.2.1.2 Mengetahui kadar lumpur pasir alam
1.2.1.3 Mengetahui berat jenis pasir SSD
1.2.1.4 Mengetahui bobot isi pasir gembur
1.2.1.5 Mengetahui kadar air pasir SSD
1.2.1.6 Mengetahui modulus kehalusan butir pasir (MKB)
1.2.2
Dasar Teori
Pasir alam sebagai hasil disintegrasi alami batuan atau pasir yang
dihasilkan oleh industri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir berdiameter
0.075 - 4 mm. Agregat halus yang digunakan harus memenuhi persyaratanpersyaratan sebagai berikut:
1.2.2.1 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih besar dari 5 %
(ditentukan terhadap berat kering). Yang dimaksud dengan lumpur adalah
bagian-bagian yang dapat melalui ayakan 0,063 mm. Apabila kadar lumpur
melampaui 5 %, maka agregat harus dicuci terlebih dahulu.
1.2.2.2 Agregat halus tidak boleh mengandung bahan-bahan organik terlalu banyak
dan harus dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrams-Harder (dengan
larutan NaOH). Agregat halus yang tidak memenuhi percobaan ini dapat
13
juga dipakai, asal kekuatan tekan adukan agregat tersebut pada umur 7 hari
dan 28 hari tidak kurang dari 95 % dari kekuatan adukan agregat yang sama
tetapi dicuci dalam 3 % NaOH yang kemudian dicuci hingga bersih dengan
air pada umur yang sama.
1.2.2.3 Agregat halus harus terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan apabila diayak harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
4,76 mm
95-100
2,38 mm
85-100
1,19 mm
50-85
0,60 mm
25-60
0,30 mm
10-30
0,15 mm
2-10
Tabel 1.2.2.3. Persentase Lolos Agregat Halus
Syarat mutu agregat halus menurut SK-SNI S-04-1989-F
1.2.2.1 Butirannya tajam, kuat, dan keras.
1.2.2.2 Sifat kekal bila diuji dengan larutan jenuh garam sulfat sebagai berikut:
Jika dipakai natrium sulfat, bagian yang hancur maksimal 12%.
Jikai dipakai magnesium sulfat, bagian yang hancur maksimal 10%.
1.2.2.3 Bersifat kekal, tidak p[ecah atau hancur karena pengaruh cuaca.
1.2.2.4 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur (bagian yang dapat melewati
ayakan 0,060 mm) lebih dari 5%. Apabila lebih dari 5% maka pasir harus
dicuci.
1.2.2.5 Tidak boleh mengandung zat organik karena akan mempengaruhi mutu
beton. Bila direndam dalam larutan 3% NaOH, cairan di atas edpa tidak
boleh lebih gelap dari warna pembanding.
1.2.2.6 Harus mempunyai gradasi yang baik, sehingga rongganya sedikit
mempunyai MKB antara 1,5-3,8. Bila diayak dengan susunan yang
ditentukan, harus masuk salah satu daerah susunan butir menurut zona 1, 2,
3 atau 4 dan memenuhi syarat sebagai berikut:
Sisa diatas ayakan 4,8 mm, maksimal 2% berat.
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan S1
Universitas Negeri Yogyakarta
14
sejenisnya.
Diuji dengan cara melakukan percobaan perbandingan kuat tekan mortar
yang memakai agregat tersebut terhadap kuat tekan mortar yang
memakai pasir standar silika, menunjukkan kuat tekan mortar tidak
kurang dari 95% kuat tekan mortar memakai pasisr standar. Uji kuat
tekan mortar harus dilakukan sesuai cara ASTM C87.
15
1.2.2.5 Agregat halus yang akan dipergunakan untuk membuat beton yang akan
mengalami basah dan lembab terus menerus atau yang berhubungan dengan
tanah basah, tidak boleh mengandung bahan yang bersifat reaktif terhadap
alkali dalam semen, yang jumlahnya cukup dapat menimbulkan pemuaian
yang berlebihan di dalam mortar atau beton. Agregat yang rektif terhadap
alkali boleh dipakai untuk membuat beton dengan semen yang kadar
alkalinya dihitung sebagai setara Natrium oksida (Na2o + 0,658 K2O) tidak
lebih dari 0,60 % atau dengan penambahan yang dapat mencegah terjadinya
pemuaian yang membahayakan akibat reaksi alkali agregat tersebut.
1.2.2.6 Sifat kekal uji dengan larutan jenuh garam sulfat:
Jika dipakai natrium sulfat, bagian yang hancur maksimal 10%.
Jika dipakai magnesium sulfat, bagian yang hancur maksimal 15%.
1.2.2.7 Gradasi agregat halus harus mempunyai susunan besar butir dalam butiranbutiran sebagai berikut :
Ukuran Lubang Ayakan Presentase
(mm)
9,5
(%)
100
4,75
95-100
2,36
85-100
1,18
50-85
0,60
25-60
0,30
10-30
Lolos
Komulatif
0,15
2-10
Tabel 1.2.2.7. Gradasi Agregat Halus
Agregat halus tidak boleh mengandung bagian yang lolos lebih dari
45% pada suatu ukuran ayakan dan tertahan pada ayakan berikutnya. MKB
tidak kurang dari 2,3 dan tidak lebih dari 3,1.
1.2.3
Metode Pengujian
1.2.3.1 Pengujian Kadar Air Pasir Alam
1.2.3.1.1 Alat
Tempat pasir (piring)
Oven
Timbangan
1.2.3.1.2 Bahan
Pasir
1.2.3.1.3 Langkah Kerja
Menyiapkan alat dan mengambil pasir asli atau pasir alam.
16
Melakukan
sampling
dengan
cara
quartering,
sampai
Oven
Kayu pengaduk
Gelas ukur
1.2.3.2.2 Bahan
Pasir
Air
1.2.3.2.3 Langkah Kerja
Menyiapkan alat dan mengambil contoh pasir dengan cara
quartering kurang lebih sekitar 100 gr 150 gr sebanyak dua
sampel. (Sampel pertama sebesar 100 gr dan sampel yang
17
0,01 gram.
Mengisi gelas ukur dengan air setinggi atau mencapai angka
150 ml.
Memasukkan pasir yang sudah ditimbang tersebut.
Mengocok kocok air dalam gelas ukur dan diamkan sampai
air tenang kembali dan tidak ada gelembung air yang naik ke
atas.
Mengamati tinggi dalam gelas ukur dan menghitungnnya.
Menghitung berat jenis pasir SSD tersebut.
Membuat laporan resmi dilampir laporan sementara.
1.2.3.4 Pengujian bobot isi pasir gembur
1.2.3.4.1 Alat
Neraca atau timbangan
Bejana
Jangka sorong
1.2.3.4.2 Bahan
Pasir alam
1.2.3.4.3 Langkah Kerja
Menyiapkan alat dan bahan.
Mengukur diameter dan tinggi bejana silinder.
Menimbang bejana silinder yang masih kosong.
Mengisi pasir hingga bejana penuh.
Menimbang bejana yang berisi pasir.
Menghitung bobot isi pasir.
Membuat laporan resmi dilampiri laporan sementara.
1.2.3.5 Pengujian kadar air pasir SSD
1.2.3.5.1 Alat
Neraca atau timbangan
Oven
Piring
1.2.3.5.2 Bahan
18
1.2.4
ayakan.
Memasukkan data ke dalam tabel.
Membuat laporan resmi dilampir laporan sementara.
A
(gram)
100
120
B
(gram)
99,9
119,7
19
Keterangan:
A
B
(gram)
(gram)
1.
100
99
2.
100
98
Keterangan: A = berat pasir kering oven I
No
20
1.2.4.1.3
Massa Pasir
(gram)
100
100
Volume Air
(ml)
150
150
Volume Air+Pasir
(ml)
186
188
A (gram)
B (gram)
C (gram)
.
1.
2.
10630
10630
25620
25620
34300
33800
21
Keterangan:
A = Berat Bejana
B = Berat air + bejana
C = Berat pasir + bejana
1.2.4.1.5
B
(gram)
98,55
98,70
A = berat pasir SSD
B = berat pasir SSD kering oven
22
1.2.4.1.6
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Lubang
Berat
Persen
Ayakan
Tertinggal
Tertinggal
9,6
4,8
2,4
1,2
0,6
0,3
0,15
<0,15
Jumlah
0
0,4
152,8
322,6
254,7
170,2
94,3
0,00
0,04
15,36
32,42
25,60
17,11
9,48
995
Persen
Tertinggal
Komulatif
100,00
99,96
84,60
52,18
26,58
9,48
0,00
100
Komulatif
0,00
0,04
15,40
47,82
73,42
90,52
100,00
Persen Tembus
23
1.2.4.2.2
Rata rata
kadar air 1+kadar air 2 0,1 +0,25
=
=0,175
2
2
Kadar lumpur 2
AB
10098
100 =
100 =2,04
B
98
Rata rata
kadar lumpur 1+kadar lumpur 2 1,01 +2,04
=
2
2
1,525
1.2.4.2.3
Berat jenis 2
V = 188 ml 150 ml = 38 ml
m 100
= V = 38 =2,631 gr /ml
Rata rata
berat jenis 1+ berat jenis 2 2,77+ 2,631
=
2
2
2,7005 gr / ml
1.2.4.2.4
Bobot isi 2
Bobot isi=
1.2.4.2.5
CA 3430010630 23170
=
=
=1,546
B A 2562010630 14990
Rata rata
bobot isi 1+ bobot isi 2 1,579+ 1,546
=
=1,5625 kg/
2
2
24
1.2.4.2.6
Rata rata
kadar air 1+kadar air 2 1,471 +1,317
=
=1,394
2
2
MKB Pasir
Presentase Butir yang Lolos Ayakan 0
0.15
Zona Ib
#REF!
Zona IIa
Zona IIb
Zona IIIa
Zona IIIb
Zona IVa
Zona IVb
Data
Pembahasan
1.2.5.1 Pengujian Kadar Air Pasir Alam
Kadar air pada pasir atau agregat halus dapat mempengaruhi kinerja
beton. Jika kadar air yang dimiliki oleh pasir atau agregat halus adalah
tinggi maka kinerja beton akan semakin tinggi akan tetapi kekuatannya
akan semakin rendah. Pasir yang kita gunakan untuk praktikum kali ini
memiliki rata-rat kadar air sebesar 0,175%. Kadar air pasir ini cukup
sedikit, sehingga pada saat perencanaan adukan beton perlu penyesuaian
jumlah air dengan melakukan koreksi adukan beton.
1.2.5.2 Pengujian Kadar Lumpur Pasir Alam
Kadar lumpur pada pasir yang kami gunakan dalam praktikum kali
ini memiliki rata rata sebesar 1,525%. Rata rata yang kami peroleh
memenuhi batas maksimal rata rata kadar lumpur yaitu menurut SK-SNI
S-04-1989-E, SII 0052-80 dan ASTM C33-86 yaitu kadar lumpur kurang
dari 5%. Maka dalam perencanaan adukan beton, pasir dapat langsung
digunakan tanpa harus dicuci terlebih dahulu.
1.2.5.3 Pengujian Berat Jenis Pasir SSD
25
Air yang berada dalam gelas ukur akan naik setelah dimasukkan
pasir SSD. Air tidak akan berkurang dari tinggi semula karena pasir yang
digunakan adalah pasir dalam keadaan SSD atau dalam keadaan jenuh air
sehingga pasir tidak akan menyerap air. Kadar air yang kami peroleh adalah
sebesar 2,7005 gr/ml. Artinya jenis agregat ini adalah agregat normal,
bukan agregat berat ataupun agregat ringan. Pasir ini dapat digunakan untuk
membuat beton normal karena memenuhi standar yang diisyaratkan.
1.2.5.4 Pengujian Bobot Isi Pasir Gembur
Bobot isi pasir yang diuji adalah sebesar 1,5625 kg/lt. Bobot isi ini
merupakan bobot isi gembur. Data ini dapat digunakan untuk menentukan
formula perbandingan agregat dalam mix design beton dengan acuan
perbandingan volume.
1.2.5.5 Pengujian Kadar Air Pasir SSD
Rata-rata kadar air pasir SSD adalah 1,394%. Karena keadaan SSD
dapat dikondisikan dan merupakan standar paling mudah pembuatan mix
design beton, maka pada pembuatan benda uji akan digunakan pasir dalam
keadaan SSD.
1.2.5.6 Pengujian Modulus Kehalusan Butir Pasir (MKB)
Dari hasil pengujian dengan ayakan sesuai british standar, pasir
yang diuji memasuki zona I. Gradasi pasir bervariasi (tidak homogen). Hal
ini menunjukkan bahwa pasir bagus untuk digunakan karena ukurannya
tidak seeragam serta berada dalam gradasi yang bagus atau dengan kata lain
memasuka zona I seutuhnya, tidak ada yang menyimpang. Pasir ini
tergolong pasir yang memiliki besar butir agregat yang standar karena
memiliki MKB sebesar 3,728 dengan standar sebesar 2,50 3,80.
1.2.6
Kesimpulan
Dari serangkaian pengujian yang telah kelompok kami lakukan, maka dapat
kami simpulkan:
1.2.6.1 Kadar air kerikil alam yang terdapat pada pasir kami memiliki kadar air
yang sangat rendah akan tetapi tetap bisa digunakan dalam mix design
adukan beton.
1.2.6.2 Kadar lumpur dan tanah liat pasir rata-rata 1,525% (kurang dari 5%)
sehingga pasir dapat digunakan tanpa harus dicuci terlebih dahulu.
1.2.6.3 Berat jensi rata-rata pasir SSD 2,7005, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasir merupakan agregat normal yang dapat digunakan untuk membuat
beton.
26
1.2.6.4 Bobot isi pasir 1,5625 kg/lt, data ini dapat digunakan untuk membuat
formula adukan beton berdasarkan perbandingan volume.
1.2.6.5 Kadar air pasir SSD rata-rata adalah 1,394%. Memenuhi persyaratan
sehingga pasir dapat digunakan dalam adukan beton.
1.2.6.6 Modulus kehalusan butir pasir masuk dalam zona I. Pasir memiliki ukuran
yang heterogen dan distribusi ukuran agregatnya merata sehingga pasir
1.3.
dapat digunakan dalam adukan beton tanpa harus ada pencampuran agregat.
Bahan Tambah
yang sama.
Plastacrete NC Spesial dengan dosis 0,4% dari berat semen
atau 130 cc 150 cc tiap 40 kg semen. Dapat mengurangi
27
dengan air.
Plastiment, dengan dosis 0,35% - 0,5% dari berat semen atau
120 cc 150 cc per 40 kg semen. Disampur air asaat
1.2.6.1.2
1.2.6.1.3
semen.
1.2.6.3 Type C : Mempercepat Waktu Ikat
1.2.6.3.1 Produksi Sika, nama admixture Sikaset Low Shrinkage dengan
dosis 1 : 1 samapai dengan 1 : 5 antara sikaset dengan air.
1.2.6.3.2
1.2.6.3.3
1,5 S III.
1.2.6.4 Type D : Pengurang Kadar Air dan Pengundur Waktu Ikat
28
1.2.6.4.1
1.2.6.4.2
40 kg semen.
1.2.6.5 Type E : Pengurang Air dan Mempercepat Waktu Ikat
Beberapa produk di atas tidak memasukkan jenis admixture ini sesuai type
E ASTM 494.
1.2.6.6 Type F : Pengurang Kadar Air Tinggi
1.2.6.6.1 Produk Sika, nama admixture : Sikament LN dengan dosis 0,5%
- 0,8% dari berat semen (160 cc 260 cc) per 40 kg semen,
Sikament 163 dengan dosis 0,5% - 0,8% berat semen (160 cc
260 cc) per 40 kg semen dan sikament dengan dosis 1% - 3%
berat semen (330 cc 1000 cc) per 40 kg semen. Khusus untuk
1.2.6.6.2
29
30
BAB II
PERHITUNGAN PERANCANGAN CAMPURAN BETON
2.1 Menetapkan Kuat Tekan Tekan Beton yang Disyaratkan (Fc) Pada Umur 28 Hari
Fc = 20 MPa
2.2 Menetapkan Standar Deviasi (Sd)
Jika tidak ada catatan hasil uji dari pembuatan beton serupa sebelumnya, maka
untuk mencari standar deviasi dihunakan rumus sd=m/k. Di mana m adalah margin yang
nilainya = 7,0 Mpa. Dan k=1,34 berdasarkan SNI 2847-2013.
2.3 Menghitung Nilai Tambah/Margin (M)
Jika tidak ada catatan hasil uji terdahulu untuk perhitungan deviasi standar yang
memenuhi ketentuan, maka nilai margin didasarkan pada peraturan SNI tahun 2013. Fc
yang diambil yaitu 20 MPa (kurang dari 21 MPa) maka berdasarkan SNI 2013 nilai
margin ditetapkan 7 MPa.
2.4 Menentukan Kuat Tekan Rata-Rata yang Direncanakan
Kuat tekan rata-rata yang direncanakan diperoleh dengan rumus:
Fcr = Fc + m
Fcr = 20 + 7 = 27 MPa
2.5 Menentapkan Jenis Semen Portland
Ditetapkan semen type I
2.6 Menetapkan Jenis Agregat
2.6.1 Agregat halus (pasir)
: alam
2.6.2 Agregat kasar (kerikil)
: buatan
2.7 Menetapkan Niali Faktor Air Semen (Fas)
Penetapan nilai Fas ditentukan berdasarkan kuat tekan rata-rata silinder beton
yang direncanakan pada umur tertentu.
Fcr = 27 Mpa, Semen type I, Usia : 28 hari
31
Jenis Pembetonan
Fas
Maksimum
32
0,6
0,52
0,55
0,60
0,55
Tabel 7
Tabel 6
Minimum (cm)
5,0
Bertulang
Pondasi Telapak Tidak Bertulang, Kaison, 9,0
2,5
33
Ukuran
Slump (mm)
0-10
Maksimum (mm)
10
10-30
30-60
60-180
Alami
150
180
205
225
Batu pecah
180
205
230
250
20
Alami
135
160
180
195
Batu pecah
170
190
210
225
40
Alami
115
140
160
175
Batu pecah
155
175
190
205
Tabel 2.12. Perkiraan Kebutuhan Air untuk setiap Meter Kubik Beton (liter)
2.13 Menentukan Kebutuhan Semen Portland
Kebutuhan semen portland diperoleh dengan cara membagi jumlah kebutuhan air
dengan nilai Fas.
Kebutuhan semen :
275
3
=340,6 kg/m
0,543
Jenis Pembetonan
Beton di dalam ruang bangunan:
325
275
325
Tabel 7
Tabel 6
dari
hasil
perhitungan
diperoleh
kebutuhan
semen
sebanyak
34
ulang terhadap jumlah air dan Fas yang telah ditetapkan sebelumnya atau dapat
dikatakan tetap.
2.16 Menentukan Daerah Gradasi Agregat Halus
Dari hasil praktikum pengujian modulus kehalusan butir pasir diperoleh hasil
bahwa pasir yang akan digunakan dalam mix design beton termasuk dalam zona 1.
35
0,543
P
K
BJ h +
BJ k
100
100
Dimana dari hasil uji agregat halus dan agregat kasar sebelumnya diperoleh
hasil berat jenis pasir sebesar 2,7005 sementara berat jenis kerikil 2,5065.
BJ campuran=0,44 2,7005+0,56 2,5065=2,59
2.19 Menentukan Berat Jenis Beton
Setelah menentukan berat jenis campuran maka langkah selanjutnya adalah
menentukan berat jenis beton dengan menarik garis pada grafik dengan data berat jenis
agregat campuran 2,59, kandungan air 184,9
3
beton 2380 kg /m .
liter/m
36
kg /m
liter/m
20 MPa
2.
tidak diketahui
37
3.
4.
5.
6.
7.
7
27
Tipe 1
alami dan buatan
0,543
8.
0,6
9.
0,543
10.
nilai slump
100
11.
12.
13.
40 mm
184,9
340,5156538
14.
275
15.
16.
17.
340,5156538
tetap
zona 1
agregat
pasir = 44 %
18.
campuran
19.
kerikil= 56 %
2,59186
20.
2380
21.
22.
23.
kebutuhan agregat
kebutuhan agregat halus
kebutuhan agregat kasar
1854,584346
816,0171123
1038,567234
berat beton
Air
Semen
agregat halus
agregat kasar
1m3
2380
185
341
578
736
berat beton
2400
air
196
Semen
360,5
agregat halus
806,5
agregat kasar
1038,5
Benda Uji
Ukuran (cm)
Silinder
Balok
D=15, t=30
10x10x53 cm
Volume
Benda
Uji (m3)
0,005303571
0,0053
Jumlah
4
1
Volume
(m3)
0,021214286
0,0053
Beton
38
0,030491429
Kebutuhan Katerial/ m3
185
807
Satuan
Liter
Kg
1026
31,28420571
Kg
341
10,39757714
Kg
Perhitungan rancangan campuran beton pada beton tanpa bahan tambah dan beton dengan
bahan tambah adalah sama. Akan tetapi volume adukan beton berbeda karena kelompok kami
menggunakan angka aman yang berbeda, yaitu 15% pada beton tanpa bahan tambah dan 20%
pada beton dengan bahan tambah. Berikut tabelnya:
Jumlah Volume Adukan Yang Akan Dibuat
Benda
Volume Benda Uji
No
Ukuran (cm)
Jumlah
Uji
(m3)
1
Silinder D=15, t=30
0,005303571
4
2
Balok
10x10x53 cm 0,0053
1
Jumlah Volume Adukan (jumlah volume beton x 1.20)
Volume
(m3)
0,021214286
0,0053
0,031817143
KOMPOSI
Kebutuhan
Kebutuhan
Material
No
1
2
Material
Air
Pasir SSD
Kerikil
Katerial/ m3
185
807
Adukan
5,886171429
25,67643429
Satuan
Liter
Kg
3
4
SSD
Semen
1026
341
32,64438857
10,84964571
Kg
Kg
Beton
39
BAB III
PENGUJIAN SIFAT BETON SEGAR
Sifat-sifat dari beton adalah :
a. Beton Segar
a) Kemudahan pengerjaan/Workability,umumnya dinyatakan dalam besaran nilai slump
(cm) dan dipengaruhi oleh:
- Jumlah air yang dipakai. Makin banyak air, beton makin mudah dikerjakan
- Penambahan semen. Semen bertambah, air juga ditambah agar FAS tetap, maka
beton makin mudah dikerjakan
- Gradasi campuran pasir dan kerikil
- Pemakaian butir maksimum kerikil yang dipakai
- Pemakaian butir-butir batuan yang bulat
b) Segregasi, kecenderungan agregat kasar untuk memisahkan diri dari campuran adukan
beton, peluang segregasi diperbesar dengan:
- Campuran yang kurus/kurang semen
- Pemakaian air yang terlalu banyak
- Semakin besar butir kerikil yang dipakai
- Campuran yang kasar, atau kurang agregat halus
- Tinggi jatuh pengecoran beton yang terlalu tinggi
c) Bleeding, kecenderungan air campuran untuk naik keatas (memisahkan diri) pada
beton segar yang baru saja dipadatkan. Hal ini dapat dikurangi dengan cara:
- Memberi lebih banyak semen dalam campuran
- Menggunakan air sesedikit mungkin
- Menggunakan pasir lebih banyak
- Menyesuaikan intensitas dan durasi penggetaran pemadatan sesuai dengan nilai
slump campuran
b. Beton Keras
1) Sifat jangka pendek
a) Kuat tekan, dipengaruhi oleh:
- Perbandingan air semen dan tingkat pemadatan
- Jenis semen dan kualitasnya
- Jenis dan kekasaran permukaan agregat
- Umur (pada keadaan normal, kekuatan bertambah sesuai dengan umurnya).
- Suhu (kecepatan pengerasan bertambah dengan naiknya suhu)
- Perawatan
b) Kuat tarik. Kuat tarik beton berkisar 1/18 kuat tekan beton saat umurnya masih
muda dan menjadi 1/20 sesudahnya. Kuat tarik berperan penting dalam menahan
retak-retak akibat perubahan kadar air dan suhu
c) Kuat geser. Didalam prakteknya, kuat tekan dan tarik selalu diikuti oleh kuat
geser.
2) Sifat jangka panjang
40
41
Air
: 6 liter
Pasir : 25 kg
Kerikil : 31,6 kg
42
yang
digunakan
adalah
bahan
tambah
43
44
dengan alat uji sederhana dan hasilnya dapat memberikan gambaran yang baik
tentang tingkat kemudahan beton segar untuk diaduk, dituang dan dipadatkan.
Faktor yang memengaruhi tingkat kelecakan beton:
-
Jumlah air yang digunakan dalam campuran adukan beton, sampai batas faktor
air semen tertentu. Semakin banyak air yang digunakan, semakin mudah beton
penambahan air.
Gradasi campuran pasir dan kerikil. Jika gradasi agregat yang digunakan berada
dalam daerah gradasi yang disarankan dalam peraturan, maka campuran adukan
Slump ideal, terjadi apabila kerucut beton mengalami penurunan yang seimbang
di setiap sisinya.
Slump geser, terjadi apabila sebagian kerucut beton meluncur ke bawah di
sepanjang bidang miring. Apabila bentuk ini ditemui, maka pengujian slump
harus diulang, dan jika bentuk penurunan ini tetap terjadi, maka kohesifitas
45
Slump
Kelecakan
Sangat
(mm)
0-25
rendah
Rendah
25-50
Sedang
Tinggi
50-100
100-175
Cetakan (kerucut Abrams) dengan tebal 1,2 mm, yang berbentuk kerucut
terpancung berukuran tinggi 305 mm, dengan diameter dasar 203 mm serta
46
kerucut.
Memadatkan adukan beton yang telah dimasukkan ke dalam kerucut dengan cara
menusuk-nusuk dengan tongkat sebanyak 25 kali, sampai menyentuh bagian bawah
lapisan.
47
48
Dari percobaan yang kami lakukan, nilai slump yang terjadi sebesar 11 cm.
Berdasarkan tabel tersebut di atas, percobaan kami termasuk dalam tingkat
kelecakan yang tinggi, yaitu antara 100-175 mm. Aplikasi yang sesuai dengan
tingkat kelecakan tersebut adalah elemen struktur dengan penulangan sangat rapat
sehingga tidak mungkin dilakukan vibrasi.
Nilai slump sebesar 11 cm ini dapat terjadi dimungkinkan karena kelompok
kami
menggunakan
bahan
tambah
atau
admixture.
Bahan
tambah
ini
mengakibatakan beton yang buat mempunyai workability yang tinggi dan kekuatan
yang tinggi. Admixture yang kami gunakan berfungsi mengurangi kebutuhan air
maka dengan fas yang sama akibatnya sulmp meningkat dari adukan beton tanpa
bahan tambah. Berdasarkan slump kami peroleh, maka beton yang kami buat ini
telah memenuhi standar yang kami inginkan karena termasuk dalam tingkat
kelecakan yang tinggi.
3.3 Pencetakan dan Perawatan Beton
Setelah melakukan uji slump, maka selanjutnya mencetak beton ke dalam empat
silinder dan satu balok. Beton normal dan beton dengan admixture mendapat perlakuan
yang sama dalam pencetakan dan perawatan beton.
3.3.1 Menyiapkan cetakan yang sudah disetting dan diberi oli.
3.3.2 Memasukkan adukan beton ke dalam cetakan secara bertahap dari , , dan sampai
penuh sambil dipadatkan atau ditusuk dengan tusukan baja sebanyak 25 kali. Dari
adukan yang direncanakan sebanyak 4 silinder dan 1 balok, ternyata adukan beton
melebihi yang direncanakan dan masih terdapat sisa adukan beton. Hal ini dapat
terjadi karena kelompok kami menggunakan angka aman sebesar 15% atau 1,15
pada beton tanpa bahan tambah dan 20% atau 1,20 pada beton dengan bahan
tambah. Angka aman ini terlalu besar karena mengakibatkan sisa dari adukan beton
dan termasuk dalam pemborosan.
49
50
51
BAB IV
PENGUJIAN SIFAT MEKANIK BETON
4.1 Kuat Tekan
4.1.1 Beton normal berumur 8 hari
4.1.1.1 Tanggal Pembuatan : 23 Maret 2015
4.1.1.2 Tanggal Pengujian : 31 Maret 2015 (8 hari)
4.1.1.3 Alat
:
Jangka sorong
Neraca
Kompor listrik
Alat caping
Mesin tekan ELE
4.1.1.4 Bahan
:
Dua buah silinder beton berumur 8 hari
Belerang
4.1.1.5 Cara pengujian
:
Mengambil benda uji dari tempat perendaman, beberapa hari sebelum
silinder.
Melakukan capping pada bagian alas dan atau bagian atas benda uji yang
tidak rata dengan cara:
a) Melelehkan belerang padat secukupnya di atas kompor listrik.
52
53
P = Beban
54
Massa
(kg)
D
(cm)
15
15,1
T
(cm)
30
30,2
Luas
(mm2)
17671,45868
17907,86352
P
(ton)
38
27,5
Silinder I
Silinder II
4.1.1.7 Analisis Data
Silinder I
P
380000 N
F' c= =
=21,5036012 MPa 21,5 MPa
A 17671,45868 mm2
Silinder II
P
275000 N
'
F c= =
=15,35638239 MPa 15,4 MPa
A 17907,86352 mm2
Pada silinder pertama, uji kuat tekan menunjukkan hasil 21,5 MPa.
Beton belum memenuhi kuat tekan yang direncakan yaitu 27 MPa akan
tetapi telah mencapai batas kuat tekan yang diinginkan yaitu 20 MPa.
Penampakan beton dari luar baik, tidak menunjukkan adanya keropos.
Kegagalan beton mencapai kuat tekan yang direncakan dimungkinkan
karena beton masih berumur 8 hari sedangkan kuat tekan yang
direncanakan untuk beton yang berusia 28 hari.
Pada silinder kedua, uji kuat tekan menunjukkan hasil yang kecil
yaitu 15,4 MPa. Beton belum memenuhi kuat tekan yang direncakan yaitu
27 MPa. Penampakan beton dari luar baik, tidak menunjukkan adanya
keropos, akan tetapi beton terlihat lembab. Hal ini terjadi karena beton
kedua dikeluarkan sehari sebelum pengujian sedangkan beton pertama
dikeluarkan empat hari sebelum pengujian. Kelembaban beton akan
memengaruhi kuat tekan beton, kuat tekan beton akan kecil jika
kelembaban tinggi.
4.1.2
55
Belerang
4.1.2.5 Cara pengujian
:
Mengambil benda uji dari tempat perendaman, beberapa hari sebelum
silinder.
Melakukan capping pada bagian alas dan atau bagian atas benda uji
yang tidak rata dengan cara:
a) Melelehkan belerang padat secukupnya di atas kompor listrik.
b) Menuangkan belerang yang telah leleh ke dalam alat capping kirakira bagian.
c) Meletakkan beton di atas belerang, memastikan beton siku-siku
(menempel tepat pada alat capping).
d) Mendiamkan beton sampai belerang benar-benar kering.
e) Melakukan uji tekan beton dengan measin tekan ELE.
f) Menghitung kuat tekan beton.
P
F' c=
A
Di mana:
P = Beban
A = Luas alas benda uji
4.1.2.6 Data hasil pengamatan
Benda Uji
Massa
(kg)
11,575
11,785
D
(cm)
15
15
t
(cm)
29,4
30,05
Luas
(mm2)
17671,45868
17671,45868
P
(ton)
25
26,5
Silinder I
Silinder II
4.1.2.7 Analisis Data
Silinder I
P
250000 N
F' c= =
=14,14710605 MPa 14,15 MPa
A 17671,45868 mm2
Silinder II
P
265000 N
'
F c= =
=14,99593242 MPa 15 MPa
A 17671,45868 mm2
Pada silinder pertama, uji kuat tekan menunjukkan hasil 14,15 MPa.
56
Massa
(kg)
12,110
12,158
D
(cm)
15,17
15,13
t
(cm)
30
30
Luas
(mm2)
18074,28154
17979,09128
P
(ton)
47,5
46
Silinder I
Silinder II
4.1.3.5 Analisis data
Silinder I
P
475000 N
F' c= =
=26,28043604 MPa 26,28 MPa
A 18074,28154 mm2
Silinder II
P
460000 N
F' c= =
=25,5852753 MPa 25,59 MPa
A 17979,09128 mm2
ratarata=
26,28+25,59
=25,935 MPa
2
57
Massa
(kg)
11,94
11,787
D
(cm)
15,1
15,08
t
(cm)
29,77
29,83
Luas
(mm2)
17907,86352
17872,30266
P
(ton)
42
33
5
4.1.4.5 Analisis data
Silinder I
P
420000 N
'
F c= =
=23,45338401 MPa 23,46 MPa
A 17907,86352 mm2
Silinder II
P
330000 N
'
F c= =
=18,26432473 MPa 18,47 MPa
A 17872,30266 mm 2
ratarata=
23,46+18,47
=20,965 MPa
2
Pada silinder pertama, uji kuat tekan menunjukkan hasil 23,46 MPa.
Beton belum memenuhi kuat tekan yang direncakan yaitu 27 MPa, akan
tetapi telah mencapai batas kuat tekan yang direncanakan yaitu 20 MPa.
Penampakan beton dari luar baik, tidak menunjukkan adanya keropos.
Kegagalan beton mencapai kuat tekan yang direncakan dimungkinkan
karena proses pembuatan yang kurang teliti dan bleeding yang terjadi saat
pencetakan beton.
Pada silinder kedua, uji kuat tekan menunjukkan hasil yang lebih
kecil daripada silinser I yaitu sebesar 18,47 MPa. Beton belum memenuhi
kuat tekan yang direncakan yaitu 27 MPa. Penampakan beton dari luar
baik, tidak menunjukkan adanya keropos. Kegagalan beton mencapai kuat
tekan yang direncakan dimungkinkan karena proses pembuatan yang
kurang teliti. Dengan menggunakan bahan tambah kami berharap kuat
tekan menunjukkan hasil yang tinggi atau mencapai kuat tekan rata-rata
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan S1
Universitas Negeri Yogyakarta
58
yang direncakan akan tetapi kuat tekan beton lebih rendah dari kuat tekan
beton tanpa bahan tambah hal ini terjadi dimungkinkan karena bahan
tambah yang kami gunakan adalah bahan tambah yang kedaluwarsa.
4.2 Kuat Lentur
4.2.1 Beton tanpa bahan tambah
4.2.1.1 Tanggal pembuatan : 23 Maret 2015
4.2.1.2 Tanggal pengujian : 24 April 2015 (umur 32 hari)
4.2.1.3 Alat
:
- Jangka sorong
- Meteran
- Neraca
- Universal Testing Machine (UTM)
4.2.1.4 Bahan
:
- Balok beton berumur 32 hari
4.2.1.5 Cara pengujian
:
Mengambil benda uji dari tempat perendaman, beberapa hari sebelum
(L).
Melakukan uji lentur dengan UTM hingga benda uji patah, lalu
1
M = Momen ( 4 P. L)
Y=
1
h
2
1
3
I = Inersia ( 12 b . h )
4.2.1.6 Data hasil pengamatan
59
3. P. L
2.b . h2
=
4.2.2
3.2860.460
=4,0434 MPa
2.100 . 1002
60
3. P. L
2
2.b . h
3.3910.460
=2,600586869 MPa 2,6 MPa
2.96,1. 103,92
4.3 Kesimpulan
4.3.1 Rata-rata kuat tekan beton tanpa bahan tambah adalah 25,935 MPa, kurang dari
kuat tekan yang direncanakan (fcr) yaitu 27 MPa tetapi sudah bagus karena di atas
4.3.2
4.3.3
4.3.4
dalam range 10 15 %.
Kuat lentur beton dengan bahan tambah yaitu 2,6 MPa, tidak masuk kriteria karena
4.3.5
4.3.6 Beton memiliki kualitas yang kurang bagus karena kekuatan lebih kecil dari kuat
tekan yang direncanakan, namun pada beton tanpa bahan tambah masih dapat
digunakan karena sudah di atas 20 MPa atau fc yang direncanakan.