Rombongan 1
Kelompok 2
Penanggung jawab :
Fika Puspita
Gilang Respati N
(A1M012001)
(A1M012055)
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengawetan makanan dapat dilakukan dengan beberapa teknik baik yang
menggunakan teknologi tinggi maupun teknologi sederhana. Caranya pun
beragam dengan berbagai tingkat kesulitan. Namun inti dari pengawetan makanan
adalah suatu upaya untuk menahahan laju pertumbuham mikroorganisme pada
makanan. Teknik pengolahan dan pengawetan makanan itu ada beberapa cara,
yaitu: pendinginan, pengeringan, pengalengan, pengemasan, penggunaan bahan
kimia, penggunaan zat aditif (tambahan) dan pemanasan. Proses pengeringan
merupakan proses pangan yang pertama dilakukan untuk mengawetkan makanan.
Selain untuk mengawetkan bahan pangan yang mudah rusak atau busuk pada
kondisi penyimpanan sebelum digunakan, pengeringan pangan juga menurunkan
biaya dan mengurangi kesulitan dalam pengemasan, penanganan, pengangkutan
dan penyimpanan, karena dengan pengeringan bahan menjadi padat dan kering,
sehingga volume bahan lebih ringkas, mudah dan hemat ruang dalam
pengangkutan, pengemasan maupun penyimpanan. Disamping itu banyak bahan
pangan yang hanya dikonsumsi setelah dikeringkan, seperti teh, kopi, coklat dan
beberapa jenis biji-bijian.
Pengeringan merupakan salah satu cara pengawetan yang paling tua.
Lingkungan primitif melakukan pengeringan daging dan ikan sebelum catatan
sejarah dimulai. Pengeringan merupakan suatu metode untuk mengeluarkan atau
menghilangkan sebagian air dari suatu bahan menggunakan energi panas dengan
sengaja biasanya dengan cara menguapkan air, bertujuan untuk menurunkan kadar
air sampai batas mikroba dan kegiatan enzimatis tidak dapat menyebabkan
kerusakan yang berarti.
Udara merupakan medium yang dibutuhkan dalam pengeringan karena
udara memberikan panas pada bahan pangan, menyebabkan air menguap, dan
merupakan pengangkut uap air yang dibebaskan oleh bahan pangan yang
dikeringkan atau dapat dikatakan, udara yang dipanaskan menyediakan panas
untuk memenuhi kebutuhan panas sensible dan panas laten penguapan air dari
bahan. Dari sisi lain udara juga tidak membutuhkan biaya banyak juga mudah
digunakan.
Proses pengeringan merupakan salah satu penanganan bahan pangan untuk
menjaga pengawetan bahan pangan lebih lama. Proses pengeringan pada dasarnya
ditentukan oleh pengaturan suhu yang baik yang merupakan faktor terpenting
dalam pengawetan pangan dan mutu bahan pangan yang dihasilkan. Pada
Percobaan yang dilakukan, ada dua cara yang digunakan yaitu pengeringan
dengan sinar matahari dan pengeringan dengan menggunakan alat yaitu Cabinet
drier
B. Tujuan
Tujuan dari dari pratikum ini yaitu :
1. Mengetahui lama waktu pengeringan yang diperlukan pada saat laju
pengeringan konstan dan laju pengeringan menurun
2. Menentukan kadar air pada saat laju pengeringan konstan dan laju
pengeringan menurun
3. Menggambar kurva laju pengeringan bahan pangan
4. Mengetahui pengaruh blanching terhadap karakter sensoris bahan
segar dan produk ( warna, tekstur, rasa dan flavor)
5. Mengamati perbedaan karakter sensoris bahan segar dan produk
(warna, tekstur, rasa dan flavor) yang dikeringkan dengan metode
pengeringan yang berbeda
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
Hall (1957) menyatakan proses pengeringan adalah proses pengambilan
atau penurunan kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat laju
kerusakan biji-bijian akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan diolah.
Pengeringan adalah metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian
aiar dari suatu bahan dengan cara menguapkannya hingga kadar air
kesetimbangan dengan kondisi udara normal atau kadar air yang setara dengan
nilai aktivitas air (Aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis, dan
kimiawi. Sedangkan dehidrasi adalah proses pengeluaran atau penghilangan air
dari suatu bahan dengan cara menguapkannya hingga kadar air yang sangat
rendah mendekati nol.
Bahan pangan yang dikeringkan pada umumnya berubah warnanya
menjadi coklat. Perubahan warna tersebut disebabkan reaksi browning, baik
enzimatik maupun non-enzimatik. Reaksi browning non-enzimatik yang paling
sering terjadi adalah reaksi antara asam amino dan gula reduksi. Reaksi asam
asam amino dengan gula pereduksi dapat menurunkan nilai gizi protein yang
terkandung di dalamnya. (Winarno et al., 1993). Beberapa klasifikasi alat
pengering yang dapat digunakan antara lain: pengering tekanan atmosfer dan
pengering vakum. Pada pengeringan tekanan atmosfer panas yang diperlukan
untuk penguapan biasanya ditransfer dengan aliran udara yang disirkulasikan,
yang juga menampung dan membawa air yang diuapkan. Sedangkan dalam
pengering vakum bahan yang dikeringkan harus diletakkan dalam ruang tertutup
dan panas untuk penguapan ditransfer dengan cara radiasi atau konduksi dari
permukaan yang panas. Berdasarkan sistem pengumpanan bahan, pengering
diklasifikasikan menjadi pengering kontinue dan pengering tipe batch. Pengering
kabinet atau yang biasa disebut dengan tray dryerdapat dikelompokkan sebagai
pengering batch konveksi udara yang biasanya ditunjukkan untuk operasi kecil
(Wirakartakusumah,et.al,.1992).
tepat dari factor diatas dapat menyebabkan case hardening yaitu suatu
keadaan dimana bagian permukaan bahan telah sangat kering sedangkan
bagian dalam bahan masih basah. Hal ini terjadi apabila penguapan air pada
pemukaan bahan jauh lebih cepat daripada difusi air dari dalam bahan menuju
permukaan.
Jenis pengeringan pengering buatan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu:
a. Pengeringan Adiabatik
Merupakan pengeringan dimana panas dibawa ke alat pengering
oleh udara panas. Udara yang telah dipanaskan memberi panas pada bahan
Pengering cabinet
Pengering ini terdiri dari suatu ruangan dimana rigen-rigen utuk
produk yang dikeringkan dapat diletakkan didalannya. Didalam
pengering yang berukuran besar, rigen-rigen pengering disusun diatas
kereta untuk mempermudah penanganannya; dalam unit yang
berukuran kecil, rigen-rigen pengering dapat disusun diatas suatu
penyangga yang tetap didalam pengering tersebut. Udara dihembuskan
dengan menggunakan kipas angin melalui suatu pemanas dan
kemudian menembus rigen-rigen pengering yang berisi bahan. Pada
umumnya pengering ini digunakan untuk penelitian dehidrasi sayuran
dan buah-buahan dalam laboratorium.
Selain pengering cabinet juga ada bed dryer, air lift dryer, maupun
vertical down flow concurrent dryer.
b. Pengeringan isothermik
Merupakan pengeringan pengeringan yang didasarkan atas adanya
kontak langsung antara bahan pangan dengan lembaran logam yang panas.
Pengering yang termasuk kelompokini ialah; drum dryer, shelf dryer, dan
continous vacuum dryer.
C. Pengeringan Secara Pembekuan (Freeze Drying)
Pada pengeringan ini digunakan prinsip sublimasi, dimana bahan
pangan dibekukan terlebioh dulu dan air dikeluarkan dari bahan secara
sublimasi dalam kondisi tekanan vakum. Jadi langsung dari bentuk padat
menjadi gas atau uap, dan proses ini dilakukan dalam vakum (tekanan < 4
mmHg). Suhu yang digunakan pada system ini adalah sekitar (-10oC),
sehingga kemungkinan kerusakan kimiawi maupun mikrobiologis dapat
dihindari. Hal ini menyebabkan hasil mempunyai citarasa tetap dan rehidrasi
yang baik.
Proses
pemindahan
berlangsung
sampai
terjadi
dapat dipraktekkan secara luas, karena beberapa daerah yang sesuai untuk
pemukiman dan mengusahakan pertanian memiliki kondisi cuaca yang tidak
baik (Desrosier, Norman W, 1988).
Menurut Earle (1982), pengeringan bahan pangan dapat diartikan sebagai
proses pemisahan air dari suatu bahan pangan dengan maksud untuk
mengawetkan bahan pangan dalam penyimpanan. Kadar air bahan dalam proses
pengeringan diturunkan sampai kesuatu tingkat yang memungkinkan untuk dapat
menahan atau menghambat pertumbuhan mikroba atau reaksi lainnya. Tujuan lain
dari pengeringan adalah mengurangi volume produk sehingga akan meningkatkan
efisiensi dalam pengangkutan maupun penyimpanan dari produk yang
bersangkutan. Jadi pengeringan bahan pangan adalah merupakan salah satu unit
operasi
yang
penting
dalam
proses
pengolahan
bahan
pangan.
Beberapa tipe pengering digunakan untuk bahan padat. Dalam hal ini bahan
pangan dikeringkan dalam baki, pada ban berjalan atau pada rak tanpa wadah.
Sedangkan spray dryer dan drum dryer hanya bisa digunakan untuk pengeringan
bahan berbentuk cair. Klasifikasi lain alat pengering adalah pengering tekanan
atmosfer dan pengering vakum.
Dalam pengeringan tekanan atmosfer panas yang diperlukan untuk
penguapan biasanya ditransfer dengan aliran udara yang disirkulasikan, yang juga
menampung dan membawa air yang diupkan. Dalam pengeringan vakum bahan
yang dikeringkan harus diletakan dalam ruang tertutup dan panas untuk
penguapan ditransfer dengan cara radiasi atau konduksi dari permukaan yang
panas. Berdasarkan sistem pengumpanan bahan, pengering diklasifikasikan
menjadi
pengering
kontinyu
dan
pengering
tipe
batch.
Karena proses utama dalam pengeringan adalah penguapan air dari bahan pangan,
maka perlu terlebih dahulu diketahui karakteristik hidratasi yaitu sifat-sifat bahan
pangan yang meliputi interaksi antara bahan tersebut dengan molekul air yang
dikandungnya, molekul air di udara sekitarnya serta faktor-faktor yang
mempengaruhi sifat-sifat tersebut.
Menurut Taib et al.,(1988), dasar proses pengeringan adalah terjadinya
penguapan air ke udara karena perbedaan kandungan udara lebih sedikit atau
dengan kata lain udara mempunyai kelembaban nisbi yang rendah, sehingga
terjadi penguapan selama proses pengeringan, energi yang diterima oleh bahan
digunakan untuk menaikkan suhu bahan dan menguapkan sejumlah air dari bahan.
Panas yang digunakan untuk menaikkan suhu bahan disebut panas sensible,
sedangkan panas yang digunakan untuk menguapkan sejumlah air dari bahan
disebut panas laten (Heldman and Singh, 1981). Besarnya panas sensible dapat
dihitung dengan terlebih dahulu mengetahu besarnya panas spesifik bahan serta
besarnya perubahan suhu bahan yang terjadi selama proses pengeringan.
Panas spesifik (Cp) bahan dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
Dickerson (1969) yaitu: Cp = 1.675 + 0.025 (kadar air).
Beberapa keuntungan dari pemakaian teknologi pengeringan pada sayur
dan buah antara lain: bahan menjadi lebih awet, volume bahan menjadi lebih kecil
sehingga mempermudah dan menghemat ruang pengangkutan dan pengepakan,
berat bahan juga menjadi berkurang sehingga memudahkan pengangkutan,
dengan demikian diharapkan biaya produksi menjadi lebih murah. Sedangkan sisi
kerugiannya antara lain: terjadinya perubahan sifat fisis seperti pengerutan,
perubahan warna, kekerasan dan sebagainya. Perubahan kualitas kimia antara
lain : penurunan kandungan vitamin C maupun terjadinya pencoklatan demikian
pula kualitas organoleptisnya (Susanto, 1994). Tujuan dari pengeringan adalah
1. Daya simpan bahan lebih lama karena kadar air dalam bahan relatif lebih
rendah sehingga kerusakan enzim maupun mikroorganisme dapat lebih
ditekan.
2. Dapat dihasilkan produk yang bernilai ekonomis lebih tinggi.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
1. Alat
- Dandang
- Loyang
- KompoR
- Pisau
- cabinet dryer
- cawan
- oven
- desikator
2. Bahan
- Buah nanas
- Apel
- Jambu biji
3. Perlakuan : Bahan setelah dikupas sebagian di blanching dan sebagian
tanpa blancing. Kemudian masing-masing perlakuan :
a. Dikeringkan dengan panas matahari
b. Dikeringkan dengan cabinet dryer
B. Prosedur
Prosedur Pengeringan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Bahan
Jenis perlakuan
Waktu pengeringan
(jam)
Blanching, cabinet (konstan)
23,29
(menurun)
50
10,5
(konstan)
8,50498
(menurun)
50
94
28,155
0,32
43,41
53,5
60,15
Blanching, sun
Nanas
Nanas Nonblanching
70
60
50
40
Cabinet nonblanching
kadar air 30
Sun nonblanching
20
10
0
0
20
40
60
80 100
waktu (jam)
Nanas Blanching
25
20
kadar air
15
Cabinet Blanching
10
Sun Blanching
5
0
0
10 20 30 40 50 60
waktu (jam)
Jenis perlakuan
Lama
pengeringan
(jam)
2
4
6
8
Total
2
28,155
2
39,8
4
6
8
1,445
1,04
1,125
43,41
Total
0,255
0,205
0,32
76,53
60,15
60,15
Jenis Perlakuan
Blanching, Cabinet
drying
Lama
Pengeringan
(menit)
2
4
6
Total
2
2
5
7
10,5
10,5
5
5
Bahan
Perlakuan
Non
blanching
Nanas
Metode
pengeringa
n
Warna
Aroma
Rasa
Tekstur
Sun drying
Coklat
kekuninga
n
Harum
Agak
enak
Agak
keras
Cabinet
dryng
Coklat
Harum
Sun drying
Coklat
Agak
Harum
Agak
enak
Agak
Enak
Agak
keras
Agak
Keras
Coklat
Agak
Agak
kekuninga
Enak
Harum
Keras
n
Tabel uji sensoris untuk perlakuan nanas non blanching, cabinet dryer.
Blanching
Cabinet
drying
Tabel uji sensoris untuk perlakuan nanas non blanching, cabinet dryer
dengan Panelis
Panelis
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah
Rata-rata
Warna
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
39
3,9
Aroma
3
2
3
3
2
4
2
2
3
3
27
2,7
Tekstur
1
2
1
2
2
3
2
2
2
2
19
1,9
Rasa
3
3
2
2
1
2
3
3
3
2
22
2,2
Keterangan
Warna
1.
2.
3.
4.
5.
Kuning
Kuning kecoklatan
Cokelat kekuningan
Cokelat
Sangat cokelat
Aroma
1.
2.
3.
4.
Tidak harum
Agak harum
Harum
Sangat harum
Rasa
1.
2.
3.
4.
Tidak enak
Agak enak
enak
Sangat enak
Tekstur
1.
2.
3.
4.
Tidak keras
Agak keras
keras
Sangat keras
Sun drying
Cabinet
drying
Nanas
(blanching
42,7151 gram
34,71 gram
42,5904 gram
50,239 gram
60,22 gram
49,3708 gram
)
Nanas (non
blanching)
Perhitungan
Cabinet
drying
34,2442
gram
58,6899
gram
Non Blanching
B. Pembahasan
Proses pengeringan adalah proses pengambilan atau penurunan kadar air
sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan biji-bijian
akibat aktivitas biologis dan kimia sebelum bahan diolah. Pengeringan adalah
metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian aiar dari suatu bahan
dengan cara menguapkannya hingga kadar air kesetimbangan dengan kondisi
udara normal atau kadar air yang setara dengan nilai aktivitas air (Aw) yang aman
dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis, dan kimiawi.
Pada praktikum kali ini, pengeringan dilakukan dengan dua metode, yaitu
pengeringan secara alami dengan menggunakan (sun drying) sinar matahari atau
penjemuran dan pengeringan buatan dengan menggunakan alat pengering cabinet
(cabinet drying). Alat ini terdiri dari suatu ruangan dimana didalamnya berisi rakrak yang digunakan sebagai tempat bahan yang akan dikeringkan. Bahan
diletakkan diatas rak yang terbuat dari logam dengan alas yang berlubang-lubang.
Kegunaan lubang-lubang tersebut yaitu untuk mengalirkan udara panas dan uap
air (Gunarif, 1987). Sample yang ada di berikan beberapa perlakuan yang berbeda
yaitu :
1. Nanas di blanching terlebih dahulu kemudian di lakukan pengeringan dengan
metode sun drying.
2. Nanas di blanching terlebih dahulu kemudian dilakukan pengeringan dengan
cabinet dryer.
3. Nanas non blanching terlebih dahulu kemudian dilakukan pengeringan
dengan metode sun drying.
4. Nanas non blanching terlebih dahulu kemudian dilakukan pengeringan
dengan cabinet dryer.
telah di blanching akan mengalami pengurangan kadar air. Ada beberapa fungsi
blancing antara lain:
1. Untuk destruksi aktivitas enzim dalam buah sebelum prosesing lebih lanjut.
2. Mengurangi jumlah mikrobia kontaminan pada makanan.
3. Freezing tidak mengurangi jumlah mikrobia dalam makanan yang tidak
diblanching, dan mikrobia ini dapat tumbuh waktu thawing sehingga
blanching diperlukan.
4. Blanching dapat mengempukkan jaringan sayuran sehingga dapat membantu
filling.
5. Dapat menghilangkan udara-udara dalam ruang interseluler yang membantu
dalam pembentukan vacuum.
6. Merusak jaringan turgiditas sel yang mengakibatkan jaringan lebih permeable
dan proses pengeringan dapat lebih cepat.
mempunyai kelemahan, yakni bobot basah bahan selalu berubah ubah setiap
saat.
Berdasarkan hasil kalkulasi yang telah dilakukan dengan rumus :
Kadar Air = berat yang hilang selama pemanasan X 100 %
berat sampel
Di dapatkan jumlah kadar air konstan yang hilang pada nanas blanching yang
di keringkan dengan sun drying sebanyak 8,50498%, kadar air menurun yg hilang
pada nanas blanching yang dikeringkan dengan sun drying sebanyak 5 % , kadar
air konstan pada nanas blanching yang dikeringkan dengan cabinet drying
sebanyak 23,29%, dan kadar air menurun pada nanas blanching yang dikeringkan
dengan cabinet drying sebanyak 10,5%. Kadar air konstan untuk nanas non
blanching yang dikeringkan dengan cabinet drying sebanyak 28,155%, kadar air
menurun untuk nanas non blanching yang dikeringkan dengan cabinet drying
sebanyak 76,53%, kadar air konstan nanas non blanching yang dikeringkan
dengan sun drying sebanyak 43,41%, dan kadar air menurun pada nanas non
blanching yang dikeringkan dengan sun drying sebanyak 60,15%
Pada pengeringan, suhu udara mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
kecepatan perpindahan uap air, oleh karena suhu ini mengatur tekanan uap jenuh
air dan juga suhu ini melengkapi gaya tarik suhu yangf memindahkan panas untuk
menguapkan air. Peningkatan kecepatan dan suhu udara akan menyebabkan
peningkatan peningkatan laju pengeringan seperti yang diperkirakan oleh
persamaan standar. Lebih lanjut lagi, bertambah tinggi kecepatan udara akan
menolong perpindahan uap air daerah bagian atas bahan padat yang dikeringkan.
Suhu dibatasi oleh kemungkinan kerusakan bahan pangan oleh suhu tinggio, atau
oleh ketentuan-ketentuan praktis seperti kemampuan uap pada tekanan yang pasti
( Earle, R.C.1969 ). Maka dari itu, demi pertimbangan standar zat gizi pemanasan
dianjurkan tidak lebih dari 85 C ( Suharto,1991 ).
Keseimbangan tekanan uap diatas suatu bahan pangan ditentukan tidak
saja oleh suhu, akan tetapi juga oleh kandungan air bahan pangan tersebut. Cara
air tersebut terikat oleh bahan pangan dan oleh adanya kandungan yang larut di
dalam air. Di bawah pengaruh tekanan uap tertentu, bahan pangan mempunyai
kandungan uap air dalam keadaan keseimbangan dengan keadaan sekelilingnya
dan keseimbangan ini disebut keseimbangan kadar auai air bahan pangan tersebut.
Laju pengeringan akan menurun apabila kandungan uap air akan menurun, dengan
air yang tertinggal akan terikat bertambah kuat apabila jumlahnya berkurang
(Earle, R L. 1969.)
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeringan ada dua golongan, yaitu:
1. Faktor yang berhubungan dengan udara pengering, yaitu suhu, kecepatan
volumetric aliran udara pengering dan kelembaban udara.
2. Faktor yang barhubungan dengan sifat bahan yang dikeringkan, yaitu
ukuran bahan, kadar air awal, dan tekanan parsial di dalam bahan.
(Tjahjadi, C., 2011).
Maka dari itu proses pengeringan disebut sebagai metode pengawetan yang
tertua di dunia, karena pengeringan selain bertujuan untuk mengawetkan bahan
pangan juga untuk mencegah kerusakan pada bahan pangan yang memiliki kadar
air yang cukup tinggi. Sehingga proses pengeringan sangatlah penting dilakukan
dalam proses pengolahan bahan pangan dan hasil pertanian lainnya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum pengeringan kali ini sebagai berikut :
1. Waktu yang digunakan untuk pengeringan dengan cabinet drying non
blanching selama 480 menit sedangkan cabinet drying dengan blanching
selama 360 menit. Akan tetapi untuk pengeringan alami ( sun drying ),
waktu yang diperoleh hampir sama dan tidak terlamapau jauh seperti
cabinet drying, pada nanas non blanching juga butuh 480 menit,
sedangkan pada nanas blanching 420 menit. Waktu pengeringan bahan
yang telah di blanching relatif lebih cepat di banding bahan yang di
keringkan secara non blanching terlebih dahulu, dikarenakan selama
proses steam blanching bahan telah mengalami pengurangan kadar air.
2. Kadar air pada metode Blanching saat laju pengeringan constan (Sun
Drying = 8,5%. Cabinet Drying =23,29) pengeringan menurun (Sun
Drying = 5%. Cabinet Drying =10,5%) Sedangkan kadar air pada
metode nonblanching saat laju pengeringan constan (Sun Drying =
1,125%. Cabinet Drying = 28,155%) pengeringan menurun (Sun Drying
= 60,15%. Cabinet Drying =0,32%)
3.
Nanas Blanching
30
kadar air
20
Cabinet
Blanching
10
Sun Blanching
0
0 20 40 60
waktu (jam)
Nanas Nonblanching
100
kadar air
Cabinet
nonblanching
50
0
0
Sun
nonblanching
50 100
waktu (jam)
4. Perubahan sifat sensoris yang dihasilkan berupa warna, aroma, rasa, dan
tekstur. Pada nanas blanching yang di keringkan dengan sun drying,
warna yang di hasilkan coklat, aroma agak harum seperti nanas, agak
enak, tekstur yang dihasilkan agak keras tetapi tidak renyah. Nanas
blanching yang di keringkan dengan cabinet dryer, warna yang di
hasilkan coklat kekuningan, agak aroma harum seperti nanas, rasa enak ,
sedikit pahit dan tekstur yang di hasilkan agak keras.
keras. Pada nanas non blanching yang di keringkan dengan sun drying,
warna yang di hasilkan coklat kekuningan, aroma harum nanas, rasa agak
enak, tekstur yang dihasilkan agak keras. Nanas nonblanching yang di
keringkan dengan cabinet dryer, warna yang di hasilkan lebih coklat
dibanding sun drying, aroma harum nanas, rasa agak enak, dan tekstur
yang di hasilkan sedikit keras.
5. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa warna buah nenas yang
sebelum dikeringkan diblanching terlebih dahulu baik sun drying
maupun cabinet drying berwarna cokelat, sedangkan pada nanas
nonblanching pada sun drying berwarna cokelat kekuningan dan pada
cabinet drying berwarna cokelat. (Padahal blanching tidak menyebabkan
terjadinya reaksi karamelisasi dan reaksi mailard, nanas yang dilakukan
blanching permukaannya masih tetap halus, sedangkan nanas yang tidak
dilakukan blanching permukaannya menjadi kasar, sedangkan rasa dan
flavornya tidak banyak berubah hanya rasa dan flavornya bekurang).
Namun karena kesalahan saat blanching terjadi maka nanas blanching
tersebut baik dari sun drying maupun cabinet drying berwarna cokelat
dan kasar.
B. Saran
1. Blanching harus dilakukan dengan tepat, karena apabila tidak tepat maka
akan terjadi kerusakan yang terlalu dini sebelum dikeringkan, seperti
jaringan bahan pangan akan rusak karena penggunaan panas yang tidak
tepat dan tidak menginaktifkan enzim yang menyebabkan bercampurnya
enzim dengan substrat dan apabila terjadi over blanching maka akan
terjadi kerusakan pada pigmen warna dan bentuk fisik bahan pangan
tersebut, karena panas terlalu tinggi sehingga jaringan pada bahan akan
rusak parah.
2. Hati-hati pada bahan yang akan ditimbang khususnya pada saat
pemindahan bahan dari desikator ke timbangan elektrik, karena jika
jaraknya terlalu jauh sangat dimungkinkan bahan yang sudah kering
tersebut dapat menyerap air kembali dari udara sehingga hasilnya tidak
akurat lagi.
3. Penambahan kipas angin pada laboratorium agar praktikan dan asisten
praktikum tidak kegerahan dan nyaman selama proses praktikum
berlangsung
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran
Nanas Blanching
bahan diblanching
setelah di blanching
berat cawan
setelah di iris