NIFAS PATOLOGIS
Oleh:
Anggi Yuwita
105070203111003
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih dari enam
minggu (Saleha, 2009).
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati, 2010). Ada
4 masalah utama yaitu: perdarahan post partum, infeksi masa nifas,
tromboemboli, depresi pasca persalinan. Hal yang sama diungkapkan oleh
Saifuddin (2008), nifas adalah masa yang dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini
terjadi perubahan-perubahan fisiologi, yaitu:
a. Perubahan fisik
b. Involusi uterus dan pengeluaran lokhea
c. Laktasi atau pengeluaran air susu ibu
d. Perubahan sistem tubuh lainnya
e. Perubahan psikologi
2. KLASIFIKASI MASA NIFAS
Nifas dapat dibagi dalam 3 periode :
a. Puerperium dini yaitu masa pemulihan
dimana
dimana
ibu
telah
terutama bila
ibu
selama hamil
atau
waktu
persalinan
mempunyai komplikasi.
3. PERUBAHAN YANG TERJADI PADA MASA NIFAS
a. Proses Adaptasi Fisik
Akhir dari persalinan, hampir seluruh sistem tubuh mengalami
perubahan secara progresif. Semua perubahan pada ibu postpartum perlu
dimonitor
oleh
perawat,
untuk
menghindari
terjadinya
komplikasi.
obat-obat
anestesi
umum
selama
proses
2) Sistem Cardiovaskuler
Selama masa kehamilan dan persalinan sistem cardiovaskuler
banyak mengalami perubahan antara lain :
a) Cardiak Output
Penurunan
cardiac
output
menyebabkan
bradikardi
(50-
cepat
mengindikasikan
adanya
perdarahan,
kecemasan,
kompensasi
resistensi vaskuler
pertahanan
sebagai
akibat
tubuh
untuk
peningkatan
menurunkan
tekanan vena.
pada
early
postpartum
hingga
nilainya
mencapai
klien
dengan
postpartum
seksio
sesarea
biasanya
serta
mobilitas
klien.
Sehingga
berpengaruh
pada
persalinan
behubung
lepasnya
plasenta
dan
sumber
pembentukan
endometrium
baru.
Proses
persalinan
dengan
seksio
sesarea
tidak
terdapat
Lochea Rubra
Keluar pada hari pertama sampai hari ketiga postpartum. Warna
merah terdiri dari darah, sel-sel desidua, vernik caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium dan sisa-sisa selaput ketuban.
Lochea Serosa
Lochea Alba
Berwarna putih kekuningan, tidak mengandung darah, berisi sel
leukosit, sel-sel epitel dan mukosa serviks. Dimulai pada hari ke-10
sampai minggu ke 2-6 postpartum (Cuningham, 1995).
Perdarahan
lochea
menunjukan
keadaan
normal.
Jika
persarafan
pada
klien
postpartum
biasanya
tidak
kehamilan
sering
hilang
setelah
Pertumbuhan
rambut
yang
berlebihan
terlihat
selama
kehamilan
sampai
akhir.
Ibu
perlu
bicara
tentang
dirinya
sendiri.
Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase ini seperti rasa mules,
nyeri pada jahitan, kurang tidur dan kelelahan merupakan sesuatu yang
tidak dapat dihindari. Hal tersebut membuat ibu perlu cukup istirahat
untuk mencegah gangguan psikologis yang mungkin dialami, seperti
mudah tersinggung, menangis. Hal ini membuat ibu cenderung menjadi
lebih
menonjol
sebagai
penyebab
kematian
dan
morbiditas
ibu
bagian:
(Lowdermilk, 2005).
3. ETIOLOGI
berkontraksi
baik.
Namun,
perdarahan
masih
belum
melewati pintu panggul bawah dengan ukuran yang lebih besar daripada
sirkumferensia suboksipito bregmatika.
f.
Retensio Placenta
Retensio Placenta adalah belum lahirnya placenta 30 menit setelah
anak lahir. Tidak semua retensio placenta menyebabkan terjadinya
perdarahan. Apabila terjadi perdarahan, maka placenta dilepaskan secara
manual lebih dulu.
Hematoma
Hematoma yang biasanya terdapat pada daerah-daerah yang
mengalami laserarasi atau atau pada daerah perineum.
4. FAKTOR RESIKO
Riwayat
perdarahan
postpartum
pada
persalinan
sebelumnya
Paritas
Paritas sering dikaitkan dengan resiko perdarahan postpartum. Namun
hingga sekarang, berbagai laporan studi tidak bisa membuktikan bahwa
multiparitas berhubungan dengan PPH. Studi yang meloprkan hubungan
tersebut juga gagal untuk mengendalikan factor pengganggu lain seperti
usia ibu.
Penyakit Medis
Beberapa penyakit yang diderita ibu selama kehamilan berhubungan
erat dengan PPH. Diantaranya adalah DM tipe II, penyakit jaringan
terjadinya PPH.
Janin Besar
Ibu yang mengandung janin lebih dari 4kg memiliki kemungkinan besar
untuk mengalami PPH. Hal ini diperkuat oleh beberapa penelitian di
mancanegara.
Kehamilan Kembar
Secara konsisten penelitian menunjukkan bahwa ibu yang hamil kembar
memiliki 3-4x kemungkinan untuk mengalami PPH.
Fibroid
Fibroid membuat ibu mempunyai resiko mengalami PPH. Namun
demikian resiko terjadinya PPH lebih tinggi pada persalinan sesar
dibandingkan persalinan pervaginam.
Induksi Persalinan
Metaanalisis menunjukkan bahwa induksi persalinan yang berkaitan
dengan perdarahan post-partum. Resiko terjadinya perdarahan adalah
1,5 hingga 1,7 kali dibandingkan tanpa induksi. Induksi yang telah diteliti
meningkatkan
perdarahan
post-partum
adalah
induksi
yang
lebih dari 3 jam. Dengan demikian persalinan dengan kala II lama perlu
mengantisipasi lebih awal akan terjadinya PPH. Pada umur kehamilan
berapapun, perdarahan semakin meningkat bila durasi kala III
meningkat dengan puncaknya 40 menit. Resiko relatifnya berkisar
antara 2,1 hingga 6,2 dan semakin tinggi bila kala III berlangsung
semakin lama. Titik potong PPH terjadi pada lama kala tiga lebih daari
18 menit.
Analgesia
Studi retrospektif menunjukkan bahwa penggunaan anestesi epidural
berkaitan dengan perdarahan intrapartum, sedangkan perdarahan post
partum meningkat resikonya menjadi 1,6 kali. Namun demikian bila
diperlukan operasi sesar maka analgesia regional menimbulkan
ini
belum
definitif
mengingat
berbagai
faktor
perlu
5. MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala
- Uterus tidak berkontraksi dan lembek
- Perdarahan segera setelah anak lahir
(Perdarahan Pascapersalinan Primer
atau P3)
Penyulit
Diagnosa
- Syok
Atonia uteri
- Bekuan darah pada serviks
keluar
- Pucat
- Menggigil
- Lemah
Robekan jalan
lahir
Retensio
traksi berlebihan
- Inversio uteri akibat tarikan
- Perdarahan lanjutan
plasenta
Tertinggalnya
sebagian
lengkap
- Perdarahan segera (P3)
- Uterus tidak teraba
- Lumen vagina terisi massa
- Tampak tali pusat (jika plasenta belum
-
lahir)
Perdarahan segera (P3)
Nyeri sedikit atau berat
Sub-involusi uterus
Nyeri tekan perut bawah
Perdarahan lebih dari 24 jam setelah
plasenta
- Syok neurogenik
- Pucat dan limbung
Inversio uteri
- Anemia
- Demam
Perdarahan
terlambat
Endometriti
s atau sisa
P2S.
- Perdarahan bervariasi (ringan atau
plasenta
(terinfeksi
atau tidak)
- Syok
- Nyeri tekan perut
- Denyut nadi ibu cepat
Robekan
dinding uterus
(ruptura uteri)
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal.
Kadar hemoglobin di bawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil
b. Penatalaksanaan Khusus
1) Atonia uteri
rektal.
Bila traksi terkontrol gagal melahirkan plasenta, lakukan manual
3) Plasenta inkaserata
kuat,
tetapi
siapkan
infus
fluothane
atau
eter
untuk
melahirkan plasenta.
Pasang spekulum Sims sehingga ostium dan sebagian plasenta
tampak jelas.
Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4 dan 8 dan lepaskan
speculum
Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat dan plasenta tampak
jelas.
Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta disisi
berlawanan agar dapat dijepit sebanyak mungkin, minta asisten untuk
4) Ruptur uteri
rujukan.
Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan
5) Sisa plasenta
setelah dilahirkan.
Berikan antibiotika karena kemungkinan ada endometriosis.
Lakukan eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan
bekuan darah atau jaringan, bila serviks hanya dapat dilalui oleh
perdarahan.
Lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan antiseptic.
Jepit dengan ujung klem sumber perdarahan kemudian ikat dengan
7) Robekan serviks
Sering terjadi pada sisi lateral, karena serviks yang terjulur akan
mengalami robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala
bayi.
Bila kontraksi uterus baik, plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi
perdarahan banyak maka segera lihat bagian lateral bawah kiri dan
kanan porsio.
Jepitan klem ovum pada kedua sisi porsio yang robek sehingga
perdarahan dapat segera di hentikan, jika setelah eksploitasi
lanjutkan tidak dijumpai robekan lain, lakukan penjahitan, jahitan
dimulai dari ujung atas robekan kemudian kearah luar sehingga
infeksi.
Bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi dan bila kadar Hb dibawah
8 gr% berikan transfusi darah
9. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Identitas
Sering terjadi pada ibu dengan riwayat multiparitas pada usia dibawah
20 tahun dan diatas 35 tahun.
2) Keluhan Utama
Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, keluar keringat dingin,
kesulitan bernafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
3) Riwayat riwayat
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal kronik, hemofilia,
riwayat preeklampsia, trauma jalan lahir, kegagalan kompresi
terjadi penurunan
tekanan
darah
(hipotensi),
bibir
kering,
takikardi,
gangguan
Genitalia
Keluar darah dari vagina, lochea dalam jumlah lebih dari 500cc, dan
terdapat robekan serviks.
6) Pemeriksaan Penunjang
Intervensi
INTREVENSI
1. Tinjau ulang catatan kehamilan dan
RASIONAL
1. Membantu dalam membuat rencana
komplikasi.
2. Perlu untuk infus cepat atau multipel
mencegah pembukuan.
Intervensi
INTERVENSI
1. Perhatikan Hb/Ht sebelum dan setelah
kehilangan darah. Kaji status nutrisi, tinggi
RASIONAL
1. Nilai bandingan membantu
menentukan beratnya kehilangan
kekurangan oksigen.
2. Luasnya keterlibatan hipoofisis dapat
durasi hipotensi.
3. Perubahan sensorium adalah indikator
perubahan perilaku.
4. Berikan terapi oksigen sesuai kebutuhan.
indikasi.
3) Ansietas yang berhubungan dengan krisis situasi, ancaman perubahan
pada status kesehatan atau kematian, transmisi/penularan antar pribadi,
respon fisiologis (pelepasan katekolamin).
Tujuan : setelah tindakan keperawatan selama 1x24 jam klien dapat
mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan
perasaan cemas berkurang atau hilang.
Kriteria Hasil
Intervensi
INTERVENSI
1. Evaluasi respon psikologis serta
RASIONAL
1. Membantu dalam membentuk rencana
kesalahan konsep.
2. Evaluasi respons fisiologis pada
memperberat ansietasnya.
2. Meskipun perubahan pada tanda vital
faktor-faktor psikologis.
mendukung.
3. Berikan infofmasi tentang modalitas
tindakan dan keefektivan intervensi.
INFEKSI NIFAS
1. DEFINISI
Menurut Krisnadi (2005), infeksi nifas adalah infeksi jalan lahir pasca 2.
persalinan,biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam nifas
juga disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks kejadian infeksi nifas.
Demam dalam nifas selain oleh infeksi nifas juga dapat disebabkan oleh pielitis,
infeksi jalan pernafasan, malaria, dan tifus.
Infeksi peurperalis adalah semua peradangan yang disebabkan oleh
masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genetalia pada waktu persalinan
dan nifas (Prawiroharjo,2005). Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus
genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai kenaikan suhu sampai 38 derajat
selsius atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pasca persalinan,
dengan mengecualikan 24 jam pertama. Istilah infeksi nifas mencakup semua
peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat
genital pada waktu persalinan dan nifas. Infeksi nifas adalah infeksi luka jalan
lahir pascapersalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta.
Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas maka demam
dalam nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam dalam nifas
sering juga disebut morbiditas nifas dan merupakan indeks kejadian nifas
(Sastrawinata, 2004).
2. KLASIFIKASI
a. Infeksi Payudara
Mastitis
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara.
Pada infeksi yang berat atau tidak diobati, bisa terbentuk abses
payudara (penimbunan nanah di dalam payudara).
Abses Payudara
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi
apabila mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga memperberat
infeksi.
b. Infeksi Parineal
senggama
waktu
bersalin,
sehingga
luka
terasa
nyeri
dan
seperti muntah.
Peritonitis
Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat
juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis
pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis
pelvika
mengeluarkan
nanahnya
ke
rongga
peritoneum
dan
menyebabkan peritonitis.
Tromboflebitis
Tomboflebitis merupakan inflamasi permukaan pembuluh darah disertai
pembentukan pembekuan darah. Tomboflebitis cenderung terjadi pada
periode pasca partum pada saat kemampuan penggumpalan darah
meningkat akibat peningkatan fibrinogen; dilatasi vena ekstremitas
bagian bawah disebabkan oleh tekanan keopala janin gelana kehamilan
dan persalinan; dan aktifitas pada periode tersebut yang menyebabkan
Berkelanjutan-perkontinuitatum
Melalui pembuluh darah
Melalui pembuluh limfa
Penyebaran melalui bekas implantasi plasenta
Sedangkan dalam Krisnadi (2005), secara ikhtisar cara penjalaran infeksi
4. ETIOLOGI
Mikroorganisme penyebab infeksi puerperalis dapat berasal dari luar
(eksogen) atau dari jalan lahir penderita sendiri (endogen). Mikroorganisme
endogen lebih sering menyebabkan infeksi. Mikroorganisme yang tersering
menjadi penyebab adalah golongan streptokokus, basil koli, dan stafilokokus.
Mikroorganisme
eksogen
antara lain
Clostridium
welchii,
Gonococcus,
FAKTOR PREDISPOSISI
6.
PATOFISIOLOGI
Terjadinya infeksi kala nifas adalah sebagai berikut:
Manipulasi penolong terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang
dipakai kurang steril.
Infeksi yang didapat di rumah sakit (nosokomial).
Hubungan seks menjelang persalinan.
Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah
lebih dari enam jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (fokal infeksi).
Trauma persalinan, infeksi nosokomial
Daerah bekas insersio plasenta
Kuman tumbuh dalam tubuh wanita (serviks,vulva,perineum)
lokhea
berbau busuk
Infeksi Postpartum
Peningkatan
suhu tubuh
Merangsang
pegeluaran
mediator kimia
Demam tinggi
Takikardi
Anoreksia
Mual, muntah
Nutrisi kurang
dari kebutuhan
7.
MANIFESTASI KLINIS
Gambaran klinis infeksi nifas dapat dalam bentuk (Manuaba, 2008):
a. Infeksi lokal
1) Pembengkakan luka episiotomy
2) Terjadi penanahan
3) Perubahan warna lokal
4) Pengeluaran lokea bercampur nanah
5) Mobilitas terbatas karena rasa nyeri
6) Temperatur badan dapat meningkat
b. Infeksi umum
1) Tampak sakit dan lemah
2) Temperatur meningkat di atas 39C
3) Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat
4) Pernafasan dapat meningkta dan terasa sesak
5) Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma
6) Terjadi gangguan involusi uterus
7) Lokea berbau dan bernanah serta kotor
Infeksi Payudara
teraba hangat
Nipple discharge (keluar cairan dari puting susu, bisa mengandung
nanah)
Pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena
Bendungan ASI
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara
penuh terasa panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak
kemerahan.
ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang
terbendung membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu
Infeksi Parineal
Infeksi Uterus
Endometritis (Lapisan dalam rahim)
Tanda dan gejalanya akan berbeda bergantung dari asal infeksi,
sedikit demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah dan
kadang-kadang keluar dari vagina berbau tidak enak yang khas
menunjukkan adanya infeksi pada endometrium. Pada infeksi karena
luka biasanya terdapat nyeri dan nyeri tekan pada daerah luka, kadang
berbau busuk, pengeluaran kental, nyeri pada perut atau sisi tubuh,
gangguan buang air kecil. Kadang-kadang tidak terdapat tanda yang
jelas kecuali suhu tunbuh yang meninggi. Maka dari itu setiap perubahan
suhu tubuh pasca lahir harus segera dilakukan pemeriksaan.
Infeksi endometrium dapat dalam bentuk akut dengan gejala klinis
yaitu nyeri abdomen bagian bawah, mengeluarkan keputihan, kadangkadang
terdapat
perdarahan
dapat
terjadi
penyebaran
seperti
radang. Perluasan dapat terjadi lewat jalan limfe atau lewat tromboflebitis
PENATALAKSANAAN
a. Pencegahan Infeksi Postpartum :
1) Anemia diperbaiki selama kehamilan. Berikan diet yang baik. Koitus
pada kehamilan tua sebaiknya dilarang.
2) Membatasi masuknya kuman di jalan lahir selama persalinan. Jaga
persalinan agar tidak berlarut-larut. Selesaikan persalinan dengan
trauma sesedikit mungkin. Cegah perdarahan banyak dan penularan
penyakit dari petugas dalam kamar bersalin. Alat-alat persalinan harus
steril dan lakukan pemeriksaan hanya bila perlu dan atas indikasi yang
tepat.
3) Selama nifas, rawat higiene perlukaan jalan lahir. Jangan merawat
pasien dengan tanda-tanda infeksi nifas bersama dengan wanita sehat
yang berada dalam masa nifas.
b. Penanganan Umum
1) Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses
persalinan) yang dapat berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam
masa nifas.
2) Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami
infeksi nifas.
3) Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi
yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
4) Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan
gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan
dengan segera.
5) Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari
ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi
oral/IV secukupnya.
c. Pengobatan Secara Umum
1) Sebaiknya segera dilakukan kultur dari sekret vagina, luka operasi dan
darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat
dalam pengobatan.,
2) Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika
spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
3) Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau
transfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi
yang dijumpai.
9.
ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1) Identitas
a) Identitas klien terdiri dari : nama, umur, agama, suku/bangsa,
pendidikan, pekerjaan, golongan darah, diagnosa medis, status
marital, alamat.
b) Identitas penanggung jawab terdiri dari : nama, umur, suku/bangsa,
pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien,
alamat.
2) Status Kesehatan
a) Keluhan Utama
Merupakan keluhan yang dirasakan klien pada saat dikaji. Biasanya
klien akan mengeluh nyeri pada daerah luka.
b) Riwayat Kesehatan Sekarang
Merupakan pengembangan dari keluhan utama yang dirasakan klien.
Biasanya nyeri akan bertambah bila bergerak/mengubah posisi, nyeri
berkurang jika klien diam atau istirahat, nyeri dirasakan seperti diirisiris/disayat-sayat, skala nyeri bervariasi dari 2-4 (0-5). Dijabarkan
dengan PQRST.
c) Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Yang perlu dikaji riwayat kesehatan dahulu ada apakah pernah
mengalami operasi sebelumnya, riwayat penyakit infeksi, alergi obatobatan, hypertensi, penyakit system pernafasan, diabetes mellitus.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Dikaji apakah keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti
diabetes mellitus, hypertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan
riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
3) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Pada klien post operasi seksio sesarea hari kedua biasanya klien
masih lemah, tigkat kesadaran pada umumnya compos mentis,
tanda-tanda vital biasanya sudah stabil, tingkat emosi mulai stabil
dimana ibu mulai masuk dalam fase taking hold. BB biasanya
mendekati BB sebelum hamil.
a) Sistem Respirasi
Respirasi kemungkinan meningkat sebagai respon tubuh terhadap
nyeri, perubahan pola nafas terjadi apabila terdapat penumpukan
secret akibat anesthesi.
b) Sistem Kardiovaskuler
Klien biasanya mengeluh pusing, tekanan darah biasanya mengalami
penurunan. Bila terjadi peningkatan 30 mmHg systolic atau 15 mmHg
diastolic kemungkinan terjadi pre eklampsia dan membutuhkan
evaluasi lebih lanjut. Observasi nadi terhadap penurunan sehingga
kecuali terpasang kateter, kaji warna urine, jumlah dan bau urine.
Sistem Reproduksi
Kaji bagaimana keadaan payudara, apakah simetris, adakah
hyperpigmentasi pada areola, putting susu menonjol, apakah ASI
sudah keluar.
Kaji tinggi fundus uteri pada pinggir abdomen, karena pada
bagian tengah abdomen terdapat luka, kaji kontraksi uterus,
perasaan mulas adalah normal karena proses involusi. Tinggi
fundus uteri pada post partum seksio sesarea hari kedua adalah
1-2 jari dibawah umbilicus atau pertengahan antara sympisis dan
umbilical.
Kaji pengeluaran lochea, jumlahnya, warna da baunya. Biasanya
lochea berwarna merah, bau amis dan agak kental (lochea
rubra). Kaji pengetahua klien tentang cara membersihkannya,
sehingga
hormone
prolaktin
meningkatyang
k) Aspek Psikososial
Pola pikir dan persepsi
Yang perlu dikaji adalah hubungan ibu dan bayi, respon ibu
mengenai kelahiran, kaji pengetahuan klien tentang kondisi
setelah melahirkan/setelah seksio sesarea. Dan hal apa yang
perlu dilakukan setelah operasi seksio sesarea, kaji pengetahuan
di rumah.
Konsep diri
Terdiri dari body image, peran diri, identitas diri, harga diri dan
ideal diri klien setelah menjalani seksio sesarea.
Hubungan komunikasi
RASIONAL
1. Untuk mengenal indikasi kemajuan
atau penyimpangan dari hasil yang
diharapkan.
2. Relaksasi dan nafas dalam dapat
sedang).
RASIONAL
1. Meminimalkan dan mencegah
kontaminasi dan atau masuknya
mikroorganisme.
2. Akan memudahkan intervensi lebih dini
dan intervensi selanjutnya.
3. Antibiotik bersifat bakterisida dan
adanya leukositosis merupakan salah
satu tanda infeksi.
4. Protein dan viatamin C dibutuhkan
untuk pertumbuhan jaringan dan zat
Rasional
1. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bila
lewat oral belum memungkinkan atau
bising usus sangat lemah.
2. Bising usus normal antara 6-12
x/menit, makanan baru dapat dicerna.
3. Untuk menghindari mual, sehingga
intake adequate.
POSTPARTUM BLUES
1. DEFINISI
Postpartum blues sering dikenal dengan baby blues. Kondisi ini
mempengaruhi 50-75% ibu setelah proses melahirkan. Ibu yang mengalami
babyblues ini seringkali menangis secara terus menerus tanpa sebab yang
pasti dan mengalami kecemasan. Keadaan ini berlangsung pada minggu
pertama setelah melahirkan. Meskipun pengalaman ini tidak menyenangkan,
namun biasanya kondisi ini akan kembali normal setelah 2 minggu tanpa
penanganan khusus. Jadi yang dibutuhkan adalah menentramkan dan
membantu ibu baru ini mengasuh bayi dan melakukan pekerjaan rumah.
2. GEJALA
Gejala postpartum blues (Novak dan Broom, 1999, dalam Rahmandani,
2007) yaitu suatu keadaan yang tidak dapat dijelaskan, merasa sedih, mudah
tersinggung, gangguan pada nafsu makan dan tidur. Selanjutnya dengan kata
lain, ciri-ciri postpartum blues menurut Young dan Ehrhardt (Strong dan
Devault, 1989, dalam Rahmandani, 2007) diantaranya:
a. Perubahan keadaan dan suasana hati ibu yang bergantian dan sulit
diprediksi seperti menangis, kelelahan, mudah tersinggung, kadang-kadang
mengalami kebingungan ringan atau mudah lupa.
b. Pola tidur yang tidak teratur karena kebutuhan bayi yang baru dilahirkannya,
ketidaknyamanan karena kelahiran anak, dan perasaan asing terhadap
lingkungan tempat bersalin.
c. Merasa kesepian, jauh dari keluarga, menyalahkan diri sendiri karena
suasana hati yang terus berubah-ubah.
d. Kehilangan kontrol terhadap kehidupannya karena ketergantungan bayi yang
baru dilahirkannya.
3. FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP
Menurut Rahmandani (2007) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
terjadinya postpartum blues dapat dikategorikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Faktor Biologis
Faktor Kelelahan Fisik, yaitu kelelahan fisik akibat proses persalinan yang
baru dilaluinya, dehidrasi, kehilangan banyak darah, atau faktor fisik lain
1. DEFINISI
Postpartum depression merupakan kondisi yang lebih serius dari
babyblues dan mempengaruhi satu dari 10 ibu baru. Individu yang sebelumnya
telah memiliki depresi akan meningkatkan resiko postpartum depression
sebesar 30%. Ibu dengan postpartum depression akan mengalami perasaan
sedih dan emosi yang meningkat atau merasa tertekan, menjadi sensitif, lelah,
Distress psikologis, seperti kritik terhadap diri sendiri dan pemikiran tentang
bunuh diri
Stress yang berhubungan dengan peran sebagai ibu, seperti memikirkan
bayi, stress pengasuhan bayi, perasaan tidak adekuat menjadi orang tua
Sejarah masa kecil ibu, seperti kekerasan fisik emosi/seksual pada masa
kecil, kehidupan keluarga yang tidak harmonis/tidak memuaskan, kehamilan
yang tidak diharapkan, dan stress selama kehamilan dan kelahiran bayi
Kebahagiaan/ketidakbahagiaan pernikahan juga merupakan factor
psikologis yang dapat menyebabkan DPM. Jika pernikahan tidak bahagia
atau hubungan dengan pasangan kurang bahagia seperti gangguan
hubungan dengan suami selama periode kehamilan, komunikasi terhambat,
kurangnya afeksi, perbedaan niali atau ketidaksesuaian keinginan, maka
terdapat kecenderungan ibu mengalami DPM.
mempengaruhi
kondisi
ibu
dan
menghilangkannya.
Membantu
Kurang tidur
Hilang tenaga
Hilang nafsu makan
atau sangat bernafsu
untuk makan
Merasa lelah setelah
bangun tidur
Gejala
emosional
berlebihan
Bingung
Mencemaskan
kondisi fisik secara
berlebihan
Tidak percaya diri
Sedih
Perasaan diabaikan
Gejala
perilaku
Sering menangis
Hiperaktif atau
Postpartum Depression
Cepat lelah
Gangguan tidur
Selera makan menurun
Sakit kepala
Sakit dada
Jantung berdebar-debar
Sesak nafas
Mual muntah
Mudah tersinggung
Hilang harapan
Merasa tidak berdaya
Mood swings
Perasaan tidak adekuat
Psychosis
Menolak makan
Tidak mampu
menghentikan
aktifitas
Kebingungan
akan kelebihan
energi
Sangat bingung
Hilang ingatan
Tidak koheren
Halusinasi
sebagai ibu
Hilang minat
Pemikiran bunuh diri
Ingin menyakiti orang lain
(termasuk bayi, diri
sendiri, dan suami)
Perasaan bersalah
Panik
Kurang mampu merawat
senang berlebihan
Terlalu sensitive
Perasaan mudah
diri sendiri
Enggan melakukan
tersinggung
Tidak peduli terhadap
bayi
Postpartum
aktivitas menyenangkan
Motivasi menurun
Enggan bersosialisasi
Tidak peduli pada bayi
Terlalu peduli terhadap
perkembangan bayi
Sulit mengendalikan
perasaan
Sulit mengambil
keputusan
Curiga
Tidak rasional
Preokupasi
terhadap hal-hal
kecil
pada
pasien
dalam
beradaptasi
menjadi
orang
tua
baru.
Pengkajiannya meliputi ;
1) Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, medical
record dan lain-lain
2) Dampak pengalaman melahirkan
Apa yang dirasakan orang tua tentang pengalaman melahirkan sudah pasti
akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk menjadi orang tua.
3) Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas
ibu. Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa
nifas dapat mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang
tua.
4) Interaksi Orang tua Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi
interaksi orang tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran
anak meliputi perilaku adaptif dan perilaku maladatif.
5) Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua
terhadap kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan
mereka, respon social yang tidak matur, dan ketidakberdayaannya.
6) Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues
ialah melihat komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita
terhadap perannya sebagai ibu sangat dipengaruhi oleh hubungannya
dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan anak-anak lain.
7) Sedangkan pengkajian dasar data klien menurut Doenges (2001) adalah :
Aktivitas / istirahat Insomnia mungkin teramati.
Sirkulasi Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari.
Integritas Ego
Peka rangsang, takut/menangis (" Post partum blues " sering terlihat
Seksualitas
Uterus 1 cm diatas umbilikus pada 12 jam setelah kelahiran, menurun
kira-kira 1 lebar jari setiap harinya. Lokhia rubra berlanjut sampai hari
ke-2- 3, berlanjut menjadi lokhia serosa dengan aliran tergantung pada
posisi (misalnya ; rekumben versus ambulasi berdiri) dan aktivitas
(misalnya ; menyusui). Payudara : Produksi kolostrum 48 jam pertama,
berlanjut pada susu matur, biasa.
pola
tidur
berhubungan
dengan
Respon
hormonal
dan
penilaian
untuk
mengakomodasi
perubahan
yang
Intervensi
INTERVENSI
Kaji tingkat kelelahan dan kebutuhan
RASIONAL
Persalinan atau kelahiran yang lama dan
untuk istirahat.
istirahat.
Berikan informasi tentang kebutuhan
rumah.
tubuh.
Kelelahan dapat mempengaruhi penilaian
ASI.
secara psikologis.
untuk tindakan.
Klien mengungkapkan perasaannya pada perawat tentang tindakan yang
di programkan
Intervensi
INTERVENSI
Pastikan persepsi klien tentang
RASIONAL
Terhadap hubungan antara lama persalinan
diri/perawatan bayi.
Periode pascanatal dapat merupakan
belajar.
masalah
Dorong keluarga atau orang terdekat
masalah
Keterlibatan keluarga meningkatkan
asuhan
guna meningkatkan rasa nyaman pasien
3) Ketidakefektifan koping individual berhubungan dengan krisis maturasional
dari kehamilan/mengasuh anak dan melakukan peran ibu dan menjadi orang
tua (atau melepaskan untuk adopsi), kerentanan personal, ketidakadekuatan
sistem pendukung, persepsi tidak realistis
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 24 jam koping
individual klien efektif
Kriteria Hasil
pribadi
Mampu mencari sumber-sumber yang tepat sesuai kebutuhan.
Intervensi
INTERVENSI
Kaji respon emosional klien selama
RASIONAL
Terhadap hubungan langsung antara
pengalaman fantasi.
Sebanyak 80 % ibu ibu mengalami
depresi sementara atau perasaan emosi
kecewa setelah melahirkan.