BAB 1. PENDAHULUAN
kerusakan
tanah
yang
ditimbulkan.
Pencemaran
tanah
BAB 2. PEMBAHASAN
lain
juga
telah
dikemukakan
Sastrawijaya
(2000),
pencemaran tanah dapat terjadi karena beberapa hal. Yang pertama ialah
pencemaran secara langsung. Misalnya karena menggunakan pupuk
secara berlebihan, pemberian pestisida atau insektisida, dan pembuangan
limbah yang tidak dapat dicerna seperti plastik. Pencemaran juga dapat
melalui air. Air yang mengandung bahan pencemar (polutan) akan
mengubah susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasadyang hidup
di dalam atau di permukaan tanah. Selain itu, pencemaran juga dapat
melalui udara. Udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang
pencemar
sangat
penting
dalam
hubungannya
dengan
yang
menyebabkan
deforestasi.
Penelitian
dan
terhadap tanah.
6. limbah nuklir
PLTN dapat menghasilkan sejumlah besar energi melalui fisi nuklir dan
fusi. Kiri lebih bahan radioaktif mengandung bahan kimia berbahaya
dan beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Mereka
dibuang di bawah bumi untuk menghindari korban apapun.
7. Limbah pengobatan
Jumlah besar limbah padat sisa setelah limbah telah diobati. Bahan
sisa dikirim ke TPA yang berakhir mencemari lingkungan.
sistem
pernafasan
misalnya,
tanah
yang
tercemar
bisa
menyebabkan bau yang tidak sedap terhirup oleh manusia atau adanya
partikel pada udara menyebabkan kesehatan pernafasan jadi memburuk.
Melalui kulit, tanah yang tercemar akan membuat air tanah ikut
terkontaminasi bahan berbahaya dan bila digunakan untuk mandi, air ini
10
karena
tidak
cocok
untuk
11
beberapa
orang.
Bau
tidak
menyenangkan
12
pencegahan
dan
penanggulangan
terhadap
terjadinya
tidak
menyebabkan
terjadinya
pencemaran,
misalnya
Sampah
organik
yang
dapat
membusuk/diuraikan
oleh
13
pencemaran
penanggulangan
telah
terhadap
terjadi,
pencemara
maka
perlu
tersebut.
dilakukan
Tindakan
terdiri
dari
pembersihan,
venting
(injeksi),
dan
14
diolah
dengan
instalasi
pengolah
air
limbah.
menggunakan
mikroorganisme
(jamur,
bakteri).
15
16
17
18
19
untuk diproduksi lebih banyak di sawah milik mereka. "Karena ini masih
percobaan, hanya 100 tombak lahan sawah milik warga yang dipakai.
Selanjutnya akan di sosialisasikan ke penduduk agar menggunakan
pupuk seperti kami. Hasilnya lebih baik daripada sebelumnya," kata Adi.
3.2 Penyebab Pencemaran Tanah
Berdasarkan kasus yang terjadi di kawasan Rancaekek, Kabupaten
Bandung tersebut dapat dilihat bahwa terjadi fenomena pencemaran
lingkungan yaitu pencemaran air dan tanah. Air yang tercemar termasuk
air tanah warga, serta air irigasi untuk area persawahan. Sehingga dari
pencemaran air inilah yang memicu tanah di area persawahan menjadi
tercemar pula.
Seperti yang telah tercantum dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun
1997 pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukkannya (Mukono, 2011). Dengan mengacu pada
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tanah di area persawahan
kawasan
Rancaekek,
Kabupaten
Bandung
memang
mengalami
20
tanah juga akibat letaknya yang berdekatan dengan sumber pencemar (air
dan tanah yang tercemar). Dengan demikian tanah persawahan yang
tercemar akibat pembuangan limbah tekstil merupakan contoh kasus
pencemaran yang bersumber dari penyebab tidak langsung, karena pada
awalnya yang tercemar adalah air irigasi yang selanjutnya mengairi area
sawah sehingga menyebabkan tanahnya juga ikut tercemar.
3.3 Karakteristik Kandungan Limbah Industri Tekstil yang Mencemari
Tanah
Proses industri tekstil dikarakterisasi tidak hanya dari kuantitas
effluennya yang besar, tetapi juga zat kimia yang digunakan untuk
berbagai proses operasinya. Setiap tahapan yang panjang dari proses
basah membutuhkan input air, bahan kimia, dan energi sehingga
menimbulkan limbah pada setiap tahapan tersebut. Fitur lain dari industri
ini, yang merupakan tulang belakang dari mode garmen (fashion),
menuntut adanya kombinasi tipe, pola, dan warna serat sehingga
menghasilkan fluktuasi signifikan pada volume timbulan dan beban
limbah. Proses operasi tekstil menimbulkan banyak limbah, termasuk
limbah cair, gas, dan padat, bahkan beberapa limbah dapat dikategorikan
sebagai limbah berbahaya. Limbah yang ditimbulkan tergantung dari tipe
fasilitas tekstil, proses, dan teknologi yang dioperasikan, serta tipe serat
dan zat kimia yang digunakan.
Karakteristik limbah cair dari setiap tahapan proses operasi tekstil akan
berbeda. Limbah cair dari unit pencetakan dan pewarnaan biasanya
banyak mengandung warna yang terdiri dari residu reaktif kimia dan
pewarnaan dan membutuhkan pengolahan khusus sebelum dibuang ke
lingkungan. Karakteristik dan kuantitas effluen dari industri tekstil akan
berbeda antara industri tekstil satu dengan yang lainnya karena
tergantung dari proses produksi yang dilakukan. Umumnya, limbah cair
industri tekstil besifat alkalin (basa) dan memiliki BOD dengan rentang 700
hingga 2000 mg/L (World Bank ESH, 1998). Karakteristik limbah cair
21
tekstil lainnya yaitu minyak, chrom dan fenol. Kesemua parameter inilah
yang umumnya dihasilkan pada saat produksi tekstil dilakukan.
Limbah cair tekstil mengandung sejumlah senyawa organik baik
yang mudah terdegradasi secara biologis maupun sulit terdegradasi (nonbiodegradable).
Besarnya
kandungan
senyawa
organik
dapat
22
masuk, bahkan dalam dosis yang kecil sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di lingkungan tanah (Gangadhar, Z.S, 2014). Selain
itu dampak lain yang dapat terjadi yaitu pada pertanian terutama
perubahan
metabolisme
tanaman
yang
pada
akhirnya
dapat
pendapatan
sama
dengan
menurunkan
tingkat
23
24
Ada beberapa cara untuk mengurangi jumlah limbah yang sulit diolah ini,
dari sudut pandang reduksi dari sumber, yaitu:
a.
b.
c.
Pemilahan
beracun pada tanah, senyawa kimia, garam, bahan radioaktif atau agen
penyebab penyakit menumpuk diatas tanah dan memiliki efek buruk pada
pertumbuhan tanaman dan kesehatan hewan (Ashraf, Maah, Yussof,
2014).
Sedangkan jika ditinjau dari kasus yang terjadi di kawasan Rancaekek,
Kabupaten Bandung tersebut hal yang dapat dilakukan adalah salah
satunya
dengan
cara
bioremidiasi.
Bioremediasi
adalah
proses
bakteri).
Bioremediasi
bertujuan
untuk
memecah
atau
25
26
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pencemaran tanah ialah suatu kondisi masuk atau dimasukkannya
mahluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam tanah dan
atau berubahnya tatanan tanah oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam, sehingga terjadi penurunan kualitas tanah sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan tanah menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukkannya.
Terdapat beberapa ciri-ciri tanah yang tercemar, antara lain yaitu
tanahnya tidak subur, pH tanah dibawah 6 (tanah asam) atau pH diatas 8
(tanah basa), berbau busuk, mengandung logam berat, mengandung
mikroorganisme pathogen, mengandung sampah anorganik maupun
sampah organik.
penanggulangan
dibagi
menjadi
tiga
yaitu
remediasi,
27
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Tanpa tahun. Deforestation. [serial online] dikases tangal 02
Oktober
2015.
http://environment.nationalgeographic.com/environment/globalwarming/deforestation-overview/
Ashraf A.M., Maah, J.M., Yusoff, I. 2014. Soil Contamination, Risk
Assessment and Remidiation.
Environmental Pollution Centers. Soil Pollution [serial online] diakses
tanggal
02
Oktober
2015
http://www.environmentalpollutioncenters.org/soil/
Gangadhar, Z.S. 2014. Environmental Impact Assessment on Soil
Pollution Issue about Human Health. International Research
Journal of Environment Sciences. ISSN 2319-1414. Vol 3(11),78-81
Mukono, J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya :
Airlangga University Press
Outerbridge, T. 1991. Limbah Padat Di Indonesia: Masalah Atau Sumber
Daya?. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Ruckelshaus, W. Sail Pollution. [Serial online] diakses tanggal 07 Oktober
2015
http://www.conserve-energy-future.com/causes-and-effects-
of-soil-pollution.php)
Rustiadi
E.,
Arsyad
S.
2008.
Penyelamat
Tanah,
Air,
dan
online]
diakses
tanggal
07
Oktober
2015
https://books.google.co.id/books?
id=EDreouWbwHYC&pg=PA28&dq=dampak+pencemaran+tanah&
hl=id&sa=X&ved=0CCMQ6AEwAjgeahUKEwiTorvQ3bDIAhUGkY4
KHTGzA5U#v=onepage&q=dampak%20pencemaran
%20tanah&f=true
Sastrawijaya, T.A. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : PT Rineka
Cipta
28