Anda di halaman 1dari 28

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep kualitas lingkungan sangat erat hubungannya dengan konsep
kualitas hidup. Semakin baik kualitas lingkungan akan sejalan dengan
semakin meningkatnya pula kualitas hidup manusia karena lingkunganlah
yang selama ini selalu mendukung aktivitas manusia (Sastrawijaya, 2000).
Akhir-akhir ini sering diperbincangkan tentang masalah lingkungan,
antara lain pencemaran oleh industri, pestisida dan alat transport.
Masalah tersebut umumnya disebabkan akibat tindakan manusia.
Terdapat beberapa jenis pencemaran lingkungan yaitu pencemaran air,
udara dan tanah.
Tanah dan air jelas sangat vital bagi manusia. Tanah kita perlukan
untuk tempat pemukiman, pertanian, peternakan dan lain-lainnya. Bagi
negara agraris seperti Indonesia, tanah yang subur merupakan faktor
utama yang menentukan kualitas lingkungan hidup kita. Pengusaha
intensif tanah di Indonesia harus dibarengi dengan usaha pelestarian
sumberdaya tanahnya sebagai sumber produksi. Peningkatan produksi
dapat dilakukan dengan penambahan pupuk organik dan pupuk buatan ke
dalam tanah (Sastrawijaya, 2000). Hal inilah yang nantinya akan
mempengaruhi tingkat kesuburan tanah.
Kesuburan dapat diteliti secara kualitatif dengan melihat kemampuan
Untuk itu, pembukaan lahan yang diperuntukkan menambah pundipundi uang bagi beberapa pihak saja sudah seharusnya memikirkan
dampak

kerusakan

tanah

yang

ditimbulkan.

Pencemaran

tanah

merupakan salah satu dari dampak kerusakan tersebut.


Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya
perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang
mencemari lahan pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur
kimia berbahaya yang bisa mencemari badan air dan merusak tanah dan
tanaman serta berakibat lebih jauh terhadap kesehatan makhluk hidup.

Berdasarkan fakta tersebut, sangat diperlukan pengkajian khusus yang


membahas mengenai pencemaran tanah beserta dampaknya terhadap
lingkungan di sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini antara lain
adalah :
1. Apa definisi pencemaran tanah?
2. Apa fungsi tanah terhadap bahan pencemar?
3. Apa saja sumber pencemaran tanah?
4. Dampak apa saja yang ditimbulkan akibat pencemaran tanah?
5. Bagaimana usaha penganggulangan pencemaran tanah?
6. Bagaimana contoh studi kasus mengenai pencemaran tanah?
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dituliskan diatas, maka
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui definisi pencemaran tanah.
2. Mengetahui fungsi tanah terhadap bahan pencemar
3. Mengetahui apa saja sumber pencemaran tanah.
4. Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat pencemaran tanah.
5. Mengetahui usaha penganggulangan pencemaran tanah.
6. Mengetahui contoh studi kasus mengenai pencemaran tanah.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak
terkait dengan bidang Kesehatan Lingkungan, terutama tambahan
pengetahuan mengenai pencemaran tanah.
1.5 Metode Penulisan
Metode penulisan dalam penulisan makalah ini yaitu dengan
menggunakan metode studi kepustakaan, baik itu berasal dari buku, jurnal
penelitian maupun website.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pencemaran Tanah

Pencemaran lingkungan menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun


1997 pencemarang lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya
mahluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan
dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh
proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya (Mukono, 2011). Sehingga
jika merujuk pada definisi diatas, maka pencemaran tanah juga dapat
didefinisikan dengan suatu kondisi masuk atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam tanah dan atau
berubahnya tatanan tanah oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam,
sehingga terjadi penurunan kualitas tanah sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan tanah menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukkannya.
Dalam pengertian umum, definisi pencemaran tanah adalah
adanya bahan kimia beracun (polutan atau kontaminan) dalam tanah
dalam konsentrasi cukup tinggi untuk menjadi risiko terhadap kesehatan
manusia dan / atau ekosistem. Selain itu, bahkan ketika tingkat
kontaminan dalam tanah yang bukan dari risiko, polusi tanah dapat terjadi
hanya karena fakta bahwa tingkat kontaminan dalam tanah melebihi
tingkat yang secara alami ada di tanah (dalam kasus kontaminan yang
terjadi secara alami di tanah) (Environmental Pollution Centers)
Definisi

lain

juga

telah

dikemukakan

Sastrawijaya

(2000),

pencemaran tanah dapat terjadi karena beberapa hal. Yang pertama ialah
pencemaran secara langsung. Misalnya karena menggunakan pupuk
secara berlebihan, pemberian pestisida atau insektisida, dan pembuangan
limbah yang tidak dapat dicerna seperti plastik. Pencemaran juga dapat
melalui air. Air yang mengandung bahan pencemar (polutan) akan
mengubah susunan kimia tanah sehingga mengganggu jasadyang hidup
di dalam atau di permukaan tanah. Selain itu, pencemaran juga dapat
melalui udara. Udara yang tercemar akan menurunkan hujan yang

mengandung bahan pencemar ini, akibatnya tanah juga akan menjadi


tercemar juga.
Terdapat beberapa ciri-ciri tanah yang tercemar, antara lain yaitu
tanahnya tidak subur, pH tanah dibawah 6 (tanah asam) atau pH diatas 8
(tanah basa), berbau busuk, mengandung logam berat, mengandung
mikroorganisme pathogen, mengandung sampah anorganik maupun
sampah organik. Sedangkan untuk ciri-ciri tanah yang tidak tercemar
adalah tanahnya subur, tidak kering, tidak tidak berbau busuk, bebas
mikroorganisme pathogen dan bebas bahan kimia berbahaya.
2.2 Fungsi Tanah Terhadap Bahan Pencemar
Tanah mempunyai peranan penting dalam lingkungan karena berfungsi
sebagai penyaring, penyangga, dan sistem transformasi sehingga mampu
melindungi kita dari pengaruh pencemaran akibat kegiatan industri
moderen. Berikut menurut Sutanto R (2005) terdapat 5 fungsi tanah
terhadap bahan pencemar yaitu :
a. Fungsi Penyaring (Filter)
Banyak bahan residu padat dan bahan lain yang berpotensi
sebagai bahan pencemar seperti debu dan sedimen, serta bahan
padat seperti kotoran ternak, night soil, dan buangan pabrik.
Bahan-bahan tersbut kemungkinan mengadung bahan yang
bersifat beracun dalam konsentrasi tertentu seperti kadmium (Cd),
tembaga (Cu), seng (Zn), Fluorin (F), dan raksa (Hg). Unsur-unsur
tersebut dapat diikat oleh tanah sehingga tanah lapisan bawah dan
air domestik/ air minum tetap murni, tidak terkontaminasi bahan
pencemara. Tanah lempung dan debu merupakan tanah yang
bertekstur halus dan mempunyai kemampuan yang tinggi sebagai
penyaring, tetapi permeabilitasnya rendah. Kapasitas penyaring
sama dengan jumlah air yang dapat dimurnikan per satuan waktu.
Kapasitas penyaring cukup rendah pada tanah lempung dan
debuan, tetapi cukup tinggi pada tanah

geluhan. Tanah pasir

mempunyai efisiensi rendah sebagau filter, tetapi cepat meloloskan


air.
b. Fungsi Penyangga
Kapasitas penyangga juga sangat penting dalam hubungannya
dengan masalah lingkungan karena kompleks pertukaran juga
menyerap senyawa yang larut dalam air hujan. Kapasitas
penyangga cukup tinggi pada tanah lempung dan debuan, serta
kandungan bahan organik tinggi.
c. Proses Alihrupa (Transformation)
Bahan pencemar dlaam bentuk senyawa organik, seperti urin, tinja,
pupuk kandang, limbah cair, limbah padat, dan insektisida
kemungkinan besar akan mengalami proses alihrupa dan terpecah
menjadi senyawa yang tidak beracun karena mengalami peruraian
oleh kegiatan meikroorganisme. Disamping itu terjadi proses
humifiksasi.
Potensi tanah sebagai penyaring, penyangga, dan pengalih rupa
bahan

pencemar

sangat

penting

dalam

hubungannya

dengan

penanggulangan pencemaran lingkungan dan eutrofikasi badan air.


Contoh, pengayaan hara dalam badan air permukaan adalah sungai dan
waduk atauapun danau sehingga gulma air akan tumbuh subu. Sampai
sejauh ini, tanah masih cukup efektif dalam melindungi lingkungan dar
bahaya pencemaran sehingga bahan pencemar di dalam tanah tidak
berlebihan dan kegiatan biologi tanah dapat dipertahankan.
2.3 Beberapa Sumber Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair
atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida;
masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan subpermukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau
limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri
yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal
dumping).

Gambar 2.1 Proses terjadinya pencemaran tanah

Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan


tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke
dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian
terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan
atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya (Veegha, 2008).
Berikut beberapa penjelasan sumber dari pencemaran tanah menurut
Ruckelshaus, W:
1. Deforestasi (penggundulan hutan) dan Erosi tanah
Deforestasi adalah proses penghilangan hutan alam dengan cara
penebangan untuk diambil kayunya atau mengubah peruntukan lahan
hutan menjadi non-hutan. Bisa juga disebabkan oleh kebakaran hutan
baik yang disengaja atau terjadi secara alami Deforestasi merupakan
cara pembukaan hutan di bumi dalam skala besar yang sering
mengakibatkan kerusakan pada kualitas tanah (nationalgeographic).
2. Kegiatan peranian
Dengan populasi manusia yang semakin bertambah pesat, permintaan
untuk makanan juga berkembang meningkat pesat. Terkadang petani

sering menggunakan pupuk yang sangat beracun dan pestisida untuk


menyingkirkan serangga, jamur, dan bakteri dari tanaman mereka.
Namun dengan terlalu sering menggunakan bahan kimia tersebut,
mereka menghasilkan kontaminasi dan racun pada tanah sehingga
berakibat pada pencemaran tanah.
3. Tempat pembuangan sampah
Setiap rumah tangga menghasilkan sampah yang banyak setiap tahun.
Sampah seperti aluminium, plastik, kertas, kain, dan kayu dikumpulkan
dan dikirim ke unit daur ulang
4. Industrialisasi
Karena peningkatan permintaan untuk makanan, tempat tinggal dan
rumah, banyak barang yang diproduksi. Hal ini mengakibatkan
terciptanya lebih banyak limbah yang perlu dibuang. Untuk memenuhi
permintaan dari pertumbuhan populasi, lebih banyak industri yang
dikembangkan

yang

menyebabkan

deforestasi.

Penelitian

dan

pengembangan membuka jalan bagi pupuk modern dan bahan kimia


yang sangat beracun dan menyebabkan kontaminasi tanah. Bahan
sisa industrialisasi seperti : benzena, merkuri, siklodiena, organofosfat,
karmabat dan klorin.
5. Kegiatan konstruksi
Karena urbanisasi, sejumlah besar kegiatan konstruksi sedang
berlangsung yang mengakibatkan partikel limbah besar seperti kayu,
logam, batu bata, plastik yang dapat dilihat di luar setiap bangunan
atau kantor yang berada di bawah konstruksi. Dengan penumpukan
limbah tersebut

semakin lama dapat menyebakan pencemaran

terhadap tanah.
6. limbah nuklir
PLTN dapat menghasilkan sejumlah besar energi melalui fisi nuklir dan
fusi. Kiri lebih bahan radioaktif mengandung bahan kimia berbahaya
dan beracun yang dapat mempengaruhi kesehatan manusia. Mereka
dibuang di bawah bumi untuk menghindari korban apapun.
7. Limbah pengobatan
Jumlah besar limbah padat sisa setelah limbah telah diobati. Bahan
sisa dikirim ke TPA yang berakhir mencemari lingkungan.

Berdasarkan sumbernya, pencemaran tanah dibagi menjadi dua :


1. Pencemaran tanah secara langsung
misalnya karena penggunaan pupuk secara berlebihan, pemberian
pestisida, pembuangan limbah non organik dan lain-lain.
2. Pencemaran tanah secara tidak langsung
pencemaran tanah secara tidak langsung berasal dari media berupa
air dan udara sebagai perantaranya. Air yang mengandung bahan
pencemar (polutan) akan mengubah susunan kimia tanah sehingga
mengganggu jasad yang hidup di dalam atau di permukaan tanah.
Penggunaan deterjen yang berlebihan dapat mengganggu tanah jika
air tersebut masuk ke dalam tanah. Deterjen ini tidak terlalu
berbahaya jika penggunaannya sedikit, tetapi jika kita menggunakan
secara berlebihan atau komposisinya terlalu pekat maka dapat
menyebabkan tanaman mati dan tanah tidak akan subur. Udara yang
tercemar akan menurunkan hujan yang mengandung bahan
pencemar yang mengakibatkan tanah tercemar juga. Misalnya saja
pada kendaraan bermotor yang menghasilkan timbal berwarna hitam.
Buktinya dapat dilihat dari tanaman disekitar jalan daunnya kadang
tertutupi debu berwarna hitam.

2.4 Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pencemaran Tanah


Berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran tanah ada
beberapa. Berikut adalah penjelasannya.
Tanah yang terkontaminasi dapat menyebabkan masalah pada
manusia melalui sistem pernapasan, kulit, maupun sistem pencernaan.
Melalui

sistem

pernafasan

misalnya,

tanah

yang

tercemar

bisa

menyebabkan bau yang tidak sedap terhirup oleh manusia atau adanya
partikel pada udara menyebabkan kesehatan pernafasan jadi memburuk.
Melalui kulit, tanah yang tercemar akan membuat air tanah ikut
terkontaminasi bahan berbahaya dan bila digunakan untuk mandi, air ini

10

tentu akan membuat masalah pada kulit. Menurut Ruckelshaus, W (tanpa


tahun) yaitu :
1. Efek pada kesehatan manusia
Mengingat betapa pentingya tanah sebagai alasan kita mampu
mempertahankan diri, sehingga kontaminasi pada tanah memiliki
konsekuensi besar pada kesehatan manusia. Tanaman ditanam di
tanah tercemar menyerap banyak polusi. Paparan jangka panjang
untuk tanah tersebut dapat mempengaruhi genetik dari tubuh
manusia, menyebabkan penyakit bawaan dan masalah kesehatan
kronis yang tidak dapat disembuhkan dengan mudah. Bahkan,
hewan ternak bisa tekrnena penyakit akibat pencemaran tanah dan
menyebabkan keracunan makanan selama periode waktu yang
panjang. Paparan kronis terhadap benzena pada konsentrasi
tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukimia.
Merkuri dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan
ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. Organofosfat dan
karmabat dapat menyebabkan gangguan saraf otot. Berbagai
pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati
dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Polusi tanah bahkan
dapat menyebabkan kelaparan yang meluas jika tanaman tidak
dapat tumbuh di dalamnya.
2. Efek pada lingkungan atau Ekosistem
Dampak pada lingkungan terjadi antara lain :
a. Pengaruh pertumbuhan tanaman
Keseimbangan sistem ekologi akan terpengaruh

karena

kontaminasi tanah yang luas. Kebanyakan tanaman tidak dapat


beradaptasi ketika kimia tanah berubah begitu radikal dalam
waktu singkat. Jamur dan bakteri yang ditemukan di dalam
tanah yang mengikat bersama-sama mulai menurun, yang
menciptakan masalah tambahan dari erosi tanah. Kesuburan
perlahan

berkurang, membuat tanah

tidak

cocok

untuk

pertanian dan setiap vegetasi lokal untuk bertahan hidup.


Polusi tanah menyebabkan lahan yang luas untuk menjadi

11

berbahaya bagi kesehatan. Tidak seperti gurun, yang cocok


untuk vegetasi asli, tanah tersebut tidak dapat mendukung
sebagian besar bentuk kehidupan.
b. Penurunan kesuburan tanah
bahan kimia beracun hadir dalam tanah dapat menurunkan
kesuburan tanah dan karena itu penurunan hasil tanah. Tanah
terkontaminasi kemudian digunakan untuk menghasilkan buahbuahan dan sayuran yang tidak memiliki nutrisi yang berkualitas
dan dapat mengandung beberapa zat beracun menyebabkan
masalah kesehatan yang serius pada orang memakan mereka.
c. Debu yang beracun
Emisi gas beracun dan busuk dari tempat pembuangan sampah
mencemari lingkungan dan menyebabkan efek serius pada
kesehatan

beberapa

orang.

Bau

tidak

menyenangkan

menyebabkan ketidaknyamanan kepada orang lain.


d. Perubahan struktur tanah
Kematian banyak organisme tanah (misalnya cacing tanah) di
dalam tanah dapat menyebabkan perubahan dalam struktur
tanah. Selain itu, juga bisa memaksa predator lain untuk pindah
ke tempat lain untuk mencari makanan.
e. Merusak estetika
Di banyak kota dan negara, pencemaran tanah telah
berdampak pada rusaknya estetika atau keindahan ekosistem
yang ada. Sampah yang menumpuk dan tersebar tentu tak
sedap di pandang mata. Hal ini selain mengganggu bagi
penghuni di sekitar tempat itu, tentu juga akan membuat
wisatawan tidak tertarik untuk berkunjung ke daerah tersebut
sehingga membuat mereka kehilangan pendapatan dari sektor
pariwisata.
2.5 Usaha Penganggulangan Pencemaran Tanah
Pencegahan dan penanggulangan merupakan dua tindakan yang
tidak dapat dipisah-pisahkan dalam arti biasanya kedua tindakan ini

12

dilakukan untuk saling menunjang, apabila tindakan pencegahan sudah


tidak dapat dilakukan, maka dilakukan langkah tindakan. Namun demikian
pada dasarnya kita semua sependapat bahwa tindakan pencegahan lebih
baik dan lebih diutamakan dilakukan sebelum pencemaran terjadi, apabila
pencemaran sudah terjadi baik secara alami maupun akibat aktivisas
manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baru kita lakukan tindakan
penanggulangan.
Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap
terjadinya pencemaran dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai
dengan macam bahan pencemar yang perlu ditanggulangi. Langkahlangkah

pencegahan

dan

penanggulangan

terhadap

terjadinya

pencemaran antara lain dapat dilakukan sebagai berikut:


a. Langkah pencegahan

Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha


untuk

tidak

menyebabkan

terjadinya

pencemaran,

misalnya

mencegah/mengurangi terjadinya bahan pencemar, antara lain:


1)

Sampah

organik

yang

dapat

membusuk/diuraikan

oleh

mikroorganisme antara lain dapat dilakukan dengan mengukur


sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan terbuka, kemudian
dapat diolah sebagai kompos/pupuk. Untuk mengurangi terciumnya
bau busuk dari gas-gas yang timbul pada proses pembusukan, maka
penguburan sampah dilakukan secara berlapis-lapis dengan tanah.
2) Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat
dimusnahkan oleh mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara
membakar sampah-sampah yang dapat terbakar seperti plastik dan
serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada suatu tempat
yang jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah
pemukiman. Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotongpotong menjadi partikel-partikel kecil, kemudian dikubur.

13

3) Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam


berat yang akan mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke
tempat pembuangan agar dilakukan proses pemurnian.
4) Sampah zat radioaktif sebelum dibuang, disimpan dahulu pada
sumursumur atau tangki dalam jangka waktu yang cukup lama sampai
tidak berbahaya, baru dibuang ke tempat yang jauh dari pemukiman,
misal pulau karang, yang tidak berpenghuni atau ke dasar lautan yang
sangat dalam.
5) Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan
namun sesuai dengan aturan dan tidak sampai berlebihan.
6) Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa
organik yang dapat dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.
b. Langkah penanggulangan
Apabila

pencemaran

penanggulangan

telah

terhadap

terjadi,
pencemara

maka

perlu

tersebut.

dilakukan
Tindakan

penanggulangan pada prinsipnya mengurangi bahan pencemar tanah


atau mengolah bahan pencemar atau mendaur ulang menjadi bahan
yang bermanfaat. Tanah dapat berfungsi sebagaimana mestinya,
tanah subur adalah tanah yang dapat ditanami dan terdapat
mikroorganisme yang bermanfaat serta tidak punahnya hewan tanah.
Ada beberapa langkah penangan untuk mengurangi dampak yang
ditimbulkan oleh pencemaran tanah.
Tindakan yang dapat mereduksi pencemaran tanah menurut
Rustiadi dan Asyad (2008) dapat dilakukan dengan cara-cara berikut :
1) Remediasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah


yangtercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau onsite) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah
pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih
mudah,

terdiri

dari

pembersihan,

venting

(injeksi),

dan

14

bioremediasi.Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang


tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu
di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar.
Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap,
kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut.
Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang
kemudian

diolah

dengan

instalasi

pengolah

air

limbah.

Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.


2) Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah
dengan

menggunakan

mikroorganisme

(jamur,

bakteri).

Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat


pencemar menjadi bahan yang kurang beracunatau tidak beracun
(karbon dioksida dan air).
Kita juga dapat melakukan penanganan-penanganan seperti:
Sampah-sampah organik yang tidak dapat dimusnahkan (berada
dalam jumlah cukup banyak) dan mengganggu kesejahteraan
hidup serta mencemari tanah, agar diolah atau dilakukan daur
ulang menjadi barangbarang lain yang bermanfaat, misal dijadikan
mainan anak-anak, dijadikan bahan bangunan, plastik dan serat
dijadikan kesed atau kertas karton didaur ulang menjadi tissu,
kaca-kaca di daur ulang menjadi vas kembang, plastik di daur
ulang menjadi ember dan masih banyak lagi cara-cara pendaur
ulang sampah.
Bekas bahan bangunan (seperti keramik, batu-batu, pasir,
kerikil, batu bata, berangkal) yang dapat menyebabkan tanah
menjadi tidak/kurang subur, dikubur dalam sumur secara berlapislapis yang dapat berfungsi sebagai resapan dan penyaringan air,
sehingga tidak menyebabkan banjir, melainkan tetap berada di
tempat sekitar rumah dan tersaring. Resapan air tersebut bahkan

15

bisa masuk ke dalam sumur dan dapat digunakan kembali sebagai


air bersih.
Hujan asam yang menyebabkan pH tanah menjadi tidak
sesuai lagi untuk tanaman, maka tanah perlu ditambah dengan
kapur agar pH asam berkurang.
3) Fitoremidiasi yaitu dengan penggunaan tanaman hijauan untuk
memindahkan, menyerap dan atau mengakumulasikan serta
mengubah kontaminan yang berbahaya menjadi tidak berbahaya
2.6 Dasar Hukum Pencemaran Tanah
1) Peraturan Pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1999 , tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
2) Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 1999, tentang Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
3) Peraturan Pemerintah RI Nomor 41 Tahun 1999, Penjelasan PP
No.41 th 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
4) Peraturan Pemerintah RI Nomor 85 Tahun 1999, tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999
tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
5) Peraturan Pemerintah RI Nomor 150 Tahun 2000, tentang
Pengendalian Kerusakan Tanah untuk Produksi Biomassa.
6) Peraturan Pemerintah RI Nomor 4 Tahun 2001, tentang
Pengendalian Kerusakan dan atau Pencemaran Lingkungan Hidup
yang Berkaitan dengan Kebakaran Hutan dan atau Lahan.
7) Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun 2001, PP No.74 th 2001
Penjelasan, PP No.74 th 2001 Lampiran I, PP No.74 th 2001
lampiran II, tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun.
8) Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001, tentang
Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
9) Peraturan Pemerintah RI Nomor 24 Tahun 2012, tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010
tentang Pelaksanaan kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan
Batu Bara.
10)Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 Tahun 2012, tentang Izin
Lingkungan.
11) Peraturan Pemerintah RI Nomor 81 Tahun 2012, tentang
Pengelolaan Sampah Rumah Tangga san Sampah Sejenis
Sampah Rumah Tangga.
12)Peraturan Pemerintah RI Nomor 101 Tahun 2014 dan Lampiran
PP No 101 tahun 2014 tentang Pengelolaan limbah bahan
berbahaya dan beracun

16

13)Peraturan Pemerintah RI Nomor 54 Tahun 2012, tentang


Keselamatan dan Keamanan Instalasi Nuklir.
14)UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Pasal 162 : Upaya kesehatan
lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang
sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Pasal 163
(1) Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin
ketersediaan lingkungan yang sehat dan tidak mempunyai risiko
buruk bagi kesehatan.
(2) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat rekreasi,
serta tempat dan fasilitas umum.
(3) Lingkungan sehat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bebas
dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara
lain:
a. limbah cair;
b. limbah padat;
c. limbah gas;
d. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang
ditetapkan pemerintah;
e. binatang pembawa penyakit;
f. zat kimia yang berbahaya;
g. kebisingan yang melebihi ambang batas;
h. radiasi sinar pengion dan non pengion;
i. air yang tercemar;
j. udara yang tercemar; dan
k. makanan yang terkontaminasi

17

BAB 3. ANALISIS KASUS

3.1 Gambaran Kasus Pencemaran Tanah


Bioremediasi Pulihkan Sawah 'Sakit' di Rancaekek
Selasa, 05 Mei 2015 | 17:50 WIB
Sumber
http://tekno.tempo.co/read/news/2015/05/05/061663729/bioremediasipulihkan-sawah-sakit-di-rancaekek

18

Seorang petani menunjukkan saluran irigasi yang tercemar limbah


industri tekstil dari Sungai Cikijing, Rancaekek, Bandung, 22 Februari
2015. Pembuangan limbah industri di Rancaekek dan Cimanggung,
Sumedang, telah mencemari aliran Sungai termasuk sumur warga,
sawah, dan saluran irigasi. TEMPO/Prima Mulia
TEMPO.CO, Bandung - Sejumlah sawah di kawasan Rancaekek,
Kabupaten Bandung, rusak parah. Limbah dari perusahaan tekstil
membuat sawah sulit ditanami padi. Namun hal ini tak membuat warga di
wilayah tersebut patah semangat. Paguyuban Warga Peduli Lingkungan
(Pawapeling) memperbaiki sawah yang rusak dengan menerapkan
metode bioremediasi. Menurut Adi Mulyadi, Ketua Pawapeling, pihaknya
telah memulihkan sawah yang rusak. Hasilnya, padi yang ditanam di
sejumlah sawah siap dipanen. Pada Selasa, 5 Mei 2015, Pawapeling
melakukan panen perdana. Contoh padi hasil panen tersebut akan
diperiksa di laboratorium sebelum dikonsumsi warga. "Padi ini belum bisa
kami makan. Nanti akan dicek dulu kandungan apa saja yang ada di
dalam bulir padi tersebut. Hasilnya saya yakin baik," kata Adi. Sawah yang
tercemar sudah lama rusak parah. Pencemaran terjadi akibat limbah yang
di buang beberapa pabrik tekstil di sekitarnya, tanpa diolah terlebih
dahulu. Untuk memulihkan sawah yang rusak, Adi mengaku pihaknya
menggunakan pupuk organik yang berasal dari cairan hasil fermentasi
serangga dan tanaman di sekitar permukiman warga. Salah satu
serangga yang dipergunakan untuk pupuk organik tersebut adalah kecoa.
"Ini membuatnya mudah. Menggunakan bakteri beberapa serangga
dan tumbuhan sekitar," ucapnya. Setelah difermentasi selama dua bulan,
cairan pupuk organik siap digunakan.
"Untuk sekarang, pemakaian masih 20 liter. Jika tanah sudah stabil,
kemungkinan hingga panen hanya membutuhkan 1 liter pupuk untuk 100
tombak," tutur Wahid, anggota Pawapeling yang bertugas membimbing
petani bioremediasi. Satu tombak tanah seukuran 14 meter persegi. Padi
hasil bioremediasi tersebut sudah banyak diminati para petani sekitar

19

untuk diproduksi lebih banyak di sawah milik mereka. "Karena ini masih
percobaan, hanya 100 tombak lahan sawah milik warga yang dipakai.
Selanjutnya akan di sosialisasikan ke penduduk agar menggunakan
pupuk seperti kami. Hasilnya lebih baik daripada sebelumnya," kata Adi.
3.2 Penyebab Pencemaran Tanah
Berdasarkan kasus yang terjadi di kawasan Rancaekek, Kabupaten
Bandung tersebut dapat dilihat bahwa terjadi fenomena pencemaran
lingkungan yaitu pencemaran air dan tanah. Air yang tercemar termasuk
air tanah warga, serta air irigasi untuk area persawahan. Sehingga dari
pencemaran air inilah yang memicu tanah di area persawahan menjadi
tercemar pula.
Seperti yang telah tercantum dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun
1997 pencemaran lingkungan adalah masuk atau dimasukkannya mahluk
hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukkannya (Mukono, 2011). Dengan mengacu pada
pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa tanah di area persawahan
kawasan

Rancaekek,

Kabupaten

Bandung

memang

mengalami

pencemaran, karena telah mengalami penurunan fungsi dan bahkan


sudah tidak berfungsi lagi untuk pertanian. Adanya kasus ini tentunya
sangat merugikan bagi pihak petani disana, karena akar masalah berasal
dari pembuangan limbah pabrik tekstil yang mengandung bahan kimia
berbahaya.
Jika mengacu pada sumber penyebab pencemaran, tedapat dua
sumber pencemaran, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara
langsung artinya limbah atau sampah dibuang langsung diatas tanah
sehingga merusak kualitas tanah yang ada. Sedangkan untuk sumber
penyebab pencemaran tak langsung yaitu pencemaran tanah yang
berasal dari pencemaran air dan udara yang nantinya akan mencemari

20

tanah juga akibat letaknya yang berdekatan dengan sumber pencemar (air
dan tanah yang tercemar). Dengan demikian tanah persawahan yang
tercemar akibat pembuangan limbah tekstil merupakan contoh kasus
pencemaran yang bersumber dari penyebab tidak langsung, karena pada
awalnya yang tercemar adalah air irigasi yang selanjutnya mengairi area
sawah sehingga menyebabkan tanahnya juga ikut tercemar.
3.3 Karakteristik Kandungan Limbah Industri Tekstil yang Mencemari
Tanah
Proses industri tekstil dikarakterisasi tidak hanya dari kuantitas
effluennya yang besar, tetapi juga zat kimia yang digunakan untuk
berbagai proses operasinya. Setiap tahapan yang panjang dari proses
basah membutuhkan input air, bahan kimia, dan energi sehingga
menimbulkan limbah pada setiap tahapan tersebut. Fitur lain dari industri
ini, yang merupakan tulang belakang dari mode garmen (fashion),
menuntut adanya kombinasi tipe, pola, dan warna serat sehingga
menghasilkan fluktuasi signifikan pada volume timbulan dan beban
limbah. Proses operasi tekstil menimbulkan banyak limbah, termasuk
limbah cair, gas, dan padat, bahkan beberapa limbah dapat dikategorikan
sebagai limbah berbahaya. Limbah yang ditimbulkan tergantung dari tipe
fasilitas tekstil, proses, dan teknologi yang dioperasikan, serta tipe serat
dan zat kimia yang digunakan.
Karakteristik limbah cair dari setiap tahapan proses operasi tekstil akan
berbeda. Limbah cair dari unit pencetakan dan pewarnaan biasanya
banyak mengandung warna yang terdiri dari residu reaktif kimia dan
pewarnaan dan membutuhkan pengolahan khusus sebelum dibuang ke
lingkungan. Karakteristik dan kuantitas effluen dari industri tekstil akan
berbeda antara industri tekstil satu dengan yang lainnya karena
tergantung dari proses produksi yang dilakukan. Umumnya, limbah cair
industri tekstil besifat alkalin (basa) dan memiliki BOD dengan rentang 700
hingga 2000 mg/L (World Bank ESH, 1998). Karakteristik limbah cair

21

tekstil lainnya yaitu minyak, chrom dan fenol. Kesemua parameter inilah
yang umumnya dihasilkan pada saat produksi tekstil dilakukan.
Limbah cair tekstil mengandung sejumlah senyawa organik baik
yang mudah terdegradasi secara biologis maupun sulit terdegradasi (nonbiodegradable).

Besarnya

kandungan

senyawa

organik

dapat

direpresentasikan sebagai Biochemical Oxygen Demand (BOD) dan


Chemical Oxygen Demand (COD). BOD adalah banyaknya oksigen yang
dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk mengoksidasi senyawa organik,
sedangkan COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi senyawa organik secara kimia sehingga dapat dikatakan
parameter COD sebagai parameter untuk mengetahui konsentrasi
senyawa organik yang dapat dioksidasi oleh oksidator kuat dalam
suasana asam.
Karena limbah cair tekstil mengandung zat pewarna, umumnya
limbah tersebut sulit didegradasi oleh mikroorganisme atau pengolahan
secara biologis. Kandungan organik dalam limbah akan semakin mudah
didegradasi secara biologi apabila semakin tinggi rasio BOD/COD
(Johansen dan Carlson, 1976 dalam Miller dan Nicholas, 2000). Oleh
karena itu, untuk dapat mereduksi BOD dan COD, digunakan pengolahan
secara biologis dengan perlakuan khusus agar proses dapat terjaga
dengan baik. Pada umumnya industri tekstil menggunakan kolam oksidasi
apabila tersedia lahan atau menggunakan proses aerobik lainnya. Proses
ini dapat menurunkan BOD hingga 95% (World Bank ESH, 1998). Sumber
utama BOD adalah bahan kimia, kanji dari proses sizing, minyak untuk
menenun, dan surfaktan biodegradable.
3.4 Dampak yang Ditimbulkan Pencemaran Tanah
Jika berbicara mengenai dampak yang ditimbulkan, hal tersebut tidak
terlepas dari sumber pencemaran yang menyebabkan tanah tercemar.
Kebanyakan tanaman tidak dapat beradaptasi ketika kimia tanah berubah
begitu radikal dalam waktu singkat. Perubahan kimia tanah yang radikal
dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun atau berbahaya yang

22

masuk, bahkan dalam dosis yang kecil sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan
antropoda yang hidup di lingkungan tanah (Gangadhar, Z.S, 2014). Selain
itu dampak lain yang dapat terjadi yaitu pada pertanian terutama
perubahan

metabolisme

tanaman

yang

pada

akhirnya

dapat

menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan


dampak lanjut pada konservasi tanah dimana tanaman tidak mampu
menahan tanah dari erosi.
Dengan berpedoman dari pernyataan diatas, jika dihubungkan dengan
kasus yang terjadi di kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung dapat
dilihat bahwa dampak yang ditimbulkan dari adanya pencemaran tanah
yang berasal dari air irigasi yang terkontaminasi limbah tekstil yaitu:
a. Dampak kerusakan ekosistem
Seperti yang telah dikatakan di awal bahwa adanya pencemaran
tentu akan merusak ekosistem yang ada. Karena keberadaan
bahan pencemar akan mengganggu keseimbangan kehidupan
mikroorganisme pengurai dalam tanah, sehingga tanah yang
seharusnya subur karena adanya aktivitas mikroba pengurai,
menjadi tidak subur kembali. Dengan kata lain, zat-zat biologi
pathogen, kimia pathogen yang terdapat dalam limbah tekstil
seperti chrom, minyak dan fenol akan merusak ekosistem di tanah
daerah persawahan tersebut, yang berujung pada tanah yang tidak
subur dan tidak bisa ditanami.
b. Dampak ekonomi
Setelah ekosistem sawah terganggu, maka hal ini tentu merugikan
pihak petani yang mempunyai lahan di daerah tersebut. Dengan
kondisi tanah yang tidak subur dan bahkan tidak dapat ditanami hal
ini berdampak terhadap menurunnya pendapatan dari petani.
Kurangnya

pendapatan

sama

dengan

menurunkan

tingkat

perekonomian masyarakat sekitar. Jika kondisi ini terus berlanjut


maka angka kesejahteraan masyarakat ataupun petani di daerah
tersebut akan mengalami penurunan pula.
c. Dampak kesehatan

23

Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada


tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi
yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida
merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Jadi jika
tanah yang tercemar bahan seperti chrom yang bersumber dari
limbah industri tekstil ini nantinya ditanami tanaman, dan setelah itu
tanaman yang mengandung chrom tinggi dikonsumsi manusia
maka dapat menyebabkan resiko penyakit kanker.
3.5 Penanggulangan Kasus Pencemaran Tanah
Provost dan Smith (1989) dalam Hendrickx dan Boardman (1995)
membagi limbah menjadi empat tipe.
a. Sulit untuk diolah (hard-to-treat),
b. Mudah menyebar (highly dispersible),
c. Berbahaya dan beracun (hazardous and toxic), dan
d. bervolume besar
Keempat tipe limbah ini dapat ditemui di industri tekstil dan memiliki
karakteristik spesifik masing-masing. Pengolahan akan lebih mudah
apabila masing-masing limbah dipisah sebelum dikombinasikan.
Limbah yang sulit untuk diolah terdiri dari limbah berwarna, logam,
fenol, senyawa organik toksik, dan fosfat. Limbah berwarna dan logam
berasal terutama dari proses pewarnaan dan pencetakan, meskipun
sumber logam terkadang terdapat di proses lain. Fosfat utamanya
digunakan pada proses persiapan dan pewarnaan. Selain itu, yang
termasuk limbah-limbah yang sulit untuk diolah adalah limbah yang
mengandung materi organik non-biodegradable seperti surfaktan tertentu,
pelarut, dan lain-lain. Limbah ini tahan terhadap pengolahan dan dapat
meningkatkan toksisitas perairan dalam effluen. Oleh karena itu, limbahlimbah tersebut dapat dikategorikan sebagai limbah berbahaya dan
beracun (Smiths, 1988).

24

Ada beberapa cara untuk mengurangi jumlah limbah yang sulit diolah ini,
dari sudut pandang reduksi dari sumber, yaitu:
a.

Substitusi bahan kimia, kontrol, dan konservasi

b.

Penangkapan limbah kemudian reuse dan recycle, dan

c.

Pemilahan

Pencemaran tanah didefinisikan

sebagai penumpukan senyawa gas

beracun pada tanah, senyawa kimia, garam, bahan radioaktif atau agen
penyebab penyakit menumpuk diatas tanah dan memiliki efek buruk pada
pertumbuhan tanaman dan kesehatan hewan (Ashraf, Maah, Yussof,
2014).
Sedangkan jika ditinjau dari kasus yang terjadi di kawasan Rancaekek,
Kabupaten Bandung tersebut hal yang dapat dilakukan adalah salah
satunya

dengan

cara

bioremidiasi.

Bioremediasi

adalah

proses

pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme


(jamur,

bakteri).

Bioremediasi

bertujuan

untuk

memecah

atau

mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracunatau


tidak beracun (karbon dioksida dan air).
Metode bioremediasi bersifat organik dan terbukti aman dan juga
efektif untuk membersihkan tanah atau wilayah perairan yang terpapar
oleh limbah pertambangan atau industri seperti minyak mentah, dalam
kaitannya dengan proses eksplorasi dan produksi migas. Mikroba yang
hidup di tanah dan air tanah memakan senyawa hidrokarbon atau minyak
mentah. Setelah senyawa minyak dimakan, proses pencernaan pada
mikroba tersebut secara alami mengubah senyawa minyak menjadi air
dan gas yang tidak berbahaya dan aman bagi lingkungan. Proses
bioremediasi mengembalikan tanah ke bentuk asalnya, sehingga aman
untuk digunakan di berbagai jenis lingkungan baik untuk kegiatan
pertanian, perkebunan, peternakan dan lain lain.

25

Bioremediasi sepenuhnya menggunakan mikroba yang secara


alami dan dapat hidup di tanah. Mikroba tersebut tidak membahayakan
lingkungan. Mikroba diberi nutrisi berupa pupuk yang lazim digunakan di
taman dan lahan kebun agar tumbuh dan bekerja secara efektif sehingga
bisa mempercepat proses remediasi dan juga tidak ada tambahan bahan
kimia berbahaya selama proses bioremediasi. Bioremediasi sudah di uji
dengan Standar Pengujian Tanah (SPT) dengan menggunakan Total
Petroleum Hydrocarbon (TPH) yakni persentase kandungan minyak
mentah pada tanah yang terpapar untuk menentukan tingkat aman bagi
lingkungan.
Teknologi bioremediasi banyak digunakan pada pencemaran di
tanah karena beberapa keuntungan menggunakan proses alamiah atau
bioproses. Tanah atau air tanah yang tercemar dapat dipulihkan ditempat
tanpa harus mengganggu aktifitas setempat karena tidak dilakukan proses
pengangkatan polutan. Teknik ini disebut sebagai pengolahan in-situ.
Teknik bioremediasi yang diterapkan di Indonesia adalah teknik ex-situ
yaitu proses pengolahan dilakukan ditempat yang direncanakan dan tanah
tercemar / polutan diangkat ke tempat pengolahan.

26

BAB 4. PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pencemaran tanah ialah suatu kondisi masuk atau dimasukkannya
mahluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam tanah dan
atau berubahnya tatanan tanah oleh kegiatan manusia atau oleh proses
alam, sehingga terjadi penurunan kualitas tanah sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan tanah menjadi kurang atau tidak berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukkannya.
Terdapat beberapa ciri-ciri tanah yang tercemar, antara lain yaitu
tanahnya tidak subur, pH tanah dibawah 6 (tanah asam) atau pH diatas 8
(tanah basa), berbau busuk, mengandung logam berat, mengandung
mikroorganisme pathogen, mengandung sampah anorganik maupun
sampah organik.

Usaha penanggulangan pencemaran tanah dapat

dilakukan dengan langkah pencegahan dan langkah penanggulangan.


Langkah

penanggulangan

dibagi

menjadi

tiga

yaitu

remediasi,

bioremediasi dan . Remediasi ialah kegiatan untuk membersihkan


permukaan tanah yang tercemar, sedangkan bioremediasi adalah proses
pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme
(jamur, bakteri). Fitoremediasi ialah penggunaan tanaman hijauan untuk
memindahkan, menyerap dan atau mengakumulasikan serta mengubah
kontaminan yang berbahaya menjadi tidak berbahaya.
4.2 Saran
Disarankan para pembaca mencari referensi lain yang berkaitan
dengan materi pada makalah ini. Selain itu, diharapkan para pembaca
setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari dalam menjaga kelestarian tanah beserta penyusun
yang ada di dalamnya.

27

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Tanpa tahun. Deforestation. [serial online] dikases tangal 02
Oktober

2015.

http://environment.nationalgeographic.com/environment/globalwarming/deforestation-overview/
Ashraf A.M., Maah, J.M., Yusoff, I. 2014. Soil Contamination, Risk
Assessment and Remidiation.
Environmental Pollution Centers. Soil Pollution [serial online] diakses
tanggal

02

Oktober

2015

http://www.environmentalpollutioncenters.org/soil/
Gangadhar, Z.S. 2014. Environmental Impact Assessment on Soil
Pollution Issue about Human Health. International Research
Journal of Environment Sciences. ISSN 2319-1414. Vol 3(11),78-81
Mukono, J. 2006. Prinsip Dasar Kesehatan Lingkungan. Surabaya :
Airlangga University Press
Outerbridge, T. 1991. Limbah Padat Di Indonesia: Masalah Atau Sumber
Daya?. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Ruckelshaus, W. Sail Pollution. [Serial online] diakses tanggal 07 Oktober
2015

http://www.conserve-energy-future.com/causes-and-effects-

of-soil-pollution.php)
Rustiadi

E.,

Arsyad

S.

2008.

Penyelamat

Tanah,

Air,

dan

Lingkungan.Bogor : Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia


[serial

online]

diakses

tanggal

07

Oktober

2015

https://books.google.co.id/books?
id=EDreouWbwHYC&pg=PA28&dq=dampak+pencemaran+tanah&
hl=id&sa=X&ved=0CCMQ6AEwAjgeahUKEwiTorvQ3bDIAhUGkY4
KHTGzA5U#v=onepage&q=dampak%20pencemaran
%20tanah&f=true
Sastrawijaya, T.A. 2000. Pencemaran Lingkungan. Jakarta : PT Rineka
Cipta

28

Soeriaatmadja, E. 1997. Ilmu Lingkungan. Bandung : Penerbit ITB


Sumatri, A. 2013. Kesehatan Lingkungan Edisi Revisi. Jakarta : Kencana
Prenada Media Group
Susanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah (Konsep dan Kenyataan).
Yogyakarta : Kansius

Anda mungkin juga menyukai