PENDAHULUAN
2.
3.
4.
pada
koefisien
perpindahan
massa
serta
gradient
konsentrasi
konsentrasi tersebut tidak merata maka larutan tersebut secara spontan akan menjadi
merata melalui mekanisme yang disebut difusi. Komponen akan bergerak dari konsentrasi
tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
Secara teoritis proses difusi dapat terjadi melalui dua mekanisme, yaitu:
1.
Mekanisme difusi molekular (molecular diffussion): Proses ini sering terjadi pada
fluida yang tidak mengalir. Hal di sekitar kita melibatkan mekanisme difusi jenis ini,
diantaranya adalah gula pasir yang dimasukkan ke dalam air akan melarut dan
berdifusi ke dalam larutan air, begitu juga dengan kasus pakaian basah yang dijemur
akan menjadi kering secara perlahan akibat adanya difusi dari air ke udara.
2.
ditinjau, kecepatan aliran kedua fasa, waktu kontak antar kedua fasa, serta keadaan
system itu sendiri. Karakteristik perpindahan massa pada keadaan laminar akan berbeda
dengan perpindahan massa pada keadaan turbulen. Meskipun dalam percobaan Wetted
Wall Column ini tidak ditujukan untuk pemisahan komponen, tetapi cukup dapat
digunakan untuk menerangkan mekanisme perpindahan massa serta untuk memahami
karakteristik perpindahan massa secara umum.
1.2.1 Hukum Fick Pertama dan Kedua
Bila ditinjau komponen A bergerak di dalam suatu larutan, maka laju pindah
massa A dalam arah z per-satuan luas (flux A) didefinisikan sebagai berikut:
J A D AB
C A
C A
CD AB
z
z
(1)
Persamaan diatas biasa disebut sebagai Hukum Fick pertama. Hukum Fick
2
Pertama didasarkan adanya pemahaman mengenai gradien konsentrasi antara dua titik
akibat terjadinya difusi molekular (molecular diffusion), yang dapat didefinisikan sebagai
proses perpindahan atau gerakan molekul-molekul secara individual yang terjadi secara
acak. DAB disebut sebagai difusifitas zat A melalui zat B. Jika komponen A dan komponen
B bergerak, maka perpindahan massa harus didefinisikan terhadap suatu posisi yang
tertentu, berkas aliran komponen A disebut NA dan berkas B berharga negatif dan disebut
NB. Sehingga berkas aliran total menjadi:
(2)
N = NA + NB
dan pergerakan komponen A yang dihasilkan dari difusi JA. Persamaan 2 dapat ditulis
cA
dx
( N A N B ) cD AB A
c
dz
(3)
Persamaan diatas disebut sebagai hukum Fick kedua. Pada persamaan Hukum
Fick kedua mekanisme perpindahan massa konveksi mulai diperhitungkan karena fluida
mengalami pergerakan sehingga mempengaruhi proses difusi. Untuk gas ideal berlaku :
P
R.T
c Ac PA
c P
, PA x A .P, dan
(4)
PA
D dPA
( N A N B ) AB
P
R.T dz
(5)
Pada suatu perpindahan massa WWC, laju perpindahan massa pada lokasi tertentu
dapat dihitung dengan mengintegrasikan persamaan di atas dengan menganggap N A=0
(tidak ada perpindahan massa udara ke air).
3
Perpindahan massa sangat dipengaruhi dengan waktu kontak antara aliran air dan
udara, selain itu banyak dipengaruhi oleh faktor lain seperti keadaan aliran air yang
laminer atau turbulen. Pada percobaan ini, divariasikan pula aliran udara dengan merubah
laju alirnya. Hasil perpindahan massa yang terjadi diukur melalui humiditas (kelembaban)
udara yang telah kontak dengan air.
Neraca Massa WWC
Laju
perpindahan
massa
pada
lokasi
tertentu
dapat
dihitung
dengan
D AB PT
PAi PA1
RT z.PBM
z2
D
N A dz AB
RT
z1
PAi
PA!
dPA
P
1 A
P
(6)
(7)
NA
D AB .P
( PAi PA1 ) k G ( PAi PA1 )
RT ( z1 z i ) PBM
(8)
dengan
(9)
PBM
PBM PBL
PBL
PBi
ln
Persamaan
ln
PAL PAi
P PAL
P PAi
perpindahan massa, seperti NA = ky (yAi-yA1) = kG (PAi-PA1) = kc (cAi cA1). Dengan ky, kG, kc
adalah koefisien perpindahan massa lokal dengan satuan yang sesuai. Perpindahan massa
terjadi sepanjang kolom seperti terlihat pada gambar 2 dibawah, maka berkas molar N A
dapat dituliskan sebagai berikut:
NA = ky,av (yAi-yA1)M = kG,av (PAi-PA1)M
ky,av dan kG,av adalah koefisien perpindahan massa rata-rata, dengan
( y Ai y A1 ) M
( y AI y AO ) ( y AI y AL )
y y AO
ln Ai
y AI y AL
= beda konsentrasi
logaritmik
dL =
G.dy
dA
G P (1 y )( y i y )
G
,
k G .P
diasumsikan
k G. P
dy
1
1
ln
G
(1 y i ) (1 y )( y i y ) (1 y i )
y i y A0
y i y AL
1 y AL
1 y AO
(10)
k G .PBM .RT .d
P.D AB
(11)
(12)
dengan
.v.d .
(13)
.D AB
(14)
Re =
Sc
laminer dapat diketahui dari bilangan Reynold. Sedangkan bilangan Schmidt merupakan
bilangan yang menghubungkan karakteristik fluida yang mengalir dengan kemampuan
berdifusinya. Selain bilangan Sherwood, korelasi lain yang menggambarkan terjadinya
transfer massa dapat digambarkan dalam bilangan Grashoft, Peclet maupun Stanton.
Dalam percobaaan ini bilangan yang dijadikan korelasi transfer massa dalam
Wetted Wall Column adalah bilangan Sherwood. Bilangan Sherwood sendiri merupakan
kombinasi dari bilangan Schmidt dan Reynold dengan kostanta tertentu. Dalam hal ini
ternyata laju alir udara dan air yang rendah memperbesar harga bilangan Sherwood. Ini
menandakan bahwa bilangan Sherwood merefleksikan fenomena transfer massa yang
terjadi, untuk laju alir yang rendah menghasilkan transfer massa yang besar dan
direfleksikan oleh bilangan Sherwood yang besar.
Bilangan Reynold yang terjadi dalam percobaan sangat bervariasi. Mekanisme
transfer massa yang terjadi karena bilangan reynold hanya mengidentifikasikan
karakteristik aliran fluida yang terjadi. Untuk aliran fluida yang cenderung bergolak dan
bergelombang dan diidentifikasikan oleh bilangan reynold > 10000 disebut fenomena
aliran turbulen. Dan untuk Re < 2100 dikatakan fenomena aliran laminer. Untuk nilai
reynold antara 2100 -10000, aliran dikatan bersifat transisi.
Bilangan Schmidt dalam percobaan sangat bergantung pada mekanisme kontak
dan transfer massa yang terjadi juga pada karakteristik aliran fluida. Sehingga untuk laju
alir udara dan laju alir yang rendah bilangan Schmidt cenderung semakin besar. Begitu
pula sebaliknya. Konstanta penghubung dalam bilangan Sherwood (k,a, dan b dilakukan
dengan menentukan bilangan Sherwood, Reynold, dan Schmidt secara terpisah untuk
selanjutnya dapat ditentukan konstantanya dengan persamaan least square).
1.2.4 Kelembaban Udara Absolut (H)
Secara alamiah air akan selalu berada dalam kesetimbangan antara fasa cair dan
gasnya. Hal ini akan memudahkan dalam menemukan air sebagai uap air dalam udara
kering atau disebut juga sebagai kelembaban udara absolut, H. Hubungan antara
kelembaban udara dengan suhu disajikan pada grafik psycrometric chart.
Kelembaban udara absolut (H), ialah: jumlah massa uap air yang terkandung di
dalam 1 kg udara kering
2.
3.
Dry bulb temperature (Td) atau suhu bola kering : suhu aliran udara
4.
Wet bulb temperature (TW) atau suhu bola basah : suhu ketika jumlah air
dikontakkan dengan aliran udara pada kondisi abiatik dan tunak tetapi tidak berada
dalam kesetimbangan
5.
Koefisien perpindahan massa (kG) : fluks molar uap air yang berpindah dari air ke
udara untuk setiap 1 Pa udara.
9
Y A1
( H i / M A)
(H i / M A 1 / M B )
(1.16)
dimana A = air, B = udara, dan Hi = kelembaban. Terlihat humidity realtif dari udara
kering adalah nol. Ini terjadi karena pada udara kering tidak mengandung udara kering
sehingga humidity relatifnya adalah 0%.
Humidity absolut udara keluar lebih besar karena dengan dikontakkannya udara
dengan air sebelum udara keluar, otomatis, kandungan air dalam udara setelah
pengontakkan akan lebih besar. Adapun humidity interface memiliki kecenderungan lebih
kecil dari udara keluar, hal ini karena humidity interface sangat dipengaruhi temperatur
udara bula dalam permukaan kontak, sedangkan temperatur bula udara merupakan
temperatur rata-rata dari udara masuk dan udara keluar.
Laju alir udara dan air yang berbeda seharusnya mempengaruhi kelembaban
absolut udara, namun dalam percobaan ini ternyata harga kelembaabn udara relatif sama
untuk setiap laju alir, hal ini dikarenakan temperatur udara masuk dan keluar pada laja alir
yang relatif sama. Laju alir yang rendah memungkinkan terjadinya kontak yang besar
sehingga tentunya transfer massa antara air ke udara menjadi besar yang ditunjukkan oleh
besarnya humidity absolut. Namur meski demikian peran laju alir tetap berpengaruh.
Sehingga humidity absolut akan bernilai optimum pada saat laja alir udara dan air
minimum.
10
koefisen perpindahan massa disimbolkan dengan kG. Bila dipandang sebagai akibat
pengaruh konsentrasi dari fluida yang dikontakkan maka koefisien perpindahan massanya
disimbolkan dengan kc (untuk gas) dan kL (untuk liquid). Bila transfer massa dipengaruhi
oleh fraksi mol konstituen yang berkontakkan maka disimbolkan dengan k y (gas) atau kL
(liquid).
Dalam percobaan ini koefisien perpindahan massa disimbolkan dengan kG karena
transfer massa diakibatkan oleh beda tekanan (p) antara air dan udara. Seharusnya
semakin kecil laju alir air akan memperbesar kontak harga k G. Hal ini terjadi karena pada
laju alir yang kecil akan memperbesar kontak antara air dan udara yang mempermudah
transfer massa antara keduanya sehingga koefisien transfer massanya pun besar.
Secara eksperimental penentuan dan pengukuran harga koefisien transfer massa
dapat dilakukan dengan metode :
a. Transfer massa eksternal, seperti difusi partikel keluar pipa atau silinder.
b. Pengukuran laju dissolution solid pada berbagai laju alir liquid untuk mengukur
koefisien transfer massa liquid dalam aliran turbulen.
c. Wetted Wall Column.
d. Eksperimen yang dibuat dalam peralatan mass transfer aktual, seperti packed column.
Menentukan NA Percobaan dan NA Hitungan
Fluks molar dari A (NA) dapat ditentukan baik dari percobaan maupun dari
perhitungan. Fluks molar A (NA) tersebut menunjukkan berkas aliran dengan fungsi posisi
yang menunjukkan terjadinya fenomena pergerakan aliran A untuk selanjutnya berdifusi
ko konstituen B. Fluks molar yang positif dan negatif menunjukkan berkas aliran dengan
posisi yang saling berlawanan (counter current).
Kolom udara : berfungsi sebagai tempat terjadinya proses kontak antara air
dan
udara, dimana dinding bagian dalam kolom akan dialiri air yang dialirkan melalui
selang kecil, kemudian dari bawah akan dialirkan udara ke atas dengan kompresor.
Sumber air : berasal dari lab POT yang dialirkan ke alat melalui selang kecil
Air masuk
Air masuk
13
Udara
masuk
Gambar 1.5 Skema sederhana aliran udara dan air pada WWC
BAB II
DATA PERCOBAAN
Tout dry
Twet udara
Tout air
Humidity out
28,00
udara (oC)
28,00
(oC)
27,00
(oC)
27
67,00
15
20
28,00
30
28,00
40
28,00
50
28,00
dengan laju alir air = 1,1067 ml/s
28,00
27,80
27,20
27,10
27,00
26,80
26,00
26,00
27,1
27
26,5
26,5
69,00
69,00
70,00
71,00
(mm)
(oC)
10
28,00
20
28,00
30
28,00
40
28,00
50
28,00
dengan laju alir air = 9,438 ml/s
(oC)
28,00
28,00
27,80
27,80
28,00
Twet udara
Tout air
Humidity out
(oC)
26,00
25,60
25,00
25,00
25,00
(oC)
27,2
27
27
27
27
65,00
66,00
65,00
69,00
73,00
Twet udara
Tout air
Humidity out
(oC)
27,00
27,80
27,80
27,20
27,00
(oC)
29
28,5
28,5
28
28,5
76,00
79,00
81,00
80,00
81,00
(mm)
(oC)
(oC)
10
28,50
28,50
20
28,50
28,80
30
28,50
28,90
40
27,00
28,30
50
27,00
28,20
dengan laju alir air = 33,2824 ml/s
BAB III
PENGOLAHAN DATA
: 26 oC
16
: 1,5875 cm
Diameter kolom
: 4,7 cm
: 1 gram/cm3
Viskositas air
: 0,01 gram/cm.s
Re =
Tbulk =
Tin Tout
2
Tint =
Tbulk Twet
T
ln bulk
Twet
H .M B .Pt
M A H .M B
dimana Pt merupakan P total. Jika yang digunakan adalah H A0 maka hasilnya adalah PA0.
Jika yang digunakan adalah HAL maka hasilnya adalah PAL. Jika yang digunakan adalah
HAi maka hasilnya adalah PAi.
Menghitung densitas udara ( udara)
Untuk menghitung densitas udara menggunakan persamaan:
P.M B
R.T
Suhu yang digunakan pada perhitungan densitas adalah Tin dry.
Menghitung perbedaan tekanan (P)
Perbedaan tekanan dihitung dengan menggunakan persamaan:
P = f g h
Dengan f merupakan massa jenis fluida pada manometer, yaitu 0.766 gr/cm3
Menghitung laju alir volume udara (Q)
Untuk bagian pengolahan data ini, dapat digunakan grafik yang disediakan pada modul
WWC, yaitu kurva kalibrasi orifice meter dengan beda tinggi manometer (mm) sebagai
sumbu x dan flow rate (L/s) sebagai sumbu y. Data yang diambil berupa beda tinggi
manometer dalam cm, sehingga dengan hanya menkonversi menjadi mm, maka kita akan
mendapatkan nilai Q. Asumsi : grafik tersebut merupakan hasil kalibrasi dari zat A dan
sudah merupakan laju alir udara ketika melalui kolom, bukan laju alir udara ketika
melewati manometer.
Menghitung laju udara (v)
v
Q
A
.Q
MB
kG
ln i
(1 y i ).Pt . As y i y AL
Persamaan yang digunakan:
Menghitung difusifitas air ke udara, DAB
Persamaan yang digunakan:
2.334
Tint
D AB 3.64 x10
TCA.TCB
1 y AL
y
A0
. TCA .TCB
2.5
1
1
.
MA MB
0.5
PBL PBi
P
ln BL
PBi
Sh K . Re a .Sc b
dimana nilai K, a, dan b merupakan konstanta yang akan dicari dalam pengolahan
data.
Menghitung bilangan Reynold (Re) udara
Persamaan yang digunakan:
19
.v.d
Re =
Menghitung bilangan Schmidt (Sc)
.D AB
Sc =
= 1.1776 gr/Liter
Mencari nilai konstanta a
Untuk nilai K dan Sc yang konstan dapat dilakukan dengan cara berikut ini:
Jika dimisalkan, K . Scb = P , maka
a
b
S h=K . . Sc
S h=( K . Sc b ) a
S h=P . a
log S h=log P+ a log
Y =C +m X
Persamaan diatas merupakan analogi dari persamaan garis linier, sehingga dapat
dibuat grafik dengan memploting log Sh sebagai sumbu-y dan log Re sebagai sumbux. Gradien dari persamaan garis linier grafik ini merupakan konstanta a.
log
Sh
=log K . b log Sc
a
20
Y =C +m X
Persamaan diatas merupakan analogi dari persamaan garis linier, sehingga dapat
dibuat grafik dengan memploting log Sh/Rea sebagai sumbu-y dan log Sc sebagai
sumbu-x. Gradien dari persamaan garis linier grafik ini merupakan konstanta b, serta
intersepnya merupakan konstanta K.
10
28,00
20
28,00
30
28,00
40
28,00
50
28,00
Dengan laju alir air = 1,1067 ml/s
Tout dry
Twet udara
Tout air
Humidity out
udara (oC)
28,00
28,00
27,80
27,20
27,10
(oC)
27,00
27,00
26,80
26,00
26,00
(oC)
27
27,1
27
26,5
26,5
67,00
69,00
69,00
70,00
71,00
.v.d
Re =
Re =
Maka alirannya LAMINER
Hasil perhitungan untuk Tbulk , Tint , HAo , HAL , Hint , YAo , YAL , YAi
h
Tbulk
Tint
HAo
HAL
Hint
YAo
YAL
YAi
10
20
30
40
50
28,00
28,00
27,90
27,60
27,55
27,4970
27,4970
27,3463
26,7920
26,7675
0,0216
0,0216
0,0214
0,0200
0,0200
0,0216
0,0216
0,0215
0,0203
0,0203
0,0223
0,0223
0,0217
0,0205
0,0205
0,0336
0,0336
0,0333
0,0312
0,0312
0,0336
0,0336
0,0335
0,0317
0,0317
0,0347
0,0347
0,0338
0,0320
0,0320
21
Pt
PAo
PAL
PAi
udara
Qudara
vudara
KG
1,1737
1350
68,790
54,63
0
0
(105
7506,8
1,0001
0,034
)
3,9
0,0011
15013,
1,0001
0,034
0,0011
3,9
1,1738
1804
91,924
9
73,02
6
22520,
1,0002
0,033
0,00112
3,8
1,1739
2250
114,650
91,07
0,01
129,936
9
103,2
7
0,04
142,675
3
113,3
4
0,04
4
30027,
2
37534
1,0003
1,0004
0,031
0,031
0,0001
3,2
0,0001
3,2
1,1740
2550
1,1741
2800
PBL
0,998
PBi
1,0000
PBM
0,9994
9
84829108,2
9
0,999
3
1,0001
9
0,9995
83742066,4
0,999
1
1,0001
6
0,9996
5
79827985,1
1
0,999
8
1,0002
5
0,9997
3
79651690,5
3
0,999
6
1,0003
9
0,9998
Re
2099564,35
Sc (10-12)
1,86344
7
2805847,98
1,86344
2,215
4
3499792,55
1,88749
22
5,819
3966725,44
1,97989
6,398
3
4355942,79
1,98412
2
Dari hasil tersebut dapat dilihat besarnya bilangan Schmidt tidak jauh berbeda, sehingga
dapat dianggap konstan. Sehingga untuk mencari nilai konstanta a, b, dan K dapat
menggunakan langkah-langkah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Mencari konstanta a
log Sh (sumbu y)
Error
Error
-8,6547
-8,2352
-8,194
log Re (sumbu x)
6,32213
6,44806
6,54404
6,59843
6,63908
Karena terdapat dua nilai yang tidak dapat didefinisikan (Error), maka hanya tiga titik
yang digunakan untuk menggambarkan grafik log Sh vs log Re.
Log Sh vs Log Re
-7.9
6.52
-8
-8.1
-8.2
Log Sh -8.3
-8.4
-8.5
-8.6
-8.7
6.54
6.56
6.58
6.6
6.62
6.64
6.66
f(x) = 5x - 41.36
R = 0.88
Log Re
Dari grafik di atas dapat diketahui persamaan garis liniernya adalah y = 5,004x + 41,36
dan konstanta a = slope garis, sehingga konstanta a = 5,004
23
log
Sh
=log K . b log Sc
5,004
Sh
-42
5,004 (10 )
log
Sh
5,004 (sumbu
log Sc (sumbu x)
y)
Error
Error
-41,40109668
-41,25371356
-41,41594586
0
0
4E-42
5,6E-42
3,8E-42
-11,73
-11,73
-11,724
-11,703
-11,702
Karena terdapat dua nilai yang tidak dapat didefinisikan (Error), maka hanya tiga titik
log
Sh
5,004
vs log Sc.
-11.72
-11.71
Log Sh/Re^5,004
f(x) = 2.87x - 7.77
R = 0.15
Log Sc
24
-41.15
-11.7
-41.2
-41.25
-41.3
-41.35
-41.4
-41.45
Dari grafik di atas dapat diketahui persamaan garis liniernya adalah y = 2,867x 7,773,
konstanta b = slope garis, sehingga konstanta b = 2,867 dan konstanta K = intersep,
sehingga konstanta K = -7,773.
Twet udara
Tout air
Humidity
(oC)
28,00
28,00
27,80
27,80
28,00
(oC)
26,00
25,60
25,00
25,00
25,00
(oC)
27,2
27
27
27
27
out
65,00
66,00
65,00
69,00
73,00
(mm)
(oC)
10
28,00
20
28,00
30
28,00
40
28,00
50
28,00
dengan laju alir air = 9,438 ml/s
.v.d
Re =
757,34
Re =
Maka alirannya TRANSISI
Hasil perhitungan untuk Tbulk , Tint , HAo , HAL , Hint , YAo , YAL , YAi
h
10
20
30
40
Tbulk
28,00
Tint
26,98
HAo
0,020
HAL
0,020
Hint
0,0201
YAo
0,0312
YAL
0,0312
YAi
0,03136
28,00
8
26,78
0
0,019
0
0,019
0,0200
2
0,0310
2
0,0310
8
0,03121
27,90
2
26,42
9
0,019
9
0,019
0,0199
6
0,0307
6
0,0309
6
0,03120
27,90
3
26,42
7
0,019
8
0,019
9
0,0199
6
0,0307
1
0,0309
1
0,03120
25
50
28,00
26,47
0,019
0,019
0,0199
0,0307
0,0307
0,03106
Pt
PAo
PAL
PAi
udara
(10-
Qudar
vudara
Kg
7506,8
1,0000
0,03
0,00097
3,05
1,1737
1350
68,7898
54,639
15013,
7
1,0001
1
0,03
4
0,00096
7
3,01
3
1,1738
1804
91,9236
73,020
6
22520,
5
1,0002
1
0,03
5
0,00095
3
2,96
2
1,1739
2250
114,649
91,079
0,01
4
30027,
2
1,0003
1
0,03
1
0,00095
8
2,96
0
1,1739
2550
7
129,936
103,23
7
0,02
2
37534
0
1,0003
1
0,03
1
0,00094
8
2,94
9
1,1740
2800
3
142,675
0
113,35
0
0
26
PBL
0,9991
PBi
1,00004
PBM
0,99957
7
79770572,
0,99918
4
1,00011
1
0,99965
3
77294163,
3
0,99927
8
1,00019
0,99973
9
77288437,
1
0,99934
3
1,00026
2
0,99980
4
77612088,
5
0,99942
7
1,00034
6
0,99988
Re
2099564,35
Sc (10-12)
1,94655
7
2805847,98
1,98161
2,412
2,733
4
3499792,55
3966725,44
2,04494
2,04494
3
4355942,79
2,03626
2
Dari hasil tersebut dapat dilihat besarnya bilangan Schmidt tidak jauh berbeda,
sehingga dapat dianggap konstan. Sehingga untuk mencari nilai konstanta a, b, dan K
dapat menggunakan langkah-langkah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Mencari konstanta a
log Sh (sumbu y)
log Re (sumbu x)
Error
Error
6,32212919
6,44806414
27
-8,617701
-8,563311
Error
6,5440423
6,59843214
6,63908217
Karena terdapat tiga nilai yang tidak dapat didefinisikan (Error), maka hanya dua titik
yang digunakan untuk menggambarkan grafik log Sh vs log Re.
Log Sh vs Log Re
6.54
Log Sh
6.55
6.56
6.57
6.58
6.59
6.6
6.61
f(x) = 1x - 15.16
R = 1
Log Re
Dari grafik di atas dapat diketahui persamaan garis liniernya adalah y = x 15,16 dan
konstanta a = slope garis, sehingga konstanta a = 1
Mencari konstanta K dan b
Dari langkah sebelumnya didapat nilai konstanta a sebesar 1, jadi
1
Sh=K . . Sc
Sh
b
=K . Sc
1
log
Sh
=log K . b log Sc
1
28
Sh
1 (10
42
)
0
0
6,89
6,89
0
log
Sh
1 (sumbu
log Sc (sumbu x)
y)
Error
Error
-15,1617432
-15,1617432
Error
-11,7107
-11,703
-11,6893
-11,6893
-11,6912
Karena terdapat tiga nilai yang tidak dapat didefinisikan (Error), maka hanya dua titik
log
Sh
1
vs log Sc.
-22
-20
-18
-16
Log Sh/Re^1
-14
-15.16
-15.16
-12-15.16
-10
-15.16
-15.16
-15.16
-15.16
-15.16
-15.16
-15.16
-15.16
Log Sc
Dari grafik di atas dapat diketahui persamaan garis liniernya adalah y = 1,136x 1,904,
konstanta b = slope garis, sehingga konstanta b = 1,136 dan konstanta K = intersep,
sehingga konstanta K = -1,904.
29
Twet udara
Tout air
Humidity out
(oC)
27,00
27,80
27,80
27,20
27,00
(oC)
29
28,5
28,5
28
28,5
76,00
79,00
81,00
80,00
81,00
(mm)
(oC)
(oC)
10
28,50
28,50
20
28,50
28,80
30
28,50
28,90
40
27,00
28,30
50
27,00
28,20
dengan laju alir air = 33,2824 ml/s
Menghitung bilangan Reynold aliran air
.v.d
Re =
2670,74
Re =
Maka alirannya TURBULEN
Hasil perhitungan untuk Tbulk , Tint , HAo , HAL , Hint , YAo , YAL , YAi
Tbulk
Tint
HAo
HAL
Hint
YAo
YAL
YAi
h
10
28,5
27,743
0,022
0,022
0,022
0,03498
0,03498
0,03513
20
0
28,6
2
28,222
5
0,024
5
0,025
6
0,024
2
0,03797
2
0,03871
2
0,03767
30
5
28,7
9
28,247
5
0,024
0
0,024
3
0,024
3
0,03797
8
0,03842
5
0,03752
40
0
27,6
6
27,424
5
0,024
8
0,023
2
0,022
3
0,03767
0
0,03573
6
0,03543
50
5
27,6
4
27,298
3
0,024
0
0,023
8
0,023
5
0,03722
2
0,03648
2
0,03573
Pt
1,0000
PAo
0,035
PAL
PAi
udara
Qudara
vudara
Kg
0,0012
(10-5)
4,299
1,17
1350
68,789
54,549
30
15013,
7
1,0001
0
0,038
2
0,0014
6
22520,
3
1,0002
0
0,038
7
0,0014
4
30027,
2
1,0002
0
0,037
6
0,0013
2
37534
9
1,0003
7
0,037
5
0,0013
5,540
2
1,17
5,476
2
1,17
4,771
2
1,17
4,854
8
1,17
1804
91,924
2550
0
129,93
103,57
0,0294
0,0970
2800
6
142,67
4
113,73
0,0367
PBL
0,99885
PBi
1,00003
PBM
0,99944
5
90148214,
0,99867
1
1,00009
1
0,99938
9
90326098,
8
0,99876
3
1,00016
5
0,99946
3
84294891,
3
0,99895
8
1,00024
5
0,99959
4
83391231,
0,99901
9
1,00032
9
0,99966
Re
2096084,
Sc (10-12)
1,82809
-5,27
2
2801197,
1,7564
-3,63
1
3493991,
1,75281
1,249
5
3979941,
1,86874
31
90,928
0,0426
-
114,65
2250
72,899
4,748
4370455,
1,88885
3
Dari hasil tersebut dapat dilihat besarnya bilangan Schmidt tidak jauh berbeda, sehingga
dapat dianggap konstan. Sehingga untuk mencari nilai konstanta a, b, dan K dapat
menggunakan langkah-langkah seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Mencari konstanta a
log Sh (sumbu y)
Error
Error
Error
-7,903534844
-8,323524339
log Re (sumbu x)
6,321409
6,447344
6,543322
6,599877
6,640527
Karena terdapat tiga nilai yang tidak dapat didefinisikan (Error), maka hanya dua titik
yang digunakan untuk menggambarkan grafik log Sh vs log Re.
Log Sh vs Log Re
-7.6
6.6
-7.7
6.6
-7.8
-7.9
Log Sh
-8
-8.1
-8.2
-8.3
-8.4
Log Re
Dari grafik di atas dapat diketahui persamaan garis liniernya adalah y = -10,33 + 60,28
Dan konstanta a = slope garis, sehingga konstanta a = -10,33
32
log
=K . Sc b
Sh
10,33
=log K . b log Sc
Sh
10,33
-60
(10 )
0
-210,36
-14,2161
1,87582
1,8755
log
Sh
10,33
(sumbu
y)
Error
Error
Error
60,2731911
60,2731163
log Sc (sumbu x)
-11,738
-11,7554
-11,7563
-11,7285
-11,7238
Karena terdapat tiga nilai yang tidak dapat didefinisikan (Error), maka hanya dua titik
33
log
Sh
R e10,33
vs log Sc.
60.27
60.27
60.27
Log Sh/Re^-10,33
60.27
60.27
60.27
60.27
-11.73 -11.73 -11.73 -11.73 -11.73 -11.72 -11.72
Log Sc
Dari grafik di atas dapat diketahui persamaan garis liniernya adalah y = - 0,016x + 60,08,
konstanta b = slope garis, sehingga konstanta b = - 0,016 dan konstanta K = intersep,
sehingga konstanta K = 60,08,
BAB IV
ANALISIS
dengan adanya penambahan atau perpindahan panas. Contoh operasi ini meliputi
distilasi fraksional, kristalisasi fraksional, dan ekstraksi fraksional.
2. Operasi perpindahan massa dengan pengontakkan zat-zat secara tidak langsung.
Operasi jenis ini memerlukan zat-zat lain yang harus ditambahkan sehingga
pemisahan zatnya dapat lebih sempurna dan dihasilkan produk hasil pemisahan yang
lebih murni. Contoh operasi ini adalah absorpsi gas, stripping adsorpsi, drying,
leaching, dan liquid extraction.
Percobaan diawali dengan mengukur kelembaban (humidity) udara kering dengan
cara mengalirkan udara melalui kolom. Tujuannya adalah untuk mengetahui kelembaban
udara yang mengalir pada kolom. Setelah mengukur kelembaban udara kering, air
dialirkan melalui kolom, dimana dilakukan variasi. Air yang dialirkan melalui kolom
diatur agar bersifat laminar, yang ditentukan dengan mengukur laju aliran keluar air dan
=
VD
Laju alir air dihitung dengan mengukur volume air yang keluar kolom dalam
selang waktu tertentu, dengan menggunakan gelas ukur dan stopwatch. Jenis aliran diatur
menjadi laminar untuk melihat pengaruhnya terhadap perpindahan massa. Berdasarkan
literatur, pada aliran laminar, perpindahan massa hanya terjadi pada interface antara air
dan udara secara molekular (difusifitas). Selain memvariasikan laju alir air, tekanan udara
juga turut divariasikan. Tujuannya adalah untuk melihat pengaruhnya terhadap proses
perpindahan massa. Pengaturan tekanan dilakukan dengan mengatur ketinggian cairan di
dalam manometer. Berdasarkan literatur yang ada, semakin tinggi h maka semakin besar
laju alir udara yang masuk ke dalam kolom. Semakin besarnya laju alir akan menurunkan
waktu kontak dan kelembaban udara sehingga suhu keluaran menjadi lebih besar.
Saat udara dan air saling berkontak di dalam kolom, molekul-molekul air berdifusi
ke dalam udara sehingga mengakibatkan kandungan air dalam udara meningkat. Saat dua
buah zat saling berkontak di dalam kolom, sistem akan berusaha mencapai kesetimbangan
dengan pergerakan difusi antara molekul yang berkontakkan. Selain itu, ketidakmerataan
konsentrasi dua larutan mengakibatkan pemerataan konsentrasi melalui pergerakan
molekul konponen dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah yang dikenal sebagai
difusi molekular.
35
Pada percobaan ini, variabel yang diamati adalah suhu udara masuk (T in dry), suhu
udara keluar (Tout dry), Twet, dan kelembaban udara. Tin dry merupakan suhu udara kering
sebelum berinteraksi dengan air (sebelum masuk kolom) sedangkan Tout
dry
merupakan
suhu udara setelah berinteraksi dengan air (keluaran kolom). Twet merupakan suhu yang
dianggap sebagai referensi dimana pada Twet, kelembaban relatifnya diasumsikan bernilai
100%. Proses perpindahan massa yang terjadi diamati dari perubahan kelembaban
udaranya.
in dry
out dry
Pada aliran keluar juga diukur T wet yang termometernya dengan ujung kapas dibasahi. T
in dry
wet
out dry
merupakan
dianggap mewakili keadaan dengan kelembaban relatif 100%. Pada data percobaan bisa
dilihat T out dry > T wet > T in dry, seperti yang terlihat pada grafik- grafik di bawah ini.
Dari hasil percobaan yang ditunjukkan dengan grafik 4.1, dapat disimpulkan
bahwa untuk setiap h tertentu, maka Tin dry > Tout dry > Twet. Nilai h merupakan parameter
yang menunjukkan laju alir udara yang masuk ke dalam kolom. Harga h itu sendiri
adalah nilai beda tekanan pada orifice antara kompresor dan kolom, dimana semakin
tinggi nilai h maka semakin banyak pula udara yang mengalir ke dalam kolom.
36
28.5
28
27.5
27
Temperatur
26.5
T wet
26
T out dry
T ini dry
25.5
25
1000 1200 1400 1600 1800 2000 2200 2400 2600 2800 3000
Laju alir udara
Gambar 4.1. Hubungan Laju Alir Udara dengan Temperatur pada aliran laminar
Hasil dari grafik di atas sesuai dengan teori, yaitu untuk setiap h tertentu, maka
Tin dry > Tout dry > Twet. Hal ini terjadi karena pada sesaat sebelum udara masuk (belum ada
kontak dengan air) kandungan air dalam udara masih sangat sedikit, dengan besar
kelembabannya sama dengan kelembaban udara lingkungan (yang mengakibatkan suhu
udara masukkan kolom sama dengan suhu udara lingkungan). Setelah udara masukkan
melewati kolom (kontak dengan air), menyebabkan kandungan air pada udara keluaran
kolom lebih banyak daripada pada udara saat masuk ke dalam kolom. Hal ini dikarenakan
telah terjadinya kontak antara udara dengan air di dalam kolom, yang menyebabkan suhu
udara air keluaran kolom memiliki suhu yang lebih rendah karena adanya perpindahan
kalor dari aliran udara kepada aliran air. Sedangkan untuk Twet, adalah temperatur yang
menunjukkan asumsi keadaan pada saat humidity 100%, yang berarti kadar air yang di
udara mencapai titik jenuhnya. Asumsi tersebut berarti kandungan air di udara lebih
banyak, maka semakin banyak kalor yang berpindah dari udara ke air, sehingga terjadi
kesetimbangan yang lebih kecil daripada ke air, sehingga terjadi kesetimbangan yang
lebih kecil daripada Tin dry dan Tout dry.
Hubungan Laju Alir Udara (Q) dengan Difusifitas (DA)
Hubungan laju alir udara dengan difusifitas dapat dilihat dari 2 sisi yaitu dari jenis
aliran airnya (laminar) dan kecepatan udaranya. Pada grafik 4.2 dapat terlihat bahwa,
37
semakin besar laju alir udaranya maka konstanta difusifitasnya semakin kecil. Hal ini
karena dengan meningkatnya kecepatan udara maka waktu kontak antara udara dengan
air semakin cepat sehingga menyebabkan semakin sedikitnya air yang akan berdifusi ke
udara (laju difusi kecil) yang ditunjukan dengan penurunan nilai konstanta difusifitasnya
86000000
85000000
84000000
83000000
82000000
difusifitas (DA) 81000000
80000000
79000000
78000000
77000000
1000
1500
2000
2500
3000
0.03
0.02
0.01
0
1000 1500 2000 2500 3000
laju alir udara
Gambar 4.3 . Hubungan Laju Alir Udara dengan Koefisien Pindah Massa
dengan air di dalam kolom menjadi lebih singkat sehingga interaksi antara air-udara di
dalam kolom pun menjadi lebih singkat. Akibatnya proses kesetimbangan sulit untuk
tercapai dan perpindahan massa air dari fasa cair ke gas menjadi semakin sedikit.
Keadaan tersebut ditunjukkan dengan semakin menurunnya nilai KG. Akan tetapi, grafik
di atas tidak sesuai dengan analisis tersebut yang nanti akan dijelaskan faktor
penyebabnya pada analisis kesalahan.
Hubungan Bilangan Reynold (RE) terhadap Bilangan Schmidt (Sc)
Hubungan bilangan Sherwood dengan bilangan Reynold dan Schmidt adalah
sebagai berikut:
Sh = k Rea Scb
Dengan k, a, dan b adalah suatu konstanta. Semakin besar laju alir udara maka alirannya
semakin turbulen sehingga nilai bilangan Reynoldnya semakin besar. Sedangkan bilangan
Schmidt menunjukkan hubungan karakteristik fluida dengan kemampuannya berdifusi.
Ketika aliran udara semakin cepat maka waktu kontak antara air dan udara semakin
sedikit, sehingga kemampuan berdifusi air ke udara semakin kecil. Akibatnya, nilai
bilangan Schmidt semakin besar sesuai dengan rumus berikut:
Sc
.D AB
Log Sh vs Log Re
-7.9
6.52
-8
6.54
6.56
6.58
6.6
-8.1
-8.2
Log Sh -8.3
f(x) = 5x - 41.36
R = 0.88
-8.4
-8.5
-8.6
-8.7
Log Re
39
6.62
6.64
6.66
Gambar 4.5 . Kurva Bilangan Reynold vs Bilangan Schmidt pada aliran laminer
40
Log Sh vs Log Re
-8.52
6.54
-8.54
6.55
6.56
6.57
6.58
6.59
6.6
6.61
-8.56
Log Sh -8.58
f(x) = 1x - 15.16
R = 1
-8.6
-8.62
-8.64
Log Re
Gambar 4.6. Kurva Bilangan Reynold vs Bilangan Schmidt pada aliran transisi
Pada grafik hasil pengolahan data dapat terlihat bahwa saat Sc (Bilangan Schmidt)
konstan, Sh (bilangan Sherwood) akan semakin besar seiring dengan kenaikan Re
(bilangan Reynold). Dari hasil pengolahan data dapat terlihat bahwa secara umum data
data yang diambil belum cukup akurat karena nilai regresi pada awalnya masih jauh dari
1. Pada persamaan Sherwood dapat dilihat bahwa terdapat perbandingan antara koefisien
transfer massa dengan nilai difusivitas dari air ke udara. Jadi, dapat dimpulkan bahwa
yang dimaksud dengan angka Sherwood adalah suatu angka yang menunjukkan besarnya
perpindahan massa yang terjadi. Jika nilai dari koefisien perpindahan massa k G besar,
menunjukkan bahwa perpindahan massa yang terjadi pada sistem juga besar. Nilai kG
yang besar akan menyebabkan bilangan Sh yang besar. Jadi, angka Sh yang besar
menunjukkan lebih banyak massa yang berpindah antar sistem (dalam percobaan ini yaitu
dari air ke udara).
4.2.3 Analisis Untuk Aliran Air Turbulen
Pada percobaan ini, laju alir air diatur pada keadaan turbulen dengan yang
bertujuan untuk mengetahui efek aliran turbulen terhadap perpindahan massa. Penentuan
sifat turbulen dari laju alir air adalah dengan cara trial error debit air yang digunakan lalui
menghitung besarnya bilangan reynold dari laju aliran keluaran sehingga dapat diketahui
Re telah memenuhi atau belum. Laju alir air dihitung dengan mengukur volume air yang
keluar kolom selama waktu 10 detik. Untuk aliran yang semakin deras atau semakin
turbulen, maka nilai Reynold akan semakin besar. Untuk bilangan Schmidt, bilangan ini
41
dry
dry
menggunakan termometer dengan fluida yang digunakan tidak diketahui jenisnya namun
diketahui densitasnya sebesar 0.766 gr/cm3. Pada aliran keluaran juga terdapat
termometer yang ujungnya berkapas basah sehingga Twet dapat diukur. Tin dry merupakan
suhu udara kering sebelum berinteraksi dengan air (sebelum masuk kolom), sedangkan
Tout
dry
merupakan suhu udara setelah berinteraksi dengan air (keluaran kolom). Twet
merupakan suhu referensi dimana pada suhu Twet ini, kelembaban relatifnya diasumsikan
bernilai 100%. Pada data percobaan 1, 2 dan 3, terlihat bahwa untuk setiap h tertentu,
maka Tin dry > Tout dry > Twet. Hal ini disebabkan udara setelah kontak dengan air (Tout dry)
lebih kecil dari temperatur udara masuk sebelum kontak dengan air (Tin dry). Sedangkan
Twet yaitu suhu yang diukur pada saat humidity 100% akan memiliki nilai yang lebih kecil
bila dibandingkan dengan Tin
dry
dan Tout
dry
) mengalami
dry
penurunan dan tidak konstan, hal ini dimungkinkan karena adanya kebocoran pada laju
alir masuk.
Berdasarkan literatur yang ada, semakin tinggi h, menunjukkan semakin besar
laju alir udara yang masuk ke dalam kolom. Semakin besarnya laju alir akan menurunkan
waktu kontak dan kelembaban udara sehingga suhu keluaran menjadi lebih besar. Namun
dari data yang didapat hal ini tidak terjadi, kemungkinan hal ini disebabkan karena sistem
WWC yang digunakan merupakan sistem sederhana dalam skala kecil. Oleh karena itu,
perubahan yang terjadi dalam percobaan ini tidak terlalu signifikan.
Pada awal percobaan praktikan melakukan pengambilan data kelembaban
(humidity) awal yang menunjukkan besarnya humidity pada udara kering yang digunakan
selama percobaan sehingga diperoleh humiditynya sebesar 67%. Kemudian kompressor
dinyalakan dan udara dialirkan melalui kolom namun tidak ada aliran air (aliran air
dimatikan). Pengambilan data humidity dilakukan setelah beberapa saat mesin dinyalakan
dengan tujuan agar udara yang awalnya ada di dalam kolom WWC dengan kelembaban
tertentu keluar sehingga humidity yang terukur benar-benar merupakan humidity udara
kering yang ada di dalam kompressor. Humidity yang diperoleh adalah sebesar 67%,
42
artinya udara kering yang digunakan mengandung jumlah uap air sebanyak 67% dari
jumlah uap air maksimum yang bisa terdapat di udara pada suhu yang sama.
Dari pengukuran dengan menggunakan termometer, diperoleh suhu air sebesar 27
o
C. Suhu air diasumsikan konstan selama percobaan berlangsung sehingga viskositas air
dianggap tidak berubah selama percobaan. Perubahan viskositas air akan berpengaruh
pada sifat turbulen air. Semakin tinggi suhu air, semakin rendah viskositas sehingga aliran
NRe
air makin turbulen hal ini sesuai dengan persamaan
.v.d
dimana merupakan
viskositas air.
43
BAB V
KESIMPULAN
, T
in dry
, T
out dry
wet
dengan menggunakan
psychometric chart dan bilangan tak berdimensi yang mengkarakteristik fenomena ini
seperti Bilangan Sherwood, Schmidt, dan Reynold.
2. Untuk setiap jenis aliran T in dry > T out dry > T wet dan juga berarti humidity wet >
humidity out > humidity in
3. Semakin tinggi laju alir udara makan konstanta difusivitas akan semakin kecil.
4. Semakin meningkat sifat turbulensi air, semakin besar perpindahan massa yang terjadi
dari air ke udara karena terjadinya arus eddy.
5. Bilangan Sherwood, Schmidt, dan Reynold saling berhubungan satu sama lain dan
ditunjukkan melalui persamaan
44
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1995. Petunjuk Praktikum Proses dan Operasi Teknik II. Depok: Laboratorium
Proses dan Operasi Teknik II TGP FTUI.
Holman, J. P. 1984. Perpindahan Kalor, terj. E. Jasfi. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Treybal, Robert E. 1981. Mass Transfer Operation 3rd ed. Tokyo: McGraw-Hill
45