Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
GRANULASI KERING
I. Tujuan
Menentukan pengaruh jenis pengikat terhadap sediaan tablet dengan teknik
granulasi kering dengan zat aktif asetosal.
II.
Teori Dasar
Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan
pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan
tablet kempa (Departemen Kesehatan RI, 2014).
Tablet merupakan bahan obat dalam bentuk sediaan padat yang biasanya dibuat
dengan penambahan bahan tambahan farmasetika yang sesuai, (Ansel, 2005)
Kebanyakan tablet digunakan untuk pemberian obat-obat secara oral. Tablet
mempunyai beberapa keuntungan, salah satu diantaranya tablet merupakan sediaan yang
tahan terhadap pemasukan (temperproof).
Hal hal berikut merupakan keunggulan utama tablet :
1. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan kemampuan terbaik
dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling rendah.
2. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling rendah.
3. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling ringan dan paling kompak.
4. Pemberian tanda pengenal produk pada tablet paling mudah dan murah; tidak
memerlukan langkah pekerjaan tambahan bila menggunakan permukaan pencetak
yang bermonogram atau berhiasan timbul.
5. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal di
tenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah/hancurnya tablet
tidak segera terjadi.
6. Tablet bisa dijadikan produk dengan profil pelepasan khusus, seperti pelepasan di
usus atau produk lepas lambat.
7. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling mudah untuk produksi besar
besaran.
8. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang memiliki sifat pencampuran kimia,
mekanik dan stabilitas mikrobiologi yang paling baik (Lachman, hlm 1994)
Selain keunggulan di atas, tablet juga mempunyai kerugian sebagai berikut :
1. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak, tergantung pada
keadaan amorfnya, flokulasi, atau rendahnya berat jenis.
2. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tinggi, absorbsi
optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap kombinasi dari sifat di atas,
akan sukar atau tidak mungkin diformulasi dan dipabrikasi dalam bentuk tablet
yang masih menghasilkan bioavalabilitas obat cukup.
3. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat dihilangkan, atau obat
yang peka terhadap oksigen atau kelembapan udara perlu pengapsulan atau
penyelubungan dulu sebelum dikempa (bila mungkin) atau memerlukan
penyalutan terlebih dahulu. (Lachman, 1994)
Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (API) dan bahan pembantu
(eksipien). Desain formulasi tablet diawali dengan nilai yang sudah ditetapkan
sebelumnya, yaitu dosis bahan berkhasiat dalam tablet. Jumlah bahan aktif dalam tablet
dapat merupakan faktor pembatas dalam mendesain formulasi. Bahan tambahan
(eksipien) yang digunakan dalam mendesain formulasi tablet dapat dikelompokkan
berdasarkan fungsionalitas eksipien berikut :
1. Pengisi/pengencer
2. Pengikat
3. Penghancur (disintegrants)
4. Pelincir (lubricant)
5. Pelicin (glidant)
6. Agen pendapar
7. Pemanis/flavor
8. Agen pembasah
9. Agen penyalut
10. Pembentuk matrik
11. Pewarna
Sistem Penghantaran Tablet
Obat terbaik apapun tidak akan berarti jika tidak diberikan dalam bentuk sistem
penghantaran yang sesuai. Obat berbentuk tablet dapat dihantarkan dalam formulasi
relatif sederhana, pelepasan segera (immediate), sampai bentuk kompleks, seperti sediaan
dengan pelepasan diperlama atau sediaan dengan pelepasan dimodifikasi. Peranan paling
penting dari sistem penghantaran obat adalah menghantarkan obat ke lokasi kerja dalam
jumlah yang cukup dan pada kecepatan yang sesuai, dan harus pula memenuhi kriteria
esensial lainnya seperti stabilitas fisika dan kimia, dapat diproduksi secara masal dan
ekonomis, terjamin jumlah bahan aktif obat (API) dalam setiap unit sediaan dan dalam
setiap bets yang diproduksi, dapat diterima oleh pasien (misalnya dalam hal ukuran,
bentuk, warna, dsbnya) sehingga mendorong pasien menggunakan obat sesuai dengan
aturan/ketentuan penggunaan obat) (Goeswin, 2012).
Kriteria Desain Tablet
Kriteria umum desain tablet adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan disolusi obat secara optimal, yang berarti ketersediaan dari sediaan
farmasi untuk diabsorpsi secara konsisten sesuai dengan tujuan penggunaan
(pelepasan segera atau diperlama).
2. Keseragaman dan akurasi kandungan obat.
3. Stabilitas yang meliputi stabilitas API, formulasi tablet secara keseluruhan,
kehancuran (bila perlu) dan kecepatan serta jumlah obat terdisolusi dari tablet
untuk jangka waktu diperlama.
4. Penerimaan oleh pasien semaksimal mungkin. Oleh karena itu, sebaiknya
sediaan/produk jadi memberikan tampilan menarik yang meliputi warna, ukuran,
rasa, dan lain sebagainya, jika memungkinkan, untuk memaksimalkan penerimaan
dan mendorong penggunaan obat sesuai dengan cara pemakaian.
5. Manufakturabilitas. Desain formulasi memungkinkan untuk memproduksi obat
secara efisien, efektif biaya, dan praktis sesuai dengan yang dipersyaratkan.
Hal yang diuraikan adalah kriteria umum. Adakalanya tablet untuk tujuan penggunaan
khusus memerlukan kriteria khusus tambahan pula, seperti tablet untuk ditelan secara
keseluruhan dan didesain sebagai sediaan dengan pelepasan segera (Goeswin, 2012).
Desain dan Manufaktur
Mendesain formulasi tablet merupakan tindakan kompromi dari beberapa faktor
karena untuk mencapai sifat dan kinerja tablet yang diperlukan (seperti resistensi terhadap
gesekan mekanik atau friabilitas, kehancuran dan disolusi cepat), sering melibatkan
sasaran yang merupakan kompetensi secara fungsional. Pemilihan bahan yang tepat dan
penentuan jumlah eksipien yang seimbang untuk setiap API atau kombinasi eksipien
dalam formulasi tablet untuk dapat mencapai sifat yang diinginkan (seperti menghasilkan
obat yang aman dan produk yang handal) merupakan hal yang tidak selalu mudah
dilakukan. Selain itu, saat ini ada pula ketentuan dan keharusan untuk melakukan validasi
4. Pengikatan panas
Kelompok ini dibagi lagi dalam
a. Nodulisasi (nodolization)
Melalui panas dan tanur berputar untuk menghasilkan granul bundar yang
keras.
b. Sintering
Melalui panas akan dihasilkan massa sinter tanpa bentuk atau ukuran
tertentu secara signifikan karena terjadi gerakan muatan. Massa sinter ini
selanjutnya dipecah menjadi fragmen granul (Goeswin, 2012).
Tujuan Granulasi
Proses granulasi bertujuan untuk :
1. Menghasilkan bentuk structural yang diperlukan.
2. Mempersiapkan kuantitas tertentu dari bahan untuk diolah dengan peningkatan
sifat aliran untuk penakaran (ke dalam alu kempa) dan pengempaan menjadi
3.
4.
5.
6.
tablet.
Meningkatkan tampilan produk.
Mengurangi kemungkinan terjadinya caking.
Meningkatkan bobot jenis ruahan untuk penyimpanan dan bahan untuk dikempa.
Membentuk dan menyediakan campuran yang tidak memisah (nonsegregating)
dimana idealnya terbentuk distribusi komponen kunci (bahan aktif) secara
uniform.
7. Mengendalikan kelarutan dan profil disolusi.
8. Mengontrol porositas, kekerasan, rasio luas permukaan terhadap volume dan
ukuran partikel.
Tipe Granulasi
Cara (metode) utama dalam granulasi farmasetik dikelompokkan dalam 3 kelompok
besar, yaitu proses basah, proses kering, dan proses lainnya. Pada proses granulasi basah,
cairan penggranulasi digunakan untuk memfasilitasi proses aglomerasi. Pada proses
granulasi kering, partikel serbuk kering disatukan secara mekanik melalui cara
pengempaan menjadi/membentuk bongkahan (slug). Saat ini lebih sering dilakukan
melalui pemampatan roler. Walaupun ada beberapa cara yang paling banyak digunakan
oleh industri farmasi (Goeswin, 2012).
Mekanisme Pengikatan Partikel
Adhesi dapat didefinisikan sebagai ikatan diantara material-material yang tidak
sama, sedangkan kohesi adalah ikatan di antara partikel-partikel yang sama. Sediaan
farmasi bersifat heterogen dan mengandung serbuk dengan sifat-sifat fisika yang sangat
barvariasi. Ikatan harus terbentuk di antara partikel serbuk sehingga saling melekat
(adhere) membentuk granul, dan ikatan ini harus cukup kuat untuk mencegah pecahnya
granul akhir yang kering, atau menjadi berbentuk serbuk pada proses penanganan
selanjutnya. Besarnya forsa ini ditentukan oleh ukuran partikel, struktur granul,
kandungan kelengasan, dan tegangan permukaan cairan (Goeswin, 2012).
Manufaktur Tablet Secara Granulasi Kering
Walaupun diaplikasikan secara luas, metode granulasi basah menimbulkan
beberapa kerugian. Air merupakan cairan yang umum digunakan sebagai penggranulasi.
Hal ini akan mengekspose komponen formulasi tablet pada air dan dapat menimbulkan
masalah hidrolisis. Selain itu, cairan penggranulasi harus dihilangkan, biasanya dengan
pemanasan. Selain masalah biaya dan energi akibat pemanasan, peningkatan temperatur
dapat mempercepat berlangsungnya reaksi hidrolisis yang mungkin terjadi. Granulasi
kering merupakan metode alternatif yang dapat diaplikasikan dan skematik proses ini
dapat dilihat dari skema pada gamar dibawah (Goeswin, 2012).
Komponen formulasi dikempa dalam keadaan kering, jika kekuatan pengikat tidak
dapat tercapai melalui pengempaan, maka diperlukan penambahan pengikat yang juga
dalam keadaan kering. Tahap pengempaan awal dapat dilakukan dengan salah satu dari 2
cara berikut. Pertama, menggunakan mesin kempa tablet konvensional, proses ini dikenal
sebagai slugging. Pada tahap pertama pengempaan akan dihasilkan tablet yang
belum/tidak memenuhi persyaratan tablet yang baik, misalnya tampilan dan keseragaman
berat. Slug kemudian dipecah untuk dapat menghasilkan produk granular, yang sesudah
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Kering
diayak dapat dikempa lagi menghasilkan tablet yang memenuhi syarat. Dari penelitian
ditemukan bahwa kemudahan pengempaan formulasi pada tahap pengempaan kedua
berbanding terbalik dengan tekanan yang digunakan pada tahap pertama (sugging), dan
karena itu tidak boleh dilakukan tekanan (terlalu) tinggi pada tahap pengempaan pertama
(slugging) (Goeswin, 2012).
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi seberapa jauh suatu material dapat
disluging dan perubahan salah satu dari hal ini dapat menimbulkan perbedaan besar
dalam operasi slugging dan sifat dari hasil slugging. Faktor ini meliputi :
1. Keterkempaan dan kohesifitas dari material
2. Rasio keterkempaan dari serbuk; rasio kedalaman pengisian lumpang terhadap
ketebalan slug
3. Bobot jenis serbuk
4. Tipe mesin: mesin rotari atau tunggal
5. Ukuran atau kapasitas mesin
6. Kekuatan dari alu dan lumpang
7. Keluaran dari alu dan lumpang
8. Ketebalan slug
9. Kecepatan pengempaan
10. Tekanan yang digunakan/diaplikasikan untuk menghasilkan slug
Cara pengempaan kedua ialah melalui pengempaan dengan roler (roller
compactor). Campuran serbuk dilewatkan melalui roler silindris yang berputar
berlawanan arah untuk membentuk suatu massa campuran (cake), yang selanjutnya
dipecah lagi menjadi produk berukuran granul dan kemudian dikempa menggunakan
mesin tablet. Sesuai dengan perkembangan teknologi saat ini, alat roler pengempa dapat
langsung menghasilkan partikel berukuran granular. Dulu keluaran dari pengempaan roler
berupa lembaran (seperti kertas), yang kemudian dihancurkan sehingga berbentuk
penambahan pelincir sebelum pengempaan tahap pertama, dan kemungkinan diperlukan
penambahan pelincir lebih banyak pada tahap pengempaan kedua (Goeswin, 2012).
Graulasi kering bukan merupakan pilihan utama dalam menufakturing tablet. Pada
perkembangan saat ini, pilihan granulasi kering dilakukan menggunakan teknologi
pengempaan roler (roller compactor) karena lebih mudah dilakukan dan lebih sederhana.
Hasil produk pengempaan mempunyai bobot jenis yang lebih tinggi sesudah melewati
kedua roler yang berputar berlawanan arah untuk mencapai kepadatan (densification)
secara maksimal. Granulasi modern dengan alat roler pengempa terbaru hanya
berlangsung dalam beberapa tahap saja. Granulasi modern merupakan cara langsung dan
reprodusibel sehingga merupakan cara cepat dan ekonomis untuk menghasilkan granul
farmasetik (Goeswin, 2012).
Parameter operasi yang dapat mempengaruhi sifat produk adalah tekanan roler,
kecepatan roler, tekstur permukaan, dan jarak antara kedua roler. Serbuk yang akan
dikempa
dialirkan/diumpankan
menuju
roler
pengempa,
dapat
diatur
dengan
menggunakan pengempa sekrup (screw feed) dengan tekanan positif. Untuk tablet yang
beratnya sekitar 1000 mg, seperti kombinasi 825 mg amoksilin dan 125 mg kalium
klafulanat, granulasi kering merupakan pilihan yang layak dalam teknologi produksi
tablet (Goeswin, 2012).
Pengeringan
Sesudah dilakukan proses granulasi, hasil granulasi berada dalam bentuk massa
basah dimana cairan (liquid) harus dihilangkan karena keberadaan air akan menimbulkan
masalah pada sifat aliran dan ketidakstabilan secara kimiawi. Air biasanya dihilangkan
melalui evaporasi yang memerlukan energi (pemanasan, pengeringan, dan yang sekarang
semakin meningkat adalah penggunaan pemanasan gelombang mikro).
Bagian terpenting dari peralatan pengering:
a. Sumber/penyuplai panas untuk meningkatkan temperatur yang diperlukan untuk
menurunkan kelembaban relatif (Rh)
b. Alat untuk menghilangkan air yang dievaporasi
c. Sarana untuk meminimalkan jarak sehingga molekul air yang harus berdifusi
sebelum dievaporasi berada dekat permukaan.
Tahap Pencampuran Kedua
Jika proses pengeringan telah sempurna, maka akan terbentuk massa granul yang
volumeneus (relatif besar), terutama jika dilakukan pengeringan menggunakan nampan.
Massa kering bervolume besar ini diayak melalui ayakan (biasanya berukuran 250 700
m) untuk tujuan memecah agregat dan membentuk granul dengan ukuran relatif
uniform. Selanjutnya diikuti tahap pencampuran kedua dimana beberapa kompoken
formulasi ditambahkan (Goeswin, 2012).
Pengempaan Tablet
Tablet yang dibuat secara baik haruslah menunjukkan kualitas sebagai berikut:
1. Tablet mengandung bahan obat sesuai dengan pernyataan dosis pada label dan
dalam batas yang diizinkan (spesifikasi).
2. Tablet harus cukup kuat untuk menghadapi tekanan selama proses manufaktur,
transportasi, dan penanganan hingga sampai kepada pasien yang akan
menggunakan.
3. Tablet harus menghantarkan dosis obat pada lokasi dan kecepatan yang
dipersyaratkan.
4. Ukuran, rasa, dan tampilan tidak menurunkan penerimaan oleh pasien.
Ada 2 tipe mesin kempa tablet, yaitu mesin kempa yang terdiri dari satu lumpang dengan
sepasang alu (single punch) dan mesin kempa tablet dengan tekanan rotasi yang memiliki
sejumlah lumpang dan alu yang sesuai dan berputar secara rotar (multistation). Pada
semua mesin kempa tablet yang digunakan untuk menghasilkan tablet, proses
dibagi/dirinci menjadi 3 tahap, yaitu: pengisian, pengempaan dan pelemparan (ejection)
tablet.
Tahap 1: Pengisian
Alu bawah turun ke dalam lumpang sehingga terbentuk rongga dimana partikel
masuk/mengair dari hoper akibat pengaruh gravitasi. Pengisian rongga ini berdasarkan
takaran volume partikel yang mengisi rongga, sedangkan tablet dideskripsikan
berdasarkan berat. Volume ditentukan oleh jarak turun alu bawah dalam lumpang. Oleh
sebab itu, penting sekali pengisian volume lumpang bersifat reprodusibel pada setiap
waktu, kalau tidak, massa/berat tablet akan bervariasi yang berarti kandungan setiap tablet
bervariasi pula. Jadi, salah satu kriteria penting dalam pengisian ini adalah partikel harus
mengalir dengan mudah dan dengan reprodusibilitas yang tinggi.
Tahap 2: Pengempaan
Alu atas turun dan ujungnya memasuki lumpang yang telah berisi partikel
(granul). Jarak yang memisahkan permukaan alu menurun, baik karena gerakan alu atas
saja (seperti pada alu atas saja (seperti pada alat kempa eksentrik) maupun karena gerakan
kedua alu seperti pada mesin kempa rotasi. Porositas kandungan (isi) lumpang secara
bertahap menurun dan jarak partikel yang ditekan menjadi semakin dekat antara satu
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Kering
partikel
dengan
partikel
lainnya.
Proses
ini
difasilitasi
karena
terjadinya
fragmentasi/deformasi partikel. Begitu partikel sudah cukup dekat, forsa antar partikel
akan menyebabkan individu partikel teragregasi membentuk tablet. Besarnya forsa
ditentukan oleh jarak minimum yang memisahkan permukaan alu. Oleh karena itu, sifat
dari partikel sangat penting dimana partikel akan saling berpaut (cohere) akibat pengaruh
forsa pengempaan. Yang juga penting sekali adalah pertautan antar partikel tetap terjaga
jika forsa kempa dihilangkan.
Tahap 3: Pelemparan (ejection)
Alu atas ditarik dari lumang sehingga forsa yang diaplikasikan pada tablet
dihilangkan. Efek dari proses ini mungkin menyababkan partikel yang sudah mengalami
deformasi kembali ke bentuk asal, yang akan menghasilkan penurukan kontak
antarpartikel, yang berarti kekuatan dari tablet. Hal ini tidak boleh terjadi. Pada saat alu
atas meninggalkan lumpang, alu bawah bergerak ke atas, menekan tablet yang sudah
terbentuk sebelumnya. Selama tahap pengempaan, partkel ditekan sehingga terjadi kontak
(sangat) dekat dengan bagian dinding dalam dari lumpang. Selanjutnya, usaha untuk
menghilangkan tablet akan dilawan oleh forsa friksional, dan untuk keberhasilan
pelemparan, adhesi harus ditiadakan di antara tablet dan dinding lumpang. Jadi, untuk
keberhasilan transformasi partikel menjadi tablet, ada 3 sifat kunci yang perlu
diperhatikan:
1. Aliran partikel yang bagus
2. Kemampuan partikel untuk bertaut karena pengaruh forsa pengempaan. Pertautan
ini harus dipertahankan hingga forsa pengempaan dihilangkan.
3. Kemampuan tablet untuk dilemparkan/didorong dari umpang sesudah forsa
pengempaan dihilangkan.
Pengujian Tablet
Tablet merupakan campuran dari satu atau lebih campuran bahan aktif (API) dengan
sejumlah kmponen tidak aktif (inactive) atau eksipien. Secara garis besar, pengujian tablet
dapat dikelompokkan dalam 3 aspek atau kategori:
1. Konfirmasi sifat bahan aktif dan produk (identitas, kuantitas, pengotor, integritas,
dan lain sebagainya).
2. Menetapkan ketersediaan farmasetik dari gugus (moiety) aktif, baik secara in vitro
maupun in vivo pada manusia, dan jika dipersyaratkan juga pada hewan.
3. Menetapkan profil stabilitas selama usia guna sediaan.
10
11
besar factor lain memegang peranan, yakni hilangnya efek pelindung dari prostacyclin
(PgI2) terhadap mukosa lambung, yang sintesanya turut dihalangi akibat blockade cyclooxygenase.
Selain itu, asetosal menimbulkan efek spesifik, seperti reaksi alergi kulit dan
tinnitus (telinga berdengung) pada dosis lebih serius adalah kejang-kejang bronchi hebat,
yang pada pasien asma dapat menimbulkan serangan, walaupun dalam dosis rendah.
Anak-anak kecil yang menderita cacar air atau flu/selesma sebaiknya jangan diberi
asetosal (melainkan parasetamol), karena berisiko terkena Sindroma Rye yang berbahaya.
Sindroma ini bercirikan muntah hebat, termangu-mangu, gangguan pernapasan, konvulsi
dan adakalanya koma.
Wanita hamil tidak dianjurkan menggunakan asetosal dalam dosis tinggi, terutama
pada triwulan terakhir dan sebelum persalinan, karena lama kehamilan dan persalinan
dapat diperpanjang, juga kecenderungan perdarahan meningkat. Kendati masuk ke dalam
air susu, ibu dapat menggunakan asetosal selama laktasi, tetapi sebaiknya secara
insidentil.
Asetosal memperkuat daya kerja antikoagulansia, antidiabetika oral dan
metotreksat. Efek obat encok probenesid dan sulfinpirazon berkurang, begitu pula
diuretika furosemida dan spironolakton. Kerja analgetisnya diperkuat oleh antara lain
kodein dan d-propoksifen. Alkohol meningkatkan risiko perdarahan lambung-usus.
Karena efek antitrombotisnya yang mengakibatkan risiko perdarahan meningkat,
penggunaan asetosal perlu dihentikan satu minggu sebelum pencabutan gigi (geraham
bungsu).
Pada nyeri dan demam oral 4 dd 0,5-1 d p.c., maks 4 g sehari, anak-anak sampai 1
tahun 10 mg/kg 3-4 kali sehari, 1-12 thn 4-6 dd, di atas 12 thn 4 dd 320-500 mg, maks 2
g/hari. Rektal, dewasa 4 dd 0,5-1 g, anak-anak sampai 2 thn 2 dd 20mg/kg, di atas 2 thn 3
dd 20 mg/kg p.c. Pada rema, oral dan rektal 6 dd 1 g, maks 8 g/hari, pada serangan
migraine single dose dari 1 g, 15-30 menit sesudah minum domperidon atau
metoklopramida (Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja, 2007).
12
III.
Resep
Formulasi I, II, III, dan IV
Fase Luar
Fase Dalam
Formula
IV.
Kadar
II (%)
III (%)
62,5
62,5
Asetosal
I (%)
62,5
IV (%)
62,5
PVP
Amilum
10
10
10
10
Laktosa
Amilum
Qs
5
Qs
5
Qs
5
Qs
5
Talk
Talk
Rumus molekul
Nama
Nama lain
Nama kimia
Berat molekul
Pemerian
C9H8O4
Asetosal
Acetyl salicylic acid
Asam asetil salisilat
180,16
Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan
tersusun, atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau
lemah. Stabil diudara kering, didalam udara lembab secara
13
Suhu Lebur
pH
Kelarutan
Stabilitas
mutlak.
Stabil diudara kering, jika kontak dengan kelembapan atau
dalam
air
akan
mengalami
hidrolisis
yang
akan
Penyimpanan
Daftar Pustaka
V.
antihistamin.
Dalam wadah tertutup rapat, tablet berukuran 81 mg atau
lebih kecil disimpan dalam wadah berkapasitas tidak lebih
dari 36 tablet
The Pharmaceutical Codex Halaman 742-743
Preformulasi Eksipien
PVP
Struktur molekul
Rumus molekul
Nama kimia
Berat molekul
Pemerian
Suhu Lebur
Kelarutan
Stabilitas
(C6H9NO)n
1- ethenyl-2-pirolidone homopolymer
180.20
Serbuk putih sampai krem keputihan, tidak berbau atau
hamper tidak berbau. Serbuk higroskopis.
150oC
Mudah larut dalam asam, kloroform, etanol (95%), keton,
metanol, dan air; praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon,
dan minyak mineral. Dalam air, konsentrasi dari larutan
hanya dibatasi oleh viskositas larutan yang dihasilkan, yang
merupakan fungsi darinilai-K.
PVP stabil dalam pemanasan siklus pendek antara 110 o -
14
Inkompatibilitas
Penyimpanan
Kegunaan
Pustaka
130o C. sterilisasi uap dari air tidak mengubah sifatsifatnya.Larutan berair yang rentan terhadap pertumbuhan
jamur dan akibatnya membutuhkan penambahan pengawet
yang cocok. Povidon dapat disimpan dalam kondisi biasa
tanpa mengalami dekomposisi atau degradasi.
Akan membentuk molecular dalam larutan dengan
sulfatiozole, natrium salisilat, asam salisilat, Phenobarbital,
tannin.
Bubuk higroskopis, harus disimpan dalam wadah kedap
udara ditempat yang sejuk dan kering
Disintegrant; dissolution enhancer; suspending agent; tablet
binder.
HOPE 6thtahun 2009; Hal. 581-582
Amilum
Struktur molekul
Sinonim
Berat molekul
Pemerian
Fungsi
Titik leleh
15
Kandungan
lembab
Kelarutan
Densitas
Viskositas
Stabilitas
Penyimpanan
Kompatibilitas
Pustaka
Talk
Struktur molekul
Rumus molekul
Sinonim
Berat molekul
Pemerian
Fungsi
Kandungan
16
lembab
Kelarutan
Stabilitas
Penyimpanan
Kompatibilitas
Pustaka
hingga 90%.
Praktis tidak larut dalam pelarut asam dan basa, pelarut
organik dan air.
Talk merupakan bahan stabil dan dapat disterilisasi dengan
suhu 160oC selama 1 jam. Talk juga dapat disterilisasi dengan
gas etilen oksida dan iradiasi gama.
Dalam wadah tertutup baik, sejuk dan kering
Inkompatibel dengan senyawa amonium kuartener
HOPE6th ed 2009, halaman: 728-730
Laktosa anhidrat
Struktur molekul
Rumus molekul
Sinonim
Berat molekul
Pemerian
Fungsi
Titik leleh
Kelarutan
Stabilitas
Penyimpanan
Kompatibilitas
Pustaka
VI.
C12H22O11
Anhydrous 60M; Anhydrous Direct Tableting (DT); Anhydrous
DT High Velocity; Anhydrous Impalpable; Lactopress
Anhydrous; Lactopress Anhydrous 250; lactosum anhydricum;
lattosio; milk sugar; SuperTab 21AN; SuperTab 22AN;
saccharum lactis
342,30
Serbuk atau partikel kristal berwarna putih, rasa manis, tidak
berbau.
Tablet diluent and tablet filler
232 oC
Larut dalam air, sedikit larut dalam etanol 95% dan eter
Laktosa dapat berubah warna menjadi kecoklatan dalam
penyimpanan, hal tersebut dapat disebabkan oleh panas, kondisi
lembap dan kelembapannya hingga 80%
Dalam wadah tertutup di tempat sejuk dan kering
Inkompatibel dengan oksidator kuat. Dapat mengalami reaksi
Maillard dengan amin primer dan amin sekunder bila disimpan
dalam kondisi kelembapan tinggi untukjangkawaktu yang
panjang
HOPE6th ed 2009, hal 359-361
Rasionalisasi Formula
17
18
19
lubrikan pada dinding lumpang cetak lebih besar dari tipe cair. Hal ini
dikarenakan ujung polar dari lubrikan perbatasan akan teradhesi secara lebih
kokoh pada permukaan oksida logam dari tipe cairan non-polar. Tipe dan kadar
lubrikan yang digunakan dalam formulasi tablet sangat dipengaruhi oleh alat
yang digunakan dalam mengempa tablet.
Cara/metode penambahan lubrikan
Lubrikan umumnya ditambahkan dalam keadaan kering pada saat
komponen lain sudah homogen. Oleh karena itu, lubrikan ditambahkan dan
dicampur hanya dalam periode waktu yang singkat saja, 2 5 menit dari 10
30 menit waktu yang diperlukan untuk pencampuran homogen suatu granul.
Pencampuran secara berlebihan (over mixing) dapat menyembabkan penurunan
karakteristik disintegrasi-disolusi dan kehilangan ikatan pada matriks tablet.
Adakalanya lubrikan ditambahkan pada granul dalam bentuk larutan
alkohol (misal Carbowax) sebagai suspense atau emulsi dari material lubrikan.
Sebagai pegangan umum; lubrikan berbentuk serbuk jangan ditambahkan
sebelum melakukan granulasi basah karena lubrikan akan terbagi pada seluruh
massa partikel granul, dan tidak terkonsentrasi pada permukaan granul dimana
lubrikan berfungsi sebagai tambahan. Lubrikan serbuk yang ditambahkan
dengan cara ini akan mengurangi agen penggranulasi dan mengefektifkan
pengikat.
Antiadheran
Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukkan tendensi
mudah tersusun/terkumpul. Produk multivitamin yang mengandung vitamin E
kadar tinggi sering menunjukkan sifat menyatu, yang dapat diminimalkan
melalui penembahan silica koloidal seperti Syloid. Dari hasil penelitian,
ditemukan bahwa Cab O Sil, walaupun secara kimia mirip (similar), tidak
berfungsi secara memuaskan diduga karena luas permukaannya lebih kecil.
Talk, magnesium stearat, dan amilum jagung menunjukkan sifat antiadheran
yang baik pada permukaan alu kempa tablet. Lubrikan larut air yang
menunjukkan efisiensi tinggi sebagai lubrikan permukaan alu kempa adalah
DLlLeusin. Tabel dibawah memberikan beberapa antiadheran yang luas
digunakan dalam formulasi tablet.
Material
20
Talk
15
Amilum jagung
3 10
Cab O Sil
0,1 0,5
Syloid
0,1 0,5
DL-Leusin
3 10
Na-Lauril Sulfat
<1
Logam stearat
<1
21
akan dikempa, tidak mengherankan bila lubrikan yang digunakan dan proses
lubrikasi dapat menimbulakn efek mengganggu pada disintegrasi tablet dan
disolusi/pelepasan obat dari tablet. Untuk mengatasi masalah ini, sering
ditambahkan agen kedua pada serbuk lubrikan untuk menghasilkan serbuk
yang kurang bersifat hidrofobik sebagai sistem lubrikan campuran. Lubrikan
dan agen kedua serta agen hidrofilik dinamakan serbuk gerak (running powder)
karena
penambahannya
bertujuan
memperlancar
pengempaan
atau
menggerakkan granul dari mesin kempa tablet. Agen hidrofilik yang paling
umum
ditambahkan
pada
lubrikan
adalah
amilum.
Perbandingan
VII.
Perhitungan
Kadar asetosal
= 250 mg
Bobot tablet
1 tablet
500 tablet
Formula
92
400 mg=368 mg
100
Perhitungan 1 Tablet
Sebenarnya
250 mg
125,006 gram
500 =
gram
125
24 mg
500 = 12 gram
40 mg
20,000 gram
500 = 20 gram
PVP 6%
6
400 mg=24 mg
100
Amylum 10%
10
400 mg=40 mg
100
Kondisi
500 Tablet
Fase dalam (92% )
Parasetamol
250 mg
Laktosa
Perhitungan
5
400 mg = 20 mg
92
20 mg
500 =
gram
9,233 gram
10
22
Talkum 2%
Talcum 1%
2
400 mg = 8 mg
92
8 mg
1
400 mg = 4 mg
92
4 mg
500 =
gram
0,924 gram
4
500 =
gram
1,852 gram
2
1
2
184 gram
x 2 gram =
1
2
Glidan (Talk)
1 gram
x 4 gram =
2 gram
187 gram
Jadi total massa yang akan di slug untuk 500 tablet adalah 187 gram
2. Setelah proses slugging ternyatadiperoleh 172,614 gram granuldari slug.
Makajumlah tablet yang diperoleh :
bobot granul sebenarnya
x 500 tablet
= massa serbuk sebelum di slug
=
172,614 gram
x 500tablet
187 gram
= 461,5348 tablet
3. Sisafaseluar (FL) yang harusditambahkan:
0,5
x 172,614=0,9231 gram
Talk (lubrikan) : 93,5
1
x 172,614=1,8461 gram
Talk (glidan) : 93,5
Amilumm
5
x 172,614=9,2307 gram
: 93.5
= 400,019 mg
23
VIII.
Prosedur
1. Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan.
2. Semua bahan yang digunakan dihaluskan terlebih dahulu dengan menggunakan
ayakan mesh 40.
3. Ditimbang bahan aktif dan bahan tambahan menggunakan neraca analitik.
- Asetosal sebanyak
125 gram dengan kertas perkamen
- PVP K-25 sebanyak
12 gram dengan beaker glass 50ml
- Laktosa anhidrat sebanyak 27 gram dengan kertsas perkamen
- Amprotab sebanyak
20 gram dengan kertas perkamen
- Talcum sebanyak
1 gram dengan kertas perkamen
- Talcum sebanyak
2 gram dengan kertas perkamen
4. Dilakukan proses mixing.
a. Disiapkan wadah mixing (toples).
b. Dimasukkan kedalam toples laktosa sebanyak 9 gram, 1 gram talk dan 2
gram talk, campuran dihomogenkan dengan kecepatan konstan.
c. Ditambahkan kedalam toples PVP 25 sebanyak 12 gram, campuran
dihomogenkan dalam toples dengan kecepatan konstan.
d. Ditambahkan sisa laktosa sebanyak 18 gram dan asetosal sebanyak 6 gram
ke dalam toples. Campuran dihomogenkan dalam toples dengan kecepatan
konstan.
e. Ditambahkan amprotab sebanyak 20 gram dan asetosal sebanyak 28 gram
ke dalam toples. Campuran dihomogenkan dalam toples dengan kecepatan
konstan.
f. Ditambahkan sisa asetosal sebanyak 91 gram ke dalam toples, campuran
dihomogenkan dalam toples dengan kecepatan konstan.
5. Campuran tersebut kemudian di slug menggunakkan punch yang berdiameter
besar pada tekanan mesin tablet yang tinggi atau menggunakkan roller
compactor dengan mengatur tekanan yang diberikan.
6. Slug yang sudah jadi kemudian digiling kasar dan diayak menggunakan
ayakan dengan mesh 16 sehingga dihasilkan granul-granul kasar.
7. Dilakukan evaluasi terhadap granul yang dihasilkan, bila granul berlum
memenuhi syarat, maka slugging dapat diulangi hingga diperoleh granul yang
memenuhi syarat.
8. Proses pembuatan slugging maksimal dilakukan sebanyak 3 kali untuk
menghindari perubahan fisik atau kimia bahan karena pengaruh mekanik.
9. Granul yang diperoleh ditimbang, kemudian dilakukan perhitungan jumlah fase
luar yang harus ditambahkan.
10. Sisa fase luar dicampurkan dengan granul yang telah memenuhi syarat dengan
jumlah sesuai hasil perhitungan.
11. Massa cetak kemudian dikempa dengan menggunakkan punch sesuai bobot
tablet yang telah dihitung.
12. Dilakukan evaluasi terhadap tablet yang dihasilkan.
24
IX.
Evaluasi Granul dan Tablet
1. Evaluasi Granul
a. BJ nyata, BJ mampat dan % Kompresibilitas (%K)
Sumber : The Pharmaceutical Codex halaman 184, Farmakope Indonesia edisi V
halaman 1523, Pharmaceutical The Science of Dosage Form Design
halaman 211
Tujuan : Menjamin aliran granul yang baik
Prinsip : Pengukuran BJ nyata dan BJ mampat berdasarkan perbandingan bobot
granul terhadap volume sebelum dan setelah dimampatkan (diketuk
500x). Pengukuran % kompresibilitas berdasarkan Carrs Index.
%K
BJ mampat BJ nyata
BJ mampat
100%
Penafsiran hasil:
Jika % K:
5 10 % artinya aliran sangat baik
11 20 % artinya aliran cukup baik
21 - 25 % artinya aliran cukup
>26 % artinya aliran buruk
Hasil formula 4:
BjNyata :
bobot granul(g)
volume granul(mL)
No. Replikasi
1
2
3
BjMampat :
W (g)
50,042
50,016
50,003
Rata-rata
V (mL)
70
70
70
BJ (g/mL)
0,7149
0,7145
0,7143
0,7146
bobot granul(g)
volume mampat (mL)
Interval Pengetukan
100
200
300
400
1
68
68
68
68
Volume (mL)
2
69
69
68
68
3
69
68
68
68
25
500
600
700
800
900
1000
g/mL
Rata-rata
Kompresibilitas
67,5
68
67,5
68
67,5
68
67,5
67
67,5
67
67,5
67
0,7392
0,7361
= 0,7383 g/mL
Bj mampatBj nyata
100
=
Bj mampat
0,73830,7146
100
0,7383
=
=
68
67
67
67
67
67
0,47397
3,2100%
g
ml
g
0,7383
ml
0,7146
Sifat alir
= 0,9679
Hasil keseluruhan :
Formula
1
2
3
4
BJ nyata (g/ml)
BJ mampat (g/ml)
Kompresibilitas (%)
0,7212
0,7012
0,7336
0,7146
0,8066
0,7520
0,7673
0,7383
10,58
6,7553
4,392
3,2100
Prinsip
kerucut
granul
pada
alas
berdiameter
=
Alat
itinggi kerucut
jari jari kerucut
: Hopper
Penafsiran Hasi: Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk
mengalirkan > 4 g granul adalah 1 detik. Sudut istirahat 25o-30o
adalah sangat baik.
26
Kecepatan alir
Compressibility Index (%)
<10
11-15
16-20
21-25
26-31
32-37
>38
Flow Character
Excellent
Good
Fair
Passable
Poor
Very poor
Very,very poor
Haussner Ratio
1,00 - 1,11
1,12 - 1,18
1,19 - 1,25
1,26 - 1,34
1,35 - 1,45
1,46-1,59
>1,60
Prosedur kerja :
1. Ditimbang 100 gram granul.
2. Dimasukkan granul ke dalam hopper yang telah disumbat pada bagian
bawahnya dan diposisikan hopper di atas dasar diameter.
3. Dibuka tutup bagian bawah hopper sambil dihitung kecepatan granul jatuh
tepat ke dasar alat yang telah diberi diameter bertingkat.
tinggi
4. Dihitung sudut istirahat dengan rumus : tan = jari jari
62,4277
125,6824
124.628
(o)
7.152
12.528
8.845
27
Formul
()
a
1
2
3
4
8,46
8,1511
8,0363
9.525
c. Distribusi ukuran
Sumber
Tujuan
Prinsip
Penafsiran hasil
Prosedur kerja
Ukuran Granul
(m)
< 250 m
251 m 425 m
426 m 1400 m
1400 m 1700 m
>1700
12,6237
6,7903
3,9501
1,5077
0,1340
50,4948
27,1612
15,8004
6,0308
0,5360
Bobot granul
% kumulatif
<
50,4716
77,6328
93,4332
99,464
100
% kumulatif
>
100
49,5052
22,344
6,5436
0,5128
28
Jumlah
25
100
Formula 2
Ukuran Granul
(m)
< 250 m
251 m 425 m
426 m 1400 m
1400 m 1700 m
>1700
Jumlah
2,018
2,967
10,632
9,292
0,096
25,005
8,070
11,866
42,519
37,161
0,384
100
7,943
3,523
6,679
6,649
0,210
25,005
31,766
14,090
26,713
26,592
0,839
100 %
Bobot granul
% kumulatif
<
8,070
19,936
62,455
99,616
100
% kumulatif
>
100
91,930
80,064
37,545
0,384
Formula 3
Ukuran Granul
(m)
< 250 m
251 m 425 m
426 m 1400 m
1400 m 1700 m
>1700
Jumlah
Bobot granul
% kumulatif
<
31,766 %
45,856 %
72,569 %
99,161 %
100 %
% kumulatif
>
100 %
68,234 %
54,44 %
27,431 %
0,839 %
Formula 4
Ukuran Granul
(m)
>1700
1400 1700
425 1400
250 425
< 250
Jumlah
0,4965
9,927
9,605
3,086
1,8855
25
1,986
39,708
38,420
12,344
7,542
100
Bobot Granul
% kumulatif
< undersize
1,986
41,694
80,114
92,458
100
% kumulatif
> oversize
100
98,104
58,306
19,886
7,542
29
60,000
50,000 50,495
42,519
40,000
30,000
39,708
37,161
38,420
formula 1
31,766
formula 2
27,161
26,713
formula 3
26,592
formula 4
20,000
10,000
14,090
12,344
11,866
15,800
8,070
7,542
0
< 250
6,031
250 - 425
425 - 1400
1400 - 1700
1,986
0
> 1700
77,632
60,000
50,472
40,000
99,616
99,464
99,161
98,104
100,000
72,569
formula 1
62,455
58,306
formula 2
formula 3
45,856
formula 4
31,766
20,000
19,936
19,886
8,070
7,542
0
< 250
250 - 425
425 - 1400
1400 - 1700
> 1700
30
120,000
100,000 100,000
92,458
91,930
80,114
80,064
80,000
formula 1
68,234
formula 2
60,000
54,440
49,505
formula 3
formula 4
41,694
37,545
40,000
22,344
20,000
27,431
6,544
0
< 250
250 - 425
425 - 1400
1400 - 1700
1,986
0
> 1700
2. Evaluasi Tablet
a.
Organoleptis
Tujuan
:Penerimaan oleh konsumen
Prinsip
:Pemeriksaan organoleptik meliputi warna, bau dan rasa
Penafsiran hasil:Warna homogen, tidak ada binitk-bintik/noda, bau sesuai
spesifikasi (bau khas bahan, tidak ada bau yang tidak sesuai),
rasa sesuai spesifikasi
Formula 1
Warna homogen,
berwarna putih
tidak berbintik,
tidak berbau, rasa
sedikit pahit.
b.
Formula 2
Warna
homogen, bau
sesuai
spesifikasi,
mulus tanpa
bintik-bintik,
rasa asam
kepahit-pahitan.
Formula 3
Berwarna putih
homogen, bau
khas asetosal,
rasa asam diikuti
rasa pahit
Formula 4
Warna putih
homogen, bau khas
asetosal,
permukaan halus,
tidak berbintik, rasa
pahit.
Keseragaman ukuran
Tujuan
:Menjamin penampilan tablet yang baik
Prinsip
:Selama proses pencetakan, perubahan ketebalan merupakan
indikasi adanya masalah pada aliran massa cetak atau pada
pengisian granul ke dalam die. Pengukuran dilakukan terhadap
diameter dan tebal tablet.
Alat
:Jangka sorong
Penafsiran hasil:Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang dari 1
kali tebal tablet.
31
Sebanyak 20 tablet diambil secara acak, lalu diukur diameter dan tebalnya
menggunakan jangka sorong.
Hasil :
No
Formula 1
d (cm)
t (cm)
Formula 2
Formula 3
Formula 4
t (cm)
(cm)
(cm)
1.
12,15
4,30
12,1
4,3
12,1
4,25
2.
12,20
4,30
12,1
4,3
12,0
5
4,40
3.
12,15
4,40
12,1
4,3
12,1
4,30
4.
12,1
4,35
12,1
4,3
12,1
4,20
5.
12,15
4,3
12,1
4,3
12,1
4,35
6.
12,10
4,3
12,1
4,3
12,1
4,40
7.
12,15
4,35
12,1
4,3
4,40
8.
12,1
4,3
12,1
4,3
12,0
5
12,0
5
9.
12,1
4,3
12,1
4,3
12,1
4,40
10.
12,15
4,3
12,1
4,3
12,0
5
4,30
Rata
12,13
4,32
12,1
4,3
12,08
4,33
Syarat
c.
t (cm)
5
5,76 12,96
Friabilitas
Sumber
Tujuan
5,733 - 12,90
4,30
5,773 - 12,99
(cm)
12,0
5
12,0
5
12,0
5
12,0
5
12,0
5
12,1
5
12,0
5
12,0
5
12,0
5
12,0
5
12,0
6
t (cm)
4,4
4,35
4,35
4,35
4,35
4,4
4,45
4,4
4,45
4,4
4,39
5,853 - 13,17
Prinsip
Alat
:Friabilator
Prosedur kerja :
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Kering
32
1
2
3
4
5
6
7
Penafsiran hasil :Persentase bobot tablet yang hilang selama proses perputaran
tidak lebih dari 1%. Untuk tablet, bobot kurang dari sama
dengan ( 600 mg) tablet yang diuji sebanyak 6,5 gram. Jika
persentase kehilangan bobot lebih besar dari 1%, maka
pengujian diulang 2-3 kali.
Hasil formula 4:
No.
1.
2.
3.
Bobotawal (g)
6,515
6,518
6,520
Bobotakhir (g)
6,453
6,459
6,462
Kerapuhan (%)
0,95
0,90
0,89
Rata-rata :Bobot awal adalah 6,518 gram,bobot akhir adalah 6,458 gram dan
rata-rata kerapuhan formula 4 ini adalah 0,920% .
Hasil keseluruhan :
Formulasi
1
Friabilitas (%)
6,558
6,505
0,81%
6,549
6,490
0,8767%
6,567
6,544
0,85 %
6,518
6,548
0,920%
2
3
4
d.
Keragaman bobot
Sumber
: FI V halaman 1527
Tujuan
:Menjamin keseragaman kandungan zat aktif.
Prinsip
:Untuk tablet tidak bersalut, timbang sksama 10 tablet satu
persatu. Hitung jumlah zat aktif dalam tiap tablet yang
dinyatakan dalam persen dan jumlah yang tertera pada etiket
33
%Penyimpanga
0,507
0,512
0,515
0,505
0,516
0,507
0,510
0,507
0,509
0,516
0,5104
0,583 g 0,620 g
n
1,38
2,40
3,00
1,00
3,20
1,38
2,00
1,38
1,80
3,20
2,074
1,00 - 3,2
No.
%Penyimpanga
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
504
508
501
500
500
503
504
506
507
n
0,199
0,994
0,398
0,596
0,596
0,000
0,199
0,596
0,795
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Rata-rata
Rentang
Formula 2
34
506
503
500 - 508
0,596
0,497
0 0,994
%Penyimpanga
0,504
0.505
0.502
0.501
0.503
0.506
0.502
0.502
0.501
0.506
0.5027
0,501-0,506
n
0,8 %
1,0 %
0,4 %
0,2%
0,6 %
1,2 %
0,4 %
0,4 %
0,2 %
1,2 %
0,64 %
0,2 1,2
No.
%Penyimpanga
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Rata-rata
Rentang
0,505
0,498
0,505
0,495
0,502
0,504
0,505
0,495
0,506
0,505
n
1%
-0,4%
1%
-1%
0,4%
0,8%
1%
-1%
1,2%
1%
0,6%
10.
Rata-rata
Rentang
Formula 3
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Rata-rata
Rentang
Formula 4
0,502
0,495-0,506
-0,4%-1,2%
Hasil keseluruhan :
Formula
Rata-rata
Penyimpangan
1
0,5104 g
-
2
503 mg
-
3
0,5027 g
-
4
0,502 g
-
5%
Penyimpangan
10%
Nilai AV formula 4 :
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Kering
35
A= 99,75%
Wi (mg)
W1
W2
W3
W4
W5
W6
W7
W8
W9
W10
S=
S=
Xi =
0,505
0,498
0,505
0,495
0,502
0,504
0,505
0,495
0,506
0,505
Wi = 0,502
Wi
W x A (%)
100,3461
98,9552
100,3461
98,3591
99,7500
100,1474
100,3461
98,3591
100,5448
100,3461
X = 99,7500
(Xi - X)2
0,3553
0,6317
0,3553
1,9346
0
0,1579
0,3553
1,9346
0,6317
0,3553
(Xi - X)2 = 0,6712
( X i X )2
i=n
n1
0,67122
9
= 0,2731%
Nilai AV
1,9462%
1,3706%
0,0972%
0,6554%
Kekerasan tablet
Tujuan
: Menjamin ketahanan tablet pada gaya mekanik pada proses,
Prinsip
36
Kekerasan (kg/cm2)
5,914
6,628
7,342
5,507
7,138
6,934
6,118
No. Tablet 5,609
Formula 1
1.
5,914 4,3
5,914 3,4
2.
6,3018 3,6
3.
4.
4,1
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Rata-rata
Standar deviasi
f.
3,9
3,5
3,8
3,9
3,5
3,9
3,79
0,0912
Hasil keseluruhan :
Formula 2
Formula 3
6,2
8,2
6,4
7,5
5,1
8,5
6,2
7,9
5,4
8,8
6,0
8,2
7,0
8,5
7,5
7,5
6,3
8,8
6,2
8,5
6,23
0,712
8,24
Formula 4
5,914
6,628
7,342
5,507
7,138
6,934
6,118
5,609
5,914
5,914
6,3018
0,569
0,225
Waktu hancur
Tujuan
:Menentukan kesesuaian dengan persyaratan waktu hancur yang
tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan
kapsul (kecuali jika dinyatakan untuk tablet kunyah, sustained
Prinsip
release).
:Pengukuran waktu yang diperlukan tablet untuk hancur
sempurna dengan menggunakan alat uji waktu hancur dalam
media air (untuk tablet tidak bersalut) bersuhu 37 2 kecuali
dinyatakan lain dalam monografi. Waktu hancur dicatat sejak
pertama kali tablet mulai hancur hingga tidak ada bagian yang
37
X.
No Tablet
Formula 1
Formula 2
Formula 3
Formula 4
8 detik
37 detik
74 detik
75 detik
Pembahasan
Dalam praktikum ini dilakukan pembuatan sediaan tablet asetosal dengan cara
granulasi kering. Dibuat dengan cara granulasi kering karena dosis yang digunakan
besar, sifat alir dari aetosal buruk, namun kompaktibilitasya baik.
Dilakukan granulasi kering yaitu untuk mencegah terjadinya segregasi dari
komponen serbuk, untuk memperbaiki sifat alir serbuk supaya pada saat proses
filling kedalam die volume serbuk yang masuk seragam, dan memperbaiki
kompaktibilitas campuran serbuk supaya bahan penyusun tablet mudah dikompakan
dan membentuk masa tablet yang kuat.
Dalam pembuatan tablet asetosal digunakan bahan bahan tambahan sebagai
berikut. Sebagai zat pengisi digunakan laktosa anhidrat untuk mendapatkan bentuk
atau ukuran tablet yang diinginkan. Sebagai zat pengikat digunakan PVP, bahan
pengikat digunakan untuk mendapatkan masa yang kompak pada saat pembuatan
granul dan tablet yang tidak mudah retak. Sebagai lubrikan digunakan talk untuk
mengurangi gesekan selama proses pengempaan dan juga mencegah masa tablet
melekat pada cetakan. Sebagai disintegran digunakan amilum supaya tablet dapat
hancur dapam pelarut. Yang terakhir ditambahkan glidan yaitu talk untuk
meningkatkan kemampuan mengalir dari serbuk.
Dalam proses pembuatan tablet ini, dilakukan dua proses evaluasi. Yang
pertama evaluasi granul dan yang kedua evaluasi tablet. Setelah mendapatkan masa
yang kempa atau slug pada fase dalam kemudian masa tersebut dibuat menjadi
granul dengan cara dihancurkan menggunakan mortar dan stamper. Setelah granul
terbentuk kemudian dilakukan evaluasi distribusi ukuran untuk memastikan
distribusi ukuran granul mengikuti distribusi normal, ketepatan masa granul untuk
menjamin granul yang baik, dan sifat alir untuk menjamin keseragaman pengisian
kedalam cetakan.
38
Pembentukan
pencampuran
yang
forsa
sempurna.
elektrostatika
Perubahan
akan
keadaan
menghambat
kristalin
dapat
mempengaruhi kelarutan/disolusi.
2. Pencampuran
Distribusi API yang tidak homogen merupakan hasil pencampuran yang buruk
atau ketidaktercampuran. Pencampuran berlebihan (over blending) dari
pelincir
dapat
menurunkan
kecepatan
disolusi
dan
mempengaruhi
keterkempaan.
3. Granulasi
Distribusi tidak homogen API dan pengikat akan menghasilkan partikel halus
yang kaya API dan kekurangan API. Terjadinya penguraian obat karena residu
kelengasan dan ketidakrataan ukuran granul (terlalu banyak atau terlalu
sedikit partikel halus) akan menimbulkan masalah pengempaan atau
keseragaman.
4. Pengempaan
Ketidakrataan tekanan kempa akan dapat mempengaruhi disolusi. Hilangnya
sifat campuran hoper dan pola pemberiaan umpan (feed frame) akan
menyebabkan keseragaman yang buruk. Tegangan geser tambahan (shearing
stress) pada pelincir pola umpan akan menurunkan kecepatan disolusi.
5. Penyalutan
39
Penyalutan tidak rata atau tidak sempurna dari inti yang disalut (tablet, kaplet,
pellet) akan menyebabkan perbedaan pola disolusi. Beberapa API dapat
inkompatibel dengan polimer penyalut. Oleh sebab itu, pemilihan polimer
penyalut harus tepat guna dan tepat sasaran. Jika inti harus disalut enterik
dimana (jumlah) polimer yang dapat digunakan (relatif) terbatas, maka untuk
mencegah terjadinya reaksi antara API dengan polimer salut enterik (misal
eudragit) adakalanya dilakukan 2 cara. Pertama, melakukan penyalutan isolasi
(isolan) agar tidak terjadi kontak langsung API dengan polimer salut enterik.
Kedua, melakukan penyalutan enterik. Penyalutan rangkap ini dapat
mengubah pola dan kecepatan disolusi dan kecepatan disolusi tablet hasil
salut.
Namun pada raktikum kali ini, tidak ada masalah mengenai penyalut Karena
tablet yang dibuat tidak disalut.
Proses pengempaan dan pencetakan tablet menggunakan alat erweka single
punch tablet press terlihat pada gambar dibawah.
40
dengan
massa
serbuk
lain
sebelum
dibasahi
dengan
cairan
41
dan %
yang
sesuai.
Selanjutnya,
dilakukan
uji
kromatografi
dan
membandingkannya dengan bau banding yang sesuai. Identitas bahan aktif obat
dikonfirmasikan berdasarkan kesamaan (similarity) dari spectrum uv dan atau
waktu retensi melalui analisis khromatografi. Uji ini merupakan uji kualitatif. Untuk
uji kualitatif dapat dilakukan uji seperti kroatografi lapis tipis (KLT) atau
khromatografi cair kinerja tinggi (HPLC). Namun pada praktikum kali ini,
pengujian tersebut tidak dilakukan karena waktu yang dibutuhkan tidak tersedia.
Pada evaluasi penentuan kadar sama seperti pada uji kualitatif identifikasi,
sejumlah tertentu tablet, missal 10 atau 20 tablet, digerus dan di ekstraksi
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Kering
42
Prinsip alat terdiri dari tromol (drum) dengan diameter antara 283 mm dan
291 mm, dengan lebar 36 mm 40 mm, terbuat dari material plastic transparan.
Tromol dihubungkan dengan sumbu horizontal dan motor berputar pada kecepatan
25 1 rpm. Tablet akan jatuh pada setiap putaran tromol melalui suatu kurva
dengan jari-jari dalam 75,5 mm 85,5 mm, yang berlanjut dari tengah tromol
Laporan Praktikum Teknologi Farmasi Sediaan Solida Granulasi Kering
43
menuju dinding terluar. Jadi, pada setiap putaran, tablet akan berputar atau
menggelinding dan jatuh pada dinding tromol atau bertindihan antara satu tablet
sengan tablet yang lain. Biasanya setiap pengukuran menggunakan 10 tablet,
kecuali bila berat tablet 0,65 gr atau kuurang digunakan 20 tablet untuk pengujian.
Sesdah 100 putaran, sampel tablet dievalluasi menggunakan cara penimbangan. Jika
pengurangan massa total tablet lebih dari 1 %, maka tablet gagal memenuhi uji
friabilitas. Pada umumnya pengujian dilakukan satu kali. Jika terjadi keretakan,
pembelahan, atau tablet pecah, maka sampel dinyatakan gagal memenuhi uji. Pada
uji kerapuhan yang dilakukan didapat hasil bahwa seluruh tablet yang diuji
memenuhi persyarat uji friabilitas karena friabilitas yang didapat seluruhnya kurang
dari 1 %.
Pada uji kekerasan (hardness), tablet harus menunjukkan kekuatan mekanik
yang cukup untuk menghadapi syok atau penanganan selama manufaktur,
pengemasan, pengapalan (transportasi), dan peracikan/perakitan obat. Uji kekerasan
dan friabilitas merupakan alat ukur untuk mengevaluasi kekuatan tablet. Kebutuhan
untuk menguji kekerasan atau kekuatan hancur (crushing strength), sebagai
tambahan/pelengkap dari friabilitas, dapat dijelaskan melalui suatu analogi.
Friabilitas menentukan sebarapa rapuh suatu tablet. Jika suatu tablet lebih rapuh
dari yang diharapkan, majka uji friabilitas akan mendeteksi kualitas substandard.
Akan tetapi, jika tablet lebih kuat dari yang diperlukan, uji friabilitas tidak akan
dapat mendeteksi defisiensi ini. Uji kekerasanlah yang akan mendeteksi kekurangan
tersebut. Alat yang digunakan untuk pengujian kekerasan tablet adalah alat
Schleuniger. Alat ini dan alat uji yang beroperasi secara elektrik dapat
mengeliminasi variabilitas terkait operator ketika menggunakan alat ukur lama.
Biasanya forsa yang diperlukan untuk memecah suatu tablet dinyatakan dalam
kilogram atau pounds. Perlu diperhatikan bahwa hasil pengujian akan bervariasi
pada alat uji dengan tipe spesifik, dan hasil pengujian tidak dapat dibandingkan jika
tipe alat yang digunakan berbeda. Oleh sebab itu, untuk membandingkannya hasil
pengujian harus digunakan alat uji kekerasan yang sama. Dari data hasil pengujian
kekerasan tablet natrium bikarbonat didapatkan hasil seluruh tablet memenuhi
persyaratan uji kekerasan yaitu pada rentang 2 8 kg/cm2.
44
Alat ini, terdiri dari 6 tabung yang berada dalam satu keranjang, pada dasarnya
berupa ayakan logam. Tablet ditempatkan pada masing-masing tabung dengan
diberi pembobot terbuat dari plastic (agar tablet tidak mengambang dan keluar dari
tabung selama pengujian berlangsung). Keenam tabung tersusun secara melingkar
dan menggantung pada suatu batang yang bergerak turun naik secara teratur dan
vertical pada kecepatan tertentu dalam air atau larutan dapar. Waktu hancur dari
setiap tablet direkam dan harus memenuhi spesifikasi waktu yang dipersyaratkan.
Dari hasil pengujian waktu hancur yang dilakukan didapat hasil seluruh tablet
memenuhi persyaratan waktu hancur.
.
XI.
Kesimpulan
Dari hasil evaluasi yang dilakukan, diketahui bahwa tablet yang
menggunakan pengikat PVP dengan kadar 2 % lebih baik dibandingkan dengan
menggunakan pengikat lainnya. Dilihat dari hasil evaluasi yang dilakukan, formula
45
Tablet
Granul
Evaluasi
Formulasi
Formulasi
Formulasi
Formulasi
Uji Homogenitas
Kandungan Lembab
Kecepatan Aliran
Bobot Jenis
Uji Organoleptik
Keseragaman Bentuk
dan Ukuran
Keseragaman Bobot
Kekerasan
Friabilitas
Friksibilitas
Waktu Hancur
Uji Disolusi
Keterangan:
XII.
= memenuhi syarat
Daftar Pustaka
Agoes, Goeswin. 2012. Sediaan Farmasi Padat (SFI-6). Bandung : ITB
Ansel, Howard C. 2005. Pengantar bentuk sediaan farmasi edisi IV, Jakarta:
Universitas Indonesia.
Davey, Patrick. 2005. At a Glace Medicine. Jakarta: Erlangga.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia,. edisi III.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia,. edisi V.
Jakarta: Departemen Kesehatan.
Drs. Tan Hoan Tjay & Drs. Kirana Rahardja. 2007. Obat Obat Penting, Jakarta: PT
Elex Media Komputindo.
46
Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Indrustri. Edisi
Ketiga. Vol II. Diterjemahkan oleh Siti Suyatmi. Jakarta: UI Press; 1994.
hal. 1355
Rowe, Raymond C. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients.6th ed., London :
Pharmaceutical Press.
The Pharmaceutical Press, 1994, The Pharmaceutical Codex, Principles and
Pharmaceutics, 12th Edition, 16, 208,209, The Pharmaceutical Press,
London.
USP 32 NF 25 (2007). United States Pharmacopeia and The National
Formulary.Rockville (MD): The United States Pharmacopeial Convention.
LAMPIRAN
Dus
47
Etiket
Brosur
48
49