Anda di halaman 1dari 24

I.

II.
III.

IV.

Judul : Penentuan Orde Reaksi dan Tetapan laju Reaksi


Praktikum ke: 4
Tujuan Percobaan
1. Menentukan Orde Reaksi antara reaksi etil asetat oleh ion
hidroksida
2. Menentukan tetapan laju reaksi nyadengan cara titrasi
Teori Dasar
Cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung disebut laju reaksi. Laju

reaksi dapat dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau


hasil reaksi persatuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol
perliter, tetapi untuk reaksi fase gas satuan konsentrasi dapat diganti
dengan satuan tekanan, seperti Atmosfer (atm), millimeter merkorium
(mmHg) atau pascal (Pa). satuan waktu dapat detik, menit, jam, hari,
bulan bahkan tahun bergantung pada reaksi itu berjalan cepat atau
lambat. Dapat dirumuskan sebagai berikut.
Laju reaksi =

perubahan konsentrasi
satuan waktu

Untuk mengukur laju reaksi, perlu menganalisis secara langsung


maupun tak langsung banyaknya produk yang terbentuk atau banyaknya
pereaksi yang tersisa setelah penggal-penggal waktu tertentu. Reaksi
kimia menyangkut perubahan dari suatu pereaksi (reaktan) menjadi hasil
reaksi (produk), yang dinyatakan dalam persamaan reaksi:

Pereaksi (reaktan)

hasil reaksi (produk)

Seperi halnya contoh diatas, maka laju reaksi dapat dinyatakan


sebagai berkurangnya jumlah pereksi untuk setiap satuan waktu atau
bertambahnya jumlah hasil reaksi untuk setiap satuan waktu. Ukuran
jumlah zat dalam reaksi kimia umumnya dinyatakan sebagai konsentrasi
molar atau molaritas (M). Dengan demikian maka laju reaksi menyatakan
berkurangnya konsentrasi pereaksi atau bertambahnya konsentrasi zat
hasil reaksi setiap satuan waktu. Satuan laju reaksi umumnya dinyatakan

dalam satuan mol.dm-3.det-1 atau mol/Liter detik. Satuan mol dm-3 atau
molaritas, merupakan satuan konsentrasi larutan.
Penentuan laju reaksi dapat dilakukan dengan cara fisika atau kimia.
Dengan cara fisika, penentuan konsentrasinya dilakukan secara tidak
langsung yaitu berdasarkan sifat-sifat fisis campuran yang dipengaruhi
oleh konsentrasi campuran, misalnya daya hantar listrik, tekanan (untuk
reaksi gas). Adsorpsi cahaya dan lainnya. Penentuan secara kimia
dilakukan

dengan

menghentikan

reaksi

secara

tiba-tiba

(reaksi

dibekukan). Setelah selang waktu tertentu, kemudian konsentrasinya


ditentukan dengan metode analisis kimia. Laju reaksi dapat ditentukan
melalui percobaan yaitu dengan mengukur konsentrasi salah pereaksi
atau salah satu produk. Dengan selang waktu tertentu selama reaksi
berlangsung untuk reaksi yang berlangsung lambat, hal itu dapat
dilakukan dengan mengeluarkan sampel dari campran reaksi lalu
menganalisisnya. Misalnya reaksi hidrolisis etil asetat berikut in :
CH3COOC2H5 + H2O
Etil asetat

CH3COOH + C2H5OH
Asam asetat

etanol

Reaksi itu berlangsung lambat sehingga konsentrasi asam asetat


yang terbentuk dengan mudah dapat ditentukan dengan menggunakan
suatu larutan basah. Cara yang lebih umum ialah menggunakan suatu
alat yang dapat menunjukkan secara kontinu salah satu perubahan fisis
yang menyertai reaksi, misalnya untuk reaksi yang membebaskan gas,
alat dirancang agar dapat mencatat volume gas yang terbentuk ; untuk
reaksi yang diserati perubahan warna, alat dirancang agar dapat
mengukur perubahan itensitas warna, untuk reaksi gas yang disertai
perubahan jumlah mol, alat dirancang agar dapat mengukur perubahan
tekanan gas.
Dalam laju reaksi dikenal juga laju reaksi sesat, yaitu laju reaksi ratarata yang dihitung dalam selang waktu yang berbeda-beda dan
diperlukan perhitungan laju reaksi yang berlaku dalam setiap saat.

Lajureaksi juga dapat ditentukan melalui cara grafik. Laju reaksi sesaat
merupkan

gradient

dari

kurva

antara

waktu

dengan

perubahan

konsentrasi pada selang waktu tertentu. Oleh karena itu, terdapat suatu
bilangan tetap yang merupakan angka faktor perkalian terhadap
konsentrasi yang disebut sebagai tetapan laju reaksi (K). dengan
demikian, laju reaksi sesaat secara umum dapat dinyatakan sebagai :
Laju reaksi K [Konsentrasi Zat]
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu :
1. Konsentrasi
Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi adalah khas untuk
setiap reaksi. Semakin tinggi konsentrasi berarti makin banyak
molekul-molekul

dalam

setiap

satuan

luas

ruangan,

dengan

demikian tumbukan antar molekul makin sering terjadi. Semakin


banyak

tumbukan

menghasilkan

yang

tumbukan

terjadi

berarti

efektif

semakin

kemungkinan
besar

dan

untuk
reaksi

berlangsung lebih cepat.


2. Luas Permukaan
Reaksi yang berlangsung dalam system homogen sangat berbeda
dengan reaksi yang berlangsung dalam system heterogen. Pada
reaksi yang homogen, campuran zatnya bercampur seluruhnya. Hal
ini dapat mempercepat berlangsungnya reaksi kimia karena molekulmolekul ini dapat bersentuhan satu sama lainnya. Dalam sistem
heterogen,

reaksi

hanya

berlangsung

pada

bidang-bidang

perbatasan dan pada bidang-bidang yang bersentuhan dari kedua


fase. Reaksi kimia dapat berlangsung jika molekul-molekul, atomatom atau ion-ion dari zat-zat yang bereaksi terlebih dahulu
bertumbukan.

Makin

halus

suatu

zat

maka

makin

luas

permukaannya sehingga makin besar kemungkinan bereaksi dan


makin cepat reaksi itu berlangsung.
3. Temperatur

Harga tetapan laju reaksi (K) akan berubah bila suhunya berubah.
Laju reaksi meningkat dengan naiknya suhu. Biasanya kenaikkan
suhu sebesar 100C akan menyebabkan kenaikan laju reaksi dua atau
tiga kali. Kenaikkan laju reaksi ini disebabkan dengan kenaikkan
suhu akan menyebabkan makin cepatnya molekul-molekul pereaksi
bergerak, sehingga memperbesar kemungkinan terjadinya tabrakan
antar molekul. Energi yang diperlukan untuk menghasilkan tabrakan
yang efektif atau untuk menghasilkan suatu reaksi disebut energi
pengaktifan kinetik.

Vt V0 .2

t t 0
10
Perumusan laju reaksi sebagai berikut:

Dimana:
Vt = laju reaksi akhir

= suhu akhir

Vo = laju reaksi awal to = suhu awal


4. Katalisator
Beberapa

reaksi

kimia

yang

berlangsung

lambat

dapat

dipercepat dengan menambahkan suatu zat kedalamnya, tetapi zat


tersebut setelah reaksi selesai ternyata tidak berubah. Katalisator
adalah suatu zat yang dapat mempercepat laju reaksi, tanpa dirinya
mengalami perubahan yang kekal. Suatu katalisator mungkin akan
terlibat dalam proses reaksi atau mengalami perubahan selama
reaksi berlangsung, tetapi setelah reaksi itu selesai maka katalisator
akan diperoleh kembali dalam jumlah yang sama. Katalisator
mempercepat reaksi dengan cara mengubah jalannya reaksi. Jalur
reaksi yang ditempuh tersebut mempunyai energi aktivasi yang
lebih rendah dari pada jalur reaksi yang biasa ditempuh. Jadi dapat

dikatakan bahwa katalisator berperan dalam menurunkan energi


aktivasi.
5. Tekanan gas
Jika tekanan gas diperbesar, maka volume gas itu diperkecil,
sehingga letak partikel makin berdekatan dan makin mudah
bertumbukkan. Jadi, makin besar tekanan gas maka makin

cepat

reaksinya.
6. Teori tumbukan
Pengaruh

dari

berbagai

faktorterhadap

laju

reaksi

dapat

dijaleaskan dengan teori tumbukan. Menurut teori ini, suatu reaksi


berlangsung sebagai hasil tumbukan antar partikel pereaksi. Akan
tetapi, tidaklah setiap tumbukan menghasilkan reaksi, melainkan
hanya tumbukan antar partikel yang memiliki energi cukup serta
arah

tumbukan yang tepat. Tumbukan yang menghasilkan reaksi,

kita sebut tumbukan efektif. Energi minimum yang harus dimiliki


oleh partikel pereaksi sehingga menghasilkan tumbukan efektif
disebut energi pengaktifan (Ea = energi aktivasi). Faktor-faktor yang
mempengaruhi suatu tumbukan adalah sebagai berikut :

Jumlah partikel atau konsentrasi,

Temperatur

Luas permukaan

Menambah katalisator

Dari percobaan penentuan laju reaksi menunjukkan bahwa laju reaksi


akan menurun dengan bertambahnya waktu. Hal itu berari ada hubungan
antara konsentrasi zat yang tersisa saat itu dengan laju reaksi. Umumnya
laju reaksi tergantung pada konsentrasi awal dari zat-zat pereaksi.
Pernyataan ini dikenal sebagai hukum laju reaksi atau persamaan laju
reaksi .
Secara umum untuk reaksi pA

qB

V = K[A]m[B]n

rC

dengan, V

= Laju reaksi (mol dm-3 det-1)

= tetapan laju reaksi

= tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap A

= tingkat reaksi (orde reaksi) terhadap B

[A]

= Konsentrasi awal A (mol dm-3)

[B]

= Konsentrasi awal B (mol dm-3)

Tingkat reaksi total adalah jumlah total dari tingkat reaksi semua
pereaksi. Tingkat reaksi nol (0) berarti laju reaksi tersebut tidak
terpengaruh oleh konsentrasi pereaksi, tetapi hanya tergantung pada
harga tetapan laju reaksi (K). Pangkat konsentrasi pereaksi pada
persamaan laju reaksi disebut orde atau tingkat pereaksi. Pada reaksi
diatas berorde X terhadap A dan berorde Y terhadap B, orde reaksi
keseluruhan X+Y. Jadi, jika disebut orde reaksi maka yang dimaksud
adalah orde reaksi keseluruhan. Orde reaksi juga bisa dikatakan sebagai
besarnya pengaruh konsentrasi pereaksi pada laju reaksi. Orde reaksi
memiliki beberapa makna diantaranya :
a. Orde Nol
Reaksi dikatakan berorde nol terhadap salah satu pereaksinya
apabila perubahan konsentrasi tersebut tidak mempengaruhi laju
reaksi. Artinya, asalkan terdapat dalam jumlah tertentu, perubahan
konsentrasi pereaksi itu tidak mempengaruhi laju reaksi. Reaksi yang
berorde nol dapat dijelaskan juga seperti gambar grafik berikut :

[X]
Untuk reaksi ini jarang ditemukan. Secara matematis hukum kecepatan
reaksi berorde nol ini adalah:

V k A

V = k
b. Orde satu
Suatu reaksi berorde satu dapat dinyatakan dengan:
A

produk
V

Sehingga

A
t

k A

Dalam hukum laju terintegrasi, diketahui bahwa untuk reaksi berorde


satu:
dC
kC
dt

1
dt k dt
C

dt k

dt
0

ln C ln C = - k t

ln

C
k t
C0

C = Co e-k t
Suatu

reaksi

dikatakan

berorde

satu

terhadap

salah

satu

pereaksinya jika laju reaksi berbanding lurus dengan konsentrasi


pereaksi itu. Jika konsentrasi pereaksi itu dilipat-tigakan maka laju

reaksi akan menjadi 31 atau 3 kali lebih besar. Orde satu dapat
dijalaskan dengan grafik dibawah :
V

[X]
c. Orde Dua
Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah satu pereaksi
jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi pereaksi itu.
Apabila konsentrasi zat itu dilipat-tigakan, maka laju pereaksi akan
menjadi 32 atau 9 kali lebih besar.orde dua dapat juga dijelaskan
seperti grafik berikut :

[X]
Reaksi berorde dua memiliki dua tipe yaitu:
a. Reaksi umum :
A

produk
V

Maka:

A
t

= k

A 2

b. Reaksi umum:
A + B

produk

Maka :

A
B

t
t

V k A B

d. Orde Negatif
Laju reaksi berbanding terbalik terhadap konsentrasi pereaksi.

[X]
V

[X]
Dalam menentukan orde reaksi dapat dilakukan dengan beberapa
metode, diantaranya
Metode Integral
Dengan metode ini, harga k dihitung dengan persamaan laju
bentuk integral dari data konsentrasi dan waktu. Misal untuk reaksi
orde dua,

k orde dua =

Metode Grafik

1
x
t a ( a x)

Orde suatu reaksi dapat ditentukan dengan cara membuat grafik


dari data eksperimen.

Metode Laju-Awal (Cara Titrasi)


Dalam
konsentrasi

metode

ini

awal

dilakukan

yang

sederet

berbeda-beda.

eksperimen

dengan

Kemudian

dengan

membandingkan laju awal, maka dapat ditarik kesimpulan tentang


orde reaksi. Untuk reaksi penyabunan etil asetat oleh ion hidroksida
dengan cara titrasi dapat dapat dibuat persamaan reaksinya yaitu:
CH3COOC2H5

+ OH-

CH3COO- + C2H5OH

Meskipun reaksi diatas bukan reaksi sederhana, namun ternyata


reaksi tersebut merupakan reaksi orde kedua dengan hukum laju
reaksinya yaitu:
d ester
k1 ester OH
dt

(1)

atau sebagai:
dx
k1 a x b x
dt

(2)

dimana:
a

= konsentrasi awal ester (M)

= konsentrasi awal ion OH- (M)

= jumlah ester atau basa yang bereaksi (M)

k1

= tetapan laju reaksi

Persamaan (2) dapat diintergasi dengan memperhatikan konsentrasi


awal yaitu:
1. Jika a = b
Bila konsentrasi kedua pereaksi sama maka persamaan (2) dapat
ditulis menjadi:

dx
k (a x ) 2
dt
dx
k dt
(a x ) 2
1
k t tetapan
(a - x)

Jika x = 0, t = 0, maka tetapan =

1
a

1
1

(a x ) a
x
kt
a (a x )
kt

k1t

Persamaan

x
a (a x)

mengungkapkan bahwa aluran

x / a ( a x)

terhadap t merupakan garis lurus dengan arah lereng sama dengan k1.
2. Jika a b
dx
k (a x ) (b x )
dt
dx
kdt
(a - x)(b - x)
1 1
1

dx k dt

(a b) b x a x
(a b) k t ln (a x) ln (b x ) tetapan

ln
Jika x = 0, t = 0, maka tetapan =
kt

atau

1
b (a x)
ln
(a b)
a (b x)

b
a

ln

(a x)
a
k (a b)t ln
(b x )
b

Menurut persamaan diatas, jika

ln (a x) /(b x )

dialurkan terhadap t

maka akan diperoleh garis lurus dengan arah lereng k (a-b)


V.

Alat dan Bahan


1. alat
No.
Nama Alat
1. Botol timbang
Labu volumetris 250
2.
mL
Pipet volume 25mL, 10
3.
mL dan 20 mL
Labu
erlenmeyer
4.

5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12
13
14
15
16

bertutup 250 mL dan


100 mL
Labu erlenmeyer 250
mL
Buret 50 mL
Botol semprot
Pipet tetes
Stopwatch
Gelas kimia
statif
klem
Spatula
Kaca arloji
Termometer
Batang pengaduk

Jumlah
1 buah
3 buah
2 buah

5 buah

2 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
3 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2buah

2.Bahan
No.
1.
2.
3.
4.

Nama Bahan
Etil asetat p.a
Larutan NaOH 0,02 M
Larutan HCl 0,02 M
Indikator fenolftalein

Jumlah
5 gram
250 mL
150 mL
Secukupny

5.
6

Akuades

a
Secukupny

Asam oksalat

a
20 mL

VI.

Cara kerja
Sebanyak 0,44 gram etil asetat ditimbang danalam botol
timbang kemudian dilarutkan dengan aquades 250 mL. HCl
standar 0,02M sebanyak 20 mL dimasukkan Kedalam 5
erlenmeyer. Larutan campuran (60mL NaOH + 40 mL etil asetat)
ditambahkan pada menit ke 3, 8, 15, 25, dan 40. Indikator
phenolptalein ditambahkan sebanyak 3 tetes sebelum dititrasi.
Kemudian larutan dititrasi dengan NaOH standar 0,02M.

VII.

Data Pengamatan
1. Standarisasi NaOH dengan Asam oksalat
Vawal

Vakhir

2,10
20,80
0,00
20,70
Vrata-rata

Vpemakai
an
18,70
20,70
19,70

Perubahan Warna
Tidak Berwarna Merah muda
seulas

2. standarisasi HCl dengan NaOH


Vawal

Vakhir

21,50
30,50
30,50
39,70
Vrata-rata

Vpemakai
an
9,00
9,20
9,10

Perubahan Warna
Tidak Berwarna Merah muda
seulas

3. Campuran Dititrasi

Menit
Vawal
Vakhir
Vpemakaian
ke3
0,00
17,10
17,10
8
17,10
34,70
17,60
15
0,00
18,20
18,20
25
18,20
37,00
18,80
40
0,00
19,70
19,70
M botol kosong : 111,08 gram
Etil asetat + botol timbang: 0,44 gram

Perubahan
warna
Tidak
berwarna

merahmuda
seulas

VnaOH (Vb)=60mL
Vetil asetat(Va)=40mL
Vcampuran(100 mL) = VnaOH (60mL) + Vetil asetat (40mL)

VIII. Perhitungan
1. Pembuatan larutan
H2C2O4 0,02M 100mL

g=

M . Mr . V
=
1000

HCl 0,02 M 250 mL


V 1 . M 1=V 2 . M 2
V 1=

g
.100 mL
mol
=0,126 gram
1000

0,02 M .63

250 mL . 0,02 M
=0,625 mL
8M

NaOH 0,02M 250 mL


M . Mr . V
g=
=
1000

g
. 250 mL
mol
=0,2 gram
1000

0,02 M . 40

Etil asetat 0,02M 250 mL


g=

M . Mr . V
=
1000

g
.250 mL
mol
=0,44 gram
1000

0,02 M .88,11

2. Standarisasi NaOH dengan asam oksalat


V 1 . M 1=V 2 . M 2
M 1=

10 mL .0,02 M
=0,0203 M
19,70 mL

3. Standarisasi HCl dengan NaOH 0,02 M 10 mL


V 1 . M 1=V 2 . M 2

M 1=

10 mL .0,0203 M
=0,0223 M
9,10 mL

4. VNaOH yang bereaksi dengan asam oksalat


+
H

OH
V
[ V titran ) . campuran
10 mL
20

V x =V b

Pada t = 3 menit
20 [ 0,0223 ]
100 mL
V x =60 mL
17,10 mL .
10 mL
[ 0,0203 ]

60 mL( 21,970417,10mL ) .10


60 mL4,8704 . 10
60 mL48,704

V x = 11,296 mL

Pada t = 8 menit
20 [ 0,0223 ]
100 mL
V x =60 mL
17,60 mL .
10 mL
[ 0,0203 ]

60 mL( 21,970417,60mL ) .10


60 mL4,3704 . 10

60 mL43,704
V x = 16,296 mL

Pada t = 15 menit
20 [ 0,0223 ]
100 mL
V x =60 mL
18,20 mL .
10 mL
[ 0,0203 ]

60 mL( 21,970418,20mL ) .10

60 mL3,7704 .10
60 mL37,704

V x = 22,296 mL

Pada t = 25 menit
20 [ 0,0223 ]
100 mL
V x =60 mL
18,80 mL .
10 mL
[ 0,0203 ]

60 mL( 21,970418,80mL ) .10


60 mL3,1704 .10

60 mL31,704
V x = 28,296 mL

Pada t = 40 menit
20 [ 0,0223 ]
100 mL
V x =60 mL
19,70 mL .
10 mL
[ 0,0203 ]

60 mL( 21,970419,70mL ) .10


60 mL2,2704 .10
60 mL22,704

V x = 37,296 mL
5. NaOH saat bereaksi
[ NaOH ] .V x
x=
V campuran

Pada t= 3 menit
0,0203 M . 11,296 mL 0,2293
x 1=
=
=2,2930 x 103 M
100 mL
100

Pada t= 8 menit
0,0203 M .16,296 mL 0,3308 M
x 2=
=
=3,3080 x 103 M
100 mL
100

Pada t= 15 menit
0,0203 M .22,296 mL 0,4526
x 3=
=
=4,5260 x 103 M
100 mL
100

Pada t= 25 menit

x 4=

0,0203 M .28,296 mL 0,5744


=
=5,7440 x 103 M
100 mL
100

Pada t= 40 menit
0,0203 M .37,296 mL 0,7571
x 5=
=
=7,5710 x 103 M
100 mL
100
6. Perhitungan a dan b
[ etil asetat ] .V a
a=
V Total
a=

0,02 M . 40 mL
3
=8 x 10 M
100 mL

b=

0,0203 M .60 mL
=1,218 x 102 M
100 mL

b=

[ NaOH ] .V b
V Total

7. Perhitungan y
b ( ax )
1
y=
ln
ab a ( bx )

y 1=

1,218 .102 M ( 8. 103 M 2,2930 .103 M )


1
ln
8 .103 M 1,218 . 102 M
8 . 103 M ( 1,218 . 103 M 2,2930 . 103 M )

y 1=

( 6,9511 . 105 )
1
ln
4,18 .103 M ( 7,9096 .105 )

y 1=239,2344 . ln 0,8788
y 1=239,2344 .0,1292
y 1=37,8859

y 2=

1,218 .102 M ( 8. 103 M 3,3080 .103 M )


1
ln
8 .103 M 1,218 . 102 M
8 . 103 M ( 1,218 . 103 M 3,3080. 103 M )

y 2=

( 5,7149 .105 )
1
ln
4,18 .103 M ( 7,0976 .105 )

y 2=239,2344 . ln 0,8052
y 2=239,2344 .0,2167

y 2=51,8421

y 3=

1,218 .102 M ( 8 .103 M 4,5260 . 103 M )


1
ln
8 .103 M 1,218 . 102 M
8. 103 M ( 1,218 . 103 M 4,5260 .103 M )

y 3=

( 4,2313 . 105 )
1
ln
4,18 .103 M ( 6,1232 .105)

y 3=239,2344 . ln 0,6910
y 3=239,2344 .0,3696
y 3=88,420

1,218 . 102 M ( 8 . 103 M 5,7440 . 103 M )


1
y4 =
ln
8 . 103 M 1,218 .102 M
8 . 103 M ( 1,218 .103 M 5,7440 .103 M )
y4 =

( 2,7478 . 105 )
1
ln
4,18 . 103 M ( 5,1488 . 105 )

y 4 =239,2344 . ln0,5337
y 4 =239,2344 .0,6279
y 4 =150,2153

y 5=

1,218 .102 M ( 8 .103 M 7,5710 .103 M )


1
ln
3
2
8 .10 M 1,218 . 10 M
8. 103 M ( 1,218 . 103 M 7,5710. 103 M )

y 5=

( 5,22522. 10 )
1
ln
3
4,18 .10 M
( 3,6872. 105 )
5

y 5=239,2344 . ln 0,1417
y 5=239,2344 .0,1,9540
y 5=467,4648
8. Tabel hasil perhitungan
T
Menit
3

Sekon
180

Vx (mL)

X (M)

11,296

2,2930
10-3

Y
x 37,8859

480

16,296

15

900

22,296

25

1500

28,296

40

2400

37,296

9. Perhitungan harga k
y=k . t
Maka,

k=

y
t

k 1=

37,8859
=0,2105
180

m-1 s-1

k 2=

51,8421
=0,1080
480

m-1 s-1

k3 =

88,4210
=0,0982
900

m-1 s-1

k 4=

150,2153
=0,1001
1500

m-1 s-1

k5 =

467,4640
=0,1948
2400

m-1 s-1

10.

Grafik s terhadap y

3,3080
10-3
4,5260
10-3
5,7440
10-3
7,5710
10-3

x 51,8421
x 88,4210
x 150,2153
x 467,4640

grafik s terhadap y
500
400
300
y 200

grafik

f(x) = 95.75x - 128.09


R = 0.73

Linear (grafik)

100
0
180

480

900

1500

2400

IX.

Pembahasan
Laju reaksi adalah cepat lambatnya suatu reaksi berlangsung atau

dapat juga dinyatakan sebagai perubahan konsentrasi pereaksi atau hasil


reaksi per satuan waktu. Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per
liter. Orde reaksi adalah bilangan pangkat yang menyatakan naiknya laju
reaksi akibat naiknya reaksi. Menentukan orde reaksi dari suatu reaksi
kimia pada prinsipnya menentukan seberapa besar pengaruh perubahan
konsentrasi

pereaksi

terhadap

laju

reaksinya.tumbukan

efektif

merupakan tumbukan yang menghasilkan reaksi, dan energi minimum


yang diperlukan supaya reaksi dapat berlangsung disebut energi
aktifasi(Ea). Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui orde reaksi dan
tetapan laju reaksi yang terjadi pada reaksi penyabuan antara etil asetat
(C2H5COOH) dengan ion hidroksida (OH-). Adapun reaksi yang terjadi
adalah:
CH3COOC2H5

+ OH-

CH3COO- + C2H5OH

Berdasarkan reksi diatas dapat dilihat bahwa reaksi yang terlibat


adalah reaksi orde 2. Suatu reaksi dikatakan berorde dua terhadap salah
satu pereaksi jika laju reaksi merupakan pangkat dua dari konsentrasi
pereaksi

itu.

penyabunan

Untuk
tersebut,

mengetahui
dilakukan

tetapan

laju

percobaan

reaksi

dengan

pada

reaksi

menggunakan

metode titrasi yaitu titrasi asam basa. Reaksi yang akan diamati dalam
percobaan kali ini adalah reaksi penyabunan etil asetat oleh ion
hidroksida.
Langkah pertama adalah eti asetat ditimbang sebanyak 0,44 gram.
Kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 250mL. Setelah didapat
larutan etil asetat kemudian dilanjut dengan pembuatan lrutan standar
NaOH 0,02 M, yang kemudian di standarisasi oleh asam oksalat
tujuannya untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari NaOH. Setelah
NaOH distandarisasi kemudian disiapkan

larutan HCl standar 0,02 M.

Kemudian etil asetat dengan NaOH dicampurkan dengan volume masing


masing 40mL dan 60mL. 5 tabung erlenmeyer disiapkan dan diisi larutan
HCl strandar 0,02 M. Lalu ditambah larutan campuran dan lanjut proses
titrasi yg sebelumnya ditambahkan indikator fenolftalein yang berguna
untuk mendeteksi titik akhir titrasi, dimana akan terjadi perubahan
warna. Proses titrasi dilakukan pada selang waktu reaksi 5, 15, 30, 45,
tujuannya untuk megetahui jumlah HCl yang telah bereaksi dalam
campuran etil asetat-NaOH pada selang waktu tersebut. Apabila terlalu
lama, maka etil asetat dalam campuran dapat menguap, sehingga
volume NaOH yang didapat dalam titrasi tidak tepat. Etil asetat memiliki
sifat yang mudah menguap, sehingga proses titrasi harus dilakukan
secepat mungkin. Demikian pula saat proses memipet maupun saat
mereaksikan larutan tersebut harus dilakukan secepat mungkin agar
tidak terjadi penguapan yang dapat menurunkan volume etil asetat.

gambar 1. grafik orde 2


Dalam percobaan ini dihasil kan grafik hubungan antara y dengan s

grafik s terhadap y
500
400
300
y 200

grafik

f(x) = 95.75x - 128.09


R = 0.73

Linear (grafik)

100
0
180

480

900

1500

2400

(waktu)
Berdasarkan grafik yg dihasilkan dan dibandingkan dengan grafik
literatur reaksi orde 2 memiliki kesamaan yaitu cenderung naik maka
dapat disimpulkan bahwa reaksi ini merupaka reaksi orde 2.
Dalam percobaan ini ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
laju reaksi antara ion hidroksida dengan etil asetat yaitu konsentrasi, luas

permukaan, waktu serta temperatur.

Dengan bertambahnya suatu

konsentrasi zat maka laju reaksinya akan semakin cepat pula, sehingga
waktu yang diperlukan pun lebih sedikit dibandingkan dengan kecilnya
konsentrasi suatu zat. Karena zat yang konsentrasinya kecil atau rendah
mengandung jumlah pertikel yang lebih sedikit, sehingga partikelpartikelnya lebih renggang dibandingkan dengan zat yang konsentrasinya
besar.

X.

XI.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa:
1. reaksi yang terjadi merupakan reaksi orde 2
2. tetapan laju reaksi yg didapat
k 1=1,29 m-1 s-1
k 2=1,8527

m-1 s-1

k 3 =0,1958

m-1 s-1

k 4=0,0792

m-1 s-1

k 5 =2,2798

m-1 s-1

Daftar Pustaka
Atkins, P.W. 1986. Physical Chemistry. 3rd edition. Oxford: Oxford
University Press.
Castelan, G.W. 1983. Physical Chemistry. 3rd edition. Amsterdam:
Addison Wesley Publishing Company
Day, R.A. Jr and Underwood,A.L. , 1986, Kimia Analisis Quantitatif,
Jakarta:Erlangga.
Laidler, Keith, J., dan Meisler, John H. 1982. Physical Chemistry.
California: The Benjamin/Cuming Publishing Company, Inc
Sudiarti, tety. 2015. Penuntun praktikum kimia fisika II. Bandung:

UIN Bandung.

Anda mungkin juga menyukai