Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dalam perpajakan income dimaknai sebagai jumlah kotor sehingga
diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana digunakan dalam standar akuntansi
keuangan. Istilah income pada umumnya dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga
istilah laba lebih menggambarkan apa yg dimaksud income. Laba dalam teori
akuntansi biasanya lebih menunjuk pada konsep yang oleh fasb disebut dengan laba
komprehensif. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan aset bersih selain
yang berasal dari transaksi dengan pemilik.
Di suatu akhir periode akuntansi perusahaan ada dua hasil yang sering terjadi,
yaitu laba atau rugi. Laporan Laba-Rugi adalah suatu bentuk laporan keuangan yang
menyajikan informasi hasil usaha perusahaan yang isinya terdiri dari pendapatan
usaha dan beban usaha untuk satu periode akuntansi tertentu.
Laba atau rugi sering dimanfaatkan sebagai ukuran
perusahaan atau sebagai dasar ukuran penilaian yang lain,
saham. Unsurunsur yang menjadi bagian pembentuk laba
biaya. Dengan mengelompokkan unsur-unsur pendapatan
diperoleh hasil pengukuran laba yang berbeda antara
operasional, laba sebelum pajak, dan laba bersih.
BAB II
PEMBAHASAN
tentang laba lebih berkaitan dengan pendekatan ini, akuntansi juga berusaha untuk
menyediakan informasi agar tujuan khusus dapat dipenuhi dengan menyediakan
informasi agar tujuan khusus dapat dipenuhi dengan menyediakan informasi yang
memungkinkan pemakai untuk menentukan laba sesuai dengan kebutuhan
spesifikasinya.
Pendekatan kedua menggunakan berbagai konsep laba dan menyajikannya secara
jelas berbagai konsep laba tersebut secara khusus. Kebutuhan khusus ini dapat
dilayani dengan menyertai statement keuangan umum dengan berbagai laporan
pelengkap.
Tataran teori laba Berbeda dengan elemen lain, laba dibahas dalam beberapa
tataran semiotika karena laba akrual dipandang bermanfaat untuk memprediksi
aliran kas masa datang. Dapat dibahas dari sudut semiotika yang terdiri atas tataran
semantik,sintaktik, dan pragmatik.
Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang
harus dilekatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga
laba bermanfaat(useful) dan bermakna (meaningful) sebagai informasi. Pada tataran
ini teori berusaha untuk menjawab pertanyaan apakah yang harus direpresentasi
oleh laba. Seperti teori tentang aset, realitas atau kegiatan entitas apa yang harus
direpresentasi oleh angka laba. Makna yang dikandung dalam laba akhirnya akan
menentukan pemaknaan laba secara sinktaktik yaitu pengukuran dan penyajiannya.
1.Pengukur kinerja
Karena investor dan kreditor merupakan pihak yang dituju dalam pelaporan
keuangan, dianggap bahwa mereka berkepentingan dengan informasi masa lalu
untuk mengevaluasi prospek perusahaan dimasa datang. FASB, misalnya,
menetapkan salah satu tujuan pelaporan keuangan sebagai berikut:
Financial reporting should provide information about an enterprises financial
performance during a period. .. the primary focus of financial reporting is
information about an enterprises performance privided by measures of earnings
and its components. .. financial reporting should provide information about how
management of an enterprise has discharged its stewardship responsibility to
owners ( stockholders) for the use of enterprise resources entrusted to it.
(Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi mengenai kinerja keuangan
suatu perusahaan selama periode. .. Fokus utama pelaporan keuangan adalah
informasi tentang kinerja suatu perusahaan privided oleh ukuran laba dan
komponennya. .. Pelaporan keuangan harus memberikan informasi tentang
bagaimana manajemen suatu perusahaan telah habis tanggung jawab
kepengurusan untuk pemilik (pemegang saham) untuk penggunaan sumber daya
perusahaan yang dipercayakan kepadanya.)
Tujuan diatas mengisyaratkan bahwa laba perioda (earnings ) dimaknai sebagai
informasi tentang kinerja masa lalu yang meliputi daya melaba atau earning power,
akuntabilitas, dan efisiensi. Daya melaba dan efisiensi merupakan konsep yang
saling berkaitan. Kinerja perusahaan merupakan manifestasi dari kinerja dan ke
efisienan manajemen dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Hal ini dikemukakan oleh paton dan littleton 1967 sebagai berikut:
Accounting exists primarily as a means of computing a residuum, a balance, the
difference between cost (as efforts) and revenues (as accomplishment) for
individual enterprise. The difference reflects managerial effectiveness and is of
particular significance to those who furnish the capital and take the ultimate
responsibility.
setiap saat dan depresiasi dipandang sebagai proses penilaian aset (penurunan
nilai).
Perbedaan sudut pandang diatas menjadikan laba akuntansi berbeda dengan laba
ekonomik. Pada umumnya laba ekonomik memperhitungkan perubahan daya beli
uang (perubahan harga umum) dan perubahan harga spesifik aset. Daya beli uang
diperhitungkan karena investor lebih berkepentingan dengan kos kesempatan untuk
menilai secara ekonomik investasinya. Dalam hal ini akuntansi juga berusaha untuk
meningkatkan relevansi informasi dengan cara melengkapi seperangkat statemen
pokok (kos historis) dengan laporan pelengkap untuk menunjukkan pengaruh
perubahan harga dan daya beli.
Laba akuntansi juga berbeda dengan laba ekonomik karena konsep dasar yang
dianut. Labor akuntansi dilandasi oleh konsep kontinuitas usaha yang memandang
aset sebagai sisa potensi jasa sehingga kos historis menjadi basis pengukurannya.
Sementara itu laba ekonomik dilandasi oleh konsep likuidasi yang melihat aset
sebagai simpanan atau sediaan nilai (store of value) setiap saat hingga nilai
sekarang menjadi basis pengukurannya. Dengan demikian laba dipandang sebagai
perubahan nilai dalam suatu perioda. Namun laba akuntansi diharapkan dapat
menjadi estimator atau indikator laba ekonomik. Gambar ini meringkas perbedaan
antara laba akuntansi dan laba ekonomik.
Jadi akuntansi cukup menyediakan informasi laba dan aliran kas yang layak dan
meyerahkan semua analisis dan perhitungan laba ekonomik kepada investor atau
pemakai lainnya. Hal ini sesuai dengan gagasan FASB dalam merekayasa
pelaporan keuangan sebagai berikut (SFAC No.1, prg.41):
Makna Laba
Pembahasan dalam sesi ini masih merupakan bagian dari konsep laba pada
tataran semantic. Pemaknaan laba sebagai pengukur efisiensi, konfirmasi harapan
investor, dan estimator laba ekonomik merupakan gagasan-gagasan untuk menemukan
definisi ( konsep atau makna ) laba yang tepat untuk tujuan akuntansi. Secara semantik,
belum terdapat kesepakatan tentang makna laba yang mantap yang menjadi basis
akuntansi dalam jangka panjang . Hendriksen dan van Breda (1992) mengemukakan
kritik terhadap laba akuntansi sebagai berikut :
there is no long run theoretical basis for the computation and presentation of
accounting income
tidak ada jangka panjang landasan teori untuk perhitungan dan penyajian laba
akuntansi
Kritik diatas didasarkan pada kenyataan bahwa terdapat banyak definisi atau makna
yang dilekatkan pada symbol laba oleh berbagai sumber. Akan tetapi, masih belum
dapat diidentifikasi secara mantap makna manakah yang sebenarnya dianut atau harus
dianut akuntansi.
Laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan
jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan diatas biaya( kos total yang
melekat kegiatan produksi dan penyerahan barang/jasa). Pengertian ini sejalan dengan
konsep kesatuan usaha yang dikemukakan oleh Paton dan Littleton (1967) yang
memandang laba sebagai kenaikan asset perusahaan .
Laba adalah kenaikan asset dalam suatu periode akibat kegiatan produktif yang
dapat dibagi atau didistribusi kepada kreditor, pemerintah, pemegang saham( dalam
bentuk bunga, pajak, dan dividen) tanpa mempengaruhi keutuhan ekuitas pemegang
saham semula.Sejalan dengan pengertian yang diberikan Barton, ini berarti bahwa
pengaruh perubahan ekuitas akibat transaksi modal ( the effects of any additional capital
contributions or withdrawals by owners) harus dikeluarkan dari perhitungan laba .
Dari berbagai pengertian laba diatas, dapat disimpulkan bahwa Laba secara
konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut :
a) Kenaikan kemakmuran (wealth atau well offness ) yang dimiliki atau dikuasai suatu
entitas. Entitas dapat berupa perorangan / individual, kelompok individual , institusi
,badan, lembaga, atau perusahaan.
b) Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu( periode) sehingga harus diidentifikasi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
c) Perubahan dapat dinikmati, didistribusi atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.
Kemakmuran dapat berupa aset bersih,aset, modal pemegang saham, kekayaan,
investasi,sumber daya ekonomik, uang atau apapun yang bernilai uang atau yang dapat
dinilai dengan uang. Kemakmuran tersebut secara umum disebut kapital. Kapital disini
berbeda dengan modal karena modal mempunyai pengertian khusus dalam akuntansi
yaitu ekuitas pemegang saham. Bila istilah kapital digunakan,harus selalu dibayangkan
siapa yang menguasai atau memiliki.Gambar 10.2 di bawah melukiskan pengertian
kapital dari berbagai sudut pandang konteks pembahasan laba dan akuntansi.
Bagi pemegang obligasi dan pemegang saham, klaim atas nilai yang tertanam di
perusahaan akan masuk dalam klasifikasi yang disebut kapital keuangan ( financial
capital) . Bagi perusahaan, kapital dapat diklasifikasi sebagai kapital fisis (physical
capital) kalau seluruh aset dipandang sebagai himpunan kapasitas produktif atau
dapat juga diklasifikasi sebagai kapital finansial kalau seluruh aset dipandang
sebagai nilai uang. Dalam bahasa investasi, kapital finansial sering disebut juga
dengan aset finansial ( financial asset) sedangkan kapital fisis disebut aset real (
real aset )
2.4 Laba dan Kapital
Pembahasan laba tidak dapat dipisahkan dengan pembahasan kapital tetapi
makna keduanya harus dibedakan. Dengan mendasarkan diri pada pengertian
kapital yang dikemukakan oleh Irving Fisher, Hendriksen dan van Breda (1992)
membedakan laba dan kapital.
Capital is a stock of wealth at an instant time. Incomeis a flow of services
through time. Capital is the embodiement of future services and income is the
enjoyment of these services over a specific period of time.
Modal adalah saham kekayaan pada waktu instan. Incomeis aliran jasa
melalui waktu. Modal adalah embodiement layanan masa depan dan pendapatan
kenikmatan layanan ini selama periode waktu tertentu.
Pengertian semacam ini sejalan dengan implikasi konsep dasar kontinuitas usaha
yang dilukiskan dalam gambar 5.6. Kapital dapat diasosiasi atau potensi jasa (stock
concept). Jadi, kapital dapat dipandang sebagai sediaan kemakmuran pada saat
tertentu. Sementara itu, labadapat diasosiasi dengan aliran kemakmuran (flow
concept). Jadi, laba adalah aliran potensi jasa yang dapat dinikmati dalam kurun
waktu tertentu dengan tetap mempertahankan tingkat potensi jasa mula-mula.
Bila dianalogi dengan tangki air (reservoar), kapital adalah kandungan air
sampai level tertentu pada suatu saat. Dalam suatu periode, air dalam tangki akan
diisi dan sekaligus juga digunakan. Laba adalah aliran air yang keluar dari tangki
(digunakan atau dinikmati untuk berbagai keprluan rumah tangga) dalam suatu
periode dengan tetap mempertahankan kandungan air di tangki pada level
semula.Dalam hal kegiatan usaha, pengertain dinikmati adalah dikonsumsi,
didistribusi atau ditarik untuk keperluan pribadi atau non investasi.
Berbeda dengan tangki air yang kapasitasnya terbatas, kegiatan usaha biasanya
berkembang terus. Oleh karena itu, laba tidak harus selalu dinikmati tetapi dapat
terus tertanam di perusahaan sehingga menambah tingkat investasi. Kalau laba
harus dinikmati maka hal tersebut hanya dapat dilakukan sejauh tidak melampaui
tingkat kapital semula. Pengertian laba semacam ini disebut laba atas dasar konsep
pemertahanan kapital atau kemakmuran( capital atau wealth maintenance concept).
Karakteristik umum laba ketiga yang dibahas sebelumnya (karakteristik c)
merupakan konsekuensi dianutnya konsep ini.
kapital dinilai merupakan masalah dalam tataran sintaktik yang akan dibahas
berikut.
Contoh angka
Kasus hipotesis berikut digunakan untuk lebih memahami makna laba
sebagaimana didefinisi diatas. Pada awal perioda, suatu entitas memiliki kapital berupa
kas Rp.200 juta. Kas tersebut digunakan untuk usaha yang pada akhir perioda
dilikuidasi. Setelah itu entitas tersebut memiliki kas sebesar Rp 250 juta. Pada awal
perioda, indeks harga adalah 105. Berapakah laba entitas dengan konsep pemertahanan
kapital ? untuk menjawab masalah ini, gambar 10.3 memperagakan makna laba dalam
kasus tersebut.
Besarnya laba atas dasar konsep pemertahanan kapital bergantung pada dasar
penilaian kapital. Bila digunakan dasar kos historis (rupiah nominal), kapital akhir
sebesar ABCD Rp 200 juta dianggap cukup untuk mempertahankan kapital awal
ABCD sehingga laba yang dapat dikonsumsi adalah sejumlah DCGH Rp 50 juta.
Bila digunakan dasar daya beli kapital akhir yang harus dipertahankan adalah
ABFE Rp 210 juta sehingga laba yang dapat dikonsumsi adalah EFGH Rp 40 juta.
DCFE bukan merupakan penyesuaian kapital yaitu jumlah untuk menjadikan
kemampuan ekonomik akhir tetap sama dengan kemampuan ekonomik awal
peioda. DCFE bukan merupakan laba karena kalau jumlah tersebut didistribusi
maka entitas akan berkurang kemampuan ekonomiknya sehingga kapital awal tidak
dipertahankan. Bila DCFE tetap dikonsusmsi/didistribusi, jjumlah tersebut
merupakan likuidasi atau pengembalian kapital (return of capital). Kembalian atas
kapital (return on capital) yang sesungguhnya adalah EFGH.
dalam bentuk standar dan prosedur akuntansi yang mantap dan objektif sehingga
angka laba dapat diukur dan disajikan dalam statemen keuangan.
Salah satu bentuk penjabaran makna laba secara sintaktik adalah mendefinisi
laba sebagai selisih pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan
biaya.Dengan melihat kembali gambar 8.1 tentang pendapatan,masalah teoritis
pendapatan dan biaya adalah definisi dan pengukuran dalam arti luas.Definisi
merupakan masalah pada tataran semantik. Pengukuran dalam arti luas yang
meliputi pengakuan,saat pengakuan, dan prosedur pengakuan ditambah cara
mengungkapkan (disclosures) merupakan masalah pada tataran sintaktik. Bila laba
didefinisi sebagai pendapatan dikurangi biaya, masalahnya adalah kapan laba timbul
sehingga harus diukur dan diakui ? Paralel dengan masalah pengukuran dan
pendapatan, terdapat dua kriteria atau pendapatan dalam pengukuran laba yaitu
pendekatan transaksi (transaksi approach) dan pendekatan kegiatan (activities
approach).
1. Pendekatan Transaksi
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya
transaksi( terutama transaksi eksternal) yang kemudian terakumulasi sampai akhir
periode. Karena laba didefinisi sebagai pendapatan dikurangi biaya, pengukuran dan
pengakuan pendapatan dan biaya dalam suatu periode sebenarnya juga merupakan
pengukuran dan pengakuan laba. Oleh karena itu, pengukuran dan pengakuan laba
juga akan paralel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya. Dengan
demikian, pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan
pendapatan atas dasar kriteria terrealisasi ( realized/ realizable) dan sama dengan
pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi manfaat ( consumption of benefit).
2. Pendekatan kegiatan
Dengan pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya
kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu.
Pendekatan ini paralel dengan konsep penghimpunan atau pembetukan
pendapatan. Dengan konsep ini, pendapatan (dengan sendirinya laba) dapat
dinyatakan telah dibentuk( earned) bersamaan dengan telah dilakukannya kegiatan
operasi perusahaan dalam arti luas ( produksi, penjualan, dan pengumpulan kas).
Pendekatan ini mempunyai keunggulan dalam membantu manajemen
melakukan analisis internal. Berbagai konsep laba dapat diciptakan untuk
mengukur efisiensi dan profitabilitas tiap kegiatan / bagian operasi ,
mengendalikan perilaku manajer divisi dengan sistem pengendalian manajemen
dan menentukan kompensasi.
Dalam aplikasinya, kedua pendekatan diatas tidak berdiri sendiri tetapi saling
melengkapi. Laba tidak dapat diakui hanya atas dasar salah satu pendekatan.
(return on financial capital) akan timbul bila jumlah rupiah klaim finansial pada
akhir suatu periode melebihi jumlah rupiah klaim finansial pada awal
periode( setelah pengaruh transaksi pemilik / penguasa klaim selama periode
dikeluarkan). Dari sudut pandang pemegang saham suatu perusahaan, laba atau
kembalian atas kapital finansial akan timbul bila jumlah rupiah aset bersih( net
assets) pada akhir suatu periode melebihi jumlah rupiah aset bersih pada awal
periode (tentu saja setelah pengaruh transaksi pemilik dikeluarkan). Dengan
pendekatan ini, yang harus dipertahankan dalam penentuan laba adalah nilai
ekonomik dalam arti nilai tukar kapital.
Kapital finansial dari sudut badan usaha adalah jumlah rupiah yang melekat
pada aset total badan usaha tanpa memandang jenis atau komponen aset. Laba atau
kembalian atas kapital finansial akan timbul bilamana jumlah rupiah aset pada awal
periode( tentu saja setelah pengaruh transaksi ekuitas dan utang dikeluarkan) .
Dalam analisis statemen keuangan tradisional, tingkat kembalian atas kapital
finansial ini dinyatakan sebagai tingkat kembalian atas aset total atau rate of return
on assets (ROA) yang dirumuskan sebagai berikut
Dari sudut pandang kreditor, kapial finansial adalah jumlah pinjaman yang
tertanam di perusahaan. Jumlah rupiah pinjaman ditambah bunga yang menjadi hak
kreditor selama periode merupakan kapial akhir. Dengan demikian, bunga yang
menjadi hak kreditor merupakan laba kreditor.
Kapital Fisis
Kapital fisis adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang
atau dimaknai sebagai kapasitas produksi fisis (physical productive capacity) yaitu
kemampuan menghasilkan barang dan jasa. Dalam konteks akuntansi, entitas yang
dimaksud adalah badan usaha yang dijalankan oleh manajemen.Kapital fisis secara
umum tidak relevan dari sudut pandang investor dan kreditor . Dengan konsep ini,
laba atau kembalian atas kapital fisis ( return on physical capital) akan timbul bila
kapasitas produksi fisis pada akhir suatu periode melebihi kapasitas fisis pada awal
periode . Yang harus dipertahankan dalam menentukan laba adalah kapasitas
produksi fisis ( tentu saja setelah pengaruh transaksi ekuitas dan utang dikeluarkan).
Laba akhirnya harus dinyatakan dalam jumlah rupiah. Oleh karena itu, kapasitas
produksi fisis akhirnya harus dinyatakan dalam jumlah rupiah pula. Dengan konsep
ini, kapital dapat dipertahankan kalau aset nonmoneter diukur atas dasar kos
sekarang (current costs) atau kos pengganti (replacement cost) pada saat pengukuran
/ penilaian. Selisih antara kos sekarang akhir dengan kos sekarang awal ( kos
historis) merupakan jumlah rupiah penyesuaian untuk mempertahankan kapital
sehingga tidak masuk sebagai bagian dari laba.
Perbedaan utama antara kedua konsep diatas adalah perlakuan terhadap
pengaruh perubahan harga atas aset yang ditahan atau kewajiban yang ditanggung
selama suatu periode seandainya pengaruh tersebut diakui. Dalam konsep kapital
finansial , pengaruh perubahan akan diakui sebagai untung atau rugi menahan atau
penahanan( holding gains or losses) dan dilaporkan melalui statemen laba rugi.
Dalam konsep kapital fisis, pengaruh perubahan diakui sebagai penyesuai kapital
( capital adjustment) dan tidak masuk dalam statemen laba-rugi.
Skala Pengukuran
Skala pengukuran adalah unit pengukur yang dapat dilekatkan pada suatu objek
sehingga objek tersebut dapat dibedakan besar-kecilnya ( magnitudenya) dari objek
yang lain atas dasar unit pengukur tersebut.Dalam teori pengukuran, dikenal empat
macam skala pengukuran yaitu kategoris ( nonimal), ordinal, interval, dan rasio.
Pengukuran dalam akuntansi bersifat rasio karena angka nol menunjukkan ketiadaan
atau kekosongan nilai (devoid of value) . Karena kapital harus dinyatakan dalam satuan
uang atau moneter sementara nilai satuan uang dapat berbeda antar waktu, skala satuan
uang mana yang akan dipakai untuk mengukur kapital ? Dengan kata lain, skala satuan
uang( rupiah) mana yang akan dipakai ?
Skala Nominal
Skala nonimal atau lebih tepatnya skala rupiah nomimal adalah satuan rupiah
sebagaimana telah terjadi tanpa memperhatikan perubahan daya beli dengan berjalannya
waktu akibat perubahan kondisi ekonomik. Dengan kata lain, jumlah rupiah untuk
waktu yang berbeda dianggap homogenus atau berdaya beli sama sehingga dapat saling
dijumlahkan atau dikurangkan. Karena nilai rupiah dianggap konstan sepanjang masa,
akuntansi atas dasar pengukuran ini sering disebut akuntansi dengan asumsi nilai rupiah
konstan yang di Amerika disebut constant dollar accounting. Pengukuran dengan
skala rupiah nominal lebih menitikberatkan pada jumlah unit rupiah daripada jumlah
unit daya beli.
Karena dalam kenyataannya nilai satuan uang berubah karena inflasi,
pengukuran atas dasar skala rupiah nominal mengandung kelemahan. Bila dua
jumlah rupiah pada waktu yang berbeda ditambahkan ( misalnya Rp 10.000 di
tahun 2000 ditambah Rp 10.000 di tahun 2004 ), hasil penjumlahan (Rp20.000)
sebenarnya tidak bermakna lagi karena dua skala yang berbeda telah ditambahkan.
Penambahan semacam ini sering disebut adding oranges and apples. Lima jeruk
ditambah lima apel tidak sama dengan sepuluh jeruk dan apel.
Kam ( 1990) mengibaratkan uang sebagai meteran atau tongkat pengukur (
measuring stick) nilai suatu objek. Namun,nilai uang berubah sehingga objek yang
sama yang diukur dengan nilai yang berbeda. Perbedaan skala ini dilukiskan Kam
dalam gambar 10.4 di bawah ini .
daya beli akan menimbulkan untung atau rugi daya beli (purchasing power gains or
losses) terutama kalau suatu entitas menanam aset moneter.
Pengukuran Laba dengan Konsep Pemertahankan Kapital
Adanya tiga faktor penentu nilai kapital (jenis,skala, dan dasar penilaian) yang
saling berinteraksi menimbulkan berbagai macam pendekatan atau basispenilaian
kapital.
1. Kapitalisasi aliran kas harapan
2. Penilaian pasar
3. Setara kas sekarang
4. Harga masukan historis
5. Harga masukan sekarang
6. Pemertahanan daya beli