Anda di halaman 1dari 6

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. (H.C.) Ir. SOEKARNO


Jl. Zipur Desa Air Anyir, Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka 33712
Telp. 08117178605/ 08117176804, Email : rspsoekarno@yahoo.co.id

PANDUAN KEPASTIAN TEPAT LOKASI/SISI, TEPAT


PROSEDUR DAN TEPAT PASIEN OPERASI
A. Pendahuluan
Salah-lokasi, salah-prosedur, salah pasien pada operasi, adalah sesuatu yang
mengkhawatirkan dan tidak jarang terjadi di rumah sakit. Kesalahan ini adalah akibat dari
komunikasi yang tidak efektif atau tidak adekuat antara anggota tim bedah, kurang/tidak
melibatkan pasien di dalam peran lokasi (site marking), dan tidak ada prosedur untuk
verifikasi lokasi operasi. Di samping itu pula asesmen pasien yang tidak adekuat, penelaahan
ulang catatan medis tidak adekuat, budaya yang tidak mendukung komunikasi terbuka antar
anggota tim bedah, permasalahan yang berhubungan dengan resep yang tidak terbaca
(illegible handwriting) dan pemakaian singkatan adalah merupakan faktor-faktor kontribusi
yang sering terjadi.
Rumah sakit perlu untuk secara kolaboratif mengembangkan suatu kebijakan dan/atau
prosedur yang efektif di dalam mengeliminasi masalah yang mengkhawatirkan ini. Digunakan
juga praktek berbasis bukti, seperti yang digambarkan di Surgical Safety Checklist dari WHO
Patient Safety (2009), juga di The Joint Commissions Universal Protocol for Preventing
Wrong Site, Wrong Procedure, Wrong Person Surgery.
Penandaan lokasi operasi perlu melibatkan pasien dan dilakukan pada tempat yang
telah ditandai dengan tanda silang di buat dengan . Tanda tersebut itu harus digunakan
secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh operator/ orang yang akan melakukan
tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat
sampai saat akan disayat. Penandaan lokasi operasi dilakukan pada semua kasus termasuk
sisi (laterality), multipel Standarduktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang
belakang).
Maksud proses verifikasi praoperatif adalah untuk:
1)

Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar;

2)

Memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan
tersedia, diberi laboratoriumel dengan baik, dan dipampang;

3)

Lakukan verifikasi ketersediaan setiap peralatan khusus dan/atau implant-implant yang


dibutuhkan.

Tahap Sebelum insisi (Time out) memungkinkan semua pertanyaan atau kekeliruan
diselesaikan. Time out dilakukan di tempat, dimana tindakan akan dilakukan, tepat sebelum
tindakan dimulai, dan melibatkan seluruh tim operasi. Rumah sakit menetapkan bagaimana
proses itu didokumentasikan secara ringkas, misalnya menggunakan ceklist.

Indikator Keselamatan Operasi :


1. Menggunakan tanda yang mudah dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan
mengikutsertakan pasien dalam proses penandaan.
2. Menggunakan checklist atau proses lain untuk verifikasi lokasi yang tepat, prosedur
yang tepat, dan pasien yang tepat sebelum operasi, dan seluruh dokumen serta
peralatan yang dibutuhkan tersedia, benar dan berfungsi.
3. Seluruh tim operasi membuat dan mendokumentasikan prosedur time out sesaat
sebelum prosedur operasi dimulai.
Tandai lokasi operasi (Marking), terutama :
1. Pada organ yang memiliki 2 sisi, kanan dan kiri.
2. Multiple structures (jari tangan, jari kaki)
3. Multiple level (operasi tulang belakang, cervical, thorak, lumbal)
4. Multipel lesi yang pengerjaannya bertahap
Anjuran Penandaan Lokasi Operasi
1. Gunakan tanda yang telah disepakati
2. Dokter yang akan melakukan operasi yang melakukan pemberian tanda
3. Tandai pada atau dekat daerah insisi
4. Gunakan tanda yang tidak ambigu (contoh : tanda X merupakan tanda yang ambigu)
5. Daerah yang tidak dioperasi, jangan ditandai kecuali sangat diperlukan
6. Gunakan penanda yang tidak mudah terhapus (contoh : Gentian Violet)

SPO Penandaan Luka Operasi


RSU SARI MUTIARA
MEDAN
No. Dokumen

SPO

I.

Pengertian

II. Tujuan
III. Kebijakan
IV.
Prosedur

No.Revisi

Halaman 1
Ditetapkan
Direktur Utama

Tanggal terbit

Dr.Tahim Solin, MMR


Memberi tanda pada sisi lokasi yang akan dilakukan tinadakan
operasi
1. Mencegah terjadinya kesalahan bagian/sisi tubuh yang akan di
operasi
2. Memudahkan operator mengetahui lokasi operasi
1. Sasaran
Pasien yang akan dilakukan operasi
2. Rincian tugas
a. Persiapan alat oleh perawat ruangan
- Spidol permanen
- Rekam medis
b. Persiapan pasien
pasien atau keluarga diberitahu mengenai tujuan penandaan
luka operasi oleh dokter operator

V.

Unit terkait

3. Pelaksanaan
a. dokter operator atau asisten operator melihat rekam medik
dan memastikan lokasi operasi
b. memberi tanda pada sisi lokasi operasi sesuai dengan rencana
tindakan operasi dengan menggunakan spidol
c. memberi tanda dengan jelas, menggunakan inisyal atau ya
atau garis yang mewakili sayatan yang diusulkan
d. minimal semua yang menandai kasus yang melibatkan
struktur ganda (jari, jari kaki, lesi) atau beberapa tingkat
(tulang belakang).
4. Pengecualian
Pada kasus-kasus tertentu penandaan lokasi operasi tidak
diberikan :
a. Satu organ khusus (sectio caesarea, operasi jantung)
b. Khasus interfensi (kateterisasi jantung, TUR Prostat)
Seluruh pelayanan medis dan keperawatan RSU Sari Mutiara
Medan.

SPO Assesmen Pra Anastesi


RSU SARI MUTIARA
MEDAN

No. Dokumen

SPO

I. Pengertian
II. Tujuan

No.Revisi

Halaman 1
Ditetapkan
Direktur Utama

Tanggal terbit

Dr.Tahim Solin, MMR


Asesmen atau penilaian sebelum tindakan anestesi ini merupakan
rangkaian kegiatan yang mengawali suatu operasi yang akan
dilaksanakan. Penilaian dilakukan terhadap fungsi vital pasien
Sebagai acuan penerapan langkah-langkah penilaian sebelum

III. Kebijakan

IV. Prosedur

anastesi, dengan tujuan:


1. Melakukan penilaian sendiri terhadap fungsi napas, fungsi
kardiovaskuler, fungsi kesadaran, fungsi gastrointestinal
2. Mengetahui status fisik pasien praoperatif
3. Mengetahui dan menganalisis jenis operasi
4. Memilih jenis atau tehnik anastesi yang sesuai
5. Meramalkan penyulit yang mungkin terjadi selama operasi
6. Mempersiapkan obat atau alat guna menanggulangi
kemungkinan yang terjadi
1. Asesment ulang dilakukan oleh praktisi pelayanan kesehatan
secara terintegrasi dalam proses asuhan pasien.
2. Bekerjasama dengan staf medis lain untuk menganalisis dan
mengintegrasikan kondisi pasien yang membutuhkan
penanganan lebih lanjut atau penting, sesuai dengan
peraturan Direktur
Asesmen atau penilaian pra anastesi meliputi: 2/4
1. B1 : Jalan nafas dan fungsi pernafasan
Nilai patensi jalan nafasnya, apakah jalan nafas bebas
Lihat apakah sumbatan jalan nafas oleh benda asing,
muntahan, darah, dll
Lihat adakah tanda-tanda retraksi dinding dada, pernafasan
cupit hidung.
Lihat apakah gerakan dada kiri dan kanan simetris waktu
inspirasidan ekspirasi. Bila asimetris manakah yang
tertinggal.
Lihat adakah gerakan dada see saw seperti gergaji
Denganrkan adakah suara nafas tambahan:
- Snoring (mengorok)
- Gurgling
- Tridor
- Tidak ada suara nafas
Bila terjadi sumbatan jalan nafas segera bebaskan baik tanpa
alat atau menggunakan alat pembebasan jalan nafas.
Rasakan dengan punggung tangan apakah hembusan udara
dari hidung atau mulut
Lakukan perkusi untuk membedakan antara kemungkinan
berisi darah atau udara
Dengarkan menggunakan stetoskop apakah kiri sama
dengan yang kanan, ataukah terdapat suara nafas yang lebih
lemah pada satu sisi
Nilai adakah prediksi intubasi sulit dengan mallampati
score, jarak mentohyoid, gerak leher, massa
2. B2 : Fungsi Kardiovasculer
Lihat apakah pasien tampak pucat atau cyanosis
Lihat apakah sumber perdarahan yang terlihat
Cek apakah perfusi pada ujung jari apakah hangat, kering,
merah (normal)
Cek nadi apakah frekuensinya normal, irama teratur, kuat
Cek tensi menggunakan tensimeter
Bila perlu cek tensi pada lengan kiri dan kanan
Dengarkan menggunakan stetoscope apakah terdapat bising
jantung
3. B3 : Fungsi kesadaran
Nilai kesadaran bisa dengan mengajak pasien berbicara bila
pasien sadar atau dengan penilaian Gaslow Coma Scale (GCS)
bila terdapat penurunan kesadaran.
4. B4 : Fungsi perkemihan
Lakukan evaluasi fungsi ginjal, dapat dilakukan dengan
menggunakan urin tampung atau kalau perlu dengan
pemasangan chateter.

Nilai produksi urinnya meliputi warna dan jumlahnya.


5. B5 : Fungsi pencernaan
Lihat adakah abdomen distended
Lakukan perkusi untuk membedakan adanya udara atau
cairan, palpasi untuk mencari adanya massa.
6. B6 : Tulang Muskuluskletal
Adakah patah tulang panjang pada femur, 4/4, patah tulang
multipel, patah tulang iga yang multipel
Adakah pertukaran kulit
7. B7 : Laboratorium
Evaluasi hasil laboratorium, apakah terdapat nilai yang
abnormal segera diambil tindakan dan evaluasi ulang.
8. Radiologi : SS
Evaluasi hasil dari pemeriksaan radiologi, apabila terdapat hal
yang tidak normal segera ambil tindakan.
9. Pemeriksaan penunjang lain : ECG dll
10. Dari hasil pemeriksaan disimpulkan bahwa pasien tersebut
termasuk dalam kategori ASA 1/2/3
V. Unit terkait

Instalasi kamar operasi di RSU Sari Mutiara Medan

Anda mungkin juga menyukai