Anda di halaman 1dari 29

ALAT DAN KAPAL PENANGKAP IKAN

POLE AND LINE


Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Makalah Alat Dan Kapal Penangkap
Ikan
Disusun Oleh :
Kelompok 7
Disa Nirmala

230110140088

Ruli Aisyah

230110140

Intan Nadifah

230110140

Imas Siti Nur Halimah

230110140

Alif Rizki

230110140

Rifqi Abdurahman

230110140114

Dewanto Bismantoro

230110140115

Perikanan B

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2015
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai salah satu alat untuk
menangkap ikan yaitu jenis Pole and Line. Tidak lupa shalawat serta salam selalu

tercurah limpahkan pada Nabi Muhammad SAW kepada keluarganya, shabatnya


tabi tabiin hingga kepada kita selaku umatnya akhir jaman.
Makalah ini sebagai salah satu tugas yang mana membahas mengenai jenis
alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan.Pole and Line atau sering
disebut Huhate. Lingkup yang dibahas dalam makalah ini adalah konstruksi,
gambar, bahan yang digunakan serta alat bantuPole and Line.
Kami mengucapkan terima kasih kepada anggota kelompok 6 yang telah
menyelesaikan tugas tepat pada waktunya serta kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah mendukung dalam penyelesaiaan makalah ini.Kami
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami
megharapkan saran dan kritik pembaca untuk kelanjutan makalah yang lebih baik.

Jatinangor, Oktober 2014

Penyus
un,
Kelom
pok 6

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang...........................................................................................1
1.2. Tujuan.........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Kontruksi Pole and Line.............................................................................3
2.2. Gambar Pole and Line................................................................................6
2.3. Bahan yang Digunakan Pole and Line.......................................................8
2.4. Jumlah tenaga kerja pada kapal Pole and line ...........................................9
2.5. Ukuran Kapal yang digunakan Pole and Line..........................................10
2.6. Alat Bantu Kapal Pole and Line...............................................................13
2.7. Jenis Umpan Pole and Line......................................................................14
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan..............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam rangka meningkatkan ekspor komoditi non migas dewasa ini, maka
usaha perikanan cakalang perlu ditunjang demi pengembangan serta peningkatan
produksi.Ikan cakalang (Skipjack, Katsuwonus pelamis) termasuk komoditi
ekspor penting disamping tuna.
Diketahui bahwa cakalang mempunyai daerah kehidupan di perairan
tropis disamping faktor salinitas yang menentukan daerah penyebaran serta
hidupnya membentuk kawanan besar.Selain itu sifat yang dimiliki gerombolan
cakalang adalah lebih memusatkan diri dekat pulau-pulau atau pantai dari lautan
yang terbuka.
Penggalian potensi ikan pelagis khususnya ikan cakalang tersebut tentunya
menggunakan sarana dan prasarana alat penangkap.Jenis alat penangkap yang
digunakan diantaranya adalah pole and line atau huhate. Perikanan huhate pada
dasarnyamempunyai sasaran utama jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan
ikan yaitu ; tuna (yellow fin tuna, thunnus albacores) dan cakalang (skipjack tuna,
katsuwonus pelamis).
Pole and line atau biasa juga disebut dengan huhate sebagai alat
penangkap ikan yang konstruksinya sangat sederhana yaitu terdiri dari bambu
sebagai joran atau galah, dan tali utama sebagai tali pancing. Pada tali pancing
dikaitkan mata pancing pada bagian ujungnya tidak berkait balik.Penggunaan
mata pancing yang tidak berkait dimaksudkan agar ikan yang ditangkap dapat
mudah

lepas.

Tetapi

sesungguhnya

cukup

kompleks

karena

dalam

pengoperasiannya memerlukan umpan hidup untuk merangsang kebiasaan ikan


yang menjadi tujuan tangkapan pole and line dengan menyambar mangsa pada
ikan. Sebelum pemancingan dilakukan penyemprotan air untuk mempengaruhi
visibility ikan terhadap kapal atau para pemancing.
Adanya faktor umpan hidup inilah yang membuat cara penangkapan
menjadi agak rumit. Hal ini disebabkan karena adanya umpan hidup tersebut
harus se suai dalam ukuran dan jenis tertentu, yang dapat disimpan, dipindahkan,
dan dibawa dalam keadaan hidup. Hal ini berrati diperlukan sistem penangkapan

umpan hidup dan desain kapal harus sesuai untuk penyimpanan umpan supaya
umpan hidup tersebut dapat bertahan sampai waktu penggunaannya.
Secara umum alat penangkap ikan huhate (pole and line) terdiri dari joran
dari bahan bambo, atau lainnya sebagai tangkai pancing , tali pancing dari bahan
polyethilene, dan mata pancing ( hook) yang tidak berkait balik.
1.2 Tujuan
Mengetahui kontruksi Pole and Line (Huhate)
Mengetahui bagaimana gambar Pole and Line (Huhate)
Mengetahui apa bahan yang digunakan Pole and Line (Huhate)
Mengetahui jumlah nelayan Pole and Line (Huhate)
Mengetahui ukuran kapal yang digunakan Pole and Line (Huhate)
Mengetahui alat bantu penangkapan Pole and Line (Huhate)

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kontruksi Pole and Line (Huhate)
Monintja (1968) mengatakan bahwa pada prinsipnya alat tangkap pole and
line terdiri dari tiga bagian yakni : tangkai pancing (pole), tali pancing (line) dan
mata pancing (hookless).Sebagai penangkap ikan alat ini sangat sederhana
desainnya, hanya terdiri dari joran, tali, dan mata pancing.Tetapi sesungguhnya
cukup kompleks karena dalam pengoperasiannya memerlukan umpan hidup untuk
merangsang kebiasaan menyambar mangsa pada ikan (Nedeelec, 1976).
Pole atau tangkai pancing dibuat dari bambu yang ruas-ruasnya banyak
sehingga banyak buku-buku yang memperkuatnya atau dibuat dari fiberglass.Line
atau tali pancing yang dibuat dari nylon multifilament biasanya panjangnya 2/3
dari pada panjang tangkai pancing.Hookless atau mata pancing terdiri dari timah
pemberat, pembungkus, bulu ayam, dan mata pancing yang tidak berkait balik
(Monintja, 1968).
Pole and line yaitu pancing yang digunakan untuk menangkap jenis ikan
cankalang, tuna, tongkol, pancing ini terdiri dari joran, tali pancing dan
umpan.Dioperasikan secara bersama diatas kapal.pole and line biasa disebut
dengan huhate. Sebagai penangkap ikan alat ini sangat sederhana desainnya,
hanya terdiri dari joran, tali, dan mata pancing.Tetapi sesungguhnya cukup
kompleks karena dalam pengoperasiannya memerlukan umpan hidup untuk
merangsang kebiasaan menyambar mangsa pada ikan (Nedeelec, 1976).

Gambar 1. Sketsa
Konstruksi Pole

and

Line (Sumber:
Google)

Sebelum pemancingan, dilakukan penyomprotan air untuk mempengaruhi


visibility ikan terhapap kapal atau para pemancing. Adanya faktor umpan hidup
inilah yang membuat cara penangkapan ini menjadi agak rumit. Hal ini
disebabkan karena umpan hidup harus sesuai dalam ukuran dan jenis tertentu,
disimpan, dipindahkan, dan dibawa dalam keadaan hidup. Ini berarti diperlukan
sistem penangkapan umpan hidup dan disain kapal yang sesuai untuk
penyimpanan umpan supaya umpan hidup dapat tahan sampai waktu
penggunaannya (Ayodhyoa, 1981)
Dalam pelaksanaan operasi dengan alat pole and line ini disamping
digunakan umpan tiruan berupa sobekan-sobekan kain, guntingan tali rafia,
ataupun bulu ayam juga digunakan umpan hidup.Umpan hidup ini dipakai untuk
lebih menarik perhatian ikan cakalang agar lebih mendekat pada areal untuk
melakukan pemancingan.Sedangkan dalam melakukan operasi pemancingan
digunakan pancing tanpa umpan.Hal ini bertujuan untuk efisiensi dan efektifitas
alat tangkap, karena ikan cakalang termasuk pemangsa yang rakus. Hal ini sesuai
dengan pendapat Ayodhyoa (1981) bahwa jika ikan makin banyak dan makin
bernafsu memakan umpan, maka dipakai pancing tanpa umpan dan mata pancing
ini tidak beringsang (tidak berkait).
Teknik operasi penangkapan ikan menggunakan pole and line yaitu;

Setelah semua persiapan telah dilakukan, termasuk penyediaan umpan hidup,


maka dilakukan pencarian gerombolan ikan oleh seorang pengintai yang
tempatnya dianjungan kapal, dan menggunakan teropong. Pengoperasian bisa
juga dilakukan didekat rumpon yang telah dipasang terlebih dahulu. Setelah
menemukan gerombolan ikan harus diketahui arah renang ikan tersebut baru
kemudian mendekati gerombolan ikan tersebut. Sementara pemancing sudah
harus bersiap masing-masing pada sudut kiri kanan dan haluan kapal. Cara
mendekati ikan harus dari sisi kiri atau kanan dan bukan dari arah belakang.

Pelemparan umpan dilakukan oleh boi-boi setelah diperkirakan ikan telah berada
dalam jarak jangkauan pelemparan, kemudian ikan dituntun kearah haluan
kapal.Pelemparan umpan ini diusahakan secepat mungkin sehingga gerakan ikan
dapat mengikuti gerakan umpan menuju haluan kapal.Pada saat pelemparan
umpan tersebut, mesin penyomprot sudah difungsikan agar ikan tetap berada
didekat kapal.Pada saat gerombolan ikan berada dekat haluan kapal, maka mesin
kapal dimatikan.Sementara jumlah umpan yang dilemparkan kelaut dikurangi,
mengingat terbatasnya umpan hidup.Selanjutnya, pemancingan dilakukan dan
diupayakan secepat mungkin mengingat kadang-kadang gerombolan ikan tibatiba menghilang terutama jika ada ikan yang berdarah atau ada ikan yang lepas
dari mata pancing dan jumlah umpan yang sangat terbatas.Pemancingan biasanya
berlangsung 15 30 menit.
-

Waktu pemancingan tidak perlu dilakukan pelepasan ikan dari mata pancing
disebabkan pada saat joran disentakkan ikan akan jatuh keatas kapal dan
terlepas sendiri dari mata pancing yang tidak berkait. Berdasarkan
pengalaman

atau

keahlian

memancing

nelayan,

pemancing

kadang

dikelompokkan kedalam pemancing kelas I, II, dan III. Pemancing kelas I


(lebih berpengalaman) ditempatkan dihaluan kapal, pemancing kelas II
ditempatkan disamping kapal, dekat kehaluan, sedangkan pemancing kelas III
ke samping kapal agak jauh dari haluan. Untuk memudahkan pemancingan,
maka pada kapal Pole and Line dikenal adanya flying deck atau tempat
pemancingan (Kristjonson,1959).

Hal lain yang perlu diperhatikan pada saat pemancingan adalah


menghindari ikan yang telah terpancing, jatuh kembali kelaut. Hal ini akan
mengakibatkan gerombolan ikan yang ada akan melarikan diri ke kedalaman yang
lebih dalam dan meninggalkan kapal, sehingga mencari lagi gerombolan ikan
yang baru tentu akan mengambil waktu. Disamping itu, banyaknya ikan-ikan kecil
diperairan sebagai natural bait akan menyebabkan kurangnya hasil tangkapan.
Jenis-jenis ikan tuna, cakalang, dan tongkol merupakan hasil tangkapan utama
dari alat tangkap pole and line (Kristjonson, 1959).

2.2 Gambar Pole and Line (Huhate)

Gambar 2.Kapal pole and line di Kabupaten Luwu

Gambar 3.Proses pengambilan umpan

Gambar 4.Proses Pemancingan Ikan Cakalang Oleh Para boi-boi

Gambar 5. Posisi Juru umpan

Gambar 6. Jenis Hasil Tangkapan Cakalang (Skipjack)

Gambar 7. Posisi Kapal yang salah dan Benar pada Saat Mendekati Geromobolan
Ikan

Gambar 8. Mata Pancing dan Umpan Buatan

Gambar 9. Umpan Hidup di Bagan Perahu

Gambar 10. Kondisi Fishing Ground di Lokasi Penelitian dan rumpon sebagai alat
bantu penangkapan

2.3 Bahan yang Digunakan Pole and Line


Secara umum alat tangkap pole and line terdiri dari joran (bambu atau
lainnya) untuk tangkai pancing, polyethylene untuk tali pancing dan mata pancing
yang tidak berkait terbalik (Dinas Perikanan Jawa Barat, 2008). Diskripsi alat
tangkap pole and line ini adalah sebagi berikut :

Gambar 11. Jenis dan Bentuk Kail dan Tali yang digunakan pada Pole and
line
1) Joran (galah). Bagian ini terbuat dari bambu yang cukup tua dan
mempunyai tingkat elastisitas yang baik. Yang umum digunakan adalah
bambu yang berwarna kuning. Panjang joran berkisar 2 - 2,5 m dengan
diameter pada bagian pangkal 3 4 cm dan bagian unjuk sekitar 1 1,5 cm.

Sebagaimana telah banyak digunakan joran dari bahan sintesis seperti


plastik atau fibres.
2) Tali utama (main line). Terbuat dari bahan sintesis polyethylene dengan
panjang sekitar 1,5 - 2 m yang disesuaikan dengan panjang joran yang
digunakan, cara pemancingan, tinggi haluan kapal dan jarak penyemprotan
air. Diameter tali 0,5 cm dan nomor tali adalah No 7.
3) Tali sekunder. Terbuat dari bahan monopilament berupa tasi berwarna putih
sebagai pengganti kawat baja (wire leader) dengan panjang berkisar 20 cm.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terputusnya tali utama dengan mata
pancing sebagai akibat gigitan ikan cangkalang.
4) Mata pancing (hook) yang tidak berkait balik. Nomor mata pancing yang
digunakan adalah 2,5 2,8. Pada bagian atas mata pancing terdapat timah
berbentuk slinder dengan panjang sekitar 2 cm dan berdiameter 8 mm dan
dilapisi nikel sehingga berwarna mengkilap dan menarik perhatian ikan
cangkalang. Selain itu, pada sisi luar silender terdapat cincin sebagai tempat
mengikat tali sekunder. Di bagian mata pancing dilapisi dengan guntingan
tali rapia berwarna merah yang membungkus rumbia-rumbia tali merah
yang juga berwarna sebagai umpan tiruan. Pemilihan warna merah ini
disesuaikan dengan warna ikan umpan yang juga berwarna merah sehingga
menyerupai ikan umpan.
2.4 Jumlah tenaga kerja pada saat pengoperasian Pole and Line
Untuk kapal pole and line yang beroperasi menggunakan tenaga kerja 13
20 orang. Yang terdiri dari 1 kapten, 1 orang muallim, 3 orang masinis, 1 orang
boi-boi, 1 orang juru masak dan selebihnya pemancing. Adapun tugas tenaga kerja
(ABK) dapat dilihat di bawah ini:
Tugas ABK pada kapal pole and line di Kab. Luwu
No

Jabatan

Jumlah

Tugas

.
1

Kapten

(orang)
1

Bertanggung jawab terhadap keselamatan

Muallim

kapal dan orang-orang yang ada di atas kapal


Mengurus segala keperluan kapal, mengatur

3
4

Juru mudi
Kepala

keuangan kapal
Mengemudikan kapal
Bertanggung jawab terhadap kamar mesin,

1
1

kamar
5
6

mesin kapan dan perbaikan mesin

mesin
Oilman
Boi-boi

1
1-2

Asisten kepala kamar mesin


Sebagai pelempar umpan

pada

saat

pemancingan dan merangkap juga sebagai


7

Juru masak

1-2

fishing master (mencari gerombolan ikan)


Bertanggung jawab menyediakan makanan

Papalo

1-2

untuk orang di kapal


Bertugas mengambil umpan

8-10
3-5

Memancing
Memancing, tidak bertanggung jawa terhadap

dan
9
10

manoma
Pemancing
Kuli jalan

kapal

2.5 Ukuran Kapal yang Digunakan


Kapal pole and line adalah kapal yang penggunaannya untuk menangkap ikan
cakalang dengan pancing.Ukuran kapal diantara 5 300 GT yang dianggap
potensial. Kapal ini dilengkapi dengan bak umpan hidup yang dapat menyimpan
dan membawa umpan dengan baik, dan penyemprot air pada flying deck yang
diperlukan

waktu

operasi

penangkapan

ikan,

dimana

fungsinya

untuk

memecahkan permukaan air dan mengaburkan penglihatan ikan sehingga ikanikan yang dipancing akan terkonsentrasi pada umpan (Tampubolon, 1980).
Biaya pengelolaan kapal tergolong besar dan sifatnya rutin, oleh karena itu
perlu dilakukan pertimbangan teknis yang bertujuan terhadap efisiensi ekonomis
sehingga dapat menjamin daya tahan serta memperpanjang penggunaan kapal dan
dapat menekan biaya operasional.Harga kapal ikan relatif lebih mahal dari kapal
dagang dan umumnya diartikan sebagai jumlah tahun selama kapal di
pelabuhan.Perhitungan umur kapal ini dimulai saat peluncuran sampai dengan
waktu kapal ikan tidak mampu dipakai atau dipelihara.Umur atau ketahanan kapal

dapat ditinjau dari beberapa faktor yaitu kekuatan fisik, faktor ekonomis dan
peraturan pemerintah (Monintja dkk, 1986).

Gambar 12. Spesifikasi Kapal Pole and Line


Fyson (1985) menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi
perencanaan kapal ikan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1. Sumberdaya yang tersedia
2. Alat dan metode penangkapan ikan
3. Karakteristik daerah penangkapan
4. Dalil-dalil dan peraturan yang digunakan dalam desain
5. Pemilihan material yang digunakan
6. Aspek ekonomi
Menurut Malangjoedo (1978) letak dan kayanya fishing ground yang akan
dijadikan daerah operasi penangkapan akan menentukan pula jenis dan ukuran
kapal yang akan dipergunakan. Selanjutnya dikatakan bahwa ada tiga ukuran
kapal pole and lineyakni :

Kapal ukuran kecil yakni 7 15 GT, jarak operasinya kurang dari 30 mil
dan tanpa pengawetan.

Kapal ukuran sedang yakni 15 50 GT, jarak operasinya 30 50 mil


dengan pengawetan es dan lama operasinya kurang dari 5 hari.

Kapal ukuran besar yakni 100 GT ke atas, lama operasinya bias sampai 40
hari atau lebih.
Kapal ikan adalah salah satu jenis dari kapal laut, karena itu syarat-syarat

yang diperlukan oleh suatu kapal laut juga diperlukan kapal ikan.Namun berbeda
dengan jenis kapal umum lainnya seperti kapal penumpang atau kapal barang,
kapal ikan mempunyai fungsi operasional yang lebih rumit dan berat. Kapal ikan
dipakai untuk menangkap, menyimpan dan mengangkut ikan serta kegiatan lain
yang berhubungan dengan tujuan usaha perikanan. Mengingat fungsi operasional
kapal ikan ini, diperlukan suatu persyaratan khusus yang merupakan
keistimewaan dan karakteristik kapal ikan. Keistimewaan pokok yang dimiliki
kapal ikan, antara lain ialah tentang kecepatan kapal, kemampuan olah gerak,
kelaik lautan, luas lingkup area pelayaran, tenaga penggerak, peralatan kapal dan
lain lain. Dengan demikian desain konstruksi kapal ikan memerlukan
pertimbangan khusus agar kapal yang dibangun dapat mengakomodasi keinginan
operasional usaha penangkapan ikan (Ayodhyoa, 1972).
Ayodhyoa (1972) mengemukakan bahwa kapal ikan mempunyai jenis dan
bentuk yang beraneka ragam, dikarenakan tujuan usaha keadaan perairan dan lain
sebagainya, yang dengan demikian bentuk usaha itu akan menentukan bentuk dari
kapal ikan. Ukuran utama kapal terdiri dari panjang kapal (L), lebar kapal (B),
tinggi kapal (D), dan draft (d). Besar kecilnya ukuran utama kapal berpengaruh
pada kemampuan (ability) suatu kapal dalam melakukan pelayaran atau operasi
penangkapan, dimana :

Nilai L (panjang), erat hubungannya dengan interior arrangement, seperti


letak kamar mesin, tangki bahan bakar, tangki air tawar, palka, kamar
ABK, perlengkapan alat tangkap dan peralatan lainnya.

Nilai B (lebar), berhubungan dengan stabilitas dan daya dorong kapal.

Nilai D (dalam/tinggi), berhubungan erat dengan tempat penyimpanan


barang dan stabilitas kapal.
Menurut Ayodhyoa (1972), yang dimaksud dengan kapal pole and line

adalah kapal ikan yang tujuan usahanya menangkap ikan cakalang (Katsuwonus

Pelamis), tapi dalam pengoperasiannya tidak menutup kemungkinan ikan lain ikut
tertangkap.
Bentuk kapal pole and line memiliki bebrapa kekhususan antara lain ;

Bagian atas dek kapal bagian depan terdapat plataran (flat form) yang
digunakan sebagai tempat memancing.

Dalam kapal harus tersedia bak-bak untuk penyimpanan ikan umpan yang
masih hidup

Pada kapal pole and line ini harus dilengkapi dengan sistem semprotan air
(water splinkers system) yang dihubungkan dengan satu pompa.
Pole and line terdiri dari gandar yang bisanya terbuat dari bambu (

bamboes pole ), tali pancing dan mata pancing. Bentuk kapal pole and
line memiliki beberapa kekhususan antara lain :
1. Bagian atas dek kapal bagian depan terdapat plataran ( flat form
) yang digunakan sebagai tempat memancing.
2. Dalam kapal harus tersedia bak-bak untuk penyimpanan ikan
umpan yang masih hidup.

3. Pada kapal pole and line ini harus dilengkapi sistem semprotan air (water
splinkers system) yang dihubungkan dengan suatu pompa.

2.6 Alat Bantu Penangkapan


Kapal pole and line memilki alat bantu penangkapan dalam operasi
penangkapan ikan cakalang antara lain ;
a) Pila-Pila
Pila-pila digunakan sebagai tempat para pemancing (awak kapal) yang
letaknya pada lambung, haluan dan buritan kapal.
b) Pipa Penyemprot Air

Pipa penyemprot digunakan untuk menyemprot air ke permukaan air di


sekitar kapal dengan posisi pada gerombolan ikan.Tujuan dari penyemprotan air
tersebut adalah untuk mengelabui ikan-ikan yang berada di permukaan air yang
terdapat gerombolan ikan di dekat kapal. Pipa penyemprot ditempatkan di
sepanjang pila-pila atau sekeliling lambung kapal, bahan yang digunakan pila pila
dari bahan paralon atau dari pipa besi pada ujungnya dipasang kran, dengan
diameter pipa 3,5 inchi. Tekanan penyemprotan air tersebut dilengkapi dengan
pompa air (water pump).
c) Bak umpan
Untuk mempertahankan ikan umpan tetap hidup saat digunakan, maka
memerlukan tempat atau bak.Pada bak umpan tersebut dilengkapi dengan lampu
penerangan dengan masing-masing bak 50 watt. Fungsi dari lampu penerangan
tersebut adalah ikan-ikan sebagai umpan dapat berkelompok atau bergerombol
dan tidak berenang secara liar, akibat dari tidak diberikan lampu tersebut antar
ikan-ikan sering bergerak secara tidak menentu, maka ikan saling bertubrukan
yang akan membuat ikan umpan tersebut rusak akhirnya liar tidak dapat
digunakan pada saat operasi penangkapan ikan atau waktu pemancingan.
d). Jaring tangguk / seser
Jaring tangguk berguna untuk memojokkan umpan ke suatu sudut agar
mudah di tangguk dengan churchill. Sedangkan seser yang besar berguna untuk
memindahkan umpan hidup ke ember dan seser kecil digunakan untuk menyebar
umpan.
e). Rumpon
Rumpon ini berguna untuk mengumpulkan kawanan ikan dan
harus dipasang jauh hari sebelum operasi penangkapan, jadi tidak
perlu menggunakan ikan hidup sebagai umpan namun semprotan air
masih harus terus digunakan.

2.7 Jenis Umpan Pole and Line

Umpan hidup merupakan faktor pembatas ( limiting faktor) dalam


penangkapan cakalang. Hal ini memberikan petunjuk bahwa keberhasilan dalam
menangkap ikan cakalang tergantung dari jumlah umpan hidup yang digunakan.
Dalam penangkapan ikan cakalang dengan menggunakan huhate ( pole and line)
biasanya dibutuhkan beberapa jenis ikan umpan untuk nengumpulkan ikan
cakalang di area kapal penangkap ikan yang digunakan. Pada umumnya ada 6
jenis ikan umpan hidup yang digunakan yaitu jenis ikan :
a. Puri kepala merah (Stelephorus divisi)
b. Puri kepala batu (Hypoat therina barnesi)
c. Puri gelas (Stolephorus indicus)
d. Gosao (Sprattelloides delicatulus)
e. Lompa (Thrissina baelama forska)
f. Tembang (Sardinela fimbriata)
Dari keenam jenis umpan yang digunakan memiliki karateristik yang
tidak jauh berbeda sebagai umpan penangkapan cakalang.

Gambar 13. Umpan Penangkapan Ikan dengan Pole and Line

BAB III
KESIMPULAN
Monintja (1968) mengatakan bahwa pada prinsipnya alat tangkap pole and
line terdiri dari tiga bagian yakni : tangkai pancing (pole), tali pancing (line) dan
mata pancing (hookless). Secara umum alat tangkap pole and line terdiri dari joran
(bambu atau lainnya) untuk tangkai pancing, polyethylene untuk tali pancing dan
mata pancing yang tidak berkait terbalik (Dinas Perikanan Jawa Barat,
2008).Untuk kapal pole and line yang beroperasi menggunakan tenaga kerja 13
20 orang. Yang terdiri dari 1 kapten, 1 orang muallim, 3 orang masinis, 1 orang
boi-boi, 1 orang juru masak dan selebihnya pemancing.
Kapal pole and line adalah kapal yang penggunaannya untuk menangkap
ikan cakalang dengan pancing.Ukuran kapal diantara 5 300 GT yang dianggap
potensial. Kapal ini dilengkapi dengan bak umpan hidup yang dapat menyimpan
dan membawa umpan dengan baik, dan penyemprot air pada flying deck yang
diperlukan

waktu

operasi

penangkapan

ikan,

dimana

fungsinya

untuk

memecahkan permukaan air dan mengaburkan penglihatan ikan sehingga ikanikan yang dipancing akan terkonsentrasi pada umpan (Tampubolon, 1980). Kapal
pole and line memilki alat bantu penangkapan dalam operasi penangkapan ikan
cakalang, yaitu Pila-Pila, Pipa Penyemprot Air, Bak umpan, Jaring tangguk / seser
dan Rumpon.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amar. 2011. Analisis Aspek Teknis Unit Penangkapan Pole And Line
Di Perairan Teluk Bone Kabupaten Luwu. Skripsi Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan. Universitas Hassanudin. Makassar
Adna. 1977. Buletin Penelitin Perikanan, Juli 1981 No. 3 Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Balai Ketrampilan penangkapan Ikan. 1981. Buku Pegangan Peserta Latihan di
Balai Ketrampilan Penangkapan Ikan, Direktoran Jenderal Perikanan,
Ambon.
Balai Penelitian Perikanan Laut. 1983. Laporan Penetian Perikanan Laut. Jakarta
Badan Riset Perikanan Tangkap. 2006. Buletin Teknik Litkayasa Sumber Daya
dan Penangkapan.Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Direktorat Jendral Perikanan. 1994. Paket Teknologi Kapal Pole and
Line.Departemen Pertanian. Jakarta.
http://www.djpt.kkp.go.id/index.php/arsip/file/89/penangkapan-ikan-denganpoleline.pdf/
(Diakses pada tanggal 02 Oktober 2015)
http://www.eafm-indonesia.net/public/files/penelitian/3455a-Status-PerikananHUHATE-(Pole- and-Line)-di-Bitung-Sulawesi-Utara.pdf (Diakses pada
tanggal 02 Oktober 2015)
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JITPT/article/download/1301/1055 (Diakses
pada tanggal 05 Oktober 2015)
Sudirman, dkk. 2000. Teknik Penangkapan Ikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Tampubolon, S.M. 1980. Persiapan dan Pengoperasian Pole and Line . Ikatan
Alumni Fakultas Pertanian Bogor.

Waluyo Subani, 1982. Ikan Umpan Hidup Sebagai Penunjang Perikanan


Cakalang.LIPI.No. 30. Jakarta.

DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Amar. 2011. Analisis Aspek Teknis Unit Penangkapan Pole And Line
Di Perairan Teluk Bone Kabupaten Luwu. Skripsi Fakultas Ilmu Kelautan
dan Perikanan. Universitas Hassanudin. Makassar
Adna. 1977. Buletin Penelitin Perikanan, Juli 1981 No. 3 Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
Balai Ketrampilan penangkapan Ikan. 1981. Buku Pegangan Peserta Latihan di
Balai Ketrampilan Penangkapan Ikan, Direktoran Jenderal Perikanan,
Ambon.
Balai Penelitian Perikanan Laut. 1983. Laporan Penetian Perikanan Laut. Jakarta
Badan Riset Perikanan Tangkap. 2006. Buletin Teknik Litkayasa Sumber Daya
dan Penangkapan.Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
Direktorat Jendral Perikanan. 1994. Paket Teknologi Kapal Pole and
Line.Departemen Pertanian. Jakarta.
http://www.djpt.kkp.go.id/index.php/arsip/file/89/penangkapan-ikan-denganpoleline.pdf/
(Diakses pada tanggal 02 Oktober 2015)
http://www.eafm-indonesia.net/public/files/penelitian/3455a-Status-PerikananHUHATE-(Pole- and-Line)-di-Bitung-Sulawesi-Utara.pdf (Diakses pada
tanggal 02 Oktober 2015)
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/JITPT/article/download/1301/1055 (Diakses
pada tanggal 05 Oktober 2015)
Sudirman, dkk. 2000. Teknik Penangkapan Ikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Tampubolon, S.M. 1980. Persiapan dan Pengoperasian Pole and Line . Ikatan
Alumni Fakultas Pertanian Bogor.
Waluyo Subani, 1982. Ikan Umpan Hidup Sebagai Penunjang Perikanan
Cakalang.LIPI.No. 30. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai