Disusun oleh :
Rizky Putri Dermawanti (P07120113068)
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA Ny. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS KISTA OVARII SUSPECT
MALIGNANSI DENGAN EFUSI PLEURA
Disusun oleh :
Pembimbing Pendidikan
Pembimbing Klinik
) (
2. Kista neoplasma
kista.
Kistodenoma ovarii musinoum. Asal kista ini belum pasti, mungkin
berasal dari suatu teratoma yang pertumbuhanya I elemen
C. ETIOLOGI
Kista ovarium terbentuk oleh bermacam sebab. Penyebab inilah yang
nantinya akan menentukan tipe dari kista. Diantara beberapa tipe kista
ovarium,tipe folikuler merupakan tipe kista yang paling banyak ditemukan.
Kista jenis ini terbentuk oleh karena pertumbuhan folikel ovarium yang tidak
terkontrol. Folikel adalah suatu rongga cairan yang normal terdapat dalam
ovarium. Padakeadaan normal, folikel yang berisi sel telur ini akan terbuka
saat siklus menstruasiuntuk melepaskan sel telur. Namun pada beberapa
kasus, folikel ini tidak terbuka sehingga menimbulkan bendungan carian
yang nantinya akan menjadi kista.Cairan yang mengisi kista sebagian besar
berupa darah yang keluar akibatdari perlukaan yang terjadi pada pembuluh
darah kecil ovarium. Pada beberapa kasus, kista dapat pula diisi oleh
jaringan abnormal tubuh seperti rambut dan gigi.Kista jenis ini disebut
dengan Kista Dermoid.
D. PATOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut Folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan
diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan oosit mature. Folikel yang
rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi
pada oosit, korpus luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara
progresif. Namun bila terjadi fertilisasi, korpus luteum mula-mula akan
membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista
fungsional dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang
kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi
oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple dapat
terbentuk
karena
stimulasi
gonadotropin
atau
sensitivitas
terhadap
mole
dan
choriocarcinoma)
dan
kadang-kadang
pada
embrional;
ektodermal,
endodermal,
dan
mesodermal.
2. Tekanan pada dubur dan kandung kemih (sulit buang air kecil)
3. Haid tidak teratur
4. Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke
punggung bawah dan paha.
5. Nyeri sanggama
6. Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat
hamil.
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan
segera:
1. Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba
2. Nyeri bersamaan dengan demam
3. Rasa ingin muntah
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
kista ovarium adalah pemeriksaan ultrasonografi (USG).
Pemeriksaan ultrasonografi dapat melihat pencitraan adanya kista pada
ovarium. Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah
tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula antara cairan dalam
rongga perut yang bebas dan yang tidak. Citra kista hasil USG dapat berupa:
Kista sederhana (simple cyst): hanya berisi cairan tanpa masa yang
solid, umumnya merupakan kista yang jinak seperti kista fisiologis
(kista folikel dan kista luteal).
Kista kompleks (compount cyst): kista berisi campuran cairan dan
masa solid, perlu observasi lebih lanjut akan kemungkinan
menghilang atau tidak.
Kista solid (solid cyst): kista berisi masa solid tanpa cairan, perlu
dievaluasi apakah merupakan tumor ganas atau tumor jinak.7
G. PENATALAKSANAAN
adalah
torsio
dari
kista
ovarium
yang
merupakan
1. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama dan
alamat, serta data penanggung jawab
2. Keluhan klien saat masuk rumah sakit
Biasanya klien merasa nyeri pada daerah perut dan terasa ada massa di
daerah abdomen, menstruasi yang tidak berhenti-henti.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarangKeluhan yang dirasakan klien adalah
nyeri pada daerah abdomen bawah, ada pembengkakan pada daerah
perut, menstruasi yang tidak berhenti, rasa mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Sebelumnya tidak ada keluhan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Kista ovarium bukan penyakit menular/keturunan.
d. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin ini tidak memberi pengaruh terhadap timbulnya kista
ovarium.
4. Riwayat kehamilan dan persalinan
Dengan kehamilan dan persalinan/tidak, hal ini tidak mempengaruhi
untuk tumbuh/tidaknya suatu kista ovarium.
5. Riwayat menstruasi
Klien dengan kista ovarium kadang-kadang terjadi digumenorhea dan
bahkan sampai amenorhea.
6. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah secara
sistematis.
a. Kepala
1) Hygiene rambut
2) Keadaan rambut
b. Mata
1) Sklera
: ikterik/tidak
2) Konjungtiva
: anemis/tidak
3) Mata : simetris/tidak
c. Leher
1) pembengkakan kelenjer tyroid
2) Tekanan vena jugolaris.
d. Dada
e. Pernapasan
1) Jenis pernapasan
2) Bunyi napas
3) Penarikan sela iga
f. Abdomen
1) Nyeri tekan pada abdomen.
2) Teraba massa pada abdomen.
g. Ekstremitas
1) Nyeri panggul saat beraktivitas.
2) Tidak ada kelemahan.
h. Eliminasi, urinasi
1) Adanya konstipasi
2) Susah BAK
7. Data Sosial Ekonomi
Kista ovarium dapat terjadi pada semua golongan masyarakat dan
berbagai tingkat umur, baik sebelum masa pubertas maupun sebelum
menopause.
8. Data Spritual
Klien
menjalankan
kegiatan
keagamaannya
sesuai
dengan
kepercayaannya.
9. Data Psikologis
Ovarium merupakan bagian dari organ reproduksi wanita, dimana
ovarium sebagai penghasil ovum, mengingat fungsi dari ovarium tersebut
sementara pada klien dengan kista ovarium yang ovariumnya diangkat
maka hal ini akan mempengaruhi mental klien yang ingin hamil/punya
keturunan.
10. Pola kebiasaan Sehari-hari
Biasanya klien dengan kista ovarium mengalami gangguan dalam
aktivitas, dan tidur karena merasa nyeri
11. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium
a. Pemeriksaan Hb
b. UltrasonografiUntuk mengetahui letak batas kista.
2. DIAGNOSA
RENCANA KEPERAWATAN
RENCANA KEPERAWATAN
NO
DIANGOSA KEPERAWATAN DAN KOLABORASI
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
1.
Nyeri akut b.d agen injuri fisik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan nyeri pasien berkurang
NOC :
Pain Level,
Pain control,
Comfort level
Kriteria Hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau
Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
Kurangi faktor presipitasi nyeri
Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi
Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
2.
Resiko infeksi b.d penurunan pertahanan primer
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam diharapakan infeksi terkontrol
NOC :
Immune Status
Knowledge : Infection control
Risk control
Kriteria Hasil :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksiMendeskripsikan proses penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya,Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Infection Control (Kontrol infeksi)
Bersihkanlingkungansetelahdipakaipasienlain
Pertahankanteknikisolasi
Batasipengunjung bila perlu
Instruksikanpadapengunjunguntukmencucitangansaatberkunjung dan setelahberkunjungmeninggalkanpasien
Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
Gunakan kateter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
Tingktkan intake nutrisi
Berikan terapi antibiotik bila perlu
Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
DAFTAR PUSTAKA
A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta :
EGC.
Lowdermil, Perta. 2005. Maternity Womens Health Care. Seventh edit.
Andrei Riciuon. Ovarian Cyst: Cause, Treatment and complication. Avalable at
http://www.doctortipster.com/2612-ovarian-cyst-causes-treatment-andcomplications.html. Cited by 11 juli 2013
Mansjoer, Arief dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapus.
Manuaba. (2008). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta:EGC.
Mc Closky & Bulechek. (2000). Nursing Intervention Classification (NIC). United
States of America:Mosby.
Meidian, JM. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC). United States of
America:Mosby.
William Helm, C. Ovarian Cysts. 2005. American College of Obstetricians and
Gynecologists ( cited 2005 September 16 ). Available at http://emedicine.com
Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.