Anda di halaman 1dari 18

Kontrolplakpadaanaksebagai

UpayaPencegahanKariesGigiSejakDini
MAKALAH

Oleh:
ArifaturRokhmawati
NIM101611101079

DosenPembimbing:
drg.Sulistiyani,M.Kes

BAGIANPEDODONSIA
FAKULTASKEDOKTERANGIGI
UNIVERSITASJEMBER
2015

KATAPENGANTAR
PujisyukuratassegalarahmatdankaruniaAllahSWT,sehinggapenulis
dapatmenyelesaikanmakalahyangberjudul,TindakanPencegahanKariesGigi
pada Pasien Anak.Penyusunanmakalahinitidaklepasdaribantuanberbagai
pihak.Olehkarenaitu,penulismenyampaikanterimakasihkepada:
1. drg.Sulistiyani,M.Kes.,selakudosenpembimbing;
2. Semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung yang
membantudalampenyelesaianmakalahini.
Penulis menyadarimasihadakekurangandalampenulisanmakalahini,
untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaanselanjutnya.

Jember,6September2015
Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gigi

pada

anak

merupakan

menentukan

pertumbuhan

dan

perkembangan rongga mulut karena gigi susu anak akan menentukan gigi
tetap dari anak tersebut. Bila seorang anak memiliki gigi yang tidak sehat
sehingga menyebabkan anak tersebut kesulitan dalam mencerna makanan
dapat

menyebabkan

anak

mengalami

gangguan

terhadap

proses

pertumbuhannya, akibatnya anak menjadi sering sakit (Andlaw dan Rock,


1992).
Upaya di bidang kesehatan gigi perlu mendapat perhatian, untuk
menunjang kesehatan yang optimal. Pencapaian derajat kesehatan yang
optimal, salah satunya perlu dilakukan pada anak usia sekolah dasar
(Depkes RI, 2004). Upaya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut serta
pembinaan kesehatan gigi terutama pada kelompok anak sekolah perlu
mendapat perhatian khusus, karena pada usia ini anak sedang menjalani proses
tumbuh kembang (Depkes RI, 2007).
Masalah utama dalam rongga

mulut

disebabkan oleh adanya

difermentasikan

substrat

yang

adalah

karies,

yang

oleh bakteri

sehingga terjadi proses dekalsifikasi email. Karies gigi terdapat diseluruh


dunia tanpa memandang umur, bangsa ataupun keadaan ekonomi. Anak usia
sekolah di seluruh dunia diperkirakan 90%

pernah

menderita

(Tarigan, 2006).
Penelitian di negara-negara

Amerika,

Asia,

Eropa,

karies

termasuk

Indonesia, ternyata 80%-95% dari anak-anak di bawah umur 18 tahun


terserang karies gigi (Tarigan, 2006). Karies merupakan masalah kesehatan
gigi dan mulut yang banyak dijumpai diberbagai usia, hal ini dipengaruhi
oleh masih buruknya perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi
dan mulut (Dalimunthe, 2008).

1.2 Rumusan Masalah


Apa saja upaya yang bisa dilakukakan untuk mengontrol akumulasi
plak pada gigi anak?
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui apa saja
upaya yang bisa dilakukakan untuk mengontrol akumulasi plak pada gigi
anak.
1.4 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat yakni mampu
memberikan informasi kepada masyarakat tentang upaya yang bisa dilakukakan
untuk mencegah terjadinya karies gigi pada anak.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies Gigi


Karies gigi adalah penyakit jaringan keras gigi yang ditandai oleh
rusaknya email dan dentin yang progresif yang disebabkan oleh keaktifan
metabolisme plak bakteri. Disebabkan oleh tiga faktor yang berhubungan
yaitu makanan, host dan bakteri (Behrman, 2002).
Pembentukan plak dimulai dari pembentukan lapisan pelikel, semacam
lapisan protektif dari saliva yang mengandung protein, glikoprotein, glikolipid
dan lipid dengan ketebalan kurang dari 1 mikron (mikrometer). Secara alamiah,
proses pembentukan pelikel ini terjadi 30 detik setelah erupsi gigi atau proses
pembersihan gigi. Adanya pelikel ini berpengaruh terhadap deposisi dari bakteri
karena pelikel mampu menyediakan reseptor untuk adhesi dari bakteri (Lamont
dan Jenkinson, 2010:9). Bakteri ini memiliki peran penting dalam proses
degradasi karbohidrat pada plak di permukaan gigi yang kemudian menghasilkan
asam sehingga melarutkan enamel gigi (Ophori et al., 2010:4966).
Akumulasi plak pada permukaan gigi memiliki peran yang besar
terhadap berkembangnya penyakit dalam rongga mulut, termasuk karies. Maka
dari itu, untuk mencegah terjadinya penyakit dalam rongga mulut ini, diperlukan
cara yang efektif untuk mengurangi dan mengontrol akumulasi plak (Aznita et al.,
2009:716). Secara garis besar, mekanisme kontrol plak dibagi menjadi 2, yakni
secara mekanis dan kimiawi. Cara mekanis dapat dilakukan dengan penyikatan
gigi dan penggunaan dental floss, sedangkan cara kimiawi dapat dilakukan dengan
penggunaan obat kumur (Kidd dan Bechal, 1991:144).
2.2 Faktor-Faktor Penyebab Karies gigi
Faktor di dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses
terjadinya, menurut Alpers, (2006) karies gigi merupakan multifaktor dengan 4
faktor utama yang saling mempengaruhi yaitu hospes (saliva dan gigi),
mikroorganisme, substrat atau diet, sebagai faktor tambahan yaitu waktu.
a. Host (saliva)

Air liur yang sedikit mempermudah terjadinya karies karena fungsi saliva bukan
saja sebagai pelumas yang membantu proses mengunyah makanan tetapi juga
untuk melindungi gigi terhadap proses demineralisasi. Saliva ini berguna sebagai
pembersih mulut dari sisa-sisa makanan termasuk karbohidrat yang mudah
difermentasi oleh mikroorganisme mulut. Saliva juga bermanfaat untuk
membersihkan asam-asam yang terbentuk akibat proses glikolisis karbohidrat oleh
mikroorganisme (Kidd & Bechal, 1992).
b. Substrat (sukrosa)
Sukrosa adalah jenis karbohidrat yang merupakan media untuk pertumbuhan
bakteri dan dapat meningkatkan koloni bakteri Streptococci mutans. Kandungan
sukrosa dalam makanan seperti permen, coklat, makanan dengan manis
merupakan faktor pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya akan meningkatkan
proses terjadinya karies gigi (Kidd & Bechal, 1992).
c. Mikroorganisme
Type dari mikroorganisme yang berkoloni pada plak gigi. Dalam hal ini bakteri
yang paling penting dan kariogenik adalah streptococcus mutans dan laktobacillus
acidophilus (Fitrohpiyah, 2009). Bakteri memetabolisir sukrosa sehingga
menghasilkan asam laktat yang akan menurunkan pH, jika pH turun dibawah 5,5
akan menyebabkan demineralisasi enamel yang akan berlanjut akan menghasilkan
karies (Kidd & Bechal, 1992).
d. Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsungnya proses karies memberikan tanda bahwa proses karies terdiri dari
periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti, oleh sebab itu saliva ada
dalam lingkungan gigi maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari
atau minggu melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian dapat dilihat
ada kesempatan untuk menghentikan terjadinya karies gigi (Kidd & Bechal,
1992).
Faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan
secara tidak langsung dengan proses terjadinya karies, antara lain :

a. jenis kelamin
Jenis kelamin memperlihatkan terdapat perbedaan persentase karies pada
jenis laki-laki sebesar 22,5% lebih rendah dibandingkan dengan perempuan
sebesar 24,5% (Depkes, 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sekar dkk tahun 2012 keterampilan menggosok gigi pada anak perempuan
lebih baik dari pada anak laki-laki.
c. Pengetahuan Anak
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahun yang tercakup dalam domain kognitif memiliki enam
tingkatan diantaranya yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi (Notoatmodjo, 2003).
Menurut penelitian Fitrohpiyah (2009), melakukan penelitian yang
berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia
sekolah di sekolah dasar negeri kampung sawah III kota tangerang selatan
tahun 2009 hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 89 anak yang
mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang karies gigi sebanyak 68
(76,4%) anak yang memiliki karies gigi, sedangkan dari 2 anak yang
mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang karies gigi sebanyak 1
(50,0%) anak yang memiliki karies gigi, dan dari 5 anak dengan pengetahuan
yang kurang baik tentang karies gigi sebanyak 4 (80,0%) anak memiliki karies
gigi. Kesimpulan anak yang memiliki pengetahuan baik tentang karies gigi
cenderung memiliki karies gigi.
d. Kebiasaan menggosok gigi
Menurut Potter & Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan
gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dan tujuan menggosok gigi
adalah membuang plak serta menjaga kesehatan gigi dan mulut. Menyggosok
gigi yang baik yaitu dengan gerakan yang pendek dan lembut serta dengan
tekanan yang ringan, pusatkan pada daerah yang terdapat plak yaitu ditepi gusi
(Rahmadhan, 2010).

BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Kebiasaan menggosok gigi
Menurut Potter dan Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari
sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus
memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan gigi,
penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk
membersihkan gigi. Oleh karena itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan
tingkah laku manusia dalam membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang
dilakukan secara terus menerus
Menggosok gigi dengan teliti setidaknya empat kali sehari (setelah makan dan
sebelum tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif (Potter & Perry,
2005). Kebiasaan merawat gigi dengan menggosok gigi minimal dua kali sehari
pada waktu yang tepat pada pagi hari setelah sarapan pagi dan malam hari
senelum tidur serta perilaku makan-makanan yang lengket dan manis dapat
mempengaruhi terjadinya karies gigi (Kidd, 1992).
Menggosok gigi dengan teliti setidaknya empat kali sehari (setelah makan dan
sebelum tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif (Potter & Perry,
2005). Kebiasaan merawat gigi dengan menggosok gigi minimal dua kali sehari
pada waktu yang tepat pada pagi hari setelah sarapan pagi dan malam hari
senelum tidur serta perilaku makan-makanan yang lengket dan manis dapat
mempengaruhi terjadinya karies gigi (Kidd, 1992).
Membersihkan mulut merupakan hal yang penting sebagai suatu cara untuk
menghindari terjadinya karies gigi, yaitu menggosok gigi secara baik dan benar
serta teratur, setelah mengonsumsi makanan, terutama makanan yang terbuat dari
karbohidrat yang telah diolah, yang sifatnya melekat erat pada permukaan gigi.

10

Ketika menggosok gigi, sangat penting menyikat semua permukaan gigi, yang
mana akan memakan waktu kurang lebih 2-3 menit.
2. Cara/Metode menyikat gigi
Banyak teknik atau metode menggosok gigi yang bisa digunakan, akan tetapi
untuk mendapatkan hasil yang baik maka diperlukan teknik menyikat gigi, teknik
menggosok gigi tidak hanya satu teknik saja melainkan harus kombinasikan
dengan sesuai dengan urutan gigi agar saat menggosok gigi semua bagian
permukaan gigi dapat dibersihkan dan tidak merusak lapisan gigi (Houwink,
1993). Penelitian ini sesuai dengan penelitian Ihsan (1999) yang berjudul faktorfaktor lingkungan yang berhubungan dengan status karies gigi pada anak usia
sekolah dasar kelas 6 di kecamatan Idi Rayuek Kabupaten Aceh Timur tahun 1999
dengan uju statistik (0,033) terdapat hubungan yang bermakna antara cara
menggosok gigi yang benar dengan karies gigi.
Berbagai metode menggosok gigi yang dikenal kedokteran gigi, dibedakan
berdasarkan gerakan yang dibuat sikat. Pada prinsipnya terdapat enam pola dasar :
1. Metode Vertikal
Sikat gigi diletakkan dengan bulunya tegak lurus pada permukaan bukal untuk
permukaan lingual dan palatina sikat gigi dipegang severtikal mungkin. Metode
ini ditulis oleh Hirschfeld (1945), pada umumnya metode ini tidak dianjurkan,
karena hasilnya kurang baik (Houwink, 1993).
2. Metode Horizontal
Pada metode ini bagian depan dan belakang gigi digosok dengan sikat yang
digerakan maju-mundur/kedepan dan kebelakang, dengan bulu-bulunya tegak
lurus pada permukaan yang dibersihkan. metode ini juga disebut metode
menggosok (Houwink, 1993).
3. Metode Berputar
Metode berputar merupakan varian (bentuk yang dirubah) metode vertical. Disini

11

dengan bulu-bulunya ke arah apical ditempatkan setinggi mungkin pada gingival,


kemudian dengan gerakan berputar tangkai singkat. Disarankan untuk
membersihkan tiap daerah dengan gerakan horizontal (Houwink, 1993).
4. Metode Vibrasi/Bergetar
Pada metode Charters bulu-bulu sikat diletakkan pada sudut 450 terhadap poros
elemen-elemen dan agak tegak pada ruang aproksimal. Kemudian dibuat tiga
sampai empat gerakan bergetar dengan sikat. Kemudian sikan diangkat dari
permukaan gigi untuk mengulangi tiga sampai empat kali gerakan yang sama bagi
tiap daerah yang dapat dicapai oleh ujung sikat. Metode bergetar dimaksudkan
untuk orang dewasa dan terutama ditujukan pada pembersihan gusi selama ini
dimungkinkan dengan sikat gigi (Houwink, 1993).
5. Metode Sirkular
Disini dengan gerakan memutar permukaan elemen-elemen dibersihkan. Pada
metode Fones (1934) lengkungan gigi-geligi dalam oklusi dan permukaan bukal
dibersihkan dengan melekat sikat tegak lurus dan membuat gerakan memutar.
Gerakannya juga meluas sampai ke gusi. Dan permukaan lingual dibersihkan
dengan gerakan sirkular kecil dan permukaan oklusal dengan gerakan menggosok.
Metode ini hampir tidak diterapkan lagi dan tidak dikenal penelitian tentang
evaluasinya (Houwink, 1993).
6. Metode Fisiologis
Metode ini diintroduksi oleh Smith (1940) dan beranjak dari pendirian bahwa
gerakannya pada waktu menyikat harus mempunyai arah yang sama seperti arah
makanan. Dengan sikat lunak elemen-elemen dibersihkan dengan gerakan
menyapu dari mahkota ke gusi. Disamping itu pada daerah molar dianjurkan
beberapa gerakan horizontal untuk membersihkan ulkus. Mengenai efektivitas
cara ini tidak banyak dikenal. Mengenai hal ini harus diperhatikan dengan benar
pada waktu melakukan evaluasi tanpa memperdulikan metode yang dipakai
(Houwink, 1993).
Menurut wong, dalam membersihkan gigi harus memperhatikan
pelaksanaan waktu yang tepat dan cara menggosok gigi yang benar. Cara
menggosok gigi yang baik dan benar adalah membersihkan seluruh bagian gigi,

12

gerakan vertikal dan gerakan lembut. Banyak cara dalam menggosok gigi yaitu
gerakan vertikal, horizontal, gerakan memutar dan gerakan vibrasi/bergetar
(Wong, 2003)

Pencegahan karies didasarkan pada upaya penambahan resistensi gigi,


mengurangi jumlah organisme dalam mulut, mengubah diet dan kebiasaan makan.
Resistensi gigi dapat ditingkatkan dengan menggunakan optimal flourida dan
menutup oklusi. Mengurangi jumlah mikroorganisme dicapai dengan pembuangan
menyeluruh plak setiap hari dengan menyikat dan membilas. Menggosok gigi
harus mulai sesegera mungkin pada gigi pertama erupsi. Benang sutera (floss) gigi
digunakan untuk membersihkan daerah tempat gigi berkontak langsung dan tidak
dapat disikat. Penyikatan dapat dipermudah dengan menggunakan pegangan
(Houwink, 1993).
Perlindungan terhadap gigi dapat dilakukan dengan cara, yaitu silen dan
penggunaan flour dan klorheksidin (Angela, 2005).
a. Klorheksidin
Klorheksidin merupakan antimikroba yang digunakan sebagai obat kumur, pasta
gigi, permen karet.
b. Silen
Silen harus ditempatkan secara selektif pada pasien yang beresiko karies tinggi
prioritas diberikan pada molar pertama permanen di antara usia 6-8 tahun, molar
kedua permanen di antara usia 11-12 tahun. Bahan silen yang digunakan dapat
berupa resin. Silen resin digunakan pada gigi yang telah erupsi sempurna.
c. Penggunaan flour
Flour telah digunakan secara luas untuk mencegah karies. Penggunaan flour dapat
dilakukan dengan flourida air minum, pasta gigi dan obat kumur yang
mengandung flour, pemberian tablet flour. Flour air minum merupakan cara yang
paling efektif untuk menurunkan masalah karies pada anak secara umum.
Penyikatan gigi dua kali sehari dengan menggunakan pasta gigi yang mengandung

13

flour terbukti dapat menurunkan karies. Obat kumur yang mengandung flour
dapat menurunkan karies sebanyak 20-5-% (angela, 2005).

d. Diet makanan
Untuk mencegah kerusakan gigi, seseorang harus mengubah kebiasaan makan,
mengurangi asupan karbohidrat, terutama kudapan manis diantara waktu makan.
Makanan manis atau yang mengandung tepung akan menempel pada permukaan
gigi. Setelah memakan yang manis, seseorang harus menggosok gigi dalam waktu
30 menit untuk mengurangi aksi plak. Makanan buah yang menganduk asam (mis.
Apel dan makanan berserat seperti sayuran segar) juga mengurangi plak (Potter &
Perry, 2005).
Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula di
anatara jam makan pada saat makan berhubungan dengan peningkatan karies yang
besar. Faktor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya karies adalah jumlah
fermentasi, konsumsi dan bentuk fisik (bentuk cair, tepung) dari karbohidrat yang
dikonsumsi, retensi dimulut, frekuensi makan dan snacks serta lamanya interval
waktu makan. Anak yang beresiko karies tinggi sering mengkonsumsi makanan
minuman manis di antara makan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Suyuti, terdapat 50 % yang suka makanan manis dan lengket (Suyuti, 2010).

3.1 Mengontrol makanan:


Berdasarkan pemikiran bahwa makanan/diet merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam pembentukan plak, maka untuk mencegah pembentukan plak
perlu dilakukan pengurangan konsumsi karbohidrat terutama sukrosa, serta
menghindari makanan yang lunak dane melekat pada gigi. Karbohidrat terutama

14

sukrosa merupakan sumber energi bagi bakteri dan merupakan bahan pembentuk
polysakharidaekstraselluler.
3.2 Tindakan secara chemis:
a. Antibiotika
Penelitian-penelitian dengan antibiotika untuk mencegah pembentukan plak
telah banyak dilakukan, antara lain:
1. Loe dkk (1969): menggunakan 0,25% tetracyclin untuk kumur-kumur tiga
kali sehani. Hasilnya tidak terjadi pembentukan plak gigi
2. Fitzgerald (1955), Muhlemann dkk (1961) dan Larses (1963):
menggunakan penicillin dan tetracyclin yang dimasukkan dalam diet tikus
percobaan. Hasilnya efektif mencegah pembentukan plak pada tikus
percobaan.
3. Keyes (1966): menggunakan penicillin yang diaplikasikan secara topikal,
hasilnya efektif untuk mencegah pembentukan plak.
4. Keyes dkk (1966): menggunakan spiramycin dan vanconwcin yang
diaplikasikan secara topikal pada gigi tikus, hasilnya terjadi pengurangan
kolonisasi bakteri.
5. Emslie, Cross dan Blake (1962): memasukkan penicillin dalam permen
karet, hasilnya efektif untuk mencegah pembentukan plak.
6. Jenkins clkk (1968): menggunakan 0,25% vancomycin untuk berkumurkumur tiga kali sehari, hasilnya tidak banyak mengurangi pembentukan
plak pada gigi manusia.
Meskipun antibiotika dapat mencegah atau mengurangi pembentukan plak, tetapi
sampai saat ini belurn digunakan secara luas karena ada efek samping, yaitu
terjadi sensitisasi pada pasien. Pemakaian berulang-ulang antibiotik dapat
menimbulkan reaksi hipersensitivitas dan hal ini harus dihindari. Timbul strainstrain bakteri baru yang resisten terhadap antibiotik.
3.3 Senyawa antibakteri selain antibiotika:
a. Chiorhexidine:
Penggunaan chiorhexidine clapat mencegah pembentukan plak dan dapat
menghilangkan plak yang telah terbentuk. Aplikasi berulang dengan
clilorfiexidme memungkinkan bahan tersebut penetrasi sampai ke lapisan dalam
plak, membunuh mikroorganisme dan mencegah proliferasinya. Akibatnya plak
menjadi nekrotik sehingga terjadi autolitik atau larut dalam saliva. Efek samping

15

penggunaan chiorhexidine adalah terjadi diskolorasi gigi dan lidah yaitu menjadi
coklat serta gangguan dalam rasa kecap karena rasa pahitnya
b. fluor
Penelitian yang dilakukan oleh Keyes (1966) dengan melakukan aplikasi topikal
fluor pada binatang percobaan menghasilkan pengurangan pembentukan plak,
tetapi pada manusia kurang berhasil karena unutk mendapatkan efek antibakteri
dibutuhkan fluor konsentrasi tinggi. Konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
toksisitas.

3.4 Tindakan secara mekanis


a. Menyikat gigi
Cara ini sudah dikenal secara luas untuk memelihara kebersthan gigi dan mulut.
Banyak teknik menyikat gigi telah dianjurkan tetapi belum ada rekomendasi
tentang teknik yang paling tepat, yang penting dalam menyikat gigi adalah
penggunaan teknik secara benar dan seksama. Menurut Snawder (1980) teknik
menyikat gigi yang sesuai dengan morfologi gigi desidui adalah teknik horizontal
dan sirkulair.

16

BAB 4
KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa perawatan dental


pada anak dengan kelainan sistemik harus dilakukan secara multidisiplin dan
perlu pertimbangan agar tidak memperburuk atau membahayakan kesehatan anak.
Setiap kelainan sistemik mempunyai penanganan yang berbeda tergantung dari
kelainan sistemiknya. Oleh sebab itu, diperlukan pengetahuan tentang riwayat
kesehatan gigi dan mulut dan kesehatan sistemik sehingga penanganan yang
diberikan tepat dan benar.
Selai perawatan, penangana preventif juga dapat diberikan untuk
mencegah buruknya kesehatan gigi dan mulut anak. Penanganan preventif
sebaiknya dilakukan untuk mencegah adanya komplikasi dari penyakit gigi dan
mulut yang melibatkan kelainan sistemik pada anak.

17

DAFTAR PUSTAKA

Linda P, Steven D, Gregory H. An update in pediatric seizure disorders. America:


The America Cademoy; 1991. 13(3).
Kerrod B.H, Dorothy J. R, Kim Seow W. Oral

health of children with congenital cardiac


diseases:a controlled study. America: The America Cademoy. 1992. 14(4).

Skamagas, M., Breen, T.L., LeRoith, D. Update on diabetes mellitus: prevention,


treatment, and association with oral diseases. Oral Dis, 2008.14(2):105-114.
Lalla, E., Cheng, B., Lal, S., Tucker, S., Greenberg, E., Goland, R., Lamster, I.
Periodontal changes in children and adolescents with diabetes: a case-control
study. Diabetes Care.2006. 29(@): 295-299.

Vernillo, AT. Dental considerations for the treatment of patients with diabetes
mellitus. J Am Dent Assoc. 2003. 134: 245-335.
Patton, L. L. Bleeding and clotting disorders. In: Greenberg, M. S., and Glick, M.
Burkets oral medicine diagnosis and treatment. 10 th ed. Spanyol: BC
Decker Inc; 2003. p. 454-477.
Little, J. W., Falace, D. A., Miller, C. S., Rhodus, N. L. Dental management of the
medically compromised patient. 7th ed. Canada: Mosby Elsevier; 2008 p.
396-432.
Dental management considerations for the patient wtih an acquired coagulopathy.
Part 2 coagulopathies from drugs. British Dent Jour (serial on internet).
2003 November 8; [ cited 2008 December 12 ]; 195:439-445:[about 6
screen].
Availablefrom:
www.nature.com/bdj/journal/v195/n9/abs/4810660a.htm.
Israels. S., Schwetz, N., Boyar, R., McNicol, A. Bleeding disorders
characterization, dental considerations and management. J Can Dent Assoc
(serial on internet). 2006. November; [cited 2008 November 24]; Vol 72
No. 9:

18

Anda mungkin juga menyukai