UpayaPencegahanKariesGigiSejakDini
MAKALAH
Oleh:
ArifaturRokhmawati
NIM101611101079
DosenPembimbing:
drg.Sulistiyani,M.Kes
BAGIANPEDODONSIA
FAKULTASKEDOKTERANGIGI
UNIVERSITASJEMBER
2015
KATAPENGANTAR
PujisyukuratassegalarahmatdankaruniaAllahSWT,sehinggapenulis
dapatmenyelesaikanmakalahyangberjudul,TindakanPencegahanKariesGigi
pada Pasien Anak.Penyusunanmakalahinitidaklepasdaribantuanberbagai
pihak.Olehkarenaitu,penulismenyampaikanterimakasihkepada:
1. drg.Sulistiyani,M.Kes.,selakudosenpembimbing;
2. Semua pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung yang
membantudalampenyelesaianmakalahini.
Penulis menyadarimasihadakekurangandalampenulisanmakalahini,
untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kesempurnaanselanjutnya.
Jember,6September2015
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
pada
anak
merupakan
menentukan
pertumbuhan
dan
perkembangan rongga mulut karena gigi susu anak akan menentukan gigi
tetap dari anak tersebut. Bila seorang anak memiliki gigi yang tidak sehat
sehingga menyebabkan anak tersebut kesulitan dalam mencerna makanan
dapat
menyebabkan
anak
mengalami
gangguan
terhadap
proses
mulut
difermentasikan
substrat
yang
adalah
karies,
yang
oleh bakteri
pernah
menderita
(Tarigan, 2006).
Penelitian di negara-negara
Amerika,
Asia,
Eropa,
karies
termasuk
Air liur yang sedikit mempermudah terjadinya karies karena fungsi saliva bukan
saja sebagai pelumas yang membantu proses mengunyah makanan tetapi juga
untuk melindungi gigi terhadap proses demineralisasi. Saliva ini berguna sebagai
pembersih mulut dari sisa-sisa makanan termasuk karbohidrat yang mudah
difermentasi oleh mikroorganisme mulut. Saliva juga bermanfaat untuk
membersihkan asam-asam yang terbentuk akibat proses glikolisis karbohidrat oleh
mikroorganisme (Kidd & Bechal, 1992).
b. Substrat (sukrosa)
Sukrosa adalah jenis karbohidrat yang merupakan media untuk pertumbuhan
bakteri dan dapat meningkatkan koloni bakteri Streptococci mutans. Kandungan
sukrosa dalam makanan seperti permen, coklat, makanan dengan manis
merupakan faktor pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya akan meningkatkan
proses terjadinya karies gigi (Kidd & Bechal, 1992).
c. Mikroorganisme
Type dari mikroorganisme yang berkoloni pada plak gigi. Dalam hal ini bakteri
yang paling penting dan kariogenik adalah streptococcus mutans dan laktobacillus
acidophilus (Fitrohpiyah, 2009). Bakteri memetabolisir sukrosa sehingga
menghasilkan asam laktat yang akan menurunkan pH, jika pH turun dibawah 5,5
akan menyebabkan demineralisasi enamel yang akan berlanjut akan menghasilkan
karies (Kidd & Bechal, 1992).
d. Waktu
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsungnya proses karies memberikan tanda bahwa proses karies terdiri dari
periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti, oleh sebab itu saliva ada
dalam lingkungan gigi maka karies tidak menghancurkan gigi dalam hitungan hari
atau minggu melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian dapat dilihat
ada kesempatan untuk menghentikan terjadinya karies gigi (Kidd & Bechal,
1992).
Faktor luar sebagai faktor predisposisi dan penghambat yang berhubungan
secara tidak langsung dengan proses terjadinya karies, antara lain :
a. jenis kelamin
Jenis kelamin memperlihatkan terdapat perbedaan persentase karies pada
jenis laki-laki sebesar 22,5% lebih rendah dibandingkan dengan perempuan
sebesar 24,5% (Depkes, 2007). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Sekar dkk tahun 2012 keterampilan menggosok gigi pada anak perempuan
lebih baik dari pada anak laki-laki.
c. Pengetahuan Anak
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang. Pengetahun yang tercakup dalam domain kognitif memiliki enam
tingkatan diantaranya yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan
evaluasi (Notoatmodjo, 2003).
Menurut penelitian Fitrohpiyah (2009), melakukan penelitian yang
berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan karies gigi pada anak usia
sekolah di sekolah dasar negeri kampung sawah III kota tangerang selatan
tahun 2009 hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 89 anak yang
mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang karies gigi sebanyak 68
(76,4%) anak yang memiliki karies gigi, sedangkan dari 2 anak yang
mempunyai pengetahuan yang cukup baik tentang karies gigi sebanyak 1
(50,0%) anak yang memiliki karies gigi, dan dari 5 anak dengan pengetahuan
yang kurang baik tentang karies gigi sebanyak 4 (80,0%) anak memiliki karies
gigi. Kesimpulan anak yang memiliki pengetahuan baik tentang karies gigi
cenderung memiliki karies gigi.
d. Kebiasaan menggosok gigi
Menurut Potter & Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan
gigi dari sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dan tujuan menggosok gigi
adalah membuang plak serta menjaga kesehatan gigi dan mulut. Menyggosok
gigi yang baik yaitu dengan gerakan yang pendek dan lembut serta dengan
tekanan yang ringan, pusatkan pada daerah yang terdapat plak yaitu ditepi gusi
(Rahmadhan, 2010).
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Kebiasaan menggosok gigi
Menurut Potter dan Perry (2005), menggosok gigi adalah membersihkan gigi dari
sisa-sisa makanan, bakteri, dan plak. Dalam membersihkan gigi, harus
memperhatikan pelaksanaan waktu yang tepat dalam membersihkan gigi,
penggunaan alat yang tepat untuk membersihkan gigi, dan cara yang tepat untuk
membersihkan gigi. Oleh karena itu, kebiasaan menggosok gigi merupakan
tingkah laku manusia dalam membersihkan gigi dari sisa-sisa makanan yang
dilakukan secara terus menerus
Menggosok gigi dengan teliti setidaknya empat kali sehari (setelah makan dan
sebelum tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif (Potter & Perry,
2005). Kebiasaan merawat gigi dengan menggosok gigi minimal dua kali sehari
pada waktu yang tepat pada pagi hari setelah sarapan pagi dan malam hari
senelum tidur serta perilaku makan-makanan yang lengket dan manis dapat
mempengaruhi terjadinya karies gigi (Kidd, 1992).
Menggosok gigi dengan teliti setidaknya empat kali sehari (setelah makan dan
sebelum tidur) adalah dasar program hygiene mulut yang efektif (Potter & Perry,
2005). Kebiasaan merawat gigi dengan menggosok gigi minimal dua kali sehari
pada waktu yang tepat pada pagi hari setelah sarapan pagi dan malam hari
senelum tidur serta perilaku makan-makanan yang lengket dan manis dapat
mempengaruhi terjadinya karies gigi (Kidd, 1992).
Membersihkan mulut merupakan hal yang penting sebagai suatu cara untuk
menghindari terjadinya karies gigi, yaitu menggosok gigi secara baik dan benar
serta teratur, setelah mengonsumsi makanan, terutama makanan yang terbuat dari
karbohidrat yang telah diolah, yang sifatnya melekat erat pada permukaan gigi.
10
Ketika menggosok gigi, sangat penting menyikat semua permukaan gigi, yang
mana akan memakan waktu kurang lebih 2-3 menit.
2. Cara/Metode menyikat gigi
Banyak teknik atau metode menggosok gigi yang bisa digunakan, akan tetapi
untuk mendapatkan hasil yang baik maka diperlukan teknik menyikat gigi, teknik
menggosok gigi tidak hanya satu teknik saja melainkan harus kombinasikan
dengan sesuai dengan urutan gigi agar saat menggosok gigi semua bagian
permukaan gigi dapat dibersihkan dan tidak merusak lapisan gigi (Houwink,
1993). Penelitian ini sesuai dengan penelitian Ihsan (1999) yang berjudul faktorfaktor lingkungan yang berhubungan dengan status karies gigi pada anak usia
sekolah dasar kelas 6 di kecamatan Idi Rayuek Kabupaten Aceh Timur tahun 1999
dengan uju statistik (0,033) terdapat hubungan yang bermakna antara cara
menggosok gigi yang benar dengan karies gigi.
Berbagai metode menggosok gigi yang dikenal kedokteran gigi, dibedakan
berdasarkan gerakan yang dibuat sikat. Pada prinsipnya terdapat enam pola dasar :
1. Metode Vertikal
Sikat gigi diletakkan dengan bulunya tegak lurus pada permukaan bukal untuk
permukaan lingual dan palatina sikat gigi dipegang severtikal mungkin. Metode
ini ditulis oleh Hirschfeld (1945), pada umumnya metode ini tidak dianjurkan,
karena hasilnya kurang baik (Houwink, 1993).
2. Metode Horizontal
Pada metode ini bagian depan dan belakang gigi digosok dengan sikat yang
digerakan maju-mundur/kedepan dan kebelakang, dengan bulu-bulunya tegak
lurus pada permukaan yang dibersihkan. metode ini juga disebut metode
menggosok (Houwink, 1993).
3. Metode Berputar
Metode berputar merupakan varian (bentuk yang dirubah) metode vertical. Disini
11
12
gerakan vertikal dan gerakan lembut. Banyak cara dalam menggosok gigi yaitu
gerakan vertikal, horizontal, gerakan memutar dan gerakan vibrasi/bergetar
(Wong, 2003)
13
flour terbukti dapat menurunkan karies. Obat kumur yang mengandung flour
dapat menurunkan karies sebanyak 20-5-% (angela, 2005).
d. Diet makanan
Untuk mencegah kerusakan gigi, seseorang harus mengubah kebiasaan makan,
mengurangi asupan karbohidrat, terutama kudapan manis diantara waktu makan.
Makanan manis atau yang mengandung tepung akan menempel pada permukaan
gigi. Setelah memakan yang manis, seseorang harus menggosok gigi dalam waktu
30 menit untuk mengurangi aksi plak. Makanan buah yang menganduk asam (mis.
Apel dan makanan berserat seperti sayuran segar) juga mengurangi plak (Potter &
Perry, 2005).
Kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung gula di
anatara jam makan pada saat makan berhubungan dengan peningkatan karies yang
besar. Faktor makanan yang dihubungkan dengan terjadinya karies adalah jumlah
fermentasi, konsumsi dan bentuk fisik (bentuk cair, tepung) dari karbohidrat yang
dikonsumsi, retensi dimulut, frekuensi makan dan snacks serta lamanya interval
waktu makan. Anak yang beresiko karies tinggi sering mengkonsumsi makanan
minuman manis di antara makan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh
Suyuti, terdapat 50 % yang suka makanan manis dan lengket (Suyuti, 2010).
14
sukrosa merupakan sumber energi bagi bakteri dan merupakan bahan pembentuk
polysakharidaekstraselluler.
3.2 Tindakan secara chemis:
a. Antibiotika
Penelitian-penelitian dengan antibiotika untuk mencegah pembentukan plak
telah banyak dilakukan, antara lain:
1. Loe dkk (1969): menggunakan 0,25% tetracyclin untuk kumur-kumur tiga
kali sehani. Hasilnya tidak terjadi pembentukan plak gigi
2. Fitzgerald (1955), Muhlemann dkk (1961) dan Larses (1963):
menggunakan penicillin dan tetracyclin yang dimasukkan dalam diet tikus
percobaan. Hasilnya efektif mencegah pembentukan plak pada tikus
percobaan.
3. Keyes (1966): menggunakan penicillin yang diaplikasikan secara topikal,
hasilnya efektif untuk mencegah pembentukan plak.
4. Keyes dkk (1966): menggunakan spiramycin dan vanconwcin yang
diaplikasikan secara topikal pada gigi tikus, hasilnya terjadi pengurangan
kolonisasi bakteri.
5. Emslie, Cross dan Blake (1962): memasukkan penicillin dalam permen
karet, hasilnya efektif untuk mencegah pembentukan plak.
6. Jenkins clkk (1968): menggunakan 0,25% vancomycin untuk berkumurkumur tiga kali sehari, hasilnya tidak banyak mengurangi pembentukan
plak pada gigi manusia.
Meskipun antibiotika dapat mencegah atau mengurangi pembentukan plak, tetapi
sampai saat ini belurn digunakan secara luas karena ada efek samping, yaitu
terjadi sensitisasi pada pasien. Pemakaian berulang-ulang antibiotik dapat
menimbulkan reaksi hipersensitivitas dan hal ini harus dihindari. Timbul strainstrain bakteri baru yang resisten terhadap antibiotik.
3.3 Senyawa antibakteri selain antibiotika:
a. Chiorhexidine:
Penggunaan chiorhexidine clapat mencegah pembentukan plak dan dapat
menghilangkan plak yang telah terbentuk. Aplikasi berulang dengan
clilorfiexidme memungkinkan bahan tersebut penetrasi sampai ke lapisan dalam
plak, membunuh mikroorganisme dan mencegah proliferasinya. Akibatnya plak
menjadi nekrotik sehingga terjadi autolitik atau larut dalam saliva. Efek samping
15
penggunaan chiorhexidine adalah terjadi diskolorasi gigi dan lidah yaitu menjadi
coklat serta gangguan dalam rasa kecap karena rasa pahitnya
b. fluor
Penelitian yang dilakukan oleh Keyes (1966) dengan melakukan aplikasi topikal
fluor pada binatang percobaan menghasilkan pengurangan pembentukan plak,
tetapi pada manusia kurang berhasil karena unutk mendapatkan efek antibakteri
dibutuhkan fluor konsentrasi tinggi. Konsentrasi tinggi dapat menyebabkan
toksisitas.
16
BAB 4
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Vernillo, AT. Dental considerations for the treatment of patients with diabetes
mellitus. J Am Dent Assoc. 2003. 134: 245-335.
Patton, L. L. Bleeding and clotting disorders. In: Greenberg, M. S., and Glick, M.
Burkets oral medicine diagnosis and treatment. 10 th ed. Spanyol: BC
Decker Inc; 2003. p. 454-477.
Little, J. W., Falace, D. A., Miller, C. S., Rhodus, N. L. Dental management of the
medically compromised patient. 7th ed. Canada: Mosby Elsevier; 2008 p.
396-432.
Dental management considerations for the patient wtih an acquired coagulopathy.
Part 2 coagulopathies from drugs. British Dent Jour (serial on internet).
2003 November 8; [ cited 2008 December 12 ]; 195:439-445:[about 6
screen].
Availablefrom:
www.nature.com/bdj/journal/v195/n9/abs/4810660a.htm.
Israels. S., Schwetz, N., Boyar, R., McNicol, A. Bleeding disorders
characterization, dental considerations and management. J Can Dent Assoc
(serial on internet). 2006. November; [cited 2008 November 24]; Vol 72
No. 9:
18