BREAKWATER
TUGAS UTS
Oleh:
Yoga Pratama
NIM. 121910301092
1.1 Pendahuluan
Pemecah gelombang (breakwater) merupakan pelindung utama bagi
pelabuhan utama. Tujuan utama mengembangkan breakwater adalah melindungi
daerah pedalaman perairan pelabuhan, yaitu memperkecil tinggi gelombang laut,
sehingga kapal dapat berlabuh dengan tenang guna dapat melakukan bongkar
muat. Untuk memperkecil gelombang pada perairan dalam, tergantung pada tinggi
gelombang (H), lebar muara (b), lebar perairan pelabuhan (B) dan panjang
perairan
pelabuhan
(L),
mengikuti
rumus
empiris
Thomas
Stevenson.
(Kramadibrata, 2002)
1.2 Aspek Hidro Oseanografi
1.2.1 Pasang Surut
Pasang surut adalah fluktuasi muka air laut sebagai fungsi waktu karena
adanya gaya tarik benda-benda langit, terutama matahari dan bulan terhadap
massa air laut di bumi. Meskipun massa bulan jauh lebih kecil dari matahari, tapi
karena jaraknya yang lebih dekat dengan bumi, maka pengaruh gaya tarik bulan
terhadap bumi jauh lebih besar daripada matahari. Mengigat elevasi muka air laut
selalu berubah setiap saat, maka diperlukan suatu elevasi yang dapat digunakan
sebagai patokan dalam perencanaan suatu pelabuhan. Beberapa elevasi tersebut
serta kegunaannya antara lain.
a. Elevasi muka air tertinggi High Water Surface (HWS)
b. Elevasi muka air rata-rata Mean Sea Level (MSL)
c. Elevasi muka air terendah atau Low Water Surface (LWS)
Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Di Indonesia secara
umum pasang surut di berbagai daerah dapat dibedakan menjadi empat tipe yaitu
sebagai berikut :
a. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut dengan
tinggi yang hampir sama dan pasang surut terjadi secara berurutan dan
teratur. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.
b. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)
Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode
pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Daerah yang mengalami pasang
surut ini adalah di perairan Selat Karimata.
c. Pasang surut campuran condong ke harian ganda
Dalam satu terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi
mempunyai periode dan tinggi yang berbeda. Pasang surut seperti ini
banyak terjadi di perairan Indonesia bagian timur.
d. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal
Dalam stu hari terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi tinggi dan
periodenya sangat berbeda. Pasang surut seperti ini banyak terjadi di Selat
Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.
= Jarak antara muka air rerata dan dasar laut (kedalaman laut, m)
(x,t)
1.2.3 Angin
Angin merupakan sirkulasi yang kurang lebih sejajar dengan permukaan
bumi. (Bambang Triatmodjo, 1999). Angin terjadi akibat adanya perubahan
ataupun perbedaan suhu antara suatu tempat dengan tempat yang lain. Salah satu
contoh yang dapat diambil adalah perubahan suhu yang terjadi antara daratan dan
lautan. Daratan cenderung lebih cepat menerima dan melepaskan panas. Oleh
sebab itu, maka siang hari terjadi angin laut yang diakibatkan oleh naiknya udara
daratan yang digantikan oleh udara dari darat. Dan pada malam hari terjadi
sebaliknya, yaitu terjadi angin darat yang diakibatkan oleh naiknya udara di laut
dan digantikan oleh udara dari darat.
Data angin diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel (ringkasan)
atau diagram yang disebut wind rose (mawar angin). Dengan wind rose ini maka
karateristik angin dapat dibaca. Tabel dan gambar wind rose menunjukkan
prosentase kejadian angin dengan kecepatan tertentu dari berbagai arah dalam
periode waktu pencatatan. Pengukuran angin ini dapat digunakan untuk peramalan
gelombang.
a. Distribusi Kecepatan Angin
Distribusi kecepatan angin diatas permukaan laut terbagi dalam
tiga daerah sesuai dengan elevasi diatas permukaan. Didaerah geostripik
yang berada diatas 1000 m kecepatan angindalah konstan. Dibawah
elevasi tersebut terdapat dua daerah yaitu Ekman yang berada pada elevasi
100 m sampai 1000 m dan daerah dimana tegangan konstan yang berada
U=2,16 U s 9
Keterangan :
U
Us
dikonversikan
menjadi
menggunakan rumus :
faktor
tegangan
angin
UA
dengan
U A =0,71U 1,23
Keterangan :
U
Uw
UL
Keterangan :
RL
Uw
UL
RL
: Kr x Ho
Kr
: 1,003
L0
: 56,16 meter
: 1 : 20 ( data sekunder )
: 9,81 m/s2
: 6 detik
parameter-parameter
seperti
kemiringan
rencana
breakwater yaitu 1: 1,5 dan tinggi gelombang rencana yaitu 2,02 meter. Nilai
wave run-up diperoleh dengan dengan parameter-parameter sbb:
: 2,02 meter
L0
: 56,16 meter
Sehingga diperoleh bilangan Irribaren adalah 7,41. Selanjutnya mencari
nilai /
/
dengan grafik di bawah ini.
: + 2.80 m
- Wave Run-up
: + 2.25 m
- Tinggi kebebasan
: + 0.50 m
: 2,65 t/m3
: 1,03 t/m3 r dan a diperoleh dari perencanaan breakwater di lokasi
yang berdekatan dengan lokasi rencana, dengan quarry (batu) yang sama
yaitu Gunung Pecaron, Situbondo.
: 2,03 meter
KD
: 2,1 (ujung) dan 2,2 (lengan) diperoleh dari tabel koefisien stabilitas K D
(Bambang Triatmodjo, Pelabuhan) dengan lapis lindung batu bersudut
kasar, n 3, penempatan acak dan keadaan gelombang pecah.
[ ]
W
r
1
3
(Triatmodjo, 2009)
Dengan :
B
: lebar puncak
: koefisien lapis
parameter sbb :
n
: 2,65 t/m3
W=
r . H
3
K D . ( Sr1 ) cot
(Triatmodjo, 2009)
Sr =
Dimana
r
a
Dengan :
W
KD
: koefisien stabilitas
[ ]
W
r
1
3
(Triatmodjo, 2009)
Dengan :
t
: koefisien lapis
Tebal lapis pelindung dari sebuah breakwater dapat dihitung dengan
: 1,1
: 2,65 t/m3
N= A . n . k 1
P
100
][ ]
t
W
2
3
(Triatmodjo, 2009)
Dengan :
A
: luas permukaan
Jumlah batu pelindung pada breakwater ini dihitung tiap 10 m2. Analisa
hitungannya menggunakan rumus diatas dengan parameter-parameter sbb:
t
: 1,1
: luas permukaan
: 2,65 t/m3
Keterangan :
Jumlah batu pada core layer disesuaikan dengan tebal dan lebarnya (sisa
ruang pada breakwater).
ql= 10,2 x
B
B
B
. . . N + 1+ 0,2 x .C . N c + . D . N q
L
2
L
=
=
(Sunggono : 1982)
Syarat kestabilan daya dukung tanah adalah sebagai berikut :
SF=
Qult
>2
W
Dengan :
tanah
armour
sesuai syarat untuk pondasi dangkal yaitu D < B, sedangkan struktur ini memiliki
D = 0,5 meter dan B = 32 meter sehingga D < B. Tanah yang akan diuji
stabilitasnya adalah tanah pada kedalaman 0,5 LWS karena ini merupakan
kedalaman yang paling besar.
Dimensi Breakwater :
Lebar Breakwater (B') = 26 meter
Tinggi Breakwater (H)
= 6.5 meter
= 372 meter
= 3 meter
= 11.3 meter
= 11.3 meter
Jenis tanah
Kedalaman Breakwater
= 0,5 meter
armour (batu)
= 2,65 t/m3
air laut
= 1,03 t/m3
NSPT
Ndesign
Dr
tanah
pasir
ql= 10,2 x
26
26
26
.0,37 . .77,9+ 1+0,2 x
.0 .77,5+0,37.0,5 .61,55
372
2
372
ql=57,569 t /m3
= 57,569 26
= 1496,805 t/m
Beban breakwater yang bekerja diperlihatkan oleh gambar dibawah ini
dan dapat dihitung dengan rumus :
Wtotal=
)
( 23+26 )
x 5,5 x 2,65 )+(
x 1 x 2,65 )
( (3+ 19,5
2
2
Wtotal=228,363 t /m
SF=
SF=
SF=6,554>2
Qult
>2
W
1496,805
>2
228,363
OK !
FS=
Mr
> 1,25
Md
FS=
ln=
Mr
Md
( c . ln+ W cos an . tan )
( W sin an )
bn
cos an
(Kramadibrata : 2001)
Dengan :
c
: kohesi tanah
: lebar irisan
FS
stabilitas breakwater dengan tiga bidang geser yang berbeda. Berikut adalah
gambar dugaan bidang geser terlemah :
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Triatmodjo, 2009, Perencanaan Pelabuhan, Beta Offset, Yogyakarta.
Bambang Triatmodjo, 1999, Teknik Pantai, Beta Offset, Yogyakarta.
Soejono Kramadibrata, 2001, Perencanaan Pelabuhan, ITB, Bandung.
Aisyah, Cempaka. 2012. Perencanaan Pemecah Gelombang Pelabuhan
Perikanan Pondok Mimbo Situbondo, Situbondo. Jawa Timur : Penerbit
Universitas Jember