Tujuan
Tujuan dari percobaan ini yaitu menentukan kadar aspirin, parasetamol dan kafein secara
Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
B.
Landasan Teori
Kromatografi merupakan teknik pemisahan tertentu, pada dasarnya kromatografi
menggunakan dua fase yaitu fase tetap (stationary) dan fase bergerak (mobile), pemisahan
tergantung pada gerakan relatif dari dua fase ini. Dari beberapa jenis kromatografi, satu di
antaranya adalah Kromatografi Lapis Tipis (KLT), krsomatografi jenis ini membutuhkan waktu
yang lebih cepat dan diperoleh pemisahan yang lebih baik (Susilo, 2005).
Kromatografi Lapis Tipis merupakan suatu metode pemisahan senyawa kimia
berdasarkanperbedaan distribusi dua fase yaitu fasa diam dan fasa gerak. Eluen yang baik
adalah eluen yang bisa memisakan senyawa dalam jumlah yang banyak dan di tandai dengan
munculnya noda (Rompas)
Fase gerak atau pelarut pengembang akan bergerak naik sepanjang fase diam karena
adanya gaya kapilaritas pada sistem pengembangan menaik (ascending). Pemilihan fase gerak
baik untuk TLC maupun HPTLC didasarkan pada keterpisahan senyawa-senyawa dalam analit
yang didasarkan pada nilai Rf atau hRf (100Rf). Nilai Rf diperoleh dari membagi jarak pusat
kromatografik dari titik awal dengan jarak pergerakan pelarut dari titik awal. Penghitungan nilai
hRf ditunjukkan dengan persamaan dibawah ini.
Harga Rf =
(Ganjar dan Rochman, 2007).
Faktor-faktor yang memengaruhi nilai Rf antara lain struktur kimia dari senyawa yang
dipisahkan, sifat penyerap dan aktivitasnya, tebal dan kerataan lapisan penjerap, tingkat
kemurnian fase gerak, tingkat kejenuhan uap, jumlah cuplikan yang diinginkan, dan suhu
(Sastrohamidjojo,1985).
Metode KLT memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungannya, waktu yang
dibutuhkan tidak terlalu lama dan jumlah sampel yang digunakan sedikit (220 g). Adapun
kerugiannya adalah tidak efektif dalam skala besar. Pemakaian dalam skala besar akan
menghabiskan plat KLT yang lebih banyak sehingga biaya analisis pun akan semakin meningkat
(Tambunan, 2011).
Obat yang bersifat analgesik (penahan rasa sakit/nyeri) dan antipiretik (penurun
panas/demam) adalah obat yang paling banyak dikonsumsi masyarakat, karena obat ini dapat
berkhasiat menyembuhkan demam, sakit kepala dan rasa nyeri. Umumnya obat yang bersifat
analgesik dan antipiretik ini mengandung zat aktif yang disebut asetaminofen atau yang lebih
dikenal dengan parasetamol (Rachdiati, 2008).
Struktur Parasetamol
Parasetamol atau asetaminofen adalah turunan a para-aminophenol memiliki khasiat
sebagai analgesik, antipiretik, dan aktivitas antiradang yang lemah. Parasetamol merupakan
analgesik non-opioid sering dicoba pertama untuk pengobatan gejala berbagai tipe sakit kepala
termasuk migrain dan sakit kepala tipe tensi (Sweetman, 1982).
Parasetamol (C8H9NO2) mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110%
dari jumlah yang tertera pada etiket Pemerian parasetamol berupa serbuk hablur putih, tidak
berbau, rasa sedikit pahit. Kelarutan, larut dalam 70 bagian air, 7 bagian (85%), 13 bagian aseton
P, 40 bagian gliserol dan 9 bagian propilenglikol P serta larut dalam alkali hidroksida (Dirjen
POM, 1979).
Kafein merupakan alkaloid yang tergolong turunan dari purin dalam keluarga
methylxanthine bersama-sama senyawa terfilin teobromin. Pada keadaan asal kafein adalah
serbuk putih yang pahit. Rumus kimianya ialah C 6H10N4O2 dan nama sistematik kafein adalah:
1,3,7-trimetilxanthine
dan
3,7-dihidro-1,3,7-trimetil-1-H-purin-2,6-dione. Kafein
bersifat
psikoaktif, digunakan sebagai stimulan sistem saraf pusat dan mempercepat metabolisme
(diuretik). Konsumsi kafein berguna untuk meningkatkan kewaspadaan, menghilangkan kantuk
dan menaikkan mood. Overdosis kafein akut, biasanya lebih dari 300 mg per hari, dapat
menyebabkan sistem saraf pusat terstimulasi secara berlebihan (Tjay, 2003)
Asam asetilsalisilat mempunyai nama sinonim asetosal, asam salisilat asetat dan yang
paling terkenal adalah aspirin. Serbuk asam asetil salisilat dari tidak berwarna atau kristal putih
atau serbuk granul kristal yang berwarna putih.. Nilai titik lebur dari asam asetil salisilat adalah
135oC. Asam asetilsalisilat larut dalam air (1:300), etanol (1:5), kloroform (1:17) dan eter (1:1015), larut dalam larutan asetat dan sitrat dan dengan adanya senyawa yang terdekomposisi, asam
asetilsalilsilat larut dalam larutan hidroksida dan karbonat (Dirjen POM, 1979).
C.
1.
Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
Penyemprot
Pipa kapiler
Oven
Kaca objek
Gelas kimia
2.
Batang pengaduk
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu :
Silica gel G
Metanol
Asam asetat
Etil asetat
D.
Prosedur Kerja
1.
3 gram silica gel G
Lempeng KLT
-
Diaduk
Dilapiskan pada plat kaca dengan ketebalan 0,1-0,3 mm
Dikeringkan
Dimasukkan kedalam oven pada suhu 100,5C selama 1 jam
Penyiapan Lempeng
2.
Metanol, asam setat dan etil asetat
Dimasukkan kedalam chamber dengan perbandingan 1:8:1 bagian volume
Ditutup dan digoyangkan
Dijenuhkan
Eluen
Penyiapan Pengembang Kromatografi
3.
Poldanmig
-
Digerus
Ditimbang sebanyak 0,02 gram
Dikeringkan
Diulangi pada zat pembanding
Lempeng yang telah ditotol
Penotol Sampel dan Zat Pembanding
4.
Rf sampel
Rf parasetamol
Rf kafein
E.
= 0.725
= 0,75
= 0.625
Hasil Pengamatan
= 2.9 cm
= 2.5 cm
Nilai Rf sampel
= = = 0.725
Nilai Rf parasetamol = = = 0,75
Nilai Rf kafein
F.
= = = 0.625
Pembahasan
Krmatografi lapis tipis adalah suatu metode pemisahan yang didasarkan pada distribusi
senyawa didalam dua fase yaitu fase diam yang biasa digunakan adalah silica gel dan fase gerak
yaitu campuran beberapa pelarut atau biasa disebut engan eluen. Senyawa obat-obatan yang
digunakan pada percobaan ini yaitu parsetamol, asetosal dan kafein.
Pada keadaan sebenarnya hanya digunakan parasetamol sebagai bahan obat. Percobaan
dilakukan terlebih dahulu dengan membuat plat silika secara manual. Plat ini dibuat dengan
menggunakan silica gel yang ditempatkan plat datar. Plat datar yang digunakan yaitu kaca objek
lalu dipanaskan kedalam oven selama
ditempatkan pada kaca objek tidak merata dengan baik dan silika yang digunakan dapat cepat
mongering seblum sempat diratakan. Selain itu juga plat yang dibuat terlalu tebal yang dapat
menyebabkan senyawa yang akan diidentifikasi tidak dapat terdistribusi dengan baik pada silika.
Silika gel ini menghasilkan perbedaan dalam efek pemisahan dan mempunyai kadar air yang
berpengaruh nyata terhadap daya pemisahnya.
Larutan pengembang dibuat dengan campuran antara Metanol : asam asetat : etil asetat.
Larutan pengembang akan berfungsi sebagai eluen atau fase gerak. Sebelum dilakukan penotolan
sampel, sampel harus terlebih dahulu digerus dan dilarutkan dalam kloroform. Hal ini dilakukan
juga pada zat pembanding. Zat pembanding berisi zat murni yang bebas dari zat tambahan.
Sampel beserta zat pembanding kemudian ditotolkan pada plat silika yang telah dibuat
sebelumnya. Penotolan harus dilakukan sekecil dan sesempit mungkin. Jika penotolan terlalu
besar maka akan menurunkan resolusi. Penotolan yang tidak tepat juga akan menyebabkan
bercak menyebar dan menghasilkan puncak ganda. Setelah ditotol lalu dimasukkan ke
dalam chamber sampai terjadi pengembangan. Pengembangan ialah proses pemisahan campuran
sampel akibat pelarut pengembang merambat naik dalam lapisan. Proses ini akan menghasilkan
bercak noda.
Pada percobaan ini, bercak noda dihasilkan dari penyemprotan pereaksi penampak bercak
yaitu asam sulfat (H2SO4). Asam sulfat yang digunakan dalam deteksi senyawa. Reagen ini
digunakan untuk menghasilkan bercak berfluoresensi dari kortikosteroid. Dari bercak ini
kemudian dapat dihitung nilai Rf yaitu Rf sampel sebesar 1 cm dan Rf parasetamol sebesar 0.8 cm.
Nilai Rf sebesar 1 secara teori menunjukkan bahwa sampel mempunyai distribusi dan faktor
retensi sama dengan nol artinya sampel berpindah dengan kecepatan yang sama dengan fase
gerak. Nilai ini merupakan nilai maksimum.
Bercak yang diperoleh kemudian diukur panjangnya dari tempat penotolan yang kemudian
ditentukan nilai faktor penghambat atau Rf masing-masing. Nilai Rf sampel adalah 0.725, Rf
parasetamol adalah 0.75 dan nilai Rf kafein adalah 0.625. Dekatnya nilai Rf mengindikasikan
bahwa dalam sediaan obat tersebut mengandung parasetamol dan kafein
G.
Kesimpulan
Pada percobaan ini, diperoleh kesimpulan yaitu nilai Rf bercak noda yaitu Rf sampel sebesar
0.725, Rf parasetamol sebesar 0.75 dan Rf kafein sebesar 0.625.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Departemen Kesehatan RI: Jakarta.
Gandjar, IG dan Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
Rompas, Romario Aldi dan Hosea Jaya Edy dan Adithya Yudistira. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI
FLAVONOID DALAM DAUN LAMUN (SYRINGODIUM ISOETIFOLIUM). Program Studi
Farmasi FMIPA UNSRAT Manado.
Rachdiati, Henny dan Ricson P Hutagaol dan Erna Rosdiana. Penentuan Waktu Kelarutan Parasetamol
Pada Uji Disolusi. Nusa Kimia Jurnal Vol.8 No.1 : 1-6, Juni 2008. FMIPA UNB.
Sastrohamidjojo. 1985. Kromatografi. Penerbit Liberty. Yogyakarta
Susilo, Jatmiko. 2005. Penetapan Kadar Co-Trimoksazol Yang Dilakukan Dengan Menggunakan
Spektrofotometer Ultraviolet Secara Simultan KLT. Jurnal Litbang. Universitas
Muhammadiyah Semarang. Semarang
Sweetman.
Tambunan A.P. 2011. Profil Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Ekstrak Tempuyung Sonchus arvensis L.
Dan Toksisitasnya Terhadap Artemia salina. Skripsi. Departemen Kimia Fakultas Matematika
Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor. Bogor
Suherman, 1995). KLT merupakan metode yang efisien karena senyawa bias langsungdipisahkan
bahkan dapat diketahui golongannya. Kelebihan KLTdibandingkan metode
lain adalah pemakaian pelarut dan cuplikan yangrelatif sedikit. Bila dibandingkan dengan
kromatografi gas dan KCKT,KLTmenggunakan alat yang lebih sederhana dan
murah (Kusumaningtyas, 2008).KLT merupakan cara cepat
dan mudah untuk melihat kemumian suatusampel maupun karakterisasi sampel dengan menggun
akan standar. Caraini praktis untuk analisis
skala kecil karena hanya memerlukan bahan yangsangat sedikit dan waktu yang
dibutuhkan singkat. Kemumian suatusenyawa bisa dilihat dari jumlah bercak yang terjadi
pada plat KLT
atau jumlah puncak pada kromatogram KLT. Uji kualitatif dengan KLT dapatdilakukan dengan
membandingkan waktu retensi kromatogram sampeldengan kromatogram senyawa standar
(Sri Handayani
et al
, 2 0 0 5 ) . Obat yang bersifat analgesik (penahan rasa sakit/nyeri) dan antipiretik(penurun
panas/demam) adalah obat yang paling banyak dikonsumsimasyarakat, karena obat ini dapat
berkhasiat menyembuhkan demam, sakitkepala dan rasa nyeri. Umumnya obat yang bersifat
analgesik dan antipiretikini mengandung zat aktif yang disebut asetaminofen atau yang lebih
dikenaldengan parasetamol (Rachdiati, 2008).Acetaminophen atau Parasetamol adalah obat
analgetik dan antipiretikyang digunakan untuk melegakan sakit kepala, sengal-sengal atau sakit
ringandan demam. Parasetamol merupakan derivate dari asetanilida yang efekenalgetiknnya
dapat diperkuat dengan koffein dengan kira-kira 50% dancodein. Penggunaan parasetamol dalam
dosis besar dan dalam jangka waktuyang lama dapat menyebabkan kerusakan pada hati, untuk
itu parasetamol
C.
Alat dan Bahan
1.
AlatAlat yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:Bejana KLT (
Chamber
)PenyemprotPipa kapilerOvenGelas kimiaPipet tetesPipet ukurFillerBatang pengaduk2.
BahanBahan yang digunakan pada percobaan ini, yaitu:Silica gelKloroformMethanolAsam asetat-
Dietil eterBenzenSampel obat (mengandung parasetamol, aspirin, dan kafein)Zat pembanding (parasetamol, aspirin dan kafein murni)3.
Uraian bahana.
Kloroform (Dirjen POM, 1979) Nama resmi : CHLOROFORNUM Nama lain : Kloroform,
TricholomethanRM/BM : CHCI
3
/ 119,38 gr/mol
Struktur :Pemerian : Cairan mudah menguap, tidak berwarna, manis, baukhas,
membakarKelarutan : Larut dalam kurang lebih 200 bagian air, mudah larutdalam etanol
mutlakPenyimpanan : Dalam wadah tertutup baik tersumbat kaca,
terlindungcahayaKegunaan : Membantu proses kristalisasi b.
Methanol (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi : METIL ALKOHOL Nama Lain : Metanol,
Hidroksimetana, Metil alkohol, Metilhidrat, Alkohol kayu,
Karbinol.Berat Molekul : 32.04 g/molRumus Molekul : CH
3
OHStruktur :
Pemerian : Pada keadaan atmosfer ia berbentuk cairan yang
ringan, mudah menguap, tidak berwarna, mudahterbakar, dan beracun dengan bau yang
khas(berbau lebih ringan daripada
etanol).Kegunaan : sebagai bahan pendingin anti beku, pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan
aditif bagi etanol industri.c.
Asam asetat (Dirjen POM, 1979) Nama resmi : ACIDUM ACETICUM Nama lain :
CukaBerat molekul : 60,05 g/mol
Rumus molekul : C
2
H
4
O
2
Struktur :Pemerian : cairan jernih; tidak berwarna, bau menusuk, rasaasam,
tajamKelarutan : dapat campur dengan air, dengan etanol (95%), dandengan
gliserol.Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapatKhasiat : zat tambahan.d.
Dietil eter (Dirjen POM, 1979) Nama resmi : DIETIL ETER Nama lain : Dieti,
eterRumus molekul : C
2
H
5
ORJ : 0,714 gram
0,78 gramStruktur :
Jarak didih : Tersuling sempurna pada suhu antara 34
0
C dan36
0
C.e.
Benzen (Dirjen POM, 1979) Nama Resmi : BENZENA Nama lain :
CyclohextrienaRumus molekul : C
6
H
6
Berat molekul : 78,0 g/molStruktur :
Kelarutan : Mudah larut dalam airPemerian : Cairan transparant, tidak berwarna dan mudahmeny
ala.Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.Kegunaan : Sebagai inti (induk) senyawa nitrobe
nzene.f.
Paracetamol (Dirjen POM, 1979) Nama resmi : ACETAMINOPHENUM Nama sinonim :
Asetaminofen, parasetamolRumus molekul : C
8
H
9
NO
2
Barat molekul : 151,16 gr/molStruktur
:Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit.Kelarutan : Larut dalam 70
bagian air, dalam 7 bagian etanol(95%) P, dalam 13 bagian aseton p, dalam
40 bagian gliserol p dan dan dalam 9 bagian propilenglikol p, larut dalam larutan alkalihidroksid
aPenyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahayaK/P : Analgetikum (obat yan
g digunakan untukmenghilangkan rasa nyeri tanpa menghilangkankesadaran), Antipiretikum
(obat yang digunakanuntuk menurunkan suhu tubuh / demam).g.
Kafein (Dirjen POM, 1979) Nama resmi : Kofeina, 1,3,7-trimetilxantin, 1,2,3,6
tetrahidropurine Nama lain : Coffeinum
Struktur
:Pemerian : Serbuk atau hablur bentuk jarum mengkilat, biasanya, biasanya menggumpal,
putih tidak berbau,rasa pahitKelarutan : Agak sukar larut dalam air, dan dalam etanol (95%)P,
mudah larut dalam klorofom P, sukar larut dalameter
PPenyimpanan : Dalam wadah tertutup baikKegunaan : sebagai bahan hasil isolasih.
Asetosal (Dirjen POM, 1979) Nama resmi : ACIDUM ACETYLSALICYLICUM Nama lain :
AsetosalRM/BM : C
9
H
8
O
4
/ 180,16 gr/molStruktur :Pemerian : Hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih,tidak berbau
atau hampir tidak berbau, rasa
asamKelarutan : Agak sukar larut dalam air, mudah larut dalametanol 95 % P, larut dalam
kloroform P dan dalameter
PPenyimpanan : Dalam wadah tertutup baikKegunaan : Analgetik dan antipiretik
D.
Prosedur Kerja
1.
Penyiapan lempeng2.
Penyiapan pengembang3.
Penotolan sampel dan zat pembanding3 gram silica gel
Dimasukkan ke dalam gelas kimia
Ditambahkan 6 ml air
Diaduk
Dilapiskan pada plat kaca denganketebalan 0,1-0,3 mm
Dikeringkan
Dimasukkan ke dalam oven pada suhu100,5
o
C selama 1 jamLempeng KLTMethanol, asam asetat,dietil eter, dan bensen
Dimasukkan kedalam
chamber
dengan perbandingan 1:18:60:120
Ditutupkan dan digoyangkan
DijenuhkanEluenPoldanmig
Digerus
Dimasukkan kedalam gelas kimia
Dilarutkan dengan kloroform
Ditotolkan pada lempeng KLT sebanyak3 kali
Dikeringkan
Diulangi pada zat pembandingLempeng yang telah ditotol
4.
Elusi dengan pengembang dan lokasi nodaRf
parasetamol
= 0,12Rf
kafein
= 0,07Rf
asetosal
= 0,5
Dimasukkan kedalam
chamber
Ditutup
Dielusi
Dikeluarkan
Diamati noda yang terbentukdibawah sinar UV
Disemprot dengan penampak noda
Dioven
Diamati noda yang terbentuk
Dihitung nilai RfLempeng yang telah ditotol
E.
Hasil Pengamatan
1. Gambar hasil pengamatan2. PerhitunganDiketahui: Jarak eluen = 4 cmJarak Parasetamol = 0,5
cm
Jarak kafein = 0,3 cmJarak asetosal = 2 cm
Ditanya: Nilai Rf..?
Jawab:Rf =
Nilai Rf
parasetamol
=
=
= 0,12 Nilai Rf
kafein
=
=
= 0,07 Nilai Rf
asetosal
=
=
= 0,5
F.
Pembahasan
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan bentuk
kromatografi planar, selain kromatografi kertas dan elektroferesis. Berbeda dengankromatografi
kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas didalamnya, pada kromatografi lapis tipis,
fase diamnya berupa lapisan yangseragam (
uniform
) pada permukaan bidang datar yang didukung olehlempeng kaca, pelat aluminium atau pelat
plastik. Meskipun demikian,kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka
darikromatografi kolom.Percobaan ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya
kandungansenyawa paracetamol, aspirin dan kafein dalam suatu sediaan obatanalgetik
antipiretik. Langkah awal dari praktikum ini adalah membuatlempeng KLT, dengan
menggunakan silica gel dan air lalu dipanaskan dioven selama 1 jam yang kemudian dilapisi
pada plat kaca denganketebalan 0,1-0,3 mm. Lempeng KLT ini merupakan silica yang
berfungsisebagai fase diam yang merupakan lapisan yang memisahkan, yang terdiriatas
bahan berbutir-butir ditempatkan pada penyangga berupa pelat gelas,logam, atau lapisan yang
cocok.Selanjutnya adalah dibuat larutan pengembang yang
nantinya berfungsi sebagai eluen. Eluen disini berfungsi sebagai fase gerak yangmerupakan
medium angkut dan terdiri atas satu atau beberapa pelarut.Campuran eluen yang digunakan pada
praktikum ini terdiri dari methanol,asam asetat, dietil eter, dan benzen dengan perbandingan 1 :
18 : 60 : 120,dimana methanol sebanyak 0,1 ml, asam asetat 0,9 ml, dietil eter 3 ml
dan benzen 6 ml, yang kemudian ditutup dan digoyangkan, lalu dilakukan proses penjenuhan.
Eluen yang dihasilkan ini bersifat non polar.Selanjutnya dilakukan penotolan sampel dengan zat
pembanding.Sebelumnya, sampel terlebih dahulu digerus dan dicampurkan denganmethanol dan
kloroform lalu dikocok, agar dapat terlarut sempurna.Sedangkan zat pembanding yang
digunakan adalah parasetamol, asetosaldan kafein murni dengan perlakuan yang sama dengan
sampel. Penotolan
dilakukan pada plat KLT, dengan terlebih dahulu memberikan tanda
pada plat tersebut. Penotolan harus dilakukan seteliti mungkin, agar dapatdicapai hasil yang
diinginkan.Lempeng yang telah ditotol kemudian dimasukkan dalam chamberdan dielusi.
Setelah eluen telah mencapai puncak pada plat, plat kemudiandimasukkan dalam oven beberapa
saat, lalu dikeluarkan dan disemprotkan penampak noda dan dilihat hasilnya di bawah sinar
UV.Setelah diamati dibawah sinar UV 254 nm, terlihat 5 noda yangterbentuk yakni 3 noda yang
menandakan senyawa pembanding(parasetamol, asetosal dan kafein) dan 2 noda yang
menandakan sampel. Noda-noda yang menandakan sampel tersebut berada sejajar dengan
nodasenyawa pembanding. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yangdigunakan mengandung
parasetamol, asetosal dan kafein. Noda kafein dan paracetamol berada pada jarak yang dekat
dengan titik penotolan pada platKLT. Hal ini menandakan bahwa kedua senyawa tersebut
bergerak lambat,sehingga dapat disimpulkan bahwa kafein dan paracetamol bersifat
non polar sama seperti eluen yang juga bersifat non polar. Sedangkan nodaasetosal berada jauh
dari titik pentolan dan menandakan bahwa asetosal bergerak naik pada plat KLT. Sehingga
diperoleh bahwa asetosal bersifat polar sama seperti jenis plat KLT yangh digunakan yakni silica
gel. Dapatditarik kesimpulan bahwa metode KLT juga menggunakan prinsip
likedissolve like,
dimana polar akan larut pada pelarut polar dan zat non polarakan larut pada pelarut non
polar.Langkah terakhir adalah penentuan nilai R
f
. Nilai R
f
didapatkandengan mengukur perbandingan ketinggian noda yang ditinggalkan pada plat yang
disebut jarak sampel dengan jarak eluen tersebut. Nilai R
f
untuk paracetamol adalah 0,12, nilai R
f
untuk asetosal adalah 0,5, sedangkannilai R
f
untuk kafein adalah 0,07.
F.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah sediaan obatyang dipraktekkan positif
mengandung paracetamol, asetosal dan kafein.Dengan nilai R
f
paracetamol adalah 0,12, nilai R
f
asetosal adalah 0,5, dan nilaiR
f
kafein adalah 0,07.
DAFTAR PUSTAKA
Dirjen POM. 1979.
Farmakope Indonesia
edisi III
.
Depkes RI. Jakarta.Handayani, S., Sunarto, dan Susila, K. 2005. Kromatografi Lapis Tipis
UntukPenentuan Kadar Hesperidin Dalam Kulit Buah Jeruk.
Jurnal PenelitianSaintek.
10(1).
Hartono, E. 2011. Penetapan Kadar Kafein Dalam Biji Kopi Secara KromatografiCair Kinerja
Tinggi.
Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi
.Istyastono, EP., Martono, S., dan Supardjan, AM. 2002. Pengaruh Aspirin
PadaAktivitas Glutation S-Transferase Kelas
Hati Tikus.
Majalah Farmasi Indonesia.
13(2).
Kusumaningtyas, E., Esti, E., dan Darmono. 2008. Sensitivitas MetodeBioautografi Kontak dan
Agar Overlay dalam Penentuan SenyawaAntikapang.
Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia
.
6(2).
Mulya, M., dan Suherman. 1995. Analisis Instrumen. Airlangga University
Press.Surabaya. Naid, T., Syaharuddin, K., dan Mieke, P. 2011. Penetapan Kadar ParasetamolDal
am Tablet Kombinasi Parasetamol Dengan Kofein SecaraSpektrofotometri Ultraviolet-Sinar
Tampak.
Majalah Farmasi dan Farmakologi
.
15(2)
. Nasution, YA. 2009. Penetapan Kadar Kafein Dalam Biji Kopi SecaraKromatografi Cair
Kinerja Tinggi.Rachdiati, H., Ricson, PH., dan Erna, R. 2008. Penentuan Waktu
KelarutanParasetamol Pada Uji Disolusi.
Nusa Kimia Jurnal.
8(1)
.Rusmayanti. 2011 . Analisis Berbagai Merk tablet parasetamol 500mg Digunakandi Maiduguri,
Menggunakan Violet Ultra Spektrofotometri dan KinerjaTinggi Liquid kromatografi (HPLC).
Internasional Penelitian Jurnal Farmasi.
ISSN 2230
8407
Sabrina, A., Surjani, W., dan Neena Z. 2011. Perbandingan MetodeSpektrofotometri UV-Vis dan
KCKT (Kromatografi Cair Kinerja
Tinggi) pada Analisis Kadar Asam Benzoat dan Kafein dalam Teh Kemasan.
Universitas Negeri Malang
.Susilo, J. 2005. Penetapan Kadar Co-Trimoksazol Yang Dilakukan DenganMenggunakan
Spektrofotometer Ultraviolet Secara Simultan
KLT.
Jurnal Litbang
. Universitas Muhammadiyah Semarang.
Abstrak
Aspirin bersifat antipiretik dan analgesik karena merupakan kelompok senyawa
glikosida, aspirin yang merupakan nama lain dari asam asetil salisilat dapat disintesis
dari asam salisilat, yaitu dengan mereaksikannya dengan anhidrida asetat, hal ini
dilakukan pertama kali oleh Felix Hofmann dari perusahaan Bayer, Jerman. Karena saat
itu antipiretik dan analgesik yang ada sangat keras terhadap sistem pencernaan. Pada
percobaan ini diperoleh persen rendemen .
Dalam tablet aspirin komersil sering kali masih terdapat asam salisilat didalamnya, juga
ada tablet yang kadar aspirinnya tidak memenuhi standar, karena itu perlu diuji
kandungannya dengan uji FeCl3 dan diuji kadarnya dengan titrasi asam basa. Pada
percobaan
ini
aspirin
komersil
masih
mengadung
asam
salisilat
sedangkan
kandungannya adalah 66,15 % yang berarti telah memenuhi kadar kelayakan aspirin
dalam sediaan farmasi oral menurut standar FDA.
Pendahuluan
Latar
Belakang
Sifat antipiretik dan analgesik yang ditemukan berasal dari senyawa salicin. salicin
merupakan kelompok glikosida. Glikosida adalah senyawa yang memiliki bagian gula
terikat
pada
non-glikosa
L.
Aglikon dalam salian adalah salial alkohol dan tereduksi sempurna menjadi asam
salisilat. Asam salisilat sangat keras terhadap bibir kerongkongan dan perut, sehingga
kimiawan felix Hoffmann yang awalnya terinspirasi oleh sakit artritis yang
diderita ayahnya, mensintesis asam asetil salisilat yang dinamakan aspirin yang ringan
terhadap perut. Dengan
mengakibatkan iritasi perut yang parah seperti efek samping obat artritis pada masa
itu. Itulah salah satu fungsi aspirin yang dicobakan pada praktikum.
indikasi aspirin adalah untuk meringankan rasa sakit, terutama sakit kepala dan pusing,
sakit gigi, dan nyeri otot serta menurunkan demam.
Tujuan
Praktikum
Praktikum
ini
1.
Mensintesis
2.
menentukan
3.
Menguji
bertujuan
aspirin
persen
dari
rendemen
keberadaan
untuk
asam
hasil
asam
:
salisilat.
sintesis
salisilat
4. menentukan kadar aspirin dalam suatu senyawa menggunakan metode asam basa
5.
Menentukan
titik
leleh
asam
salisilat
Dasar
Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat
menggunakan katalis 85% H3PO4 sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam
bifungsional yang mengandung dua gugus OH dan COOH. Karenanya asam salisilat ini
dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda yaitu reaksi asam dan basa. Reaksi
dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin.
Uji terhadap asam salisilat, my aspirin, dan aspirin komersil digunakan untuk menguji
kemurnian aspirin, khususnya mendeteksi apakah masih terdapat asam salisilat dalam
sampel. Kemurnian aspirin bisa diuiji dengan menggunakan besi(III) klorida. Besi(III)
klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu. Asam salisilat (murni)
akan berubah menjadi ungu jika FeCl3 ditambahkan, karena asam salisilat mempunyai
gugus fenol, seperti terlihat pada gambar.
Selain itu kemurnian aspirin juga dapat ditentukan dengan uji titik leleh, dimana
seharusnya titik leleh aspirin murni adalah 136 oC . Persen rendemen dapat dihitung
dengan :
Sedangkan untuk kandungan analisis aspirin dapat digunakan titrasi asam basa
menggunakan NaOH setelah Kristal aspirin dilarutkan dalam etanol (pelarut organik)
Metodologi
Alat
Penangas air, erlenmeyer 125 ml, batang pengaduk, klem, corong buchner, tabung
reaksi, tabung kapiler, melting blok, bunsen, termometer, buret.
Bahan
1,4 g asam asetil salisilat, anhidrida asetat, asam phosphat 85%, aqua dm, etanol,
FeCl3, fenolftalein, tablet aspirin, NaOH 0,1 M.
Cara Kerja
Sintesis
Aspirin
Sebanyak 1,4 g asam salisilat dimasukan kedalam erlenmeyer 125 ml. Lalu
ditambahkan 4 ml anhidrida asetat sambil dibilas. Ditambahkan juga H3PO4 85%
sebanyak 5 tetes, setelah itu dipanaskan. Setelah 5 menit diangkat dan ditambahkan 2
ml aqua dm. Ditunggu selama 3 menit, setelah itu ditambah lagi 20 ml aqua dm.
Dibiarkan hingga mengkristal, bila tidak mengkristal dapat dilakukan penggoresan
dinding dengan batang pengaduk. Ditambahkan 50 ml aqua dm dingin. Ditunggu
hingga terbentuk kristal bila sudah terbentuk dimasukkan ke corong buchner lalu
dipisahkan. Setelah itu dilakukan rekristalisasi. Ditambah 5 ml etanol dan 20 ml air
hangat. Dipanaskan dan ditunggu hingga semua larut lalu dsaring dengan corong
buchneer. Setelah didapat kristal lalu ditimbang dan dihitung rendemen.
Uji
terhadap
aspirin
Disiapkan 3 tabung reaksi yang sudah diberi anama asam salisilat, my aspirin, dan
komersial aspirin. Dimasukkan masing masing zat seperti yang sudah ada label.
Setelah itu ditambah 20 tetes aqua dm sanbil digoyang. Setelah itu ditambah 10 tetes
FeCl3 10%, diamati perubahan warna yang terjadi.
Penentuan
titik
leleh
Disiapkan 2 tabung kapiler, lalu di issi dengan sampel aspirin dan hasil sintesis.
Dipasang melting blok dan termometer distatif. Dimasukkan juga pipa kapiler yang
sudah diisi ke melting blok. Dipanaskan dengan bunsen. Diamati trayek titik lelehnya.
Analisis
kandungan
aspirin
Aspirin
Kristal asam salisilat berwarna putih. Larutan yang dibentuk dari asam salisilat dengan
anhidrida asam asetat dan 5 tetes larutan 85% H3PO4 keruh. Setelah 5 menit
dipanaskan, larutan berubah menjadi bening. Kemudian ditambahkan air ke dalam
larutan sehingga larutan menjadi keruh kembali, namun setelah beberapa lama,
terbentuk kristal putih. Kristal ini dilarutkan dengan etanol dan direkristalisasi.
Kristal aspirin
Didapat kristal berwarna putih berbentuk jarum yang bermassa 0.8225 gram.
setelah ditetesi FeCl3 larutan memberikan warna yang berbeda-beda pada tabung.
Tabung my aspirin
ungu.
Penentuan
titik
leleh
C.C dan titik leleh my aspirin adalah 120-124 Titik leleh asam salisilat adalah 150156
Analisis kandungan aspirin
Pada analisis kadar aspirin menggunakan tritasi asam basa dengan sampel larutan
tablet aspirin 0,2 gram, dan NaOH 0.098 N sebagai peniter, NaOH yang digunakan
adalah 7.5 ml.
Perhitungan
Sintesis
Massa
Aspirin
asam
salisilat
1.4
gram,
Persamaan reaksi :
Mol
aspirin
180
Mr
sama
aspirin
dengan
0.010145
Jadi
mol
mol
asam
massa
aspirin
salisilat
mol
aspirin
1.8261
gram
Jumlah
mol
NaOH
yang
bereaksi
0,098
7.5
mL
0.735
mmol
Persamaan reaksi :
Massa
aspirin
180
dalam
132.3
mg=
sampel
0.735
Massa tablet yang digunakan adalah 0,2 gram, maka kadar aspirin dalam tablet
= (132,3 mg)/(200 mg) x 100 %=66,15 %
Pembahasan
Sintesis
Aspirin
dipanaskan
agar
mempercepat
tercapainya
energi
aktivasi.
Sedangkan
H+ terlepas dari OH dan berikatan dengan atom O pada anhidrida asam asetat
anhidrida asam asetat terputus menjadi asam asetat dan asam asetilsalisilat (aspirin)
Rendemen hasil praktikum ini , hal ini terjadi karena banyaknya Kristal yang menempel
di alat-alat sintesis seperti corong Buchner, gelas kimia dan sebagainya.
Uji
Terhadap
Aspirin
Fenol yang bereaksi dengan FeCl3 akan memberikan warna ungu, karena asam salisilat
adalah senyawa yang mengandung Fenol maka reaksi FeCl3 dengan asam salisilat juga
akan
memberikan
Dari
warna
percobaan
ungu.
diproleh
bahwa
Asam salisilat + FeCl3 berwarna ungu, terbukti bahwa asam salisilat mengandung fenol
Dari literatur dapat dilihat bahwa asam salisilat memang mempunyai gugus fenol
Reaksi antara my aspirin dengan FeCl3 memberikan warna orange muda, berarti
dalam
aspirin
tidak
lagi
mengandung
asam
salisilat.
Reaksi antara aspirin komersil dengan FeCl3 memberikan warna orange gelap dengan
sedikit keunguan, berarti hanya mengandung sedikit sekali asam salisilat.
Penentuan
Titik
Leleh
Asam
Salisilat
dan
Aspirin
C, hasil ini tergolong sesuai, sedikit berbeda dengan literatur karena ketidaktelitian
pengukuran titik leleh.Berdasarkan literatur, titik leleh asam salisilat adalah 159 oC,
dari
hasil
percobaan
diperoleh
titik
leleh
asam
salisilat
150-156
C. Berdasarkan literatur, titik leleh aspirin adalah 136 oC. Berbeda dengan literatur
karena masih adanya sedikit pengotor pada kristal aspirin.Titik leleh my aspirin hasil
percobaan 120-124
Analisis
kadar
terdapat
Kandungan
aspirin
Aspirin
dalam
reaksi
dalam
tablet
Tablet
Aspirin
=
sabagai
66,15
Komersial
%
berikut,
sampai pada akhirnya semua aspirin telah bereaksi dan terdapat NaOH yang
memberikan warna merah muda ketika bereaksi dengan indikator fenolftalein.
Aspirin yang terkandung dalam 0,2 g sample adalah 132,3 mg. Jika dikonversikan ke
dalam 0,5 g (standard satu tablet) akan didapatkan massa aspirin sebesar 330 mg.
Standar kelayakan berdasarkan FDA adalah minimal 5 grains asam asetil salisilat dalam
1 tablet (1 grains = 0,0648 g). berarti minimal harus terdapat 0,324 g asam asetil
alisilat dalam 1 tablet. Jadi berdasarkan uji ini, kandungan aspirin dalam tablet
memenuhi
standar
FDA.
Simpulan
Berdasarkan
Persentase
pemaparan
rendemen
di
hasil
atas,
sintesis
dapat
aspirin
disimpulkan
adalah
66,15
:
%
my aspirin tidak mengandung asam salisilat, sedangkan dalam aspirin komersil masih
terdapat
sedikit
asam
salisilat
Aspirin adalah kristal putih berbentuk jarum dengan trayek titik leleh 120-124
CAsam salisilat berbentuk kristal putih serbuk dengan trayek titik leleh 150-156
kadar aspirin dalam tablet = 66,15 %, kadar ini memenuhi standar FDA
Daftar
Pustaka
Furniss, Brian S., et al., Vogels Textbook of Practical Organic Chemistry 5th EditionRevised. 1989. Longman Scientific & Technical, Essex, England. (page 135 -151, 236240).
Gusdinar, Dr. Tutus, slide kuliah analisis gravimetri.2008. Sekolah Farmasi Institut
Teknologi Bandung, Bandung (page 20-21)
http://farmasi.unlam.ac.id/pendidikan/GBPP/Kimia%20organik
%202%20GBPP.pdf(diakses tanggal 16 Desember 2008)
Dr.
Ritmaleni,
mengenal
prekursor narkoba.2008.
Farmasi
(halaman : 6)
lebih
dekat
Fakultas
UGM,
Jogjakarta