Nama
NIM
Rombongan
Kelompok
Asisten
Oleh :
: Alfik Indarto
: B1J012037
: III
: 1
: Syarif Maulana Yusuf
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
perubahan-perubahan
dalam
fase
inflamasi
akut
yang
adanya
penyakit
kardiovaskuler
dan
diabetes
type-2.
Penyakit
III.
5
6
Kontrol (-)
Kontrol (+)
Serum Kelompok 1
Serum Kelompok 2
Kontrol (-) oleh kelompok 3
Kontrol (+) oleh kelompok 4
B. Pembahasan
Praktikum penetapan kadar CRP kali ini yaitu secara kualitatif.
Metode pertama, reagen dihangatkan hingga mencapai temperatur kamar,
kemudian antihuman CRP antibody diaduk secara pelan-pelan sampai
homogen, kemudian dipipet pada plate CRP di tempat yang berbeda yaitu
serum sampel sebanyak 40 l, R + (kontrol positif) sebanyak 1 tetes (40 l),
R- (kontrol negatif) sebanyak 1 tetes (40 l), dan reagen latex CRP masingmasing 1 tetes (40 l), selanjutnya dicampur dengan pengaduk berbeda dan
cairan dilebarkan sepanjang sisi lingkaran lalu digoyang selama 2 menit,
terakhir diamati pada mikroskop. Kedua serum pada kelompok 1 dan 2
hasilnya adalah negatif karena tidak adanya aglutinasi. Aglutinasi
menunjukan adanya CRP pada serum lebih dari 12 mg/l. Peningkatan CRP
berkaitan dengan terjadinya infeksi atau peradangan atau kerusakan
jaringan. Peningkatan CRP lebih dari 100 kali menunjukkan peradangan
atau infeksi akut, terutama karena infeksi bakteri, misalnya penyakit
meningitis, tuberculosis dan dibronchitis kronis (Kresno, 2000).
Fungsi dan peranan CRP dalam tubuh (in vitro) belum diketahui
seluruhnya. Banyak hal-hal yang masih merupakan hipotesa-hipotesa
meskipun CRP mempunyai beberapa fungsi biologik yang menunjukkan
peranannya pada proses peradangan dan metabolisme daya tahan tubuh
terhadap injeksi (Bachtiar, 2011). Beberapa hal yang diketahui mengenai
fungsi biologiknya adalah sebagai berikut :
a. Dapat mengikat C-polisakarida dan berbagai laktat melalui reaksi
aglutinasi atau presipitasi.
b. CRP dapat meningkatkan aktivasi dan motalitas sel-sel fagosit seperti
granulosit dan monosit makrofag.
c. CRP dapat mengaktifkan komplemen, baik melalui jalur klasik
maupun jalur alternatif.
d. CRP dapat menghambat agregasi trombosit, baik yang ditimbulkan oleh
adrenalin, ADP ataupun kolagen.
e. CRP mempunyai daya ikat selektif (selective-bilhding) terhadap limfosit
T. Dalam hal ini CRP diduga memegang peranan dalam peraturan fungsi
tertentu selama proses keradangan.
nilai prediktif untuk CRP jauh lebih besar dibanding yang diamati untuk
penanda-penanda risiko terbaru alternatif ini. Lebih lanjut, hanya CRP
yang terbukti dapat menambah informasi prognostik yang penting terhadap
informasi yang sebelumnya didapatkan dari screening kolesterol standar
(Sadikin, 2001).
Setiap orang menghasilkan CRP, tetapi dengan jumlah berbeda
tergantung pada beberapa faktor, termasuk faktor genetik dan faktor gaya
hidup. Secara umum, orang yang merokok, memiliki tekanan darah tinggi,
berat badan berlebih, dan tidak mampu aktif secara fisik cenderung
memiliki kadar CRP yang tinggi, sedangkan orang yang kurus dan atletis
cenderung memiliki kadar CRP yang rendah. Meski demikian, hampir
setengah variasi kadar CRP antara setiap orang diwariskan sehingga
menunjukkan kadar yang telah diwariskan orang tua dan kakek-nenek
kepada anda melalui gen-gen yang mereka memiliki. Ini tidak
mengherankan karena peranan fundamental yang dimiliki CRP dalam
inflamasi, sebuah proses sangat penting untuk penyembuhan luka, untuk
menghilangkan bakteri dan virus, dan untuk berbagai proses kunci yang
penting bagi kelangsungan hidup. Penelitian selama 10 tahun terakhir telah
menunjukkan bahwa terlalu banyak inflamasi pada beberapa keadaan yang
bisa memiliki efek berbahaya, khususnya pada pembuluh darah yang
membawa oksigen dan gizi ke semua jaringan tubuh. Para ilmuwan
sekarang ini memahami bahwa atherosklerosis (proses yang mengarah pada
akumulasi kolesterol dalam pembuluh-pembuluh arteri) merupakan sebuah
penyakit inflammatory pembuluh darah, seperti halnya arthritis yang
merupakan penyakit inflammatory pada tulang dan sendi (Tizard, 1987).
Banyak penelitian telah menemukan bahwa penanda darah yang
mencerminkan proses inflammatory tersebut meningkat diantara orangorang yang berisiko tinggi untuk mengalami penyakit jantung di masa
mendatang. Inflamasi penting dalam semua fase penyakit jantung, termasuk
inisiasi dini plak-plak atheroslekrotik dalam arteri, serta kerusakan akut
plak-palk ini yang menghasilkan serangan jantung, dan terlalu sering,
menghasilkan kematian tiba-tiba. Sampai baru-baru ini, penanda-penanda
lebih sensitif sehingga dapat mengukur kadar CRP secara tepat hingga 1
mg/l. Cardiac CRP (cCRP) digunakan untuk menganalisis tingkat resiko
penyakit jantung. Metode ini memiliki sensitivitas yang menyerupai dengan
hsCRP , namun menggunakan metode analisa yang lebih sensitif sehingga
hasil yang diperoleh lebih spesifik untuk menentukan resiko penyakit
jantung (Jawetz, 1974).
Penentuan secara
kualitatif
dapat
dilakukan
dengan
metode
IV.
KESIMPULAN
DAFTAR REFERENSI
Bachtiar, S. 2011. Peran C-Reactive Protein (CRP) dalam Menentukan Diagnosa
Apendisitis Akut. Majalah Kedokteran Nusantara, 39 (3) : 205-208.
Bellanti, J. A. 2007. Imunologi III. Yogyakarta : UGM Press.
Denise Janicki Deverts a, Sheldon Cohen a, Preety Kalra b, Karen A. Matthews.
2012. The prospective association of socioeconomic status with C-reactive
protein levels in the CARDIA study. Brain, Behavior, and Immunity 26 :
11281135.
Fattah. 2006. An Introduction of Basic Immunology. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Harper, V. W Rodwell, P. A Mayes. 1979. Biokimia. Jakarta : ECG.
Jawetz, E., J. L. Melniek and E. A. Adelberg. 1974. Review of Medical
Microbiology. Canada : Lange Medical Publication.
Jehan, Emir. 2003. Peran C Reactive Protein dalam Menentukan Diagnosa
Appendisitis akut. Medan : Bagian Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
Kresno, S.B., 2000. Imunologi : Diagnosis dan Prosedur Laboratorium. Jakarta :
Penerbit FKUI.
Nakou., E.S, Elisaf., M.S dan Liberopoulus. 2010. High-Sensitivity C-Reactive
Protein: To Measure or not to Measure? The Open Clinical Chemistry
Journal, 3:10-18.
Rose, N. R., F. Milgrom and C. J. V. Oss. 1979. Principles of Imunology. New
York : Macmillan Publishing, Co,Inc.
Sadikin, M. 2001. Biokimia Darah. Jakarta: Widya Medika.
Shital S Ghodke, Ramchandra K Padalkar, Sonali S Bhagat, Rahul A Ghone,
Sangita M Patil. 2012. hs- CRP: A Golden Marker of Inflammation and
Coronary Artery Disease. International Journal of Health Sciences &
Research, 2 (6) : 42-46.
Stuveling, E. M., Hillage, H. L., Bakker, S. J., Gans R. O., De Jong P. E. and De
Zeeuw D. 2000. C-Reactive Protein is Associated With Renal Function
Abnormalities in A Non-Diabetic Population, http://www.ncbi.nlm.nih.gov.
Diakses pada : 17 April 2014.
Sudoyo. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Thomas Ng. 1997. Erythrocyte sedimentation rate & CRP on Clinical Practice.
British Journal Hosp Medicine 91: 502512.
Tizard, S. 1987. Pengantar Imunologi Veteriner. Surabaya : Airlangga University
Press.
Udvarnikold et al., 2007. Antibodies against C-Reactive Protein Cross-React with
60-Kilodalton Heat Shock Proteins. Clinical And Vaccine Immunology Vol.
14, No. 4: 335341.
Utama, I Made Gede Dwi Lingga. 2012. Uji Diagnostik C-Reactive Protein,
Leukosit, Nilai Total Neutrofil dan Suhu pada Anak Demam dengan
Penyebab yang Tidak Diketahui. Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana, 13 (6) : 412-419.