Anda di halaman 1dari 5

ELISA adalah suatu metode yang dikerjakan sebagai sarana mengukur kadar antigen atau

antibodi dalam suatu medium cair, seperti serum atau organ yang telah dicairkan/dilarutkan.
Metode ELISA yang dilakukan dalam praktikum ini merupakan metode untuk mengukur kadar
IL-6 dalam serum pasien. Prinsipnya adalah adanya ikatan antigen-antibodi yang akan dibaca
dengan reaksi enzimatis yang dapat mengakibatkan terjadinya perubahan intensitas warna pada
larutan. Intensitas warna ini kemudian akan diukur pada ELISA reader.
Metode ELISA dengan cara diatas adalah model ELISA indirek atau tidak langsung.
Metode ini menggunakan ikatan antara antibodi primer dengan antibodi sekunder yang telah
dikonjugasikan dengan biotin dan biotin ini akan diikat oleh enzim SAHRP yang akan bereaksi
dengan substrat TMB. Penggunaan model ELISA ini bertujuan supaya terjadi amplifikasi reaksi
enzimatis yang sehingga intensitas warna yang terjadi akan lebih kuat dan pembacaannya juga
lebih mudah.
Secara umum, proses pelaksanaan langkah-langkah ELISA sudah diterapkan dengan
benar dibawah bimbingan laboran dar Lab.Biomedik, dan semua peserta mengikuti dengan
antusias prosesnya mulai dari awal, namun karena memang keterbatasan alat, tidak semua
mahasiswa mencoba dari awal sampai akhir, dan dilakukan prosesnya secara bergantian pada
tiap-tiap proses.
Karena prosesnya yang berganti-gantian, didapatkan ketidak akuratan pada hasil standart
IL-6,Kemungkinan penyebab dari ketidak akuratan standart bisa karena kekuatan pipetting dan
akurasi tiap mahasiswa yang tidak sama.Ada yang benar saat pippeting, dan mungkin saja ada
yang kurang benar saat melaksanakannya Oleh karena itu metode ELISA seharusnya dilakukan
oleh 1 orang saja sehingga keakuratan dan kekuatan dalam melaksanakan langkah-langkah
ELISA akan konsisten.
Karena standart IL-6 yang kurang akurat, maka untuk melanjutkan pelatihan digunakan
standart sampel lain yaitu (uPAR) untuk menghitung kadar IL-6 dari sampel. Seharusnya standart
yang digunakan adalah standart yang di-running bersama dengan sampel pada saat yang sama.
Walaupun zat yang diukur sama, kita tidak boleh menggunakan standart suatu zat dari ELISA
sebelumnya untuk digunakan pada ELISA yang sedang di-running, apalagi menggunakan
standart zat yang berbeda. Kembal lagi pada tujuan pembelajaran praktikum ini, maka hal
tersebut kami lakukan agar proses pembelajaran berjalan sesuai, dan yang terpenting mahasiswa

mengetahui mana yang benar, dan mana yang salah, serta memahami solusi pemecahan
masalahnya.
Untuk menghitung kadar dari IL-6 digunakan cara regresi linier, sama dengan cara yang
digunakan untuk elektroforesis, namun persamaan garis yang dipakai pada standart adalah
persamaan logaritma. Pertama, absorbansi IL-6 hasil spectrophotometri dibuat pada tabel pada
Ms. Exel. Kemudian dibuat logaritma dari data absorbansi tersebut dan dibuat logaritma dari
standart,lalu dibuatlah persamaan garis terhadap Log absorbansi dan Log konsentrasi dengan
sumbu X sebagai Log konsentrasi dan sumbu Y sebagai Log absorbansi. Absorbansi dari sampel
selanjutnya juga dibuat logaritmanya. Dengan persamaan garis tersebut, dapat dihitung dan
diketahui logaritma konsentrasi dari IL-6. Berikutnya dibuat anti-logaritma dari Log konsentrasi
IL-6 yang sudah didapatkan, sehingga akan diketahui konsentrasi IL-6. Namun konsentrasi IL-6
ini adalah konsentrasi dalam pengenceran 25 kali, sehingga untuk mengetahui konsentrasi IL-6
sesungguhnya dalam sampel, konsentrasi yang telah kita dapat ini dikali 25.
6.

Kesimpulan

a. Mahasiswa melakukan prosedur ELISA dengan baik dan menghitung kadar IL-6 dengan memakai
regresi linier
b. Diketahui kadar IL-6 dengan standart uPAR pada sampel 3 adalah 157,35 ng/ml, sampel 12
adalah 377,74 ng/ml, sampel 16 adalah 130,02 ng/ml, sampel 9 adalah 2069,35 ng/ml, sampel 14
adalah 274,1, sampel 6 adalah 98,25, sampel 5 adalah 98,25, dan sampel 4 adalah 116,39
c. Pada praktikum selanjutnya diharapkan mahasiswa dapat melakukan prosedur dengan lebih akurat
lagi dan menghasilkan standart yang benar sehingga hasil analisanya akan lebih baik lagi.

Enzyme-Linked Immune-Sorbent Assay atau ELISA atau yang sering sebut uji kekebalan
enzimatis. ELISA relatif murah dan lebih aman dibanding RIA (radio Immuno Assay) yang
menggunakan bahan radiokatif dan dapat dikerjakan di laboratorium kecil tanpa alat pemecah
radioaktif gamma. Metode ELISA (enzym-linked immunosorbent assay) metode dalam
penelitian dengan Berdasarkan : Ikatan spesifik antara antigen (Ag) antibody(Ab).
ELISA dipakai untuk pengujian semua antigen, hapten atau antibody. Paling banyak dipakai di
laboratorium klinis, misalnya uji immunoglobulin G dan E, hormone seperti insulin, esterogen
dan gonadotrofin.
Antibody yaitu Antibodi disekresi oleh Sel Plasma (Sel B), Biasanya digunakan monoklonal
Antibody karena lebih spesifik untuk epitop tertentu daripada policlonal antibodi. Dapat dibeli
terpisah atau dalam paket ELISA Kit, biasanya diproduksi dengan cara induksi respon imun
humoral pada hewan coba ( rat, mouse) dengan cara injeksi Antigen berulang, dilakukan
ekstraksi sel dan purifikasi Ab. Dapat juga diekstraksi dari manusia yang telah diimunisasi
dengan Ag tertentu.
Terdapat 2 Teknik Metode ELISA
Teknik Kualitatif adalah Berdasarkan bahwa tiap antibodi berikatan pada antigen yang
spesifik.
Teknik kuantitatif berdasarkan jumlah ikatan antigen-antibodi yang ditentukan dengan nilai
absorbansi. Teknik ini menggabungkan spesifitas antibody dengan kepekaan uji enzymatis
dengan spektrofotometer biasa atau antigen dilekatkan pada enzyme yang mudah ditera.
Beberapa type ELISA, sebagai berikut :
1. Direct ELISA, biasanya digunakan dengan kompetisi dan Inhibisi ELISA. Digunakan
untuk deteksi antigen.
2. Indirect ELISA, antigen terikat pada plate. Digunakan untuk deteksi antibody.
3. Sandwich ELISA, antibodi terikat pada Plate. Digunakan untuk deteksi antigen.
4. Capture ELISA, antihuman antibodi terikat pada Plate. Digunakan untuk deteksi
antibody.
ELISA dapat dipakai untuk pengujian antigen lewat cara persaingan (kompetitip) atau cara
antibody ganda (double antibody). Cara Persaingan. Campuran dari antigen yang dilekatkan pada
enzim yang diketahui jumlahnya dengan antigen tanpa enzim yang belum diketahui jumlahnya,
direaksikan dengan antibody yang dilekatkan pada permukaan padat. Setelah reaksi selesai
membentuk kompleks lalu dicuci, kemudian ditambahkan substrat yang cocok untuk enzim dan
aktivitas enzim diukur. Sejumlah antigen yang belum diketahui jenisnya direaksikan dengan
antibody tertentu yang dilekatkan pada permukaan padat, dicuci dan direaksikan dengan
antibody berenzim. Setelah dicuci lagi, ditambahkan substrat enzim khusus. Aktivitas enzim
yang diuji dengan cara biasa menunjukkan jumlah antigen yang ada. Antiserum yang dicurigai,

direaksikan dengan antigen khusus yang dilekatkan pada bahan padat,kemudian dicuci.
Selanjutnya direaksikan dengan antibody yang bersifat anti-immunoglobulin berenzim yang akan
melekat pada antibody yang tadi tererap dari anti serum mula-mula. Kompleks yang terjadi
dicuci, ditambahkan substrat, aktivitas enzim sesuai jumlah antibody pada serum mula-mula.
Beberapa bahan yang digunakan dalam teknik ELISA, yaitu :
1. Bahan padat yang dipakai dalam ELISA termasuk selulosa, dextran berangkai silang,
poliacrilamide, polistiren dan polipropilen. Bentuknya dapat berupa butiran, lempeng
atau tabung.
2. Antigen dapat dilekatkan secara adsorpsi pasif atau diikat secara kovalen dengan
sianoben-bromida.
3. Enzim dipilih yang aktivitasnya tinggi misalnya fosfatse alkalis dan peroksidase. Bahan
pengabung yang sering dipakai adalah glutaraldehide.
4. Substrat paling baik jika stabil, aman dan murah. Substrat tidak berwarna yang menjadi
berwarna karena perubahan oleh enzim. Misalnya : p-nitrofenilfosfat berubah menjadi pnitrofenol berwarna kuning oleh enzim fosfatase alkalis. Substrat lain, misalnya diamino
benzidine,5-aminosalisilat, O-fenilen-diamin dipakai untuk enzim peroksidase.
Material dalam metode ELISA

AntigenM

onoclonal Ab

Microplate

Blocking Buffer

Serum sample

Conjugate (secondary Ab + Enzyme)

Subtrate

Stop Sol.

ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay)


Serologi adalah ilmu yang mempelajari prosedur-prosedur diagnostik dan eksperimental yang
berhubungan dengan imunologi dan menyangkut reaksi-reaksi serum.Tes-tes serologi ini
digunakan untuk; Identifikasi mikroorganisme-mikroorganisme, dan menunjukan antibodi
didalam serum dari hospes pada penyakit-penyakit tertentu dimana penyebab penyakit tidak
dapat diisolasi, penemuan spesifik antibodi adalah penting sekali untuk membantu diagnosa.
Salah satu teknik serologi yang bersifat lebih sensitif dibandingkan dua metode serologi yang
diuraikan terlebih dahulu. Enzyme linked immunisorbent assay, disingkat ELISA.
Metode pengujian ini mulai berkembang sejak tahun 1971. ELISA merupakan suatu metode
pengujian serologi yang melekatkan kompleks ikatan antara antibodi dengan antigen di dalam
sumuran plate ELISA yang terbuat dari bahan plastik (Dijkstra et al. 1998). ELISA telah banyak
mengalami peubahan sejak pertama kali teknik ini dipublikasikan ciri utama teknik ini adalah
dipakai indikator enzim untuk reaksi imunilogi. ELISA telah berkembang sampai pada tingkatan
yang sangat sulit untuk membuat generasi tentang kemampuan kinerja berbagai konfigrasi.
Konfigurasi yang paling umum mengunakan substrat padat.
ELISA singkatan dari Enzim-Linked Immunosorbent Assay. Ini adalah tes immunochemical
cepat yang melibatkan sebuah enzim (protein yang mengkatalisis suatu reaksi biokimia). Juga
melibatkan antibodi atau antigen (kekebalan molekul). Tes ELISA digunakan untuk mendeteksi
zat yang memiliki sifat antigenik, terutama protein (sebagai lawan dari molekul kecil dan ion
seperti glukosa dan kalium. Beberapa di antaranya adalah hormon, bakteri antigen dan antibodi.

Anda mungkin juga menyukai