Laporan Skenario 3
Laporan Skenario 3
KELOMPOK II
AFIFAH SYIFA KHAIRUNNISA
G0013007
AGUMILAR BAGUS B
G0013009
G0013033
G0013041
G0013051
G0013057
G0013161
G0013173
G0013181
G0013185
G0013219
G0013243
G0013245
TUTOR : ..
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
TAHUN 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Skenario 3 :
Bagian 1
dokter lalu
menggemparkan terjadi.
Bagian 2
BAB II
DISKUSI DAN TINJAUAN PUSTAKA
A. Seven Jump
1. Langkah I : Membaca skenario dan memahami pengertian beberapa
istilah dalam skenario.
Dalam skenario ini kami mengklarifikasi istilah sebagai berikut:
a. Amputasi adalah pemotongan anggota badan, kaki, dan tangaN
untuk menyelamatkan jiwa seseorang (KBBI: 2008). Amputasi
adalah jenis pembedahan rekonstruksi drastis digunakan untuk
menghilangkan gejala,
memperbaiki
fungsi,
menyelamatkan/
ke
rongga
tubuh
untuk
mengeluarkan
atau
j.
yang
disebabkan
karena
adanya
mikroorganisme
terhadap
pasien.
Tujuan
pemberian
segera
melakukan
tindakan
berdasarkan
Indonesia
Bagi
Para
Dokter
di
Indonesia,
ii.
i.
ii.
4.
5.
a.
6.
7.
Batasan tindakan medis yang harus dilakukan dokter pada pasien Gawat Darurat
Dalam melakukan tindakan medis pada pasien gawat darurat,
sesuai dengan Kepmenkes No 129 Tahun 2008 dijelaskan bahwa
tindakan operasional yang perlu dilakukan pada pasien Gawat Darurat
adalah sebatas ABC, yaitu meliputi Airway, Breath, and Circulation)
Dijelaskan lagi bahwa penanganan pasien gawat darurat meliputi
sebagai berikut:
1) Mempertahankan jiwa penderita
2) Mengurangi penyulit yang mungkin timbul
3) Meringankan penderitaan
4) Melindungi kemungkinan penularan penyakit dari pasien
(yang ngomong anisa, belum ada sumber)
Dalam Konsil Kedokteran Indonesia berbunyi:
Tindakan medis tidak dapat dilakukan pada pasien, meskipun
dalam keadaan gawat darurat
Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa penanganan pada
pasien gawat darurat cukup dengan ABC, untuk tindakan medis
selanjutnya seperti amputasi, pembedahan, dan lain-lain harus dengan
persetujuan yaitru dengan cara menunggu pasien sadar atau menunggu
kerabat pasien datang.
Dalam KODEKI juga berbunyi :
Setiap
dokter
wajib
melakukan
penanganan
darurat,
pertolongan yang dilakukan sesuai dengan kemampuan masingmasing dan alat yang tersedia.
Dapat diartikan bahwa dokter dalam menangani pasien gawat
darurat tidak boleh mengindahkan prinsip autonomy, yaitu pasien
berhak membuat keputusannya sendiri, jadi bila ada rencana tindakan
amputasi dokter harus melakukan persetujuan terlebih dahulu dengan
pasien atau kerabat dari pasien.
(iii)
Formal/legal
defence,
yakni
melakukan
pembelaan
dengan
BAB III
KESIMPULAN
BAB IV
SARAN
DAFTAR PUSTAKA