Anda di halaman 1dari 26

BAB II

PEMBAHASAN
SKENARIO
Rio (14 tahun) berkali-kali bersin di kelas. Ia juga berulang-ulang menyeka hidungnya yang
meler oleh rhinorrhea. Betapa tidak nyaman kondisi Rio sekarang, apalagi berada di dalam
kelas. Ia takut bersin-bersinnya menggangu konsentrasi teman-teman yang lagi mengikuti
pelajaran matematika. Sebenarnya keadaan ini sudah mulai dirasakannya semalam. Kemarin
sore Rio main bola di lapangan Pramika bersama teman-teman karang taruna di gangnya.
Meskipun hujan deras, permainan tetap dilanjutkannya sampai selesai. Setiba di rumah, Rio
langsung tidur karena kelelahan. Ia terbangun saat mendengar suara mobil ayahnya masuk ke
pekarangan. Saat itu Rio merasa badannya hangat dan jalan napasnya terganggu. Semalam
Rio tidak nyenyak tidurnya akibat pilek yang dideritanya. Suaranya menjadi agak serak dan
penciumannya juga terasa berkurang. Karena kondisi ini, nasi goreng untuk sarapan pagi
yang biasanya berbau sedap tidak dapat tercium olehnya. Rio berangkat ke sekolah tanpa
menyentuh makanan favoritnya itu.

STEP 1
IDENTIFIKASI ISTILAH SULIT

1. BERSIN :

Reaksi reflek untuk mengeluarkan udara

yang disebabkan benda asing


Mengeluarkan udara secara paksa dan menyentak melalui hidung
(KBBI)
Reflek yang terjadi karena iritasi dari saluran hidung di impuls
aferens melalui nervus ke-5 menuju Medula Oblongata (Guyton)
Dikeluarkan secara tiba-tiba dengan sangat keras dengan kecepatan
70 m/s atau sekitar 250
0,5-5 m
2. PILEK
:

km

/jam dengan 40.000 partikel dengan ukuran


Gejala awal influenza yang ditandai

dengan adanya lendir dalam hidung


1

Sakit demam yang banyak mengeluarkan ingus (KBBI)


Gejala awal sebagian besar gangguan saluran pernapasan atas
gangguan pernapasan yang disebabkan oleh infeksi atau alergi

3. RHINORRHOE :

Sekret bebas berupa cairan lendir

yang berasal dari hidung (Dorland)


Keluarnya dari mukulus membran untuk mekanisme pertahanan
untuk mengeluarkan benda asing dari sistem pernafasan (Guyton)
4. JALAN NAFAS :

Saluran keluar masuknya udara

dari saluran pernafasan yang terdiri dari konduksi dan respirasi


Proses pertukaran atmosfer yang mengangkut udara dan alveolus
merupakan tempat pertukaran gas-gas

5. MELER

: Cairan yang mengalir keluar dari hidung (KBBI)

6. SERAK

: Gejala yang ditimbulkan dari radang akut laring (laringitis akut)

Salah satu gejala peradangan


Gangguan pada bagian pita suara yang bisa terjadi karena
peradangan atau penumpukan mukus (mukus ada 2 macam, yaitu
encer dan kental. Mukus yang kental yang menyebabkan serak)
Serak ada 3 macam, yaitu parau, sendat jalan suara, dan sendat
jalan pernapasan

STEP 2
IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apakah pengaruh hujan dapat menyebabkan pilek ?


2. Kenapa Rio bersin-bersin ?
3. Apakah orang yang terkena hujan pasti pilek ?
4. Kenapa pilek dapat menyebabkan indra penciuman berkurang ?
5. Bagaimana mekanisme pilek ?
6. Apa yang menyebabkan suara serak ?
7. Apakah mukus itu ? Dan dihasilkan dimana ?
8. Apa yang menyebabkan badan Rio hangat ?
9. Mengapa Rio baru merasakan gejalanya pada malam hari ?
10. Apa perbedaan influenza dan pilek ?
11. Apa hubungannya indra pengecap dan indra pembau ?

STEP 3
BRAINSTORMING
1. Apakah pengaruh hujan dapat menyebabkan pilek ?
Hujan bukanlah penyebab pilek, tetapi karena adanya perubahan cuaca yang ekstrim

yang dapat menyebabkan perbedaan suhu tubuh dan lingkungan


Karena perubahan suhu tersebut, sistem imunitas tubuh terganggu dan memudahkan
virus dan bakteri masuk ke dalam tubuh

2. Kenapa Rio bersin-bersin ?


Faktor pendorong seseorang untuk bersin :
Bahan hirupan (inhalan), seperti debu
Makanan dan minuman (ingestan)
Cuaca, seperti hujan dan ruangan ber-AC
Proteksi diri untuk mengeluarkan benda asing
3

Iritasi yang disebabkan oleh debu dan asap

3. Apakah orang yang terkena hujan pasti pilek ?


Tidak. Hujan bukanlah penyebab seseorang jatuh pilek. Tetapi tergantung padasistem
kekebalan tubuh (imunitas) tiap-tiap orang pada saat virus dan akteri akan menyerang
tubuh seseorang.
4. Kenapa pilek dapat menyeabkan indra penciuman seseorang berkurang ?
Karena terhalangnya saraf-saraf oleh mukosa pada hidung. Di dalam hidung terdapat
badan pengambang yang berguna untuk memulihkan kekeringan. Sistem kerjanya

abnormal.
Indra penciuman berkurang karena kelebihan mukus dalam hidung
Karena kelenjar mukus dan vena yang membengkak yang membuat hidung tersumbat
sehingga sulit untuk bernafas

5. Bagaimana mekanisme pilek ?


Infeksi
Sel mukosa melepaskan sekret yang berlebih
Infeksi saluran pernafasan atas yang disebabkan oleh virus kemudian merangsang
sistem imunitas dan peradangan yang menyebabkan edema
6. Apa yang menyebabkan suara serak ?
Karena pilek yang didalamnya terdapat mukus yang berlebih
Fungsi resonator (mulut, hidung). Kalau pilek berat akan menghambat suara
7. Apakah mukus itu ? Dan dihasilkan dimana ?
Ingus, upil, dahak, ludah, dan lendir merupakan contoh-contoh mukus, bahan berlendir
yang melapisi berbagai membran dalam tubuh. Mukus terutama terdiri dari atas musin
(protein pelumas) dan garam-garam organik yang tersuspensi oleh air. Mukus membantu
melindungi paru-paru dengan merangkap partikel-partikel yang masuk melalui hidung
ketika bernafas. Mukus juga memudahkan kita untuk menelan dan mencegah asam
lambung melukai dinding lambung. Dalam bahasa inggris, mukus dikenal dengan
sebutan phlegm. Menurut definisi, phlegm dibatasi untuk mukus yang diproduksi oleh
sistem pernafasan. Kehadiran mukus dalam hidung dan tenggorokan masih terbilang
normal. Apabila sakit, mukus akan menjadi kental dan berubah warna. Warna bukan
petunjuk pasti untuk infeksi bakteri, tetapi mukus yang berwarna hijau atau seperti karat
dan persiten cenderung menunjuk ke kondisi yang lebih serius.
8. Apa yang menyebabkan badan Rio hangat ?

Karena terjadi infeksi, kemudian menyerang sistem imun tubuh, dan memengaruhi
sistem metabolisme tubuh.
9. Mengapa Rio baru merasakan gejalanya pada malam hari ?
Pertama virus itu masuk ke dalam tubuh dan menyerang sistem imun tubuh, kemudian
terjadi masa inkubasi.
10. Apa perbadaan pilek dan influenza (flu) ?
Pada dasarnya, flu itu memberikan gejala yang lebih berat dibanding dengan pilek. Dan
kita akan merasa lebih menderita bila sedang flu dibanding dengan pilek. Tapi memang
bukan cara yang mudah untuk membedakannya.
Gejala Demam : biasanya flu sering disertai dengan peningkatan suhu tubuh yang tinggi
disertai menggigil, sedang pada pilek, demam jarang terjadi. Kalaupun ada, demam
hanya berupa demam yang ringan.
Mulai timbulnya penyakit : pada flu, biasanya terjadi secara mendadak sedang pada
pilek, terjadinya secara perlahan-lahan.
Nyeri menelan dan batuk : pada flu, biasanya tidak ada gangguan dalam menelan dan
batuk, sedang pada pilek sering disertai dengan nyeri menelan dan batuk yang cukup
berat.
Sakit kepala : sakit kepala sering menyertai flu, sedang pada pilek biasanya tidak ada
sakit kepala.
Nyeri otot atau ngilu dan rasa letih : pada flu, sering disertai dengan nyeri pada otot
(ngilu) dan letih sedang pada pilek jarang terjadi gangguan nyeri otot dan keletihan.
Nafsu makan : pada flu sering penderita tidak mempunyai nafsu makan atau nafsu
makannya menjadi berkurang sedang pada pilek, nafsu makannya normal seperti biasa.
Walaupun misalnya di dalam kategori di atas, ternyata termasuk dalam kategori pilek, itu
tidak berarti menutup kemungkinan bahwa itu ternyata flu atau dapat juga pilek kita
derita kemudian berlanjut menjadi flu, atau sebaliknya.

11. Apa hubungannya indra pengecap dan indra pembau ?


5

Indra pengecap mendukung indra pembau. Bagian-bagian indra pembau dan indra
pengecap adalah naso faring, ora faring, dan laring.

STEP 4
STRUKTURISASI

MEKANISME
PERTAHANAN
TUBUH

MEKANISME
INDRA
PENCIUMAN

SALURAN
PERNAPASAN

ANATOMI

FISIOLOGI

GANGGUAN
6

HIDUNG

FARING

LARING

STEP 5
LEARNING OBJESTIVE

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Anatomi saluran pernafasan atas.


Fisiologi saluran pernafasan atas.
Mekanisme gangguan saluran pernafasan atas.
Mekanisme penciuman.
Mekanisme pertahanan tubuh.
Perbedaan iritasi dan infeksi.
Macam-Macam mukus.

STEP 6
BELAJAR MANDIRI

STEP 7
SINTESIS

1. Anatomi saluran pernafasan atas.


HIDUNG (NASAL)
Terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. External nose
2. Cavum nasi
1. External nose terdiri dari :
a. Apex (atas)
b. Radix(melekat pada dahi)
c. Dorsum nasi(apex-radix)
d. Nares (orifisium eksterna hidung)
Rangka hidung :
Os nasale
Cartilago nasi laterales
Cartilago alae majoris
Os maxillaris
Cartilago alae minoris
Cartilago septi nasi

2. Cavum nasi
Cavum nasi merupakan suatu ruangan didalam nasus yang mempunyai lubang
ke luar (nares) dan ke dalam (choane) yang menghubungkan dengan nasopharynx.
Cavum nasi dibagi menjadi 2 oleh septum nasi yaitu belahan kiri dan kanan.
Setiap belahan memiliki dasar, atap, dinding lateral dan medial. Dasarnya dibentuk
oleh processus palatinus maxillae dan lamina horizontal ossis palatinum. Atap agak
sempit dan dibentuk dari belakang ke depan oleh corpus ossis sphenoidalis, lamina
8

cribriformis ossis etmoidalis, os frontal, os nasal, cartilagines nasi. Dinding lateral


hidung licin bagian depan disebut ager nasi(concha nasalis superior,medial, inferior).

Tiap bagian concha nasale terdiri dari 3 meatus, yaitu :


1. Meatus nasi superior
2. Meatus nasi medial
3. Meatus nasi inferior

Pembagian cavum nasi berdasarkan atas mukosa atau lapisan dan fungsinya :
1. Vestibulum nasi yaitu : bagian cavum nasi yang merupakan cekungan setelah nares.
Dilapisi oleh kulit yang berambut dan mengandung banyak kelenjer-kelenjer
sebaccea dan kelenjer keringat
2. Respiratory cavity yaitu : bagian yang diapisi mukosa yang melekat erat dengan
periosteum (disebut juga jaringan mucoperiosteum) yang ada hubungannya dengan
lapisan nasopharing, sinus para nasalis,dan vertibulum nasi. Di dalam mucosa
banyak terdapat pembulu darah pada concha nasalis terutama concha nasalis medius
inferior
3. Olfactory area yaitu : bagian cavum nasi yang terletak cranial dari concha nasalis
superior. Didalamnya terdapat banyak sabut-sabut saraf yang keluar dari lamina
cribosa dan cabang-cabang dari n. olfactorius sebagai alat pembau
4. Sinus paranasalis, terdiri dari : sinus maxillaries, sinus frontalis, sinus ethmoidalis
anterior, sinus sphenoidalis, dan sinus ethmoidalis

Arterialisasi
1. Cabang a. opthalmica
2. Cabang a. maxillaries interna
Persarafan
1. Special sensori
2. General sensori
3. Special motoris

LARYNX

Laring merupakan saluran penghubung antara saluran pernapasan atas dengan saluran
pernapasan bawah (bagian bawah faring dan trakea). Pada laring terdapat suatu kerangka
tulang rawan hyalin dan tulang rawan elastis, sejumlah jaringan kulit, otot rangka, dan
kelenjar mukosa. Laring berfungsi untuk :
1. Sebagai katup yang menjaga saluran udara terutama selama proses menelan, agar
udara tidak masuk ke dalam lambung (digestif: faring-lambung).
2. Menjaga agar saluran udara tetap tersedia dan terbuka.
3. Menghasilkan suara/fonasi.
Proses pengeluaran suara :
1. Ekspirasi udara dari paru-paru oleh diaphragm, Mm. Abdominales dan Mm.
Intercostals.
2. Getaran udara (phonatio) terhadap plicae vocals (pita suara); tegangan dan posisi
plicae vocals di control oleh kontraksi otot-otot.
3. Resonansi dan artikulasi di dalam cavitas nasalis, oralis, dan pharyngealis dibantu
oleh Mm. Labiales, linguales dan palatine
(Anatomi bagian 3, 2002: 44)
Bagian-bagian laring:
Epiglotis : dilapisi sel epitalium berlapis berfungsi menutup laring saat menelan
makanan
Plica Vocals (pita suara) : dilapisi sel epitalium berlapis berfungsi sebagai pemisah
saluran pernapasan atas dan bawah serta mengendalikan suara
Aditus laryngis : pintu masuk ke dalam laring, yaitu pada pars laryngea pharynx ke
cavitas laryngis. Termasuk di dalamnya epiglotis, plica ariglotica, tuberculum
cuneiform, dan tuberculum corniculate, incissura, inter arytenoidea.
Artilago Laryngeus :
1. Berpasangan: Arytenoid (menjulang disebelah belakang krikoid), coneiform &
corniculatum (disebelah kanan dan kiri leher)
2. Tunggal: Epiglotis, thyroid (terbesar), cricoid (di bawah thyroid)
10

Muscculi laryngis:
1. Mm.Extrinsik larynx:
o Depressor:

m.thyrohyoideus,

m.mylohyoid,

m.digastricus,

m.stylopharyngeus, m. palatopharyng
o Levator: m.omohyoid, m.sternothyroid, m.sternohyoid
2. Mm.Intrinsik larynx:
o Adductor:

Externa: m.cricothyroid

Interna: m.crycoarytenoid lateral, m.thyroarytenoid, m. arytenoid


transversa, m. arytenoid obliquus, m.vocalis

o Abductor: m.crycoarytenoid posterior

11

2. Fisiologi saluran pernafasan atas.


FISIOLOGI HIDUNG
Fungsi hidung ialah untuk
(1) jalan nafas,
(2) alat pengatur kondisi udara (air-conditioning),
(3) penyaring udara,
(4) sebagai indra penghidu,
(5) untuk resonansi suara,
(6) turut membantu proses bicara dan
(7) refleks nasal.

Saat udara mengalir melalui hidung, terdapat tiga fungsi berbeda yang dikerjakan oleh
rongga hidung :
1. Udara dihangatkan oleh permukaan konka dan septum yang luas, dengan total area
kira-kira 160 cm2
2. Udara dilembabkan samoai hamper lembab sempurna bahkan sebelum udara
meninggalkan hidung
3. Udara disaring sebagian
Semua fungsi ini secara bersama-sama disebut fungsi pelembab udara dari saluran nafas
bagian atas

SEBAGAI JALAN NAFAS


Pada inspirasi, udara masuk melalui nares anterior, lalu naik ke atas setinggi konka
media dan kemudian turun ke bawah ke arah naso-faring, sehingga aliran udara ini
berbentuk lengkungan atau arkus.

12

Pada ekspirasi , udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang
sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian
akan melalui nares anterior dan sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran
dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.

SEBAGAI KONDISI UDARA (AIR CONDITIONING)


Fungsi hidung sebagai pengatur kondisi udara perlu untuk mempersiapkan udara
yang akan masuk ke dalam alveolus paru.
Fungsi ini dilakukan dengan cara mengatur kelembaban udara dan mengatur suhu.
Mengatur kelembaban udara. Fungsi ini dilakukan oleh palut lendir (mucous
blanket). Pada musim panas, udara hamper jenuh oleh uap air, penguapan dari lapisan ini
sedikit , sedangkan pada musim dingin akan terjadi keadaan sebaliknya.
Mengatur suhu. Fungsi ini dimungkinkan karena banyaknya pembuluh darah di
bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas, sehingga radiasi dapat
berlangsung secara optimal. Dengan demikian suhu udara setelah melalui hidung kurang
lebih 37 derajat Celcius.

SEBAGAI PENYARING DAN PELINDUNG


Fungsi ini berguna untuk membersihkan udara inspirasi dari debu dan bakteri dan
dilakukan oleh :
(a) rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi,
(b) silia,
(c) palut lendir (mucous blanket). Debu dan bakteri akan melekat pada palut lendir dan
partikel-partikel yang besar akan dikeluarkan dengan refleks bersin. Palut lendir ini
akan dialirkan ke nasofaring oleh gerakan silia. Faktor lain ialah
(d) enzim yang dapat mengahancurkan beberapa jenis bakteri, yang disebut lysozyme.

13

Bulu-bulu pada pintu masuk lubang hidung penting untuk menyaring partikelpartikel besar. Walaupun demikian, jauh lebih penting untuk mengeluarkan partikel
melalui presipitasi turbulen. Artinya udara yang mengalir melalui saluran hidung
membentur banyak dinding penghalang : konka (disebut juga turbinates sebab konka
menimbulkan turbulensi udara), septum, dan dinding faring. Tiap kali udara membentur
penghalang ini, udara harus mengubah arah alirannya. Partikel-partikel yang tersuspensi
dalam udara, mempunyai momentum dan massa yang jauh lebih besar daripada udara,
sehingga tidak dapat mengubah arah perjalanannya secepat udara. Oleh karena itu,
partikel-partikel tersebut terus maju ke depan, membentur permukaan penghalangpenghalang ini, dan kemudian dijerat oleh mukus pelapis dan diangkut oleh silia ke
faring untuk ditelan.
Ukuran partikel yang terjerat dalam saluran pernapasan. Mekanisme
turbulensi hidung untuk mengeluarkan partikel dari udara begitu efektif, sehingga
hamper tidak ada partikel dengan ukuyran diameter lebih besar dari 6 mikrometer yang
dapat masuk ke paru melalui hidung. Ukuran ini lebih kecil dari pada ukuran sel darah
merah. Partikel-partikel yang tersisa, kebanyakan partikel berukuran antara 1 dan 5
mikrometer mengendap dalam bronkhiolus kecil sebagai akibat dari presipitasi gravitasi.
Contohnya, penyakit bronkiolus terminalis biasa terjadi pada penggali tambang batu bara
akibat menetapnya partikel-partikel debu. Beberapa partikel lebih kecil yang tersisa
(diameter lebih kecil dari 1 mikrometer) berdifusi melewati dinding alveoli dan melekat
pada cairan alveolus. Tetapi, banyak partikel yang diameternya lebih kecil dari 0,5
mikrometer tetap tersuspensi dalam udara alveolus dan akhirnya dikeluarkan melalui
ekspirasi. Misalnya, partikel-partikel asap rokok yang ukurannya sekitar 0.3 mikrometer.
Partikel-partikel ini hampir tidak ada yang diendapkan dalam saluran napas sebelum
sampai ke alveoli. Sayangnya, lebih dari sepertiganya mengendap dalam alveoli melalui
proses difusi, dengan membentuk suspensi yang tetap seimbang dan dikeluarkan dalam
udara ekspirasi.
Banyak partikel yang terjerat dalam alveoli dikeluarkan oleh makrofag alveolus
dan partikel lainnya dibawa keluar oleh aliran limfatik paru. Partikel yang berlebihan
dapat menyebabkan pertumbuhan jaringan fibrosa dalam septum alveolus, sehingga
menimbulkan cacat permanen.

14

INDRA PENGHIDU
Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa olfaktorius
pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau
dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik napas
kuat.

RESONANSI SUARA
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi.
Sumabatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga
terdengar suara sengau (rinolalia).

PROSES BICARA
Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah, bibir,
dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal (m, n, ng) rongga mulut tertutup
dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara.

REFLEKS NASAL
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran
cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan
refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar
liur, lambung dan pancreas.

FISIOLOGI FARING
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi
suara dan untuk artikulasi.
FUNGSI MENELAN

15

Terdapat 3 fase dalam proses menelan yaitu fase oral, fase faringal dan fase
esofagal. Fase oral, bolus makanan dari mulut menuju ke faring. Gerakan disini
disengaja (voluntary). Fase faringal yaitu pada waktu transfor bolus makanan melalui
faring. Gerakan disini tidak sengaja (involuntary). Fase esofagal. Disini gerakannya tidak
disengaja, yaitu pada waktu bolus makanan bergerak secara peristaltik di esofagus
menuju lambung. Proses menelan selanjutnya dibicarakan dalam bab esofagus.

FUNGSI FARING DALAM PROSES BICARA


Pada saat berbicara dan menelan terjadi gerakan terpadu dari otot-otot palatum dan
faring. Gerakan ini antara lain berupa pendekatan palatum mole kea rah dinding
belakang faring.Gerakan penutupan ini terjadi sangat cepat dan melibatkan mula-mula
m.salpingofaring dan m.palatofaring, kemudian m.levator veli palatine bersama-sama
m.konstriktor faring superior. Pada gerakan penutupan nasofaring m.levator veli palatine
menarik palatum mole ke atas belakang hamper mengenai dinding posterior faring. Jarak
yang tersisa ini diisi oleh tonjolan (fold of) Passavant pada dinding belakang faring yang
terjadi akibat 2 macam mekanisme, yaitu pengangkatan faring sebagai hasil gerakan
m.palatofaring (bersama m.salpingofaring) dan oleh kontraksi aktif m.konstriktor faring
superior. Mungkin kedua gerakan ini bekerja tidak pada waktu yang bersamaan.
Ada yang berpendapat bahwa tonjolan Passavant ini menetap pada periode fonasi,
tetapi ada pula pendapat yang mengatakan tonjolan ini timbul dan hilang secara cepat
bersamaan dengan gerakan palatum.

FISIOLOGI LARING
Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta
fonasi.
Fungsi laring untuk proteksi ialah mencegah makanan dan benda asing masuk ke
dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glottis secara bersamaan.
Terjadinya penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring ke atas akibat
kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago aritenoid bergerak ke depan

16

akibat kontraksi m.tiro-aritenoid dan m.aritenoid. Selanjutnya m.ariepiglotika berfungsi


sebagai sfingter.
Penutupan rima glottis terjadi karena adduksi plika vokalis. Kartilago aritenoid kiri
dan kanan mendekat karena aduksi otot-otot instrinsik.
Selain itu dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea
dapat dibatukkan ke luar. Demikian juga dengan bantuan batuk, sekret yang berasal dari
paru dapat dikeluarkan.
Fungsi respirasi dari laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rima glotis. Bila
m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis kartilago
aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glottis terbuka.
Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeo-bronkial akan
dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi
darah tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga sebagai alat pengatur sirkulasi
darah.
Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme, yaitu
gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laringis dan mendorong bolus
makanan turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk ke dalam laring.
Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekspirasikan emosi, seperti berteriak,
mengeluh, menangis dan lain-lain.
Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta
menentukan tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh peregangan plika
vokalis. Bila plika vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan merotasikan kartilago
tiroid ke bawah dan ke depan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang bersamaan
m.krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang.
Plika vokalis kini dalam keadaan yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi
m.krikoaritenoid akan mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika vokalis
akan mengendo. Kontraksi serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi
rendahnya nada.
Fonasi, elemen yang bergetar adalah lipatan pita suara, yang umumnya disebut pita
suara. Pita suara menonjol dari dinding lateral laring kea rah tengah glottis, pita suara ini
17

direnggangkan dan diatur posisinya oleh bebera[pa otot spesifik pada laring itu sendiri.
Selama pernapasan normal, pita akan terbuka lebar agar aliran udara mudah lewat.
Selama fonasi, pita menutup bersama-sama sehingga aliran udara diantara pita tersebut
akan menghasilkan getaran atau vibrasi. Kuatnya getaran teruitama ditentukan oleh
derajat perenggangan pita, tetapi juga oleh bagaimana kerapatan pita satu sama lain dan
oleh masa pada tepinya. Pita suara dapat direnggangkan baik oleh rotasi kartilago tyroid
kedepan maupun oleh rotasi posterior Dari kartilago aritenoid, yang diaktivasi oleh otototot yang merenggang dari kartilago tyroid dan kartilego ariitenoid ke kartilago krikoid.
Otot-otot yang terletak didalam pita suara disebelah lateral ligament vokalis, yaitu otot
tiroaritenoid, dapat menarik kertilago arotenoid kearah kartilago tiroid dan, oleh karena
itu, melonggarkan pita suara. Pergerakan oteo-otot ini didalam pita suara juga dapat
mengubah bentuk dan masa pada tepi pita suara, menejamkannya untuk menghasilkan
bunyi dengan nada tinggi dan mengumpulkannya untuk suara yang lebih rendah (bass).
Akhirnya, masih terdapat beberapa kelompok otot laring kecil yang terletak
diantara kartilago aritenoid dan kartilago krikoid dan dapat merotasikan kartilago ini
kearrah dalam atau keluar, atau menarik dasarnya bersam-sama atau memisahkannya,
untuk menghasilkan berbagai konfigurasi pita suara.

3. Mekanisme gangguan saluran pernafasan atas.


Mekanisme bersin
Refleks bersin sangat mirip dengan refleks batuk kecuali bahwa refleks ini
berlangsung pada saluran hidung, bukan pada saluran nafas bagian bawah. Rangsangan
yang menimbulkan refleks bersin adalah iritasi dalam saluran hidung, impuls aferen
berjalan dalam nervus kelima menuju medula dimana refleks ini dicetuskan. Terjadi
serangkaian reaksi yang mirip dengan refleks batuk seperti Pertama, kira-kira 2.5 liter
udara diinspirasi. Kedua, epiglotis menutup dan pita suara menutup erat-erat untuk
menjerat udara dalam paru. Ketiga, otot-otot perut berkontraksi dengan kuat mendorong
diafragma sedangkan otot-otot ekspirasi lainnya seperti interkostalis internus juga
berkontraksi dengan kuat. Akibatnya tekanan dalam paru meningkat sampai 100 mmHg
atau lebih. Keempat, pita suara dengan epiglotis terbuka lebar, sehingga udara bertekanan
tinggi dalam paru meledak dan kadang-kadang udara ini dikeluarkan dengan kecepatan
75-100 mil/ jam. Selanjutnya uvula ditekan sehingga sejumlah besar udara dengan cepat
18

melalui hidung dengan demikian membantu membersihkan saluran hidung dari benda
asing. (Guyton dan Hall, 2007)
Mekanisme Hidung Tersumbat
Reaksi alergi dan inflamasi yang dapat menyebabkan pembesaran badan-badan
pengembang secara abnormal dalam kedua fosa, pembuluh darah yang terdapat di hidung
menjadi membengkak sehingga menyebabkan hidung tersumbat dan kelenjar mukus
menjadi hipersekresi yang menyebabakan produksi mukus yang berlebih, mukus yang
tidak dapat keluar dari hidung yang diakibatkan adanya pembesaran tersebut membuat
hidung tersumbat.(Luiz Carlos Junqueira,2007)
Mekansime Demam
Demam merupakan kondisi dimana suhu tubuh melebihi batas normal yang dapat
disebabkan oleh kelainan pada pusat pengaturan suhu (otak) ataupun disebabkan oleh
bahan toksik. Demam cenderung digunakan untuk sebutan peningkatan suhu akibat
terjadinya infeksi.
Masuknya benda asing berupa bakteri akan menyebabkan suhu tubuh meningkat.
Hal tersebut dikarenakan adanya pelepasan zat kimia bernama pirogen oleh sel darah
putih tertentu untuk melawan infeksi ataupun pirogen yang dilepaskan oleh membran sel
bakteri itu sendiri. Sekret pirogen inilah yang menyebabkan meningkatnya patokan
pengaturan suhu normal tubuh pada hipotalamus.
Apabila patokan suhu meningkat maka akan terjadilah peningkatan produksi panas
yang diiringi dengan pengurangan pelepasan panas agar suhu tubuh sesuai dengan
patokan suhu yang baru. Menurut beberapa ahli, peningkatan suhu itu sendiri
memperkuat respon terhadap infeksi dan mungkin menggangu multiplikasi bakteri.
Mekanisme Serak
Proses vokalisasi terbagi menjadi dua , yaitu fonasi dan artikulasi resonansi. Fonasi
yang berkaitan erat dengan pita suara sebagai vibrator yang terdapat pada laring, dan
artikulasi dan resonansi yang berkaitan dengan mulut, hidung, faring, serta rongga dada.
Serak sendiri adalah terganggunya kualitas suara seseorang. Serak dapat
disebabkan karena terganggunya salah satu bagian baik bagian fonasi ataupun bagian
yang mengatur artikulasi dan resonantor.
19

Serak akibat ganggguan pada bagian fonasi yaitu gangguan pada pita suara ataupun
gangguan pada bagian resonantor. Khusus pada pilek, serak disebabkan karena
terganggunya aliran udara pada saluran pernapasan atas.

Penyumbatan pada bagian

fonasi maupun resonantor diakibatkan oleh terjadinya peradangan. Pada saat terjadi
peradangan, aliran darah meningkat, keluarnya protein dari kapiler darah, lalu terjadi
penggumpalan guna menghalangi gerak dari zat asing yang masuk. Sehingga
penyumbatan mengakibatkan terganggunya kualitas suara yang dihasilkan.
Gangguan atau penyumbatnya dapat berupa sekeret mucus yang berlebihan dan
menumpuk di sekitar faring ( pertemuan antara gerak silia kebawah dan gerak silia
keatas)

4. Mekanisme penciuman.
Mekanisme penciuman dimulai dengan menempelnya molekul bau pada reseptor
protein GPCR (G-protein coupled receptor) . Protein GPCR ini diketahui memiliki
kemampuan untuk mengenali beberapa molekul bau karena perbedaan asam amino
penyusunnya. Menempelnya molekul bau/odoran ini mengakibatkan perubahan
konformasi terjadi pada protein GPCR sehingga mengaktifkan protein G. Aktifnya
protein G ini menstimulasi pengkatifan cAMP, cAMP lalu mengaktifkan protein pada
terowongan ion (ion channel) sehingga terjadi aliran Na + dan mengakibatkan perbedaan
potensial. Perbedaan potential ini mengakibatkan terjadinya sinyal lisrik yang
disampaikan melalui syaraf ke otak. Otak kemudian merubah sinyal listrik itu menjadi
persepsi bau.

Kemampuan membaui setiap individu berbeda tergantung dari :


1. Susunan rongga hidung, hidung yang mancung/besar lebih baik membaui daripada
hidung pesek/kecil
2. Variasi fisiologis
Pada wanita menjelang menstruasi atau saat hamil lebih peka daripada yang tidak
3. Konsentrasi bau, terutama bau busuk lebih menyengat daripada bau yang tidak
busuk.

20

4. Spesies (jenis)
Spesies tertentu mempunyai kemampuan survival tergantung pada system
pembaunya sehingga indera pembau yang sangat peka.
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme
inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen,
menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada
akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat
berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian.
Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya
dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih
luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.
Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak diuntungkan dan satu pihak
dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme. Cabang kedokteran yang menitikberatkan
infeksi dan patogen adalah cabang penyakit infeksi.
Secara umum infeksi terbagi menjadi dua golongan besar :
1. Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh
2. Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti virus HIV,
karena virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh.

5. Mekanisme pertahanan tubuh.


Mekanisme pertahanan pada system pernapasan bagian atas yang pertama kali
berperan untuk mencegah masuknya zat-zat asing adalah rambut hidung atau vibrissae,
yang menyaring partikel-partikel besar dari udara inspirasi.
Mukus yang lengket menangkap zat-zat asing dari luar tubuh, kemudian lysozym
yang terkandung dalam mucus tersebut menyerang dan menghancurkan bakteri secara
kimiawi. Kemudian sel epitel pernapasan juga mensekresikan defensins, antibiotic
alami yang membantu membersihkan mikroba yang terdapat dalam saluran pernapasan.
Kemudian setelah zat asing tersebut terjebak di dalam mukus, silia pada sel-sel
epithelium tersebut bergerak secara konstan dan membawa mucus bersama zat asing
21

tersebut ke arah nasofaring, dan di nasofaring mukus tersebut dapat di keluarkan ataupun
di telan. (marieb, 2007)
Sistem Pertahanan
Udara yang kita hirup mengandung partikel-partikel asing yang harus disaring
terlebih dahulu sebelum akhirnya dibawa ke seluruh tubuh. Proses penyaringan tersebut
dimulai ketika udara memasuki vestibulum. Pada vestibulum partikel-partikel asing
berukuran lebih dari 20 m yang terdapat dalam udara difilter oleh vibrissae. Kemudian,
partikel-partikel asing yang berukuran lebih kecil terbawa masuk ke concha, dimana
pada concha ini terjadi turbulensi, yang mengakibatkan partikel-partikel asing tersebut
terjerat di mucus, dan akhirnya dikeluarkan atau ditelan. Apabila masih terdapat partikelpartikel asing yang belum mampu tersaring, partikel-partikel tersebut bisa dikeluarkan
melalui refleks nasal, yakni bersin.
a. Mekanik
-

Batuk : proses pertahanan yang dilakukan saluran pencernaan ketika ada benda asing
yang masuk ke saluran pencernaan

Bersin : proses pertahanan yang dilakukan salura pernapasan ketika ada benda asing
yang masuk ke saluran pernapasan
Mekanisme bersin
Iritasi pada saluran hidung, impuls aferen berjalan dalam nervus kelima menuju medula
oblongata, tempat refleks ini dicetuskan.
Pertama kira-kira 2,5 liter udara diinspirasi secara cepat.
Kedua, epiglotis menutup dan pita suara menutup erat-erat untuk menjerat udara

dalam paru.
Ketiga,
otot-otot

abdomen

berkontraksi

dengan

kuat

mendorong

diafragma,sedangkan otot-otot ekspirasi lainnya, seperti interkostalis internus, juga


berkontraksi dengan kuat, akibatnya tekanan dalam paru meningkat secara cepat

sampai 100 mm Hg atau lebih.


Uvula ditekan sehingga udara dalam jumlah besar dengan cepat melaui hidung dan
membersihkannya dari benda asing.

Filtrasi : penyeleksian materi yang masuk ke dalam sistem pernapasan. Filtrasi ini
dilakukan oleh rambut-rambut hidung untuk menyaring debu-debu ataupun materi asing
yang lebih dari 6 mikrometer sehingga tidak dapat masuk dan hanya materi yang
dibutuhkan saja yang masuk
22

Air conditioning : penyesuaian temperature udara yang masuk ke dalam sistem


pernapasan agar sesuai dengan suhu tubuh

Gerak mukusilaris : materi masuk melalui lapisan mukus yang terdiri dari goblet
mukosa dan submukosa. Hal ini dilakukan untuk menangkap partikel asing yang tidak
dapat tersaring oleh filtrasi hidung dan menahannya agar tidak masuk ke alveoli. Sistem
pernapasan banyak dilapisi epitel bersilia dengan jumlah 200 silia. Silia ini melakukan
gerakan memukul-mukul ke atas pada paru dan ke bawah pada hidung agar tertuju pada
nasofaring. Ini nantinya akan menyebabkan batuk, menelan dan bersin.

1. Daya Tahan Tubuh Spesifik


Terdiri dari daya tahan tubuh nonspesifik eksternal dan internal. Pertahanan
nonspesifik eksternal meliputi rintangan mekanis dan rintangan kimiawi.
a. Rintangan Mekanis
Kulit yang utuh tidak dapat ditembus oleh mikroorganisme karena epidermis
terdiri dari berlapis-lapis sel epitel yang sangat rapat dan disertai lapisan

tanduk pada bagian atsnya.


Keringat, air mata dan lendir dapat mengencerkan atau pun membersihkan

zat-zat asing, sedangkan minyak pada kulit melindungi kulit dari kekeringan.
Refleks batuk, bersin, dan muntah dapat mengeluarkan zat-zat asing dari

saluran pernapasan dan saluran pencernaan bagian atas.


b. Rintangan Kimiawi
Suasana asam di kulit mengurangi pertumbuhan mikroorganisme.
Mikroorganisme yang normal pada kulit dan selaput lendir menekan

munculnya bakteri patogen.


Lisozyme, merupakan enzim bakterisida yang terdapat pada air ludah, air

mata, dan keringat yang akan mengurangi kemungkinan infeksi oleh bakteri
Asam lambung dapat membunuh segala macam mikroorganisme dan

melumpuhkan berbagai racun.


c. Peradangan (Inflamasi)
Peradangan merupakan respon atau reaksi tubuh terhadap kerusakan sel-sel
tubuh yang disebabkan oleh infeksi, zat kimia atau pun ganguan fisik ( benturan,
sinar, panas, dan lain-lain). Tujuan akhir peradangan adalah untuk mengisolasi
dan menghancurkan zat-zat perusak.
d. Interferon
Interferon merupakan sekumpulan protein yang diproduksi dan disekresikan
oleh sel yang terkena infeksi. Begitu masuk ke cairan interstitium interferon akan
terikat oleh reseptor membran plasma sel-sel yang sehat. Sel-sel yang sehat yang
23

sudah berikatan dengan interferon akan terpacu untuk membentuk suatu protein
antivirus. Juga memberikan efek antikanker.
e. Sistem Komplemen
Seri protein plasma yang dihasilkan oleh hati dan beredar di dalam pembuluh
darah dalam keadaan inaktif.
2. Daya Tahan Tubuh Non Spesifik
Serangan selektif yang ditujukan untuk membatasi atau menetralisasi sasaran
tertentu yang oleh tubuh telah dipersiapkan karena tubuh sebelumnya sudah pernah
bertemu.
3. Sistem Pertahanan Pada Sistem Pernapasan Atas
Hidung mempunyai permukaan yang relative luas, dibatasi oleh epitel yang kaya
akan pembuluh darah serta bersilia. Sebelum udara yang diisap mencapai
percabangan trakea,maka 75% pemanasan serta pelembapan udara telah selesai
dilakukan.
-

Udara dihangatkan oleh permukaan concha dan septum yang luas


Udara dilembabkan sampai hamper lembab sempurna
Penyaringan besar- besaran dari aliran udara berukuran lebih dari 10-15um
dapat dicapai oleh rambut-rambut kasar pada lubang hidung dan sebagian besar
butir-butir yang dihisap dengan ukuran lebih dari 5 um akan melekat pada
permukaan hidung.
Mucus yang Melapisi Saluran Pernafasan dan Kerja Silia untuk Membersihkan

Saluran Nafas. Fungsi mucus sebagaipelembab dan menangkap partikel kecil udara.
Diproduksi olehsel goblet dan kelenjar submukosa.
Seluruh permukaan saluran nafas sampai brokhiolus terminal, dilapisi epitel
bersilia yg memukul ke atas, sedangkan dalam hidung memukul ke bawah yg
menyebabkan mukus mengalir lambat ke faring. Kemudian mukus dan partikelpartikel yang dijeratnya tertelan atau dibatukkan keluar.
Pertahanan- pertahanan dari system pernapasan harus melindungi paru-paru
termasuk penyaringan pertikel-pertikel besar di dalam saluran napas atas dan
pertikel- pertikel di dalam saluran napas bawah, pemanasan dan pelembapan udara
yang dihirup, disamping penyerapan gas- gas yang membahayakan pembuluh darahpembuluh darah pada saluran napas atas.
Penghentian napas sementara, pernapasan dangkal secara reflek spasme laring
atau bahkan spasme bronkus akan membatasi kedalaman dan banyaknya penetrasi
24

benda- benda asing. Ini hanya mampu memberikan perlindungan semantara.


Aspirasi makanan, bahan- bahan sekresi dan benda- banda asing dicegah dengan
adanya mekanisme menelan serta penutupan epiglotis utuh.
Menurut Sherwood :
Sistem pernapasan juga dilengkapi dengan beberapa mekanisme pertahanan
penting terhadap partikel yang terhirup. Partikel di udara yang berukuran besar akan
tersaring oleh rambut rambut yang terdapat di pintu masuk hidung. Organ limfoid, yaitu
tonsil dan adenoid, membentuk proteksi imunologis terhadap patogen yang terhirup di
awal sistem pernapasan. Di bagian lebih dalam dari sistem pernapasan, terdapat silia
yang berupa tonjolan tonjolan halus mirip bulu yang secara terus menerus bergerak
menyapu ke arah luar. Selain itu, saluran pernapasan juga dilapisi dengan suatu lapisan
mukus kental-lengket yang dikeluarkan oleh sel-sel epitel di dinding saluran pernapasan.
Semua debris berbentuk partikel (misalnya debu) yang terhirup akan melekat pada
lapisan mukus ini untuk kemudian didorong ke arah tenggorokan oleh gerakan silia.
Gerakan ini dikenal juga sebagai eskalator mukus. Mukus yang kotor tersebut
kemudian akan dikeluarkan (diludahkan) atau apabila tidak sengaja tertelan, maka akan
dikeluarkan bersama dengan feses. Yang juga berperan penting dalam mekanisme
pertahanan ini adalah reaksi refleks batuk dan bersin yang merupakan proses ekspulsi
(pengeluaran) kuat berbagai benda iritan dari trakea (batuk) maupun hidung (bersin)
Menurut Guyton :

Mukus
Seluruh permukaan sistem pernapasan dari hidung sampai ujung ujung bronkiolus
dilapisi dan dijaga tetap lembap oleh lapisan mukus. Lapisan ini mensekresikan
mukus yang menjaga kelembapan permukaan saluran dengan memerangkap partikel
partikel kecil dan menjaganya untuk tetap terjauh dari alveolus.
Mukus yang telah memerangkap partikel partikel asing ini kemudian dikeluarkan
dengan mekanisme sebagai berikut :
Mukus kotor akan ditangkap oleh silia yang jumlahnya kurang lebih 200 silia
pada setiap sel epitel. Kemudian silia silia ini akan bergerak 10-20 kali per menitnya,
mendorong mukus dengan kecepatan beberapa milimeter per menitnya ke arah
faring (pada hidung bergerak ke arah bawah, dan pada paru-paru ke arah atas).
Kemudian, mukus ini akan ditelan atau dibatukkan keluar oleh tubuh.

Refleks Batuk
25

Refleks Bersin
Iritasi pada saluran hidung, impuls aferen berjalan dalam nervus kelima menuju medula
oblongata, tempat refleks ini dicetuskan.
o
o

Pertama kira-kira 2,5 liter udara diinspirasi secara cepat.


Kedua, epiglotis menutup dan pita suara menutup erat-erat untuk menjerat udara dalam

paru.
Ketiga, otot-otot abdomen berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma,sedangkan
otot-otot ekspirasi lainnya, seperti interkostalis internus, juga berkontraksi dengan kuat,

akibatnya tekanan dalam paru meningkat secara cepat sampai 100 mm Hg atau lebih.
Uvula ditekan sehingga udara dalam jumlah besar dengan cepat melaui hidung dan
membersihkannya dari benda asing.

Fungsi Pernapasan Normal Hidung


Ketika udara masuk melalui hidung, maka akan mendapat 3 perlakuan yang dikenal sebagai air
conditioning function, yaitu :
a. Dihangatkan oleh permukaan konka dan septum, meliputi area seluas 160 cm2
b. Dilembapkan secara hampir sempurna
c. Disaring oleh bulu-bulu hidung
Yang disaring adalah partikel dengan ukuran diameter 6 m, sedangkan partikel lebih
kecil akan bertahan di brolnkiolus bronkiolus yang lebih kecil sebagai akibat dari proses
gravitational precipitation

6. Perbedaan iritasi dan infeksi.


7. Macam-macam mukus.

26

Anda mungkin juga menyukai