PEMBAHASAN
SKENARIO
Rio (14 tahun) berkali-kali bersin di kelas. Ia juga berulang-ulang menyeka hidungnya yang
meler oleh rhinorrhea. Betapa tidak nyaman kondisi Rio sekarang, apalagi berada di dalam
kelas. Ia takut bersin-bersinnya menggangu konsentrasi teman-teman yang lagi mengikuti
pelajaran matematika. Sebenarnya keadaan ini sudah mulai dirasakannya semalam. Kemarin
sore Rio main bola di lapangan Pramika bersama teman-teman karang taruna di gangnya.
Meskipun hujan deras, permainan tetap dilanjutkannya sampai selesai. Setiba di rumah, Rio
langsung tidur karena kelelahan. Ia terbangun saat mendengar suara mobil ayahnya masuk ke
pekarangan. Saat itu Rio merasa badannya hangat dan jalan napasnya terganggu. Semalam
Rio tidak nyenyak tidurnya akibat pilek yang dideritanya. Suaranya menjadi agak serak dan
penciumannya juga terasa berkurang. Karena kondisi ini, nasi goreng untuk sarapan pagi
yang biasanya berbau sedap tidak dapat tercium olehnya. Rio berangkat ke sekolah tanpa
menyentuh makanan favoritnya itu.
STEP 1
IDENTIFIKASI ISTILAH SULIT
1. BERSIN :
km
3. RHINORRHOE :
5. MELER
6. SERAK
STEP 2
IDENTIFIKASI MASALAH
STEP 3
BRAINSTORMING
1. Apakah pengaruh hujan dapat menyebabkan pilek ?
Hujan bukanlah penyebab pilek, tetapi karena adanya perubahan cuaca yang ekstrim
abnormal.
Indra penciuman berkurang karena kelebihan mukus dalam hidung
Karena kelenjar mukus dan vena yang membengkak yang membuat hidung tersumbat
sehingga sulit untuk bernafas
Karena terjadi infeksi, kemudian menyerang sistem imun tubuh, dan memengaruhi
sistem metabolisme tubuh.
9. Mengapa Rio baru merasakan gejalanya pada malam hari ?
Pertama virus itu masuk ke dalam tubuh dan menyerang sistem imun tubuh, kemudian
terjadi masa inkubasi.
10. Apa perbadaan pilek dan influenza (flu) ?
Pada dasarnya, flu itu memberikan gejala yang lebih berat dibanding dengan pilek. Dan
kita akan merasa lebih menderita bila sedang flu dibanding dengan pilek. Tapi memang
bukan cara yang mudah untuk membedakannya.
Gejala Demam : biasanya flu sering disertai dengan peningkatan suhu tubuh yang tinggi
disertai menggigil, sedang pada pilek, demam jarang terjadi. Kalaupun ada, demam
hanya berupa demam yang ringan.
Mulai timbulnya penyakit : pada flu, biasanya terjadi secara mendadak sedang pada
pilek, terjadinya secara perlahan-lahan.
Nyeri menelan dan batuk : pada flu, biasanya tidak ada gangguan dalam menelan dan
batuk, sedang pada pilek sering disertai dengan nyeri menelan dan batuk yang cukup
berat.
Sakit kepala : sakit kepala sering menyertai flu, sedang pada pilek biasanya tidak ada
sakit kepala.
Nyeri otot atau ngilu dan rasa letih : pada flu, sering disertai dengan nyeri pada otot
(ngilu) dan letih sedang pada pilek jarang terjadi gangguan nyeri otot dan keletihan.
Nafsu makan : pada flu sering penderita tidak mempunyai nafsu makan atau nafsu
makannya menjadi berkurang sedang pada pilek, nafsu makannya normal seperti biasa.
Walaupun misalnya di dalam kategori di atas, ternyata termasuk dalam kategori pilek, itu
tidak berarti menutup kemungkinan bahwa itu ternyata flu atau dapat juga pilek kita
derita kemudian berlanjut menjadi flu, atau sebaliknya.
Indra pengecap mendukung indra pembau. Bagian-bagian indra pembau dan indra
pengecap adalah naso faring, ora faring, dan laring.
STEP 4
STRUKTURISASI
MEKANISME
PERTAHANAN
TUBUH
MEKANISME
INDRA
PENCIUMAN
SALURAN
PERNAPASAN
ANATOMI
FISIOLOGI
GANGGUAN
6
HIDUNG
FARING
LARING
STEP 5
LEARNING OBJESTIVE
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
STEP 6
BELAJAR MANDIRI
STEP 7
SINTESIS
2. Cavum nasi
Cavum nasi merupakan suatu ruangan didalam nasus yang mempunyai lubang
ke luar (nares) dan ke dalam (choane) yang menghubungkan dengan nasopharynx.
Cavum nasi dibagi menjadi 2 oleh septum nasi yaitu belahan kiri dan kanan.
Setiap belahan memiliki dasar, atap, dinding lateral dan medial. Dasarnya dibentuk
oleh processus palatinus maxillae dan lamina horizontal ossis palatinum. Atap agak
sempit dan dibentuk dari belakang ke depan oleh corpus ossis sphenoidalis, lamina
8
Pembagian cavum nasi berdasarkan atas mukosa atau lapisan dan fungsinya :
1. Vestibulum nasi yaitu : bagian cavum nasi yang merupakan cekungan setelah nares.
Dilapisi oleh kulit yang berambut dan mengandung banyak kelenjer-kelenjer
sebaccea dan kelenjer keringat
2. Respiratory cavity yaitu : bagian yang diapisi mukosa yang melekat erat dengan
periosteum (disebut juga jaringan mucoperiosteum) yang ada hubungannya dengan
lapisan nasopharing, sinus para nasalis,dan vertibulum nasi. Di dalam mucosa
banyak terdapat pembulu darah pada concha nasalis terutama concha nasalis medius
inferior
3. Olfactory area yaitu : bagian cavum nasi yang terletak cranial dari concha nasalis
superior. Didalamnya terdapat banyak sabut-sabut saraf yang keluar dari lamina
cribosa dan cabang-cabang dari n. olfactorius sebagai alat pembau
4. Sinus paranasalis, terdiri dari : sinus maxillaries, sinus frontalis, sinus ethmoidalis
anterior, sinus sphenoidalis, dan sinus ethmoidalis
Arterialisasi
1. Cabang a. opthalmica
2. Cabang a. maxillaries interna
Persarafan
1. Special sensori
2. General sensori
3. Special motoris
LARYNX
Laring merupakan saluran penghubung antara saluran pernapasan atas dengan saluran
pernapasan bawah (bagian bawah faring dan trakea). Pada laring terdapat suatu kerangka
tulang rawan hyalin dan tulang rawan elastis, sejumlah jaringan kulit, otot rangka, dan
kelenjar mukosa. Laring berfungsi untuk :
1. Sebagai katup yang menjaga saluran udara terutama selama proses menelan, agar
udara tidak masuk ke dalam lambung (digestif: faring-lambung).
2. Menjaga agar saluran udara tetap tersedia dan terbuka.
3. Menghasilkan suara/fonasi.
Proses pengeluaran suara :
1. Ekspirasi udara dari paru-paru oleh diaphragm, Mm. Abdominales dan Mm.
Intercostals.
2. Getaran udara (phonatio) terhadap plicae vocals (pita suara); tegangan dan posisi
plicae vocals di control oleh kontraksi otot-otot.
3. Resonansi dan artikulasi di dalam cavitas nasalis, oralis, dan pharyngealis dibantu
oleh Mm. Labiales, linguales dan palatine
(Anatomi bagian 3, 2002: 44)
Bagian-bagian laring:
Epiglotis : dilapisi sel epitalium berlapis berfungsi menutup laring saat menelan
makanan
Plica Vocals (pita suara) : dilapisi sel epitalium berlapis berfungsi sebagai pemisah
saluran pernapasan atas dan bawah serta mengendalikan suara
Aditus laryngis : pintu masuk ke dalam laring, yaitu pada pars laryngea pharynx ke
cavitas laryngis. Termasuk di dalamnya epiglotis, plica ariglotica, tuberculum
cuneiform, dan tuberculum corniculate, incissura, inter arytenoidea.
Artilago Laryngeus :
1. Berpasangan: Arytenoid (menjulang disebelah belakang krikoid), coneiform &
corniculatum (disebelah kanan dan kiri leher)
2. Tunggal: Epiglotis, thyroid (terbesar), cricoid (di bawah thyroid)
10
Muscculi laryngis:
1. Mm.Extrinsik larynx:
o Depressor:
m.thyrohyoideus,
m.mylohyoid,
m.digastricus,
m.stylopharyngeus, m. palatopharyng
o Levator: m.omohyoid, m.sternothyroid, m.sternohyoid
2. Mm.Intrinsik larynx:
o Adductor:
Externa: m.cricothyroid
11
Saat udara mengalir melalui hidung, terdapat tiga fungsi berbeda yang dikerjakan oleh
rongga hidung :
1. Udara dihangatkan oleh permukaan konka dan septum yang luas, dengan total area
kira-kira 160 cm2
2. Udara dilembabkan samoai hamper lembab sempurna bahkan sebelum udara
meninggalkan hidung
3. Udara disaring sebagian
Semua fungsi ini secara bersama-sama disebut fungsi pelembab udara dari saluran nafas
bagian atas
12
Pada ekspirasi , udara masuk melalui koana dan kemudian mengikuti jalan yang
sama seperti udara inspirasi. Akan tetapi di bagian depan aliran udara memecah, sebagian
akan melalui nares anterior dan sebagian lain kembali ke belakang membentuk pusaran
dan bergabung dengan aliran dari nasofaring.
13
Bulu-bulu pada pintu masuk lubang hidung penting untuk menyaring partikelpartikel besar. Walaupun demikian, jauh lebih penting untuk mengeluarkan partikel
melalui presipitasi turbulen. Artinya udara yang mengalir melalui saluran hidung
membentur banyak dinding penghalang : konka (disebut juga turbinates sebab konka
menimbulkan turbulensi udara), septum, dan dinding faring. Tiap kali udara membentur
penghalang ini, udara harus mengubah arah alirannya. Partikel-partikel yang tersuspensi
dalam udara, mempunyai momentum dan massa yang jauh lebih besar daripada udara,
sehingga tidak dapat mengubah arah perjalanannya secepat udara. Oleh karena itu,
partikel-partikel tersebut terus maju ke depan, membentur permukaan penghalangpenghalang ini, dan kemudian dijerat oleh mukus pelapis dan diangkut oleh silia ke
faring untuk ditelan.
Ukuran partikel yang terjerat dalam saluran pernapasan. Mekanisme
turbulensi hidung untuk mengeluarkan partikel dari udara begitu efektif, sehingga
hamper tidak ada partikel dengan ukuyran diameter lebih besar dari 6 mikrometer yang
dapat masuk ke paru melalui hidung. Ukuran ini lebih kecil dari pada ukuran sel darah
merah. Partikel-partikel yang tersisa, kebanyakan partikel berukuran antara 1 dan 5
mikrometer mengendap dalam bronkhiolus kecil sebagai akibat dari presipitasi gravitasi.
Contohnya, penyakit bronkiolus terminalis biasa terjadi pada penggali tambang batu bara
akibat menetapnya partikel-partikel debu. Beberapa partikel lebih kecil yang tersisa
(diameter lebih kecil dari 1 mikrometer) berdifusi melewati dinding alveoli dan melekat
pada cairan alveolus. Tetapi, banyak partikel yang diameternya lebih kecil dari 0,5
mikrometer tetap tersuspensi dalam udara alveolus dan akhirnya dikeluarkan melalui
ekspirasi. Misalnya, partikel-partikel asap rokok yang ukurannya sekitar 0.3 mikrometer.
Partikel-partikel ini hampir tidak ada yang diendapkan dalam saluran napas sebelum
sampai ke alveoli. Sayangnya, lebih dari sepertiganya mengendap dalam alveoli melalui
proses difusi, dengan membentuk suspensi yang tetap seimbang dan dikeluarkan dalam
udara ekspirasi.
Banyak partikel yang terjerat dalam alveoli dikeluarkan oleh makrofag alveolus
dan partikel lainnya dibawa keluar oleh aliran limfatik paru. Partikel yang berlebihan
dapat menyebabkan pertumbuhan jaringan fibrosa dalam septum alveolus, sehingga
menimbulkan cacat permanen.
14
INDRA PENGHIDU
Hidung juga bekerja sebagai indra penghidu dengan adanya mukosa olfaktorius
pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertiga bagian atas septum. Partikel bau
dapat mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik napas
kuat.
RESONANSI SUARA
Resonansi oleh hidung penting untuk kualitas suara ketika berbicara dan menyanyi.
Sumabatan hidung akan menyebabkan resonansi berkurang atau hilang, sehingga
terdengar suara sengau (rinolalia).
PROSES BICARA
Hidung membantu proses pembentukan kata-kata. Kata dibentuk oleh lidah, bibir,
dan palatum mole. Pada pembentukan konsonan nasal (m, n, ng) rongga mulut tertutup
dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udara.
REFLEKS NASAL
Mukosa hidung merupakan reseptor refleks yang berhubungan dengan saluran
cerna, kardiovaskuler dan pernafasan. Contoh : iritasi mukosa hidung menyebabkan
refleks bersin dan nafas terhenti. Rangsang bau tertentu menyebabkan sekresi kelenjar
liur, lambung dan pancreas.
FISIOLOGI FARING
Fungsi faring yang terutama ialah untuk respirasi, pada waktu menelan, resonansi
suara dan untuk artikulasi.
FUNGSI MENELAN
15
Terdapat 3 fase dalam proses menelan yaitu fase oral, fase faringal dan fase
esofagal. Fase oral, bolus makanan dari mulut menuju ke faring. Gerakan disini
disengaja (voluntary). Fase faringal yaitu pada waktu transfor bolus makanan melalui
faring. Gerakan disini tidak sengaja (involuntary). Fase esofagal. Disini gerakannya tidak
disengaja, yaitu pada waktu bolus makanan bergerak secara peristaltik di esofagus
menuju lambung. Proses menelan selanjutnya dibicarakan dalam bab esofagus.
FISIOLOGI LARING
Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi, menelan, emosi serta
fonasi.
Fungsi laring untuk proteksi ialah mencegah makanan dan benda asing masuk ke
dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glottis secara bersamaan.
Terjadinya penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring ke atas akibat
kontraksi otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago aritenoid bergerak ke depan
16
direnggangkan dan diatur posisinya oleh bebera[pa otot spesifik pada laring itu sendiri.
Selama pernapasan normal, pita akan terbuka lebar agar aliran udara mudah lewat.
Selama fonasi, pita menutup bersama-sama sehingga aliran udara diantara pita tersebut
akan menghasilkan getaran atau vibrasi. Kuatnya getaran teruitama ditentukan oleh
derajat perenggangan pita, tetapi juga oleh bagaimana kerapatan pita satu sama lain dan
oleh masa pada tepinya. Pita suara dapat direnggangkan baik oleh rotasi kartilago tyroid
kedepan maupun oleh rotasi posterior Dari kartilago aritenoid, yang diaktivasi oleh otototot yang merenggang dari kartilago tyroid dan kartilego ariitenoid ke kartilago krikoid.
Otot-otot yang terletak didalam pita suara disebelah lateral ligament vokalis, yaitu otot
tiroaritenoid, dapat menarik kertilago arotenoid kearah kartilago tiroid dan, oleh karena
itu, melonggarkan pita suara. Pergerakan oteo-otot ini didalam pita suara juga dapat
mengubah bentuk dan masa pada tepi pita suara, menejamkannya untuk menghasilkan
bunyi dengan nada tinggi dan mengumpulkannya untuk suara yang lebih rendah (bass).
Akhirnya, masih terdapat beberapa kelompok otot laring kecil yang terletak
diantara kartilago aritenoid dan kartilago krikoid dan dapat merotasikan kartilago ini
kearrah dalam atau keluar, atau menarik dasarnya bersam-sama atau memisahkannya,
untuk menghasilkan berbagai konfigurasi pita suara.
melalui hidung dengan demikian membantu membersihkan saluran hidung dari benda
asing. (Guyton dan Hall, 2007)
Mekanisme Hidung Tersumbat
Reaksi alergi dan inflamasi yang dapat menyebabkan pembesaran badan-badan
pengembang secara abnormal dalam kedua fosa, pembuluh darah yang terdapat di hidung
menjadi membengkak sehingga menyebabkan hidung tersumbat dan kelenjar mukus
menjadi hipersekresi yang menyebabakan produksi mukus yang berlebih, mukus yang
tidak dapat keluar dari hidung yang diakibatkan adanya pembesaran tersebut membuat
hidung tersumbat.(Luiz Carlos Junqueira,2007)
Mekansime Demam
Demam merupakan kondisi dimana suhu tubuh melebihi batas normal yang dapat
disebabkan oleh kelainan pada pusat pengaturan suhu (otak) ataupun disebabkan oleh
bahan toksik. Demam cenderung digunakan untuk sebutan peningkatan suhu akibat
terjadinya infeksi.
Masuknya benda asing berupa bakteri akan menyebabkan suhu tubuh meningkat.
Hal tersebut dikarenakan adanya pelepasan zat kimia bernama pirogen oleh sel darah
putih tertentu untuk melawan infeksi ataupun pirogen yang dilepaskan oleh membran sel
bakteri itu sendiri. Sekret pirogen inilah yang menyebabkan meningkatnya patokan
pengaturan suhu normal tubuh pada hipotalamus.
Apabila patokan suhu meningkat maka akan terjadilah peningkatan produksi panas
yang diiringi dengan pengurangan pelepasan panas agar suhu tubuh sesuai dengan
patokan suhu yang baru. Menurut beberapa ahli, peningkatan suhu itu sendiri
memperkuat respon terhadap infeksi dan mungkin menggangu multiplikasi bakteri.
Mekanisme Serak
Proses vokalisasi terbagi menjadi dua , yaitu fonasi dan artikulasi resonansi. Fonasi
yang berkaitan erat dengan pita suara sebagai vibrator yang terdapat pada laring, dan
artikulasi dan resonansi yang berkaitan dengan mulut, hidung, faring, serta rongga dada.
Serak sendiri adalah terganggunya kualitas suara seseorang. Serak dapat
disebabkan karena terganggunya salah satu bagian baik bagian fonasi ataupun bagian
yang mengatur artikulasi dan resonantor.
19
Serak akibat ganggguan pada bagian fonasi yaitu gangguan pada pita suara ataupun
gangguan pada bagian resonantor. Khusus pada pilek, serak disebabkan karena
terganggunya aliran udara pada saluran pernapasan atas.
fonasi maupun resonantor diakibatkan oleh terjadinya peradangan. Pada saat terjadi
peradangan, aliran darah meningkat, keluarnya protein dari kapiler darah, lalu terjadi
penggumpalan guna menghalangi gerak dari zat asing yang masuk. Sehingga
penyumbatan mengakibatkan terganggunya kualitas suara yang dihasilkan.
Gangguan atau penyumbatnya dapat berupa sekeret mucus yang berlebihan dan
menumpuk di sekitar faring ( pertemuan antara gerak silia kebawah dan gerak silia
keatas)
4. Mekanisme penciuman.
Mekanisme penciuman dimulai dengan menempelnya molekul bau pada reseptor
protein GPCR (G-protein coupled receptor) . Protein GPCR ini diketahui memiliki
kemampuan untuk mengenali beberapa molekul bau karena perbedaan asam amino
penyusunnya. Menempelnya molekul bau/odoran ini mengakibatkan perubahan
konformasi terjadi pada protein GPCR sehingga mengaktifkan protein G. Aktifnya
protein G ini menstimulasi pengkatifan cAMP, cAMP lalu mengaktifkan protein pada
terowongan ion (ion channel) sehingga terjadi aliran Na + dan mengakibatkan perbedaan
potensial. Perbedaan potential ini mengakibatkan terjadinya sinyal lisrik yang
disampaikan melalui syaraf ke otak. Otak kemudian merubah sinyal listrik itu menjadi
persepsi bau.
20
4. Spesies (jenis)
Spesies tertentu mempunyai kemampuan survival tergantung pada system
pembaunya sehingga indera pembau yang sangat peka.
Infeksi adalah kolonalisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme
inang, dan bersifat pilang membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau patogen,
menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri, yang pada
akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan dapat
berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan kematian.
Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen umumnya
dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya definisinya lebih
luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion, dan viroid.
Simbiosis antara parasit dan inang, di mana satu pihak diuntungkan dan satu pihak
dirugikan, digolongkan sebagai parasitisme. Cabang kedokteran yang menitikberatkan
infeksi dan patogen adalah cabang penyakit infeksi.
Secara umum infeksi terbagi menjadi dua golongan besar :
1. Infeksi yang terjadi karena terpapar oleh antigen dari luar tubuh
2. Infeksi yang terjadi karena difusi cairan tubuh atau jaringan, seperti virus HIV,
karena virus tersebut tidak dapat hidup di luar tubuh.
tersebut ke arah nasofaring, dan di nasofaring mukus tersebut dapat di keluarkan ataupun
di telan. (marieb, 2007)
Sistem Pertahanan
Udara yang kita hirup mengandung partikel-partikel asing yang harus disaring
terlebih dahulu sebelum akhirnya dibawa ke seluruh tubuh. Proses penyaringan tersebut
dimulai ketika udara memasuki vestibulum. Pada vestibulum partikel-partikel asing
berukuran lebih dari 20 m yang terdapat dalam udara difilter oleh vibrissae. Kemudian,
partikel-partikel asing yang berukuran lebih kecil terbawa masuk ke concha, dimana
pada concha ini terjadi turbulensi, yang mengakibatkan partikel-partikel asing tersebut
terjerat di mucus, dan akhirnya dikeluarkan atau ditelan. Apabila masih terdapat partikelpartikel asing yang belum mampu tersaring, partikel-partikel tersebut bisa dikeluarkan
melalui refleks nasal, yakni bersin.
a. Mekanik
-
Batuk : proses pertahanan yang dilakukan saluran pencernaan ketika ada benda asing
yang masuk ke saluran pencernaan
Bersin : proses pertahanan yang dilakukan salura pernapasan ketika ada benda asing
yang masuk ke saluran pernapasan
Mekanisme bersin
Iritasi pada saluran hidung, impuls aferen berjalan dalam nervus kelima menuju medula
oblongata, tempat refleks ini dicetuskan.
Pertama kira-kira 2,5 liter udara diinspirasi secara cepat.
Kedua, epiglotis menutup dan pita suara menutup erat-erat untuk menjerat udara
dalam paru.
Ketiga,
otot-otot
abdomen
berkontraksi
dengan
kuat
mendorong
Filtrasi : penyeleksian materi yang masuk ke dalam sistem pernapasan. Filtrasi ini
dilakukan oleh rambut-rambut hidung untuk menyaring debu-debu ataupun materi asing
yang lebih dari 6 mikrometer sehingga tidak dapat masuk dan hanya materi yang
dibutuhkan saja yang masuk
22
Gerak mukusilaris : materi masuk melalui lapisan mukus yang terdiri dari goblet
mukosa dan submukosa. Hal ini dilakukan untuk menangkap partikel asing yang tidak
dapat tersaring oleh filtrasi hidung dan menahannya agar tidak masuk ke alveoli. Sistem
pernapasan banyak dilapisi epitel bersilia dengan jumlah 200 silia. Silia ini melakukan
gerakan memukul-mukul ke atas pada paru dan ke bawah pada hidung agar tertuju pada
nasofaring. Ini nantinya akan menyebabkan batuk, menelan dan bersin.
zat-zat asing, sedangkan minyak pada kulit melindungi kulit dari kekeringan.
Refleks batuk, bersin, dan muntah dapat mengeluarkan zat-zat asing dari
mata, dan keringat yang akan mengurangi kemungkinan infeksi oleh bakteri
Asam lambung dapat membunuh segala macam mikroorganisme dan
sudah berikatan dengan interferon akan terpacu untuk membentuk suatu protein
antivirus. Juga memberikan efek antikanker.
e. Sistem Komplemen
Seri protein plasma yang dihasilkan oleh hati dan beredar di dalam pembuluh
darah dalam keadaan inaktif.
2. Daya Tahan Tubuh Non Spesifik
Serangan selektif yang ditujukan untuk membatasi atau menetralisasi sasaran
tertentu yang oleh tubuh telah dipersiapkan karena tubuh sebelumnya sudah pernah
bertemu.
3. Sistem Pertahanan Pada Sistem Pernapasan Atas
Hidung mempunyai permukaan yang relative luas, dibatasi oleh epitel yang kaya
akan pembuluh darah serta bersilia. Sebelum udara yang diisap mencapai
percabangan trakea,maka 75% pemanasan serta pelembapan udara telah selesai
dilakukan.
-
Saluran Nafas. Fungsi mucus sebagaipelembab dan menangkap partikel kecil udara.
Diproduksi olehsel goblet dan kelenjar submukosa.
Seluruh permukaan saluran nafas sampai brokhiolus terminal, dilapisi epitel
bersilia yg memukul ke atas, sedangkan dalam hidung memukul ke bawah yg
menyebabkan mukus mengalir lambat ke faring. Kemudian mukus dan partikelpartikel yang dijeratnya tertelan atau dibatukkan keluar.
Pertahanan- pertahanan dari system pernapasan harus melindungi paru-paru
termasuk penyaringan pertikel-pertikel besar di dalam saluran napas atas dan
pertikel- pertikel di dalam saluran napas bawah, pemanasan dan pelembapan udara
yang dihirup, disamping penyerapan gas- gas yang membahayakan pembuluh darahpembuluh darah pada saluran napas atas.
Penghentian napas sementara, pernapasan dangkal secara reflek spasme laring
atau bahkan spasme bronkus akan membatasi kedalaman dan banyaknya penetrasi
24
Mukus
Seluruh permukaan sistem pernapasan dari hidung sampai ujung ujung bronkiolus
dilapisi dan dijaga tetap lembap oleh lapisan mukus. Lapisan ini mensekresikan
mukus yang menjaga kelembapan permukaan saluran dengan memerangkap partikel
partikel kecil dan menjaganya untuk tetap terjauh dari alveolus.
Mukus yang telah memerangkap partikel partikel asing ini kemudian dikeluarkan
dengan mekanisme sebagai berikut :
Mukus kotor akan ditangkap oleh silia yang jumlahnya kurang lebih 200 silia
pada setiap sel epitel. Kemudian silia silia ini akan bergerak 10-20 kali per menitnya,
mendorong mukus dengan kecepatan beberapa milimeter per menitnya ke arah
faring (pada hidung bergerak ke arah bawah, dan pada paru-paru ke arah atas).
Kemudian, mukus ini akan ditelan atau dibatukkan keluar oleh tubuh.
Refleks Batuk
25
Refleks Bersin
Iritasi pada saluran hidung, impuls aferen berjalan dalam nervus kelima menuju medula
oblongata, tempat refleks ini dicetuskan.
o
o
paru.
Ketiga, otot-otot abdomen berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma,sedangkan
otot-otot ekspirasi lainnya, seperti interkostalis internus, juga berkontraksi dengan kuat,
akibatnya tekanan dalam paru meningkat secara cepat sampai 100 mm Hg atau lebih.
Uvula ditekan sehingga udara dalam jumlah besar dengan cepat melaui hidung dan
membersihkannya dari benda asing.
26