Anda di halaman 1dari 15

MANAJEMEN KEUANGAN LANJUTAN

I. PENGELOLAAN DAN STRATEGI NILAI PERUSAHAAN


II. PERHITUNGAN PENCIPTAAN NILAI

Oleh:
Ni Luh Nyoman Sherina Devi

(1506315016)

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2015

BAB I
PENGELOLAAN DAN STRATEGI NILAI PERUSAHAAN
1.1.

Penciptaan dan Penurunan Nilai Perusahaan


Banyak perusahaan yang dalam kegiatan operasinya berhasil menciptakan nilai untuk

pemegang sahamnya tetapi banyak juga yang merusak nilai pemegang sahamnya. Nilai
perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh suatu perusahaan sebagai
gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses
kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat
ini. Meningkatnya nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan
para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para
pemilik juga akan meningkat.
1.2.

Tujuan Perusahaan untuk Memaksimalkan Kekayaan Pemegaang Saham


Manajemen keuangan di perusahaan membuat keputusan untuk kepentingan

pemegang saham. Pemegang saham membeli saham perusahaan untuk memperoleh


keuntungan yaitu deviden dan capital gain.
1) Oleh karena itu, tujuan perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan pemegang
saham dengan cara memaksimalkan harga saham perusahaan
2) Pemegang saham adalah pemilik sisa (residual owner) di perusahaan. Mereka akan
memperoleh sesuatu dari perusahaan dalam urutan akhir setelah pegawai, pemasok,
dan kreditur sehingga apabila kekayaan pemegang saham meingkatkan berarti
kekayaan pihak lainnya dalam perusahaan juga meningkat.
1.3.

Tiga Langkah dalam Menentukan Nilai Perusahaan


Terdapat tiga langkah dalam menciptakan nilai untuk pemegang saham, yaitu:
1) Menciptakan kesadaran dan komitmen yang murni untuk sebuah misi yang akan
meningkatkan kekayaan pemegang saham di seluruh organisasi.
2) Menetapkan metode dan teknik yang akan digunakan untuk mengukur apakah nilai
telah diciptakan pada setiaptingkatan dalam organisasi.
3) Meyakinkan bahwa dalam setiap aspek dari manajemen telah sesuai dengan tujuan
nilai pemegang saham, dari manajemen sumber daya manusia sampai dengan
penelitian dan pengembangan, dari penetapan target sampai dengan alokasi sumber
daya.

1.4.

Manajemen Berbasis Laba


1

Terdapat empat alas an mengapa laba dapat memberikan gambaran yang tidak tetap
dengan mengatur penciptaan nilai, yaitu:
1) Angka-angka dalam laporan keuangan dapat terdistorsi dan dimanipulasi
Dalam menyusun lapora keuangan, akuntan harus membuat judgement dan memilih
basis atau metode akuntansi yang akan digunakan. Pemilihan metode akuntansi yang
berbeda akan menhasilkan angka laba yang berbeda-beda. Akuntan sering meemilih
metode akuntansi yang dapat meningkatkan laba yang diperoleh perusahaan tanpa
adanya dampak ekonomi kepada perusahaan dari peningkatan laba tersebut.
2) Pelaksanaan investasi sebuah proyek jangka panjang tidak memasukkan semua unsur
yang menajdi pertimbangan dalam memutuskansebuah investasi layak dijalankan atau
tidak.
Misalnya perusahaan memiliki 2 proyek yaitu A dan B yang memberikan laba bersih
yang sama selama 3 tahun pelaksanaan proyek. Sepintas kedua proyek tersebut
memberikan laba yang saa sehingga proyek A dan B yang dijalankan hasilnya sama
untuk perusahaan. Proyek A membutuhkan pengeluaran awal yang lebih rendah
dibandingkan

dengan

sehingga

perusahaanharusnya

memilih

proyek

dibandingkan dengan B.
3) Nilai waktu dari uang (time value) tidak dimasukkan dalamperhitungan investasi
Terdapat kemungkinan bahwa pertumbuhan dalam laba justru akan menurunkan nilai
perusahaan apabila tingkat pengembalian yangdiperoleh dari melaksanakan sebuah
proyek lebih kecil dari tingkat pengembalian yang disyaratkan untuk proyek tersebut.
Kondisi ini akan membuat harga saham perusahaan turun sehingga menurunkan
kekayaan pemegang saham.
4) Risiko tidak diperimbangkan dalam pengambilan keputusan
a. Terlalu terfokus kepada pertumbuhan laba membuat manajemen perusahaan gagal
dalam mempertimbangkan risiko. Kenaikan laba akan meningkatkan risiko yang
mengakibatkan kenaikan pada tingkat diskonto.
b. Berikut ini adalah tabel yang menyajikan dua strategi yaitu S dan T
Strategi S
Laba

Probabilita

Strategi T
Laba

Probabilita

(100,000)

0.10

80,000

0.10

0.20

90,000

0.15

100,000

0.40

100,000

0.50

200,000

0.20

110,000

0.15
2

300,000
Hasil yang
diharapkan

0.10

100,000

120,000

0.10

100,000

Investor akan cenderung lebih menyukai strategi T karena meskipun memiliki


hasil yang sama dengan strategi S tetapi resikonya lebih kecil dari S karena
labanya terdistribusi secara merata di setiap angka probabilita. Mesikipun kedua
staregi menghasilkan laba yang sama tetapi resikonya berbeda.
1.5.

Bagaimana Bisnis Menciptakan Nilai


Nilai diciptakan apabila investasi menghasilkan tingkat pengembalian actual yang

lebih besar dibandingkan tingkat pengembalian yang dipersyaratkan (required rate of return)
atas investasi tersebut.
Nilai pemegang saham dipengaruhi oleh empat faktor berikut ini, yaitu:
4. Nilai
Investasi

2. Tingkat
Pengembalia
n Aktual

VALUE

2. Tingkat
Pengembalia
n Aktual

3. Periode
Waktu
Investasi
Selisih antara faktor ke-3 dan ke-2 dalam gambar menciptakan performance spread.
Performance Spread diukur dengan presentase diatas atau dibawah tingkat
pengembalian yang dipersyaratkan yang diharapkan oleh pihak yang menyediakan pendanaan
bagi perusahaan yang kreditor dan pemegang saham.
Contoh:
Tingkat pengembalian yang dipersyaratkan PT ABC adalah 14%. Nilai Investasi sebuat
proyek adalah $1.000.0000.000. Tingkat Pengembalian actual sebesar 17%
Penciptaan nilai tahunan = investasi x (tingkat pengembalian actual tingkat
pengembalian yang dipersyaratkan)

Jawab:
Penciptaan nilai tahunan = $1.000.0000.000 (17% - 14%) = $30.000
1.6.

Tujuan Perusahaan
Dalam manajemen nilai, memaksimalkan penjualan, pangsa pasar, keputusan

karyawan, pelayanan pelanggan yang baik, dan lain-lain bukanlah tujuan dari perusahaan.
Tujuan perusahaan adalah memaksimalkan arus kas yang didiskontokan ke pemegang saham.
1.7.

Manajemen Unit Bisnis Stratejik


Unit bisnis stratejik (strategic business unit/SBU) adalah unit bisnis dalam entitas

korporat yang berbeda dengan SBU lainnya karena SBU tersebut melayani pasar yang jelas
dan manajemen dapat melaksanakan perencanaan stratejik terkait dengan produk dan pasar.
Perusahaan besar seringkali memiliki sejumlah SBU yang masing-masing memerlukan
strategi khusus. Strategi berarti memilih produk atau pasar yang akan dimasuki atau keluar
dari dan bagaimana menjamin posisi bersaing yang baik di produk atau pasar yang ada.
Analisis stratejik memiliki tiga bagian, yaitu:
a. Penilaian stratejik dimana lingkungan eksternal dan sumber daya serta
kemampuan internal dianalisa untuk melihat faktor yang mempengaruhi
penciptaan nilai organisasi
b. Pilihan stratejik dimana strategi yang dipilih dikembangkan dan dievaluasikan
c. Penerapan stratejik dimana kegiatan yang harus dilaksanakan seperti perubahan
struktur organisasi, sistem, motivasi, dan komitmen.
1.8.
Tiga Tingkatan Strategi dalam Perusahaan
a. Strategi tingkat korporat memiliki pertanyaan, apakah bisnis perusahaan?. Strategi
tingkat korporat mempengaruhi organisasi secara keseluruhan, gabungan unit bisnis,
dan lini produk yang membentuk korporat. Tindakan stratejik pada tingkatan ini
terkait dengan akuisisi bisnis baru; penambahan atau divestasi unit bisnis, pabrik, atau
lini produk; dan joint venture dengan perusahaan lain. Strategi tingkat korporat
memiliki pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Di pasar manakah perusahaan bersaing saat ini?
- Di pasar manakah perusahaan akan bersaing di masa depan?
- Bagaimana kepemilikan bisnis oleh perusahaan menjamin daya saing perusahaan
saat ini dan di masa depan?
b. Pertanyaan, bagaimana kita bersaing? adalah perhatian dari strategi tingkat bisnis.
- Strategi tingkat bisnis mempengaruhi setiap unit bisnis atau lini produk
4

Strategi tingkat bisnis faktor kepada bagaimana unit bisnis bersaing di dalam

industrinya untuk pelanggaran


Keputusan stratejik pada tingkat bisnis meliputi jumlah iklan, arahan dan tingkat
penelitian dan pengembangan, perubahan produk, pengembangan produk baru,
peralatan dan fasilitas, serta ekspansi atau kontraksi lini produk.

Pertanyaan bagaimana kita mendukung strategi bersaing tingkat bisnis? adalah


perhatian dari strategi tingkat fungsional. Strategi tingkat fungsional mempengaruhi
departemen dalam unit bisnis. Strategi fungsional melibatkan semua fungsi utama, termasuk
keuangan, R&D, pemasaran, dan manufaktur.

Chief Executive
Officer
Corporate Office
BUSINESS LEVEL

Financi
al
Service

Aircraft

Manufacturi
ng

CORPORATE LEVEL

1.9.

Marketin
g

Lightin
g

Financial
&
Accountin
g

Motors

Human
Resource
s

Target dan Motivasi


Perusahaan harus memiliki tipe-tipe target penciptaan nilai yang berbeda-beda untuk

setiap tingkatan dalam organisasi.


a. Untuk direksi seharusnya hanya memperhatikan kinerja perusahaan secara
keseluruhan dari perspektif pemegang saham seperti total shareholder return,
wealth added index, market value added, dan market to book ratio.
b. Ketika target diturunkan ke tingkat yang lebih rendah dari direksi, penetapan
FUNCTIONAL
target
LEVEL

dan penghargaan harus dikaitkan agar dapat meningkatkan motivasi

karyawan untuk mencapai target.

BAB II
PERHITUNGAN PENCIPTAAN NILAI
2.1.

Pengukuran Nilai dengan Menggunakan Arus Kas


Nilai dari suatu investasi adalah penjumlahan seluruh arus kas yang telah didiskonto

atau arus kas nilai sekarang (net present value NPV). Para konsultan keuangan sepakat
bahwa cara terbaik dalam perhitungan nilai adalah dengan menggunakan arus kas. Prinsip ini
diterapkan untuk menilai atau menaksir kelayakan suatu proyek baru:
1) Jika proyek baru tersebut menghasilkan tingkat pengembalian yang lebih besar
daripada yang dipersyaratkan oleh penyedia modal (kreditor dan pemegang saham)
maka proyek tersebut apabila dilaksanakan akan meningkatkan nilai perusahaan yang
akhirnya akan meningkatkan kekayaan pemegang saham.

2) Proyek yang memiliki nilai net present value (selisih antara arus kas di masa depan
yang didiskontokan dikurang dengan nilai investasi awal) yang positif akan
meningkatkan nilai perusahaan.
Prinsip pengukuran nilai ini juga dapat digunakan untuk berbagai kategori dalam
pengambilan keputusan, antara lain:
1) Alokasi Sumber daya
2) Strategi unit bisnis
3) Strategi tingkat korporat
4) Motivasi, Penghargaan dan insentif
2.1.1. Nilai Perusahaan
Jika suatu perusahaan yang kita nilai memiliki aset lain dan tidak digunakan dalam
arus kas bebas tapi aset tersebut memiliki nilai pasar maka dapat ditambahkan sebagai arus
kas operasional untuk menentukan total nilai usaha. Sebagai contoh, banyak perusahaan atau
badan usaha memiliki portofolio saham dan obligasi sebagai investasi yang tidak memiliki
hubungan dengan kegiatan operasinya. Nilai pasar untuk hal ini diperoleh dari biaya
operasional arus kas bebas. Seperti, jika perusahaan pabrik yang kosong atau tidak digunakan
maka dapat dijual dan nilanya dapat ditambahkan di total.
Nilai Perusahaan = Nilai sekarang dari free cash flow dari kegiatan operasi + Nilai aset
non operating

2.1.2. Shareholder Value from Operation and Total Shareholder Value


Jika nilai utang dikurangi dari total present value dari operasional, kita dapat
memperoleh nilai yang dimiliki oleh pemegang saham.
Shareholder Value from Operation = Nilai sekarang dari free cash flow dari kegiatan
operasi Total Utang

2.2.

Analisis Nilai Pemegang Saham


Alfred Rappaport (1998) telah mengembangkan Rappaport shareholder value analysis

yang mengasumsikan bahwa perubahan yang relatif tenang dalam beberapa elemen arus kas
dari satu tahun ke tahun berikutnya karena elemen-elemen tersebut berkaitan dengan tingkat
penjualan. Tujuh faktor yang mempengaruhi nilai menurut Rappaport adalah:
7

a. Tingkat pertumbuhan penjualan (konstan)


b. Margin laba operasi (konstan)
c. Tarif pajak (konstan)
d. Investasi aset tetap (meningkat)
e. Investasi modal kerja (meningkat)
f. Periode perencanaan
g. Tingkat pengembalian yang diharapkan
Untuk memperkirakan arus kas masa datang, Rappaport mengasumsikan tingkat
persentase pertumbuhan penjualan yang konstan adalah:
1) Margin laba operasional operasi yang konstan.
2) Keuntungan dalam model ini didefinisikan sebagai keuntungan sebelum
dikurangi beban bunga dan pajak.
3) Tarif pajak adalah persentase dari laba operasi dan diasumsikan konstan.
4) Aset tetap dan modal kerja nilainya terkait dengan peningkatan penjualan.
Contoh perhitungan arus kas di masa depan:
Jika penjualan tahun ini sebesar $1.000.000 dan diharapkan akan bertumbuh sebesar
12% per tahun, marjin laba operasi sebesar 9%, tarif pajak 31%, kenaikan pada aset tetap
adalah 14% dari perubahan penjualan, dan kenaikan modal kerja sebesar 10% dari kenaikan
penjualan, maka arus kas tahun depan adalah:
Penjualan tahun depan:
Penjualan tahun ini (1 + pertumbuhan)

= 1.000.000 1,12

1.120.000

Penjualan marjin laba operasi

= 1.120.000 0,09

100.800

Laba operasi tarif pajak

= 100.800 0,31

31.248

= 120.000 0,14

16.800

12.000

Laba operasi:
Pajak:
Kenaikan pada aset tetap:
Kenaikan penjualan kenaikan aset tetap
Kenaikan pada modal kerja:
Kenaikan penjualan kenaikan modal kerja = 120.000 0,1
Operating free cash flow

40.752

2.2.1. Menggunakan analisa nilai pemegang saham untuk menilai sebuah perusahaan
Nilai perusahaan adalah penjumlahan antara utang dan ekuitas dari struktur modal
keseluruhan:
Corporate value

Debt

Shareholder value

Dalam praktiknya analisis nilai pemegang saham dalam nilai buku dalam laporan
posisi keuangan sering digunakan sebagai dasar perhitungan nilai pasar. Persamaan diatas
dapat juga disimpulkan sebagai berikut:
Shareholder value

Corporate value

Debt

Penilaian perusahaan menurut Rappaport memiliki 3 elemen, berdasarkan pemisahan


dalam nilai arus kas sekarang dari penjulan surat berharga yang merupakan aset yang tidak
digunakan dalam operasi yang menggerakan arus kas dalam suatu bisnis. Nilai dari surat
berharga tersebut di nilai dari harga pasar sementara.
Komponen utang dalam perhitungan nilai perusahaan adalah nilai pasar dari utang
jangka panjang ditambah dengan nilai pasar dari saham preferen. Nilai perusahaan menurut
Rappaport adalah sebagai berikut:
Nilai
sekarang
dari arus
kas operasi
dalam
periode

2.3.

Nilai
sekarang dari
arus kas
operasi
setelah
periode

Nilai saat ini


sekuritas yang
diperdagangka
n dan investasi
jangka
panjang

Corpora
te
Value

Laba Ekonomi (Economic Profit)


Laba ekonomi (juga sering disebut residual income) memiliki keuntungan lebih

dibandingkan dengan analisis nilai pemegang saham karena laba ekonomi menggunakan
sistem pelaporan akuntansi perusahaan yang terfokus kepada keuntungan, bukan arus kas.
Manajer lebih mudah memahami dan menerima angka laba dibandingkan dengan informasi
arus kas.
Laba ekonomi adalah total pendapatan perusahaan dikurangi dengan biaya ekonomi
perusahaan. Yang termasuk dalam biaya ekonomi perusahaan adalah biaya eksplisit dan biaya
implisit.

Penjual
an

Biaya
Eksplisit

Biaya
Implisit

Laba
Ekonom
i

=
Biaya eksplisit adalah pengeluaran akrual perusahaan kepada pihak yang lain sebagai
imbalan atas sumber daya yang digunakan untuk kegiatan operasi perusahaan.
Biaya implisit adalah opportunity cost yang muncul karena aset perusahaan tidak digunakan
untuk penggunaan terbaiknya. Tidak ada arus kas keluar dari perusahaan karena biaya
implisit.
Contoh:
PT. XYZ memperoleh proyek yang akan menghasilkan laba bersih (accounting profit)
sebesar Rp 50 miliar. Proyek tersebut akan berlangsung selama jangka waktu 1 tahun. Proyek
tersebut menggunakan pabrik yang dapat disewakan kepada pihak ketiga dan memberikan
pendapatan sewa sebesar Rp 20 miliar.
Biaya implisit dalam contoh ini adalah pendapatan sewa yang semestinya dapat
diterima jika perusahaan tidak menggunakan bangunan pabrik tersebut untuk mengerjakan
proyek yang diterima.
Laba akuntansi
= Rp 50 miliar
Laba ekonomi
= Rp 50 miliar Rp 20 miliar
= Rp 30 miliar
2.3.1. Pendekatan Entitas dalam Menghitung Laba Ekonomi
Laba ekonomi berdasarkan entitas didasarkan pada jumlah laba setelah pajak namun
sebelum dikurangi dengan bunga. Ada dua cara untuk menghitung jenis laba ekonomi ini :
The profit less capital charge method
Di sini biaya untuk penggunaan modal sama dengan modal yang diinvestasikan
dikalikan dengan tingkat pengembalian yang diinginkan oleh pemegang saham dan
utang dikurangi dari laba operasi setelah pajak.

Economic Profit
(entity approach)

Operating profit
before interest
=
deduction and after
tax deduction

Capital charge

Economic Profit
(entity approach)

Operating profit
before interest
=
deduction and after
tax deduction

Interest capital x
WACC

The performance spread method

10

Perbedaan antara nilai pengembalian dalam investasi modal dan WACC adalah tingkat
pengembalian merupakan penyebarannya. Presentase ini dapat dihitung dengan
menggunakan jumlah investasi modal dalam laba ekonomi.
Economic Profit
(entity approach)

= Performance spread

Economic Profit
(entity approach)

Return on capital WACC

Invested capital

Invested capital

2.3.2. Laba Ekonomi Berdasarkan Ekuitas


Laba ekonomi ini didasarkan pada laba operasi sebelum dikurangi dengan bunga,
memperhitungkan kelebihan pengembalian dari semua sumber keuangan kepada suatu usaha
termasuk pemegang saham. dalam alternatif ini yang didasarkan pada pendekatan ekuitas,
dengan bunga dikurangi dari laba yang kita sendirikan dari laba untuk pemegang saham. dan
juga jumlah pengembalian adalah pengembalian dalam model ekuitas saja. Jadi, laba
ekonomi adalah laba yang dibagikan kepada pemegang saham setelah dikurangi dengan biaya
yang terjadi dari modal pemegang saham.
Economic Profit
(equity approach)

Operating profit after


= deduction of interest
and tax

Economic Profit
(equity approach)

Return on equity = Required return on


equity

Invested equity
capital

Required return
on equity

Invested equity
capital

2.3.3. Manfaat Laba Ekonomi


Fokus kepada laba ekonomi, bukan dengan laba yang dihasilkan oleh sistem
akuntansi, memiliki keunggulan karena manajemen harus benar-benar mengamati nilai
investasi perusahaan dengan hati-hati. Laba akuntansi yang besar tidak selalu menghasilkan
laba ekonomi yang positif apabila perusahaan berinvestasi pada aset yang tidak
meningkatkan penjualan perusahaan.
Fokus kepada laba ekonomi telah membantu manajemen dalam mengurangi aset-aset
yang tidak produktif.
1) Laba ekonomi dapat digunakan untuk mengevaluasi opsi stratejik yang
menghasilkan tingkat pengembalian untuk sejumlah periode tertentu.

11

2) Laba ekonomi lebih unggul daripada analisis nilai pemegang saham karena laba
ekonomi dapat digunakan untuk melihat kinerja perusahaan relatif terhadap aset
yang digunakan setiap tahunnya.
2.3.4. Kesulitan dengan Laba Ekonomi
1) Laporan posisi keuangan tidak mencerminkan modal yang diinvestasikan perusahaan
(invested capital)
a. Laporan posisi keuangan tidak melaporkan aset pada nilai sekarang dari arus kas
yang dihasilkan oleh aset tersebut di masa depan,
b. Aset dalam laporan posisi keuangan dilaporkan pada harga perolehannya
dikurangi dengan penyusutan dan amortisasi.
c. Laporan posisi keuangan biasanya menilai aset lebih rendah dibandingkan dengan
nilai wajarnya sehingga laba ekonomi menjadi lebih tinggi daripada kondisi
sebenarnya.
2) Adanya tindakan manipulasi
Laporan keuangan berisikan angka-angka yang sudah dimanipulasi untuk mencapai
target keuntungan yang telah ditetapkan sebelumnya (earning management dan
creative accounting).
3) Kesulitan dalam mengalokasikan pendapatan, biaya, dan modal ke unit bisnis, produk,
atau pelanggan.
2.4.

Economic Value Added (EVA)


EVA merupakan konsep yang dikembangkan oleh Stern Stewart and Co., yang

berdasarkan pada Economic Profit (EP). EVA merupakan salah satu alat yang digunakan
untuk mengevaluasi kinerja perusahaan atau divisi. EVA adalah laba operasi setelah pajak
dikurangi dengan total biaya modal (cost of capital) tahunan. Jika EVA lebih besar dari nol
berarti perusahaan telah menciptakan nilai atau kekayaan untuk pemegang saham, sebaliknya
jika EVA negatif berarti perusahaan tidak berkinerja dengan baik sehingga merusak nilai
perusahaan. Jadi dalam EVA, penilaian kinerja keuangan diukur dengan ketentuan:
1) Jika EVA > 0, maka kinerja keuangan perusahaan dapat dikatakan baik, sehingga
terjadi proses perubahan nilai ekonomisnya.
2) Jika EVA = 0, maka kinerja keuangan perusahaan secara ekonomis dalam keadaan
impas,
3) Jika EVA < 0, maka kinerja keuangan Perusahaan tersebut dikatakan kurang bagus
karena laba yang diperoleh tidak memenuhi harapan penyandang dana, sehingga tidak
terjadi penambahan nilai ekonomis pada perusahaan.
Formula EVA adalah sebagai berikut:
Laba Operasi (1 Tarif Pajak) (Weighted Average Cost of Capital Total Aset
Liabilitas Lancar)
Contoh:
Berikut ini adalah data untuk menghitung EVA PT. ABC untuk tahun 2012:
12

Laba Operasi
Rp 150 miliar

Total Aset
Rp 1 triliun

Liabilitas Lancar
Rp 200 miliar

WACC
12%

Tarif Pajak
25%

EVA = Laba Operasi (1 Tarif Pajak) (Weighted Average Cost of Capital Total Aset
Liabilitas Lancar)
EVA = Rp 150 miliar x (1 25%) {12% x (Rp 1 triliun 200 miliar)}
EVA = Rp 16,5 miliar
Karena EVA PT ABC di tahun 2012 lebih besar dari nol, berarti perusahaan mampu
menciptakan kekayaan untuk pemegang sahamnya.
2.5.

Cash Flow Return on Investment (CFROI)


CFROI adalah tingkat pengembalian internal (IRR) dari investasi yang didasarkan

pada arus kas sebenarnya. CFROI memperlihatkan kemampuan perusahaana dalam


menghasilkan arus kas yang berkelanjutan dibandingkan dengan kas yang diinvestasikan di
perusahaan. Selisih antara CFROI dengan biaya modal (cost of capital) merefleksikan potensi
penciptaan nilai perusahaan (semakin tinggi selisihnya, semakin tinggi potensinya).
Perubahan dalam CFROI setiap tahunnya dapat digunakan sebagai indikator kinerja
perusahaan.
Formula CFROI adalah sebagai berikut:
Laba operasi x (1 tarif pajak) + beban penyusutan + beban non kas lainnya
Modal yang diinvestasikan

DAFTAR PUSTAKA
13

Modul Chartered Accountant: Manajemen Keuangan Lanjutan. 2015. Ikatan Akuntan


Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai