Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tuba eustakius normalnya selalu tertutup. Namun dapat terbuka pada
gerakan menelan, mengunyah dan menguap. Pada perubahan tekanan udara tuba
eustakius terbukanya tuba dapat menyamakan tekanan udara luar dan didalam
telinga. Kegagalan tuba membuka pada keadaan ini akan menyebabkan kelainan
yang disebut dengan barotrauma.1 Kegagalan ini sering terjadi pada peristiwa
penerbangan dan penyelaman.
Kasus barotrauma di Amerika Serikat dapat ditemukan pada 2,28 kasus
per 10.000 penyelaman pada kasus berat. Sedangkan pada kasus ringan tidak
diketahui karena banyak penyelam tidak mencari pengobatan. Resiko Barotrauma
ini meningkat pada penyelam dengan riwayat asma, selain itu juga meningkat 2,5
kali pada pasien dengan paten foramen ovale. Kematian akibat Barotrauma di
pesawat militer telah dilaporkan terjadi pada tingkat 0,024 per juta jam
penerbangan. Tingkat insiden dekompresi untuk rata-rata penerbangan sipil
sekitar 35 per tahun. Sedangkan pada departemen pertahan Australia dapat
ditemukan 82 insiden per juta jam waktu terbang. Sedangkan pada barotrauma
akibat menyelam tidak ada informasi yang tersedia di seluruh dunia.
Komplikasi yang mungkin ditemukan berupa infeksi telinga akut,
hilangnya pendengaran, ruptur atau perforasi dari gendang telinga dan vertigo.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ANATOMI TELINGA
2.1.1
2) Cavum tympani
Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas-batas : 1) Batas luar :
membran timpani; 2) Batas depan : tuba eustakius; 3) Batas bawah : vena
jugularis; 4) Batas belakang : aditus ad antrum; 5) Batas atas : tegmen
timpani; 6) Batas dalam : berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi
sirkularis horizontal, kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window),
tingkap bundar (round window) dan promontorium.
(3000) dan tiga baris sel rambut luar (12000). Sel-sel ini menggantung lewat
lubang-lubang lengan horizontal dari suatu jungkat jangkit yang dibentuk oleh selsel penyokong. Ujung saraf aferen dan eferen menempel pada ujung bawah sel
rambut. Pada permukaan sel-sel rambut terdapat stereosilia yang melekat pada
suatu selubung di atasnya yang cenderung datar, bersifat gelatinosa dan aselular,
dikenal sebagai membran tektoria. Membran tektoria disekresi dan disokong oleh
suatu panggung yang terletak di medial disebut sebagai limbus.1
pesawat terbang atau pada saat menyelam. Barotrauma dapat terjadi pada telinga,
wajah (sinus), dan paru, dalam hal ini bagian tubuh yang memiliki udara di
dalamnya.1, 2, 3, 4
2.3 EPIDEMIOLOGI
Barotrauma paling sering terjadi pada telinga tengah, hal ini terutama karena
rumitnya fungsi tuba eustakius. Barotrauma pada telinga tengah dapat terjadi saat
menyelam ataupun saat terbang. Perubahan tekanan pada kedalaman 17 kaki
pertama di bawah air setara dengan perubahan tekanan pada ketinggian 18.000
kaki pertama di atas bumi. Dengan demikian, perubahan tekanan lingkungan
terjadi lebih cepat pada saat menyelam dibandingkan dengan saat terbang. Hal ini
dapat menjelaskan realitf tingginya insidens barotrauma pada telinga tengah pada
saat menyelam. Barotrauma telinga tengah merupakan cedera terbanyak yang
dialami saat menyelam, terjadi sekitar 30% pada saat menyelam pertama kali dan
10 % pada penyelam yang telah sering melakukan penyelaman.2,3
Kasus barotrauma di Amerika Serikat dapat ditemukan pada 2,28 kasus per
10.000 penyelaman pada kasus berat. Sedangkan pada kasus ringan tidak
diketahui karena banyak penyelam tidak mencari pengobatan. Resiko Barotrauma
ini meningkat pada penyelam dengan riwayat asma, selain itu juga meningkat 2,5
kali pada pasien dengan paten foramen ovale. Kematian akibat Barotrauma di
pesawat militer telah dilaporkan terjadi pada tingkat 0,024 per juta jam
penerbangan. Tingkat insiden dekompresi untuk rata-rata penerbangan sipil
sekitar 35 per tahun. Sedangkan pada departemen pertahan Australia dapat
ditemukan 82 insiden per juta jam waktu terbang. Sedangkan pada barotrauma
akibat menyelam tidak ada informasi yang tersedia di seluruh dunia.9,10
Tekanan Gauge
Kedalaman Laut
1 ATA
0 ATG
Permukaan
2 ATA
1 ATG
10 meter (33ft)
3 ATA
2 ATG
4 ATA
3 ATG
Barotrauma pada saat menyelam dapat terjadi pada saat turun ke dalam air
yang disebut sebagai squeeze, sedangkan barotrauma pada saat naik ke
permukaan air secara cepat disebut reverse squeeze atau overpressure.9
2.4.1
Saat penerbangan
Seseorang dalam suatu penerbangan akan mengalami perubahan ketinggian
Jika udara ini terperangkap, udara tersebut akan mengembang dan memberi
tekanan yang hebat pada dinding ruang tersebut. Pada pendakian cepat, insiden
pneumotoraks dan pneumomediastinum serta penekanan sinus dan trauma telinga
dalam dapat terjadi. Penekanan sinus beserta disfungsi dari tuba eustakius akan
menyebabkan perdarahan pada telinga dalam, robekan membran labirin, atau
fistula perilimfatik.2,3,12
Normalnya, tekanan udara di luar dan di dalam telinga sama. Tuba eustakius,
berfungsi sebagai penyeimbang kedua sisi tersebut dengan mengeluarkan atau
memasukkan udara ke telinga tengah. Barotrauma dapat terjadi ketika ruangruang bersis gas dalam tubuh (telinga tengah, paru-paru) menjadi ruang tertutup
dengan menjadi buntunya jaras-jaras ventilasi normal. Bila gas tersebut terdapat
dalam struktur yang lentur, maka struktur tersebut dapat rusak karena ekspansi
ataupun kompresi. Paling sering terjadi pada telinga tengah, karena rumitnya
fungsi tuba eustakius. Tuba eustakius secara normal selalu tertutup namun dapat
terbuka pada gerakan menelan, mengunyah, menguap, dan dengan manuver
Valsava. 1,2,4
Apabila perbedaan tekanan melebihi 90 cmHg, maka otot yang normal
aktivitasnya tidak mampu membuka tuba. Jika perbedaan tekanan antaara rongga
telinga tengah dan lingkungan sekitar menjadi terlalu besar (sekitar 90 sampai 100
mmHg), maka bagian kartilaginosa dari tuba eustakius akan sangat menciut. Jika
tidak ditambhakan udara melalui tuba eustakius untuk memulihkan volume
telinga tengah, maka struktur-struktur dalam telinga tengah dan jaringan
didekatnya akan rusak dengan makin bertambahnya perbedaan tekanan.
Pada keadaan ini terjadi tekanan negatif di rongga telinga tengah, dimana mulamula membran timpani tertarik ke dalam menyebabkan membran teregang dan
pecahnya pembuluh-pembuluh darah kecil sehingga cairan keluar dari pembuluh
darah kapiler mukosa dan kadang-kadang disertai dengan ruptur pembuluh darah,
sehingga cairan di telinga tengah dan rongga mastoid tercampur darah dan tampak
sebagai gambaran injeksi dan bula hemoragik pada gendang telinga. Dengan
makin meningkatnya tekanan, pembuluh-pembuluh darah kecil pada mukosa
12
13
jaringan tersebut ketika penyelam naik menuju lingkungan dengan tekanan yang
lebih rendah.
Hal ini akan terjadi secara perlahan dan bertahap jika penyelam naik secara
perlahan dan bertahap, dan nitrogen akan memasuki pembuluh darah dan menuju
ke paru-paru dan dikeluarkan saat bernafas. Akan tetapi, jika penyelam naik
secara cepat, nitrogen akan keluar dari jaringan secara cepat dan membentuk
gelembung udara. Gelembung yang terbentuk akan mempengaruhi jaringan dalam
banyak cara. Gelembung dapat membentuk obstruksi pada pembuluh darah yang
dapat mengarah ke cedera iskemik. Hal ini dapat berakibat fatal bila terjadi pada
area tertentu pada otak.
Kehilangan pendengaran (tuli mendadak) dapat terjadi bila gelembung udara
membentuk oklusi pada pembuluh darah arteri labirin yang kemudian
meyebabkan iskemik pada koklea. Gelembung juga dapat membentuk suatu
permukaan dimana protein dari pembuluh darah dapat melekat, terurai, dan
membentuk gumpalan atau sel-sel radang. Sel-sel radang ini dapat menyebabkan
kerusakan endotel dan kerusakan jaringan yang permanen.3
2.6 DIAGNOSIS
2.6.1 Anamnesis
Pada anamnesis umumnya didapatkan adanya riwayat menyelam atau
penerbangan dimana terdapat perubahan cepat pada tekanan lingkungan. Secara
spesifik, barotrauma juga dapat ditemukan riwayat ventilasi tekanan positif yang
mengakibatkan peningkatan tekanan paru sehingga menyebabkan terjadinya
pulmonary barotrauma. Pasien dengan barodontalgia biasanya memiliki satu atau
lebih keadaan sebagai berikut yaitu karies, inflamasi periapikal akut maupun
kronik, kista gigi residual, sinusitis, maupun riwayat operasi gigi dalam waktu
dekat. Riwayat infeksi telinga tengah maupun luar juga dapat menjadi penanda
barotrauma telinga tengah maupun luar. Pada sinus barotrauma biasanya pasien
memiliki riwayat rhinitis dan polip nasi.9,10
2.6.2 Manifestasi Klinis dan Mekanisme
Tiga gejala klinis yang terdapat pada barotrauma secara umum adalah : efek
pada sinus atau telinga tengah, penyakit dekompresi, dan emboli gas arteri.
14
Barotrauma yang terjadi pada saat penurunan disebut squeeze. Gejala Knilis pada
barotrauma bergantung pada daerah yang mengalami gangguan, yaitu sebagai
berikut:
1. Barotrauma saat turun (Squeeze) Telinga Luar
Barotrauma pada telinga luar dapat terjadi bila telinga bagian luar mengalami
obstruksi, sehingga volume gas tertutup yang ada akan dikompresi atau dikurangi
selama proses turun ke dalam air. Hal ini dapat terjadi pada pemakaian tudung
yang ketat, wax pada liang telinga, pertumbuhan tulang atau eksostosis atau
menggunakan penutup telinga. Biasanya obstruksi pada saluran telinga bagian
luar ini akan menyebabkan penonjolan membran timpani disertai perdarahan,
swelling dan hematom pada kulit yang melapisi saluran telinga bagian luar.
Kondisi seperti ini dapat ditemukan pada saat menyelam dengan kedalaman
sedikitnya 2 meter.9,13
Blok atau obstruksi pada telinga luar mungkin dapat mencegah suatu
penyamaan tekanan saat menyelam. Oleh karena itu, penutup telinga tidak boleh
digunakan saat menyelam. Gejala yang ditemukan dapat berupa perdarahan pada
telinga luar hingga perdarahan pada membran timpani. Tidak ada terapi spesifik
yang diperlukan dan penyelamam dapat dilakukan kembali ketika jaringan telah
sembuh.15
2. Barotrauma saat turun (Squeeze) Telinga Tengah
Barotrauma pada telinga tengah merupakan barotrauma yang paling umum.
Membran Timpani merupakan pembatas antara saluran telinga luar dan ruang
telinga tengah. Pada saat penyelam turun, tekanan air meningkat diluar gendang
telinga, untuk menyeimbangkan tekanan ini, maka tekanan udara harus mencapai
bagian dalam dari gendang telinga, melalui tuba eustakius. Ketika tabung
eustakius ditutupi oleh mukosa, maka telinga tengah memenuhi empat syarat
terjadinya barotrauma
telinga akan terdorong ke dalam, awalnya akan terjadi penekanan gas yang
berada pada telinga tengah, sehingga pada batasan tertentu terjadi tekanan pada
telinga tengah lebih rendah dari tekanan air diluar, menciptakan vakum relatif
dalam ruang telinga tengah. Tekanan negatif ini menyebabkan pembuluh darah
pada gendang telinga dan lapisan pertama telinga tengah akan terjadi kebocoran
dan akhirnya dapat pecah. Jika terus menurun, selain pecahnya gendang telinga
yang menyebabkan udara atau air dapat masuk kedalam telinga tengah untuk
menyamakan tekanan, dapat pula terjadi pecahnya pembuluh darah dan
menyebabkan perdarahan ke dalam telinga tengah untuk menyamakan tekanan.9,13
Gejala yang dapat ditemukan jika terjadi tekanan pada telinga tengah yaitu
nyeri akibat terjadi peregangan pada gendang telinga. Rasa sakit sering dirasakan
sebelum pecahnya gendang telinga. Gejala tersebut dapat sedikit berkurang
dengan berhenti untuk menyelam yang lebih dalam dan segera naik beberapa
meter secara perlahan. Jika penyelaman ke bawah terus berlanjut, meskipun ada
rasa sakit, dapat terjadi pecahnya gendang telinga. Ketika pecah terjadi, nyeri
16
akan berkurang dengan cepat. Kecuali penyelam memakai pakaian diving dengan
topi keras, rongga telinga tengah dapat terkena air ketika pecahnya gendang
telinga tersebut. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya infeksi telinga tengah, dan
disarankan agar tidak menyelam sampai kerusakan yang terjadi sembuh. Pada saat
membran timpani pecah, penyelam dapat tiba-tiba mengalami vertigo. Hal
tersebut dapat menyebabkan disorientasi, mual dan muntah.9,13
Vertigo ini terjadi akibat adanya gangguan dari maleus, inkus dan stapes, atau
dengan air dingin yang merangsang mekanisme keseimbangan telinga bagian
dalam. Barotrauma pada telinga tengah terjadi tidak harus disertai dengan
pecahnya membran timpani. 9,13
kedalaman 3,9 kaki dibawah laut. Peningkatan yang lebih tinggi lagi dapat
menyebabkan ruptur membran timpani.14
Gejala dari barotrauma berupa nyeri dan ketulian. Tinnitus dan vertigo tidak
terlalu terlihat pada kasus ini. Tergantung pada luas cederanya, pada otoskopi
dapat terlihat injeksi pembuluh darah atau perdarahan pada membran timpani,
perforasi membran timpani, atau darah pada telinga tengah. Audiometri
memberikan suatu diagnosis tuli konduktif tanpa komponen sensorineural.
Pengobatan yang dilakukan adalah berdasarkan gejalanya. Dalam beberapa hari
hingga minggu, gejala menghilang dan penampilan membran timpani dapat
kembali normal.15
3. Barotrauma Penurunan (Squeeze) Telinga Dalam
Terjadi bila pada saat penyelam naik ke permukaan dengan cepat sehingga
tekanan pada membran timpani diteruskan pada tingkap bulat dan lonjong
sehingga meningkatkan tekanan telinga dalam. Ruptur tingkap bulat dan lonjong
dapat terjadi dan mengakibatkan gangguan telinga dalam sehingga gejala yang
ditemukan adalah gangguan keseimbangan dan pendengaran seperti vertigo
persisten dan kehilangan pendengaran. 9,13
Gejala klinis yang biasa terjadi pada barotrauma telinga dalam yaitu adanya
tinnitus, berkurangnya ketajaman pendengaran, adanya vertigo, mual dan muntah.
Kehilangan pendengaran juga dapat disebabkan oleh adanya emboli pada
pembuluh darah arteri labirin yang mensuplai darah pada koklea. Dimana fungsi
koklea sangat sensitif terhadap pembuluh darah yang memberi suplai ke koklea.
Adanya emboli pada arteri labirin yang mensuplai koklea akan mengganggu
fungsi dari koklea. Emboli, trombus, penurunan aliran darah atau vasospasme
pada
pembuluh
darah
arteri
labirin
dapat
menyebabkan
kehilangan
pendengaran.2,16
pengobatan khusus pada kasus ini. Jika terdapat infeksi yang terkait pada
pernafasan atas ataupun alergi, dekongestan dengan antihistamin mungkin dapat
membantu.21
2.6.4
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
yang
dilakukan
pada
penderita
barotrauma
adalah
PENATALAKSANAAN
Penanganan prehospital dapat dipertimbangkan termasuk menstabilkan ABC
oksigen yang besar dan infus dengan akses vena yang besar untuk memelihara
tekanan darah dan nadi. Intubasi dapat dilakukan pada pasien dengan jalan nafas
yang tidak stabil atau hipoksia persisten meski dengan oksigen 100%. Pipa
torakostomi dapat dilakukan pada pneumotoraks atau hemotoraks. Needle
decompression dapat dilakukan bila dicurigai tension pneumotoraks. Kateterisasi
pasien dengan shok untuk memantau volume dan hidrasi pasien, juga pada pasien
DCS yang tidak dapat mengosongkan kandung kemih karena kerusakan saraf
pada kandung kemih.3
Walaupun kasus-kasus ringan dapat diobati dengan menghirup 30% O2 pada
tekanan permukaan, pengobatan terpenting adalah rekompresi. Tiba di RUBT
maka rekompresi dengan 30% O2 dengan tekanan paling sedikit kedalaman 18
meter (2,8 ATA) adalah pilihan
lubang hidung tepat sebelum naiknya dan pada waktu mulai turunnya pesawat.22
Barotrauma sinus diterapi dengan dekongestan, oral dan nasal. Nyeri
dikontrol dengan NSAIDs atau obat analgesik narkotik. Pada barotrauma telinga
tengah, pengobatan didasarkan pada skala Teed. Untuk kasus ringan (Teed 0-2) :
dekongestan, nasal (0,05% oxymetazoline hydrochloride spray 2 kali sehari
selama 3 hari) dan oral (pseudoephedrine 60-120 mg dua atau tiga kali sehari).
Untuk kasus Sedang (Teed 3-4) pengobatan sama dengan diatas, tapi dapat
ditambahkan dengan oral steroid, seperti prednisone 60 mg/hari selama 6 hari lalu
diturunkan hingga 7-10 mg per hari. Jika membran timpani ruptur atau air
terkontaminasi, dapat diberi antibiotik sesuai dengan pengobatan otitis media
akut.Pada kasus berat (Teed 5) pengobatan sama seperti diatas. Dapat
dipertimbangkan miringotomi jika pengobatan gagal. Kontrol nyeri dengan
Tylenol dengan kodein (asetaminofen 300 mg dengan kodein fosfat 30 mg) 1-2
tablet setiap 4-6 jam.3,18
Dokter umum dapat mendiagnosa dan mengobati gangguan ini dengan
dekongestan dan manuver valsava. Kasus berulang memerlukan konsultasi dari
ahli THT, dengan opsi bedah miringotomi, meskipun kebanyakan kasus membaik
secara spontan.24
2.8
DIAGNOSIS BANDING
25
terbaik
adalah
dengan
mulai
melakukan
manuver-manuver
Selain itu, usaha preventif terhadap barotrauma dapat dilakukan dengan selalu
mengunyah permen karet atau melakukan perasat Valsava, terutama sewaktu
pesawat terbang mulai turun untuk mendarat.1
27
BAB III
LAPORAN KASUS
Identitas Penderita
Nama
: Nn. OKI
Umur
: 24 Tahun
Pekerjaan
Alamat
: Mahasiswa
Anamnesis
Keluhan Utama
Keluhan Tambahan
dari
telinga
kanan.
Nyeri
28
Pemeriksaan
Status Generalis
Kesadaran Umum
: Compos Mentis
Kesadaran
: E4, V5, M6
Gizi
: Cukup
Berat Badan
: 41 Kg
Nadi
: 89 kali/menit
Pernapasan
: 22 kali/menit
Suhu
: 36,8C
Jantung
Paru-Paru
Abdomen
Ekstremitas
Status Lokalis
Telinga
I. Telinga Luar
Kanan
Kiri
Regio Retroaurikula
-
Abses
Sikatrik
Pembengkakan
Fistula
Jaringan Granulasi
Regio Zigomatikus
-
Aurikula
-
Mikrotia
Efusi Perikondrium
Keloid
29
Lapang/sempit
Odeme
Hiperemis
Pembengkakan
Erosi
Krusta
sekret
(serous/seromukous/mukopus/pus)
Perdarahan
Bekuan darah
Cerumen plug
Epithelial plug
Jaringan Granulasi
Debris
Benda asing
Sagging
Exostosis
Lapang
Lapang
Ada minimal
Ada minimal
30
Hiperemis
T.A.K
Bulat
Bulat
Warna
(putih/suram/hiperemis/hematoma)
Bentuk (oval/bulat)
Reflek cahaya
Retraksi
Bulging
Bulla
Rupture
Perforasi
(sentral/perifer/marginal/attic)
Pulsasi
Sekret
(serous/seromukous/mukopus/pus)
perifer
T.A.K
T.A.K
(kecil/besar/subtotal/total)
-
Tulang pendengaran
Kolesteatoma
Polip
Jaringan granulasi
31
Kiri
Kanan
Kiri
2.
Tes Audiometri
Tes Valsava
Tes Toynbee
Kanan
Kiri
32
4. Tes Kalori
-
Tes Kobrak
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Hidung
I. Tes Fungsi Hidung
-
Kanan
Kiri
Dosum nasi
Akar hidung
Puncak hidung
Sisi hidung
Ala nasi
Deformitas
Hematoma
Pembengkakan
Krepitasi
Hiperemis
Erosi kulit
Vulnus
Ulkus
Tumor
Duktus nasolakrimalis
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
(Tersumat/tidak tersumbat)
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
33
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
Kanan
Kiri
- Sikatrik
- Stenosis
- Atresia
- Furunkel
- Krustas
- Sekret
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
Lapang
Cukup
(serous/seromukus/mukopus/pus)
b. Kolumela
- Utuh/tidak utuh
- Sikatrik
- Ulkus
c. Cavum nasi
- Luasnya (lapang/cukup/sempit)
- Sekret
34
(serous/seromukus/mukopus/
(erutropi/hipertrofi/atropi)
(basah/kering)
( licin/tak licin)
Eutropi
Eutropi
Merah Muda
Merah Muda
Eutropi
Eutropi
Pus)
- Krusta
- Bekuan darah
- Perdarahan
- Benda asing
- Rinolit
- Polip
- Tumor
d. Konka Inferior
- Mukosa
- Warna (merah
muda/hiperemis/pucat/livide)
- Tumor
i. Septum nasi
- Mukosa
(erutropi/hipertropi/atropi)
( basah/kering)
(licin/tak licin)
- Warna (merah
muda/hiperemis/pucat/livide)
- Tumor
- Deviasi ( ringan/sedang/berat)
(kanan/kiri)
(Superior/inferior)
35
(Anterior/Posterior)
(bentuk C/bentuk S)
- Krista
- Spina
- Abses
- Hematoma
- Perforasi
- Erosi Septum Anterior
Merah Muda
Merah Muda
36
2. Rinoskopi Posterior
- Postnasal drip
-
Kanan
-
Kiri
-
(merah muda/hiperemis)
-
Adenoid
Tumor
Koana (sempit/lapang)
Fossa Russenmullery
(tumor/tidak)
-
(secret/tuba)
Gambaran Hidung Bagian Posterior
37
Kanan
Kiri
- Infraorbitalis
- Frontalis
- Kantus medialis
Pembengkakan
Transluminasi
- Region infraorbitalis
Tenggorok
I. Rongga Mulut
- Lidah
Kanan
T.A.K
Kiri
T.A.K
- Gusi (hiperemis/edema/ulkus)
T.A.K
T.A.K
- Bukal (hiperemis/edema)
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
(hiperemis/edema/ulkus/fissure)
( mikroglosia/makroglosia)
( leukoplakia/gumma)
( papiloma/kista/ulkus)
(vesikel/ulkus/mukolel)
- Palatum durum
(utuh/terbelah/pistel)
(hiperemis/ulkus)
38
(pembengkakan/abses/tumor)
(rata/tonus palatinus)
- Kelenjar ludah
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
(pembengkakan/litiasisi)
(striktur/ranula)
- Gigi geligi
(mikrodontia/makrodontia)
(anadontia/supernumeri)
(kalkulus/karies)
II. Faring
- Pallatum molle
Kanan
T.A.K
Kiri
T.A.K
Simetris
Simetris
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T.A.K
T1
T1
Tidak rata
Tidak rata
Kenyal
Kenyal
( lekat/tidak)
Tidak
Tidak
( kripta lebar/tidak)
Tidak
Tidak
melebar
melebar
( detritus/membrane)
( hiperemis/edema)
( ulkus/tumor)
(hiperemis/edema/asimetris/ulkus)
-
Uvula (edema/asimetris/bifida/elongating)
Pilar posterior(hiperemis/edema/perlengketan)
(pembengkakan/ulkus)
39
40
Rumus Gigi-Geligi
III. Laring
1. Laringoskopi tidak langsung
Kanan
Kiri
(indirect
- Dasar lidah (tumor/kista)
- Tonsila Lingualis (eutropi /
-
hipertropi)
Valekula (benda asing/tumor)
Fosa piriformis(benda asing
/tumor)
Epiglotis (hiperemis/ udem/
ulkus/ membran)
Aritenoid
(hiperemis/udem/ulkus/memb
ran)
Pita Suara
(hiperemis/udem/menebal),
(nodus/polip/tumor), (gerak
simetris/asimetris)
Pita suara palsu
(hiperemis/udem)
Rima glotis (lapang/sempit)
- Trakea
2. laringoskopi langsung (direct)
-
41
Pemeriksaan laboratorium
Belum diperiksa
Diagnosis kerja
Pengobatan
I
II
Medikamentosa
a. Non Medikamentosa
- Hindari penerbangan pada saat terkena ISPA
b. Medikamentosa
Dekongestan seperti efedrin
Analgetik seperti as.mefenamat
Steroid seperti dexamethason
Antibiotik biasanya menggunakan amoksisilin, penisilin, eritromisin
III
Pemeriksaan Anjuran
Darah rutin dan OAE untuk melihat kondisi telinga dalam
IV
Prognosis
Quo ad vitam: Bonam
Quo ad functionam: Dubia et bonam
42
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien mengeluh nyeri pada telinga kanan sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri
terjadi pada saat os turun dari pesawat. Os merasa sesaat turun dari pesawat
telinga terasa sakit, berdengung, terasa buntu, dan pendengaran berkurang. Os
sedang mengalami pilek pada saat naik pesawat.
Hal tersebut menjelaskan bahwa kemungkinan keluhan yang dialami oleh
penderita disebabkan oleh barotrauma pada telinga tengah dimana hal ini
disebabkan pada penderita ispa seringkali tuba eustachius mengalami edem
sehingga tidak bisa membuka secara sempurna dan fungsi fisiologisnya terganggu
yang menyebabkan erbedaan tekanan di telinga tengah dan telinga luar yang
berakibat rasa nyeri pada pasien.
1 hari setelah kejadian keluhan tidak berkurang. Kemudian os merasa ada
air keluar dari telinga kanan. Nyeri dirasakan berkurang tetapi pendengaran dan
rasa buntu ditelinga tidak berkurang
Hal ini menjelaskan bahwa pada pasien sudah terjadi perforasi pada
membran timpani yang menyebabkan nyeri berkurang tetapi pendengaran masih
belum terasa membaik.
Untuk penatalaksanaan diberikan obat-obatan dekongestan, antibiotik,
analgetik, steroid diberikan karena keluhan sudah terjadi selama 1 minggu dan
keluhan belum berkurang sama sekali
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Soepardi E, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok,
Kepala & Leher. Edisi 6. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. 2007. Hal. 10-13, 65
2. Adams G, Boies L, Higler P. Boies Buku Ajar Penyakit THT. Jakarta: EGC.
1997. Hal. 90-2.
3. Kaplan
J.
Barotrauma.
13. Edmonds, Carl MD, et al. Ear Barotrauma Chapter 9 dalam Diving Medicine
for SCUBA Divers 5th Edition. Australia: National Library of Australia. 2013;
90-107.
14. Bentz, BG. Barotrauma. American Hearing Research Foundation. 2012
15. Becker, G. Medical Aspect of Scuba Diving. Current concepts in
otolaryngology. P. 40-54
16. Bailey, BT. Head & Neck Surgery Otolaryngology. Londong : Lippincott
Williams & Wilkins . 2006. P.4-5
17. Edmonds, Carl MD, et al. Sinus Barotrauma Chapter 10 dalam Diving
Medicine for SCUBA Divers 5th Edition. Australia: National Library of
Australia. 2013; 108-112.
18. Mirza, S. etc. Otic Barotrauma from Air Travel. UK : The Journal of
Laryngology & Otology. 2005.
19. Lalwani, AK. Current Diagnosis & Treatment : Otolaryngology Head and
Neck Surgery. 2nd Edition. NY: The McGraw Hill Companies. 2007. P. 57
20. MedlinePlus.
Ear
Barotrauma.
45