I.
Tujuan
1. Mengidentifikasi komponen penyusun jamu secara organoleptik,
makroskopik, dan mikroskopik.
II.
Pendahuluan
Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang dibuat dari tumbuhan,
bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari
bahan tersebut secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan
berdasarkan pengalaman (Harmanto, 2007). Jamu berasal dari bahasa Jawa
Kuno jampi atau usodo. Artinya penyembuhan menggunakan ramuan, doa
atau usodo (Trubus, 2010).
Berdasarkan cara pembuatannya istilah jamu godog dikenal untuk
menyebut rebusan simplisia segar dan kering. Lalu ada jamu seduh untuk
simplisia herbal yang dicampur dengan air panas tanpa proses pemasakan
(Trubus,
2010).
Berdasarkan
cara
persiapannya,
jamu
dibedakan
berdasarkan dua kelompok besar yaitu: jamu yang mengandung satu jenis
tanaman obat dan jamu yang mengandung dua atau lebih tanaman obat.
Terdapat empat cara penyajian jamu yang tradisional yaitu: jamu segar,
jamu godogan, jamu seduhan, jamu olesan, dan cara yang modern yaitu:
jamu dalam bentuk pil, tablet atau kapsul (Riswan dan Roemantyo, 2002).
Berdasarkan penggunaannya, jamu menurut Tilaar et al., (1992)
dikelompokkan ke dalam lima kategori yaitu: obat, perawatan kesehatan,
perawatan kecantikan, tonik dan minuman, perlindungan tubuh atau daya
tahan.
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari
bahan-bahan tersebut, yang secara tradisional telah digunakan untuk
pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional dibuat atau diramu
IV.
Cara Kerja
1. Jamu Rajangan
JAMU RAJANGAN
Dipisahkan dan dikelompokkan berdasarkan simplisia
penyusunnya
Dilakukan uji makroskopik dan organoleptik pada setiap
simplisia penyusun jamu
Ditentukan nama masing-masing simplisia penyusun jamu
HASIL
2. Jamu Serbuk
JAMU SERBUK
Dilakukan pemeriksaan secara mikroskopik
Ditemukan fragmen khas pada serbuk jamu
Ditentukan nama simplisia penyusun serbuk jamu
V.
ii.
Bau
Rasa
Warna
n
1.
Khas aromatis
Tidak berasa
Kuning-Orange
2.
Khas aromatis
Pedas
Putih
3.
Khas aromatis
Tidak berasa
Kuning
Makroskopik
n
1.
2.
3.
Identifikasi :
1. Komponen 1 : Kunyit (Curcuma domestica Rhizom)
2. Komponen 2 : Jahe (Zingiberaceae officinale Rhizom)
3. Komponen 3 : Temulawak (Curcuma xanthoriza Rhizom)
iii.
Literatur
1.
Dengan akuades
Perbesaran 10x10
2.
Perbesaran 10x10
Perbesaran 40x10
Gambar mikroskopik kunyit literatur dengan ukuran 100x (atas)
dan 400x (bawah) memperlihatkan struktur rimpang mulai dari
bagian luar (epidermis) sampai dalam (Stele)
Gambar foto
Gambar
Gambar
Mikroskopik
penampang
melintang kulit
buah jeruk.
Keterangan :
1. Epidermis
2. Hipodermis
3. Kristal
kalsium
oksalat
4. Kelenjar minyak atsiri
5. Mesokarp
Mikroskopik
serbuk
simplisia
kulit buah
jeruk
Keterangan:
1. Epidermis
2. Mesokarp
3. Berkas
pembuluh
4. Kristal kalsium oksalat
5. Stomata
6. Kelenjar minyak atsiri
Morfologi
Penampang
Rimpang
jahe
Gambar
Penampang kencur
menurut literatur
Depkes RI (1977).
1.
Identifikasi :
Kunyit
(Curcuma
domestica Rhizom)
2. Kulit Jeruk (Citrus aurantifolia Pericarpium)
b. Pembahasan
Secara umum analisis obat tradisional jamu dikelompokkan
menjadi duamacam analisis, yaitu analisis kualitatif dan analisis
kuantitatif. Analisis kualitatif berfungsi untuk mengidentifikasikan jenis
dari suatu zat atau simplisia yangterdapat pada bahan bakunya,
sedangkan analisis kuantitatif yaitu penetapan kadar atau kemurnian dari
zat atau simplisia yang akan dianalisis (Dharma, 1985).
Pada praktikum kali ini, dilakukan pengujian secara kualitatif
obat
tradisional
jamu
biasanya
yang
dipergunakan
untuk
putih atau kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun yang
rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah
jingga kekuning-kuningan (Hariana, 2007).
Kunyit mempunyai rasa agak pahit, bau khas aromatik, bersifat
menyejukkan dan tidak beracun. Bahan kimia yang terkandung dalam
kunyit antara lain yaitu Caffeic acid. Kunyit juga mengandung senyawa
berkhasiat obat yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin,
desmetoksikumin dan bisdesmetoksikurkumin (Hariana, 2007).
Kandungan kimia kunyit terdiri atas karbohidrat (69,4%), protein
(6,3%), lemak (5,1%), mineral (3,5%), dan moisture (13,1%). Minyak
esensial (5,8%) dihasilkan dengan destilasi uap dari rimpang yaitu aphellandrene (1%), sabinene (0.6%), cineol (1%), borneol (0.5%),
zingiberene
(25%)
dan
sesquiterpines
(53%).
Kurkumin
: Spermatophyta
: Monocotyledoneae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Curcuma
Spesies
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
: Monocotiledonae
Ordo
: Zingiberales
Famili
: Zingiberaceae
Genus
: Zingiber
Species
: Zingiber officinale
Organoleptis
Rasa
: Agak Pedas
Bau
: Khas Aromatik
Warna
Sediaan
Jamu merupakan suatu sedian obat bahan alam yang keamanan dan
khasiatnya
telah
diketahui
secara
turun-temurun
berdasarkan
pengalaman empirik.
Jamu rajangan yang diuji adalah campuran rajangan kunyit, temulawak,
dan jahe.
Jamu serbuk yang diuji adalah campuran serbuk kunyit dan kulit buah
jeruk.
VII.
Daftar Pustaka
Anief, 2000, Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik, UGM Press,
Yogyakarta.
Atmaja, D. A., 2008, Engaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma Domestica)
Terhadap Gambaran Mikroskopik Mukosalambung Mencit
Balb/Cyang Diberi Parasetamol, Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. Semarang.
BPHN,
1993,
Peraturan
Menteri
Kesehatan
RI
NO.
917/Menkes/Per/X/1993 Tentang Wajib Daftar Obat Jadi.
Depkes RI, 1977, Materia Medika Indonesia Jilid 1-4, Ditjen POM,
Jakarta.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.
Dharma, A. P., 1985, Tanaman Obat Tradisional Indonesia (Medicinal
Plants in Indonesian Traditional Medicine), Balai Pustaka, Jakarta.
Ditjen POM, 1994, Petunjuk Pelaksanaan Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB), Ditjen POM, Jakarta.
Hariana, A. H., 2007., Tumbuhan Obat dan Khasiatnya, Penebar Swadaya,
Jakarta.
Harmanto, N.S., Subroto, M.A., 2007, Pilih Jamu dan Herbal Tanpa Efek
Samping, Elex Media Komputindo, Jakarta.
Riswan, S., dan Roemantyo, H.S., 2002, Jamu as Traditional Medicine in
Java. South Pasific Study. 23(1):1-10.
Rukmana, R., 2004, Temu-temuan Apotik Hidup di Pekarangan, Kanisius,
Yogyakarta.
Said, A., 2000, Khasiat dan Manfaat Kunyit, Sinar Wadja Lestari, Jakarta.
Sidik et al., 1995, Temulawak (Curcuma xanthoriza).Yayasan
Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica.
Thomas, A., 1989, Tanaman Obat Tradisional, Kasinius, Jogjakarta.
Tilaar, M., Roemantyo, S. H., dan Riswan, S., 1992, Kunyit (Curcuma
domestica), The Queen of Jamu, Dalam Proceed of the Conf on
Medical Products from Tropical Rain Forest, May 13-15, 1991,
FIRM, Kuala Lumpur, Malaysia.
Trubus, 2010, Herbal Indonesia Berkhasiat Bukti Ilmiah dan Cara Racik,
Trubus Swadaya, Depok.
VIII.
Lampiran
a. Jawaban Pertanyaan :
1. Apakah perbedaan antara jamu rebusan (godogan) dengan seduhan?
Jawab : Jamu seduhan terbuat dari berbagai macam tanaman obat
berupa daun-daunan dan rimpang yang digunakan secara tunggal
atau campuran. Tanaman obat yang berupa daun langsung diseduh
dengan air panas dan air seduhannya diminum. Sedangkan yang
berupa rimpang harus diparut terlebih dahulu, kemudian diseduh
dengan air panas.
Jamu godogan merupakan jamu tradisional yang terbuat dari bahanbahan segar atau kering yang direbus dalam waktu tertentu
kemudian air rebusannya diminum. Tanaman obat yang paling
banyak digunakan untuk membuat jamu godogan adalah daun sirih
(Piper betle LINN).
2. Sebutkan bahan kimia obat (BKO) yang sering ditambahkan pada
komposisi jamu beserta efek sampingnya!
Jawab :
a. Sildenafil Sitrat: dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, mual,
nyeri perut, gangguan penglihatan, rinitis (radang hidung),
bahkan kematian.
b. Fenilbutason : dapat menyebabkan mual, muntah, ruam kulit,
oedema, pendarahan lambung, nyeri lambung, reaksi
hipersensitivitas, hepatitis, dan gagal ginjal.
c. Asam Mefenamat: dapat menyebabkan mengantuk, diare, ruam
kulit, dan kejang, serta dikontraindikasikan bagi penderita tukak
lambung/usus, asma, dan ginjal.
d. Prednison: dapat menyebabkan moon face (wajah bulat seperti
bulan, tembem), gangguan saluran cerna seperti mual dan tukak
lambung, tulang keropos, dll.
e. Metampiron : dapat menyebabkan gangguan saluran cerna seperti mual,
pendarahan lambung, rasa terbakar, serta gangguan sistem saraf
seperti tinitus (telinga berdenging), dll.
f. Paracetamol : dalam penggunaan jangka panjang dapat
menyebabkan gangguan kerusakan hati.
b. Gambar :