DOSEN PEMBIMBING
PROF. DR. FESTIYED, MS
PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................ii
A. Pengembangan Bahan Ajar...........................................................................1
1.
Kecermatan Isi...........................................................................................1
2.
Ketepatan Cakupan....................................................................................2
3.
Kemudahan................................................................................................2
4.
Penggunaan Bahasa...................................................................................5
B. Validitas.........................................................................................................8
C. Reliabilitas...................................................................................................11
D. Praktikalitas.................................................................................................12
E. Efektivitas...................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................17
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kriteria pemberian skor jawaban validitas.................................................9
Tabel 2. Kriteria pemberian nilai validitas...............................................................9
Tabel 3. Lembar Penilaian Format LKS Non Eksperimen untuk LKS 1 Fluks
Magnetik................................................................................................................10
Tabel 4. Lembar Penilaian Isi LKS 1 Fluks Magnetik...........................................10
Tabel 5. Kriteria pemberian nilai praktikalitas.......................................................15
ii
ketepatan
cakupan,
ketercernaan,
penggunaan
bahasa,
ilustrasi,
Kemudahan
Berkaitan dengan konsep bahan ajar yang bisa dipahami dan dimengerti
oleh siswa sebagai pengguna sehingga sesuai dengan kompetensi yang akan
dicapai. Bahan ajar, menggunakan media apapun, harus memiliki tingkat
2
ketercernaan yang tinggi. Artinya bahan ajar dapat dipahami dan isinya dapat
dimengerti oleh peserta dengan mudah.
Allah berfirman dalam Q.S Alam Nasrah ayat 5 :
perlu
membingungkan
diberi
penjelasan
peserta.
yang
Keruntutan
memadai
penyajian
sehingga
isi
bahan
tidak
ajar
sebagai bagian dari penyajian isi bahan ajar dalam materi pokok yang
berbentuk cetak, poster, kartu-kartu (flipchart), atau dalam bentuk noncetak,
seperti video, audio, simulasi berbantuan atau juga dalam bentuk realita,
model, atau bahan sesungguhnya untuk didemonstrasikan kepada peserta.
Prinsip utama dalam pemilihan contoh dan ilustrasi adalah ketepatan contoh
dan ilustrasi untuk memperjelas teori atau konsep yang dijelaskan (bukan
malah membuat peserta semakin bingung), serta menarik dan bermanfaat
bagi peserta.
d. Alat Bantu yang Memudahkan
Bahan ajar perlu memiliki alat bantu yang dapat mempermudah peserta
dalam mempelajari bahan ajar tersebut. Dalam bahan ajar cetak, alat bantu
dapat berupa rangkuman untuk setiap bab, penomoran, judul bab yang jelas,
serta tanda-tanda khusus, misalnya tanda tanya yang menandakan
pertanyaan. Dalam bahan ajar noncetak, alat bantu juga dapat berupa
rangkuman, petunjuk belajar bagi peserta, serta tanda-tanda khusus yang
dapat diberlakukan serta dapat membantu peserta belajar, misalnya nada
suara yang berbeda dalam kaset audio, atau caption dalam program video.
Dan yang perlu diperhatikan dalam menggunakan alat bantu bahan ajar
adalah prinsip konsistensi, artinya alat Bantu yang simbol atau bentuknya
sama harus digunakan dengan arti yang sama di semua isi bahan ajar untuk
mata pelajaran tertentu. Jadi, alat bantu yang simbolnya atau bentuknya
sama hendaknya tidak digunakan untuk arti yang berbeda-beda.
e. Format yang Tertib dan Konsisten
Bahan ajar perlu memelihara ketertiban dan konsistensi agar mudah
dikenali, diingat, dan dipelajari oleh peserta. Misalnya, jika guru
menggunakan kertas merah untuk lembar kerja peserta, maka seterusnya
gunakanlah warna kertas merah untuk LKS. Dengan demikian, setiap kali
peserta melihat warna kertas merah, maka peserta akan menandai sebagai
LKS. Dalam bahan ajar cetak, konsistensi istilah sangat diperlukan sehingga
peserta tidak menggunakan berbagai istilah secara rancau. Dalam bahan ajar
4
audio, intonasi suara dapat digunakan sebagai tanda atau format untuk
berhenti, mengulang, atau meneruskan pembelajaran. Dalam hal ini,
pembimbing diharapkan kreatif untuk menciptakan tanda-tanda dan formal
khusus yang digunakan secara konsisten untuk mempermudah peserta
belajar.
f. Penjelasan Tentang Relevansi dan Manfaat Bahan Ajar
Dalam bahan ajar perlu ada penjelasan tentang manfaat dan kegunaan
bahan ajar dalam mata tataran. Bahan ajar dapat berperan sebagai bahan
utama yang akan digunakan dalam pembelajaran di kelas, atau sebagai alat
bantu peserta belajar mandiri di rumah (buku kerja, paket kerja mandiri),
atau juga sebagai alat bantu peserta belajar dalam kelompok. Peran ini perlu
dijelaskan kepada peserta dengan cermat, sehingga peserta dapat
menggunakan bahan ajar dengan jelas. Di samping itu, bahan ajar juga perlu
menjelaskan keterkaitan antara topik yang dibahas dalam bahan ajar dengan
topik-topik dalam mata pelajaran lainnya. Dengan demikian, peserta dapat
melihat keterkaitan topik bahan ajar dengan topik lain, dan tidak terkesan
bahwa masing-masing topik adalah berdiri sendiri-sendiri.
4.
Penggunaan Bahasa
Mengandung tehnik pemilihan ragam bahasa yang efektif, komunikatif,
dan dialogis agar pesan dapat dicerna dengan baik. serta penggunaan kalimat
efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna. Dalam mengembangkan
bahan ajar, Penggunaan bahasa yang meliputi pemilihan ragam bahasa,
pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraph yang
bermakna, sangat berpengaruh terhadap manfaat bahan ajar. Walaupun isi
bahan ajar Anda sudah cermat, menggunakan format yang konsisten, serta
dikemas dengan menarik, namun jika bahasa yang Anda gunakan tidak
dimengerti oleh peserta, maka bahan ajar Anda tidak akan bermakna apa-apa.
Bukan hanya dalam pengembangan bahan ajar cetak seperti buku kerja peserta,
lembar kerja peserta, tetapi juga dalam pengembangan bahan ajar noncetak,
seperti kaset audio, video, bahan ajar berbasiskan komputer, dan lain-lain.
5
Ragam Bahasa mengacu pada ragam bahasa baku atau formal dan ragam
bahasa nonformal atau komunikatif. Ragam bahasa baku banyak digunakan
dalam laporan penelitian, karya ilmiah, surat-surat resmi, buku teks, siaran
pers, dan lain-lain. Namun tulisan yang menggunakan ragam bahasa baku
terkesan sangat kaku, formal dan cenderung membosankan. Oleh karena itu,
ragam bahasa baku jarang digunakan dalam pengembangan bahan ajar. Bahan
ajar yang baik diharapkan dapat memotivasi peserta untuk membaca,
mengerjakan tugas-tugasnya, serta menimbulkan rasa ingin tahu peserta untuk
melakukan eksplorasi lebih lanjut tentang topik yang dipelajarinya. Dengan
demikian, ragam bahasa yang digunakan dalam bahan ajar biasanya ragam
bahasa nonformal atau bahasa komunikatif yang lugas dan luwes. Ragam
bahasa komunikatif yang sebaiknya digunakan dalam penulisan atau
pengembangan bahan ajar sangat dipengaruhi oleh pemilihan kata serta
penggunaan kalimat yang efektif. Walaupun ragam bahasa komunikatif yang
digunakan, hendaknya kaidah bahasa yang baik dan benar tidak ditinggalkan
atau dilanggar. Kata yang dipilih hendaknya jenis kata yang singkat dan lugas,
bukan kata atau istilah yang asing atau tidak banyak dikenal peserta. Jika
diperlukan pengenalan istilah teknis yang berlaku dalam bidang ilmu tertentu,
maka istilah tersebut perlu diberi batasan yang jelas. Penggunaan kalimat
efektif menekankan perlunya penyampaian informasi dilakukan melalui
kalimat positif dan aktif, dan sedapat mungkin menghindarkan penggunaan
kalimat negatif dan pasif. Kalimat positif dan aktif dipercaya dapat
menimbulkan motivasi peserta untuk melakukan tugas-tugas yang ditetapkan
dalam bahan ajar, dan lebih mudah dimengerti oleh peserta. Sementara itu
penggunaan kalimat negatif dan pasif, kadangkala dapat membingungkan
peserta. Selanjutnya, penyusunan paragraph mempersyaratkan adanya gagasan
utama untuk setiap paragraf, serta keterpaduan, keruntutan dan koherensi antar
kalimat dalam sebuah paragraf. Gagasan utama, yang berbentuk kalimat topik,
dapat ditempatkan di bagian awal maupun akhir paragraf. Panjang pendek
sebuah paragraf tergantung pada kemampuan penulis dan kebutuhannya.
Keruntutan dan kekompakan hubungan antar kalimat dalam sebuah paragraf
6
Kelengkapan Komponen
Bertujuan pada paket bahan ajar yang dapat berfungsi sebagai komponen
B. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes/
instumen. Suatu tes/ instrumen dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa
yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai
dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto,
1999).
Validitas desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan
suatu produk secara rasional akan lebih efektif dari yang lama atau tidak.
Dikatakan secara rasional, karena validasi ini bersifat penilaian berdasarkan
penilaian rasional, belum fakta lapangan.
Validasi produk dapat dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa pakar
atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang
dirancang tersebut. Setiap pakar diminta untuk menilai desain tersebut, sehingga
selanjutnya dapat diketahui kekuatan dan kelemahannya. Validasi desain dapat
dilakukan dalam forum diskusi. Sebelum diskusi peneliti mempresentasikan
proses penelitian sampai ditemukan desain tersebut, berikut keunggulannya
(Sugiyono, 2009).
Dalam penelitian data memiliki kedudukan sangat penting karena dari data itulah
variabel penelitian dapat digambarkan. Kesalahan dalam pengambilan data, maka
sudah dapat dipastikan akan terjadi pula kesalahan dalam pengambilan kesimpulan.
Oleh karena itu, pengambilan data hendaknya dilakukan oleh orang yang benar-benar
memahami permasalahannya dan mengikuti prosedur yang telah ditetapkan. Selain itu
untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkannya, seorang peneliti harus terlebih
dahulu memperoleh keyakinan bahwa instrumennya (alat pengambil data) memiliki
validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keterandalan/keterpercayaan) yang memadai.
Mengenai bagaimana caranya menguji validitas dan reliabilitas akan dijelaskan pada
uraian berikutnya. Apabila peneliti tinggal menggunakan instrumen yang telah diakui
validitas dan reliabilitsnya, maka peneliti tetap harus menginformasikan taraf
validitas dan reliabilitasnya berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya atau
berdasarkan konvensi-konvensi tertentu.
Dalam mengembangkan suatu bahan ajar baik itu cetak maupun non cetak, uji
validitas dilakukan dalam tahap pengembangan. Langkah-langkah uji validitas :
1. Meminta kesediaan dosen dan guru yang telah banyak memiliki pengalaman
mengajar untuk menjadi validator dari bahan ajar cetak ataupun non cetak
yang telah diekmbangkan.
2. Memberikan skor jawaban dengan kriteria berdasarkan skala Likert seperti
yang dimodifikasi Riduan (2012) sebagai berikut
Tabel 1. Kriteria pemberian skor jawaban validitas
Skor
Kriteria
4
Sangat Setuju
3
Setuju
2
Tidak Setuju
1
Sangat Tidak Setuju
Sumber : Skala Likert yang dimodifikasi Riduan (2012)
3. Meminta validator untuk memberikan saran atas penilian yang diberikan
terhadap pengembangan bahan ajar cetak dan noncetak berdasarkan itemitem yang terdapat pada uji validitas. Jika masih banyak terdapat kesalahan
dalam pengembangan bahan ajar cetak dan non cetak, maka perlu
dilakukannya revisi agar benar-benar valid atas bahan ajar yang
dikembangkan.
4. Jika telah valid, maka ditentukan skor tertinggi.
Skor tertinggi = jumlah validator x jumlah indikator x skor maksimum.
5. Menentukan
jumlah
skor
dari
masing-masing
validator
dengan
dan
2.
3.
Kategori
Valid
Valid
Valid
10
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Bahasa
yang
digunakan
telah
sesuai dengan tingkat
intelektual anak.
Kalimat
yang
digunakan sederhana
dan jelas.
Tata urutan pelajaran
telah sesuai dengan
tingkat intelektual
Pertanyaan
telah
disusun
untuk
dijawab
dengan
pengolahan
informasi.
Sumber
belajar
terjangkau oleh anak
usia sekolah.
Tersedia ruang yang
cukup
untuk
menuliskan jawaban
atau
unutk
menggambar.
Seimbang
antara
gambar dengan katakata.
Mencantumkan
tujuan pembelajaran
dan manfaatnya bagi
anak
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
C. Reliabilitas
Reliabilitas
pengukurannya
suatu
instrumen
menunjukan
keajegan
(konsistensi)
hasil
dalam waktu yang berlainan atau digunakan oleh orang yang berlainan dalam waktu
yang sama. Reliabilitas secara implisit juga mengandung obyektivitas, karena hasil
pengukurannya tidak terpengaruh oleh siapa pengukurnya. Fraenkel (1990),
menyatakan bahwa reliabilitas merujuk terhadap konsistensi skror yang diperoleh.
Bagaimana konsistensi siswa dari setiap individu dari satu pengadministrasian
(administration) ke pengadministrasian lainnya dan dari satu set item ke set lainnya.
11
Sebagai contoh, suatu tes dikatakan reliabel, apabila seorang siswa memperoleh nilai
tinggi pada tes yang pertama akan memperoleh nilai yang tinggi pula pada tes berikut.
Skor tersebut mungkin saja tidak persis identik, akan tetapi nilai tersebut harus tidak
jauh berbeda.
Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitan erat dengan
masalah kekeliruan pengukuran. Kekeliruan pengukuran sendiri menunjukkan
sejauh mana inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran
ulang terhadap kelompok subyek yang sama. Sedangkan konsep reliabilitas dalam
arti reliabilitas hasil ukur berkaitan erat dengan kekeliruan dalam pengambilan
sampel yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan
ulang pada kelompok yang berbeda. Sudjana (2004) menyatakan bahwa
reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam
menilai apa yang dinilainya. Artinya, kapanpun alat penilaian tersebut digunakan
akan memberikan hasil yang relatif sama.
Djaali (2000) menyatakan bahwa reliabilitas dibedakan atas dua macam, yaitu
reliabilitas konsistensi tanggapan, dan reliabilitas ukur yang sama, butir yang satu
menunjukkan hasil ukur yang sama dengan butir yang lainnya? Dengan kata lain
bahwa terhadap bagian obyek ukur yang sama, apakah hasil ukur butir yang satu
tidak kontradiksi dengan hasil ukur butir yang lain. Jika terhadap bagian obyek
ukur yang sama, hasil ukur melalui butir yang satu kontradiksi atau tidak
konsisten dengan hasil ukur melalui butir yang lain maka pengukuran dengan tes
(alat ukur) sebagai suatu kesatuan itu tidak dapat dipercaya. Dengan kata lain
tidak reliabel dan tidak dapat digunakan untuk mengungkap ciri atau keadaan
yang sesungguhnya dari obyek ukur. Kalau hasil pengukuran pada bagian obyek
ukur yang sama antara butir yang satu dengan butir yang lain saling kontradiksi
atau tidak konsisten maka kita jangan menyalahkan obyek ukur, melainkan alat
ukur (tes) yang dipersalahkan dengan mengatakan bahwa tes tersebut tidak
reliabel terhadap obyek yang diukur.
12
D. Praktikalitas
Dalam kamus besar bahasa Indonesia kepraktisan diartikan sebagai suatu
yang bersifat praktis atau efisien. Arikunto (2010) mengartikan kepraktisan dalam
evaluasi pendidikan merupakan kemudahan-kemudahan yang ada pada instrument
evaluasi
baik
dalam
mempersiapkan,
menggunakan,
menginterpretasi/
2.
3.
4.
5.
6.
13
mengukur
tingkat
kepraktisan
yang
berkaitan
dengan
15
E. Efektivitas
Menurut Reigeluth (1999), aspek penting dalam keefektifan (efek potensial)
dari suatu instrument, teori, atau model adalah mengetahui tingkat/derajat dari
penerapan teori, atau model dalam suatu situasi tertentu. Tingkat keefektifan ini
menurut Mager, biasanya dinyatakan dengan suatu skala numeric yang didasarkan
pada kriteria tertentu. (Reiguluth, 1999).
Berkaitan dengan keefektifan pengembangan instrument, model, teori
dalam dunia pendidikan, Van den Akker (1999) menyatakan :
Effectiveness refer to the extent that the experiences and outcomes with the
intervention are consistent with the intended aims
Artinya, keefektifan mengacu pada tingkatan bahwa pengalaman dan hasil
intervensi konsisten dengan tujuan yang dimaksud.
Keefektifan suatu bahan ajar biasanya dilihat dari poitensial efek berupa
kualitas hasil belajar, sikap., dan motivasi peserta didik. Menurut Akker (1999)
(dalam Yazid) ada dua aspek keefektivan yang harus dipenuhi oleh suatu bahan
ajar. Yakni :
1.
2.
Menurut Suryadi (2005) (dalam Yazid) bahan ajar dapat dikatakan efektif
apabila :
1.
2.
3.
4.
5.
16
DAFTAR PUSTAKA
Akker,J.V. 1999. Principles and Methods of Development Research. In J. vam den
Akker,R Branch,K Gustafson, N Nieveen and Tj.Plomp (Eds). Design
Approaches and Tools in Education and Training (hlm. 1-14). Dodrecht :
Kluwer Academic Publisher.
Arifin, Zaenal.(1991). Evaluasi Instruksional.Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Arikunto, Suharsimi. (2010) Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara :
Yogyakarta.
Aris. 2014. Pengembangan Bahan Ajar.
http://aristwn.staff.stainsalatiga.ac.id/wp-content/uploads/sites/3/2014/04/BahanAjar-copy.pdf bahan ajar copy 1 (21 Oktober 2015).
Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat
Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Djaali., dkk. Pengukuran Dalam Pendidikan. Jakarta: Program Pascasarjana,
2000.
Nieveen, Nienke.1999. Prototyping to Reach Product Quality. In J. vam den
Akker,R Branch,K Gustafson, N Nieveen and Tj.Plomp (Eds). Design
Approaches and Tools in Education and Training (hlm. 125-136). Dodrecht :
Kluwer Academic Publisher
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian
Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
Sudjana, D. (2004). Manajemen Program Pendidikan Untuk Pendidikan
Nonformal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung : Falah
Production.
Sukadji, S. (2000). Menyusun dan Mengevaluasi Laporan Penelitian, Jakarta : UIPress
Sugiyono, 2005, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan
Kualitatif, dan R&D). Bandung : Alfabeta
(Pendekatan Kuantitatif,
Yazid, A. (2011). Kevalidan, Kepraktisan, dan Efek Potensial Suatu Bahan Ajar.
Pascasarjana Pendidikan Matematika Universitas Sriwijaya.
17
Aisyah,
2011.
Kevalidan
kepraktisan
dan
http://aisyahyazid.blogspot.com/2011/12/kevalidan-kepraktisan-danefek.html (21 Oktober 2015).
18
efek.