Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Gangguan
perkembangan
pervasif
atau
disebut
juga
Pervasive
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Sindroma Rett (RS) merupakan sebuah gangguan perkembangan pervasif
yang mengenai substansia grisea serebri, hanya terjadi pada wanita dan timbul
sejak lahir. Sindrom ini bersifat progresif dan ditandai dengan tingkah laku
autistik, ataksia, demensia, kejang, dan kehilangan kegunaan tangan dengan
fungsi tertentu, dengan atrofi serebral, hiperamonemia ringan, dan penurunan
kadar amin biogenik. RS juga dikenal dengan nama cerebroatrophic
hyperammonemia.5
WHO dalam International Classification of Disease (ICD) mendefinisikan
RS sebagai suatu kondisi, yang sejauh ini ditemukan hanya pada perempuan,
dengan perkembangan awal yang normal, diikuti dengan kehilangan parsial atau
komplit pada kemampuan berbicara dan pada kemampuan dalam menggunakan
tangan, bersama dengan deselerasi pada perkembangan kepala, umumnya dengan
onset antara umur 7 hingga 24 bulan. Retardasi mental yang berat hampir selalu
menjadi hasil akhir dari perjalanan RS.6
2.2. Epidemiologi
Berdasarkan data dari Amerika Serikat, didapatkan bahwa RS diderita oleh
1 dari 23.000 anak perempuan yang dilahirkan per tahunnya, sementara secara
internasional, survei lama menyatakan bahwa ditemukan sebanyak 6-7 kasus per
100.000 anak perempuan per tahunnya.2,3 Namun pada beberapa negara tertentu
dilaporkan bahwa insidensi RS didapati sebanyak 1 dari 10.000 anak perempuan
didapati menderita RS per tahunnya. Didapati peningkatan yang signifikan secara
internasional dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Studi mortalitas
mendapatkan bahwa angka bertahan hidup pada anak berumur di atas 10 tahun
sangatlah rendah. 35 years Survival Rate pada pasien dengan RS didapati senilai
70%, namun bila diikuti dengan retardasi mental didapati nilai sebesar 27% saja.
Hingga saat ini penderita masih dominan perempuan dikarenakan RS merupakan
berikatan
dengan
methylated
DNA dalam
hubungannya
dengan
corepressor. Hal ini menyebabkan aktivasi histone deacetylase. Mutasi pada gen
MECP2 menimbulkan hilangnya fungsi protein ini dan ekspresi protein yang tidak
teratur. Hal ini mempengaruhi perkembangan sistem saraf pada tahap awal
kehidupan. Abnormalitas fungsi pada astrosit dijumpai RS dan hal ini mungkin
dikarenakan disfungsi pada gen MECP2.3
2.5. Manifestasi Klinis
Manistasi klinis RS bervariasi dari anak ke anak. Beberapa bayi
menunjukkan tanda-tanda dari gangguan sejak lahir tanpa periode perkembangan
normal. Penderita lain memiliki gejala lebih ringan dan dapat mempertahankan
kemampuan untuk berbicara. Beberapa anak bahkan mengalami kejang-kejang.
Secara umum sindroma rett dibagi atas empat tahapan yang kesemuanya bersifat
progresif. 1,3,6
Tahap pertama biasanya terabaikan. Pada sebagian besar kasus, onset
gangguan terjadi pada usia 7-24 bulan.1,6 Beberapa literatur bahkan menyatakan
bahwa onset timbul pada usia 6-18 bulan.3 Pola perkembangan awal tampak
normal ataupun mendekati normal. Pada bayi bisa dijumpai tanda-tanda berupa
kurangnya kontak mata dan mulai kehilangan minat bermain. Penundaan dalam
duduk dan merangkak juga dapat dijumpai. Hal ini diikuti pula dengan
perlambatan pertumbuhan kepala.1,3,6
Pada tahap kedua, kehilangan sebagian atau seluruhnya keterampilan
tangan dan berbicara yang telah didapat dapat dijumpai.
1,6
penunjang
dapat
dilakukan
untuk
membantu
dalam
dapat dijumpai adanya penurunan ada ukuran korteks serebri, atrofi serebellar, dan
penurunan berat total daripada jaringan otak. 3
Pada pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) dapat dijumpai gelombang T
inverted dan Interval QT yang memanjang. Dapat pula dijumpai nilai denyut
jantung
yang
rendah
pada
sebagian
besar
pasien.
Pada
pemeriksaan
2.9. Penatalaksanaan
BAB 3
10
KESIMPULAN
Retts Syndrome (RS) merupakan penyakit gangguan perkembangan pervasif
yang mengenai substansia grisea serebri dan telah timbul sejak lahir. Sindrom ini
bersifat progresif dan ditandai dengan tingkah laku autistik, ataksia, demensia,
kejang, dan kehilangan kegunaan tangan dengan fungsi tertentu. RS disebabkan
oleh mutasi pada gen MECP2 yang terletak pada kromosom X sehingga penyakit
ini hanya dijumpai pada wanita. Diagnosis ditegakkan berdasarkan identifikasi
daripada manifestasi klinis sementara pemeriksaan penunjang yang dapat
membantu penegakan diagnosis adalah melalui pemeriksaan genetik, yaitu
ditemukannya mutasi pada gen MECP2. Belum ditemukan adanya terapi spesifik
terhadap RS sehingga sejauh ini terapi yang dilakukan hanyalah terapi suportif,
baik menggunakan obat-obatan dan menggunakan metode rehabilitatif untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita. Prognosis dari penyakit ini berdasarkan
35 years survival rate adalah 70% dan bila diikuti dengan adanya retardasi mental
nilai yang didapat adalah 27%.
BAB 4
11
SARAN
Saran yang dapat diberikan kepada penderita RS, terutama kepada keluarga
pasien adalah agar pasien dan keluarga pasien dapat bersabar dengan kondisi yang
dialami pasien dan kooperatif dalam melakukan penatalaksanaan yang telah
disusun oleh dokter.
Saran yang dapat diberikan kepada praktisi klinis adalah agar mampu
mendiagnosis RS dengan tepat, dalam hal ini dokter harus mengetahui manifestasi
klinis dan perjalanan penyakit daripada RS sehingga dapat merencanakan terapi
yang diberikan kepada pasien, dan mampu mengedukasi pasien agar mengetahui
tentang kondisi pasien dan mau bekerjasama dalam menangani kondisi pasien.
Hal-hal ini perlu dilakukan agar dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan
mencegah terjadinya komplikasi daripada RS itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
12
13
RETT SYNDROME
Rett syndrome (RS) is a pervasive developmental disorder first reported in 1966 by Andreas Rett, an Austrian pediatric
neurologist. Rett syndrome occurs almost exclusively in females and has a typically degenerative course. Before the
discovery of Rett syndrome, incidents were mistaken for many other neurologic disorders, especially in females. The specific
mutation on the gene related to Rett syndrome (methyl-CpG binding protein-2 [MECP2]) was identified late in 1999.
Patients with Rett syndrome initially have seemingly healthy development. However, in retrospect, girls are frequently
reported to have been placid as infants, with low tone and subtle slowing of development. An early clinical feature is
deceleration of head growth that begins when the individual is aged 2-4 months. A period of developmental stagnation is
followed by a period of regression. Males with this disorder also manifest a spectrum of symptomatology, ranging from
severe congenital encephalopathy, dystonia apraxia, and retardation to psychiatric illness with mild mental retardation.
Individuals who are less severely affected may tolerate or even prefer interpersonal contact, show affection to others, and
suffer from learning disabilities and speech fragmentation related to breathing irregularity.
Rett syndrome can be differentiated into two typesclassic or variant. At least 200 different mutations have been found to
be associated with the disease, including missense and truncating mutations. The common BDNF polymorphism may modify
disease severity in Rett syndrome, and the severity of the phenotype varies depending on the MECP2 mutation type and
locations. The BDNF functional polymorphism (p.Val66Met; valine substitution with methionine at codon 66) may protect
against early seizures in Rett syndrome.
The regression phase in individuals with Rett syndrome may occur acutely over a period of days or, more insidiously, over
months. Regression is characterized by loss of purposeful hand skills and oral language and the development of hand
stereotypies and gait dyspraxia. Other problems include breath holding and apnea during wakefulness with normal breathing
during sleep, epilepsy, oral-motor dysfunction with gut motility problems (eg,constipation, gastroesophageal reflux [GER]),
scoliosis, autonomic dysfunction (cold, blue extremities), and somatic growth failure. During the regression period,
individuals with Rett syndrome demonstrate screaming episodes, sleep disturbances, and poor social interactions.
Following the regression period, people with Rett syndrome demonstrate no further cognitive decline, become more
interactive with their environment and other persons, and may demonstrate some improvements in hand and communication
skills. They progress through puberty and survive to adulthood; however, they never regain significant purposeful hand use
or oral language skills.
Currently, diagnosis of Rett syndrome is made if the patient meets defined clinical criteria; molecular genetic testing does not
make the diagnosis, although mutations in the MECP2 gene are frequently identified in individuals meeting the clinical
criteria for this diagnosis. However, as many as 20% of females who meet the full clinical criteria for Rett syndrome may
have no identified mutation. Because no cure is available, treatment is palliative and supportive. A multidisciplinary
approach to care for persons with Rett syndrome is recommended.
Pathophysiology
Rett syndrome is a genetic disorder of neurodevelopmental arrest rather than a progressive process. The gene for Rett
syndrome is located on the X chromosome. Females with one mutated MECP2 gene are more likely to survive because one
X chromosome is activated randomly in each cell. The symptoms and severity of Rett syndrome may depend on both the
percentage of activated defective genes and the type of mutation. Multiple mutation types have been found in the 3 coding
regions of the MECP2 gene, with most mutation types causing truncations and missense proteins. Mutations have been found
in as many as 80% of analyzed cases of classic Rett syndrome. The MECP2 protein may act as a transcriptional repressor or
activator depending on the target gene with which it associates
About 70% of Rett syndrome cases are due to 4 missense mutations (ie, R106W, R133C, T158M, R306C) and 4 nonsense
14