100100123
100100135
M. Rivandio A. Simatupang
100100150
100100168
Rivhan Fauzan
100100236
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul Chronic Myeloid Leukemia.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen
Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen
pembimbing, dr. Ester Silalahi, yang telah meluangkan waktunya dan memberikan
banyak masukan dalam penyusunan laporan kasus ini sehingga penulis dapat
menyelesaikan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan
laporan kasus selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir
kata penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................... 1
1.1.Latar Belakang................................................................................ 1
1.2.Rumusan Masalah........................................................................... 2
1.3.Tujuan Penelitian............................................................................ 2
1.4.Manfaat penelitian.......................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3
2.1.Chronic Myeloid Leukemia............................................................. 3
2.1.1.Definisi Chronic Myeloid Leukemia............................................ 3
2.1.2.Etiologi......................................................................................... 3
2.1.3.Klasifikasi.................................................................................... 4
2.1.4.Patogenesis................................................................................... 6
2.1.5.Gejala dan Keluhan...................................................................... 6
2.1.6.Diagnosis...................................................................................... 8
2.1.7.Penatalaksanaan........................................................................... 10
2.1.8.Komplikasi................................................................................... 15
2.1.9.Prognosis...................................................................................... 17
BAB 3 LAPORAN KASUS............................................................................ 18
BAB 4 KESIMPULAN................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 34
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Chronic Myeloid Leukemia (CML), juga dikenal sebagai leukemia myeloid
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk memahami tinjauan ilmu teoritis penyakit chronoic myeloid
leukemia.
2. Untuk mengintegrasikan ilmu kedokteran yang telah didapat terhadap
kasus chronoic myeloid leukemia.
3. Untuk
mengetahui
gambaran
klinis,
perjalanan
penyakit,
Manfaat Penulisan
Beberapa manfaat yang didapatdari penulisan laporan kasus ini adalah:
1. Untuk lebih memahami dan memperdalam secara teoritis tentang ilmu
penyakit dalam khususnya mengenai penyakit chronoic myeloid
leukemia.
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi pembaca mengenai
penyakit chronoic myeloid leukemia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3. Klasifikasi
CML sering dibagi menjadi tiga fase berdasarkan karakteristik klinis dan
hasil laboratorium. CML dimulai dengan fase kronik, dan stelah beberapa tahun
berkembang menjadi fase akselerasi dan kemudian menjadi fase krisis blast.
Krisis blast adalah tingkatan akhir dari CML, dan mirip seperti leukemia akut.
Perkembangan dari fase kronik melalui akselerasi dan krisis blast diperoleh
kromosom abnormal yang baru yaitu kromosom philadelphia. Beberapa pasien
datang pada tahap akselerasi ataupun pada tahapan krisis blast pada saat mereka
didiagnosa.2
1. Fase Kronis
85% pasien dengan CML berada pada tahapan fase kronik pada saat
mereka didiagnosa dengan CML. Selama fase ini, pasien selalu tidak
mengeluhkan gejala atau hanya ada gejala ringan seperti cepat lelah dan
3. Krisis Blast
Krisis blast adalah fase akhir dari CML, dan gejalanya mirip seperti
leukemia akut, dengan progresifitas yang cepat dan dalam jangka waktu
yang pendek. Krisis blast didiagnosa apabila ada tanda-tanda sebagai
berikut pada pasien CML :
>20% myeloblasts atau lymphoblasts di dalam darah atau sum-sum tulang.
Sekelompok besar dari sel blast pada biopsi sum-sum tulang.
Perkembangan dari chloroma.
2.1.5.
Patogenesis
penurunan
berat
badan. Abdominal
discomfort,
yang
disebabkan
oleh
splenomegali, biasanya juga dijumpai. Gejala biasanya tidak nyata, dan diagnosis
sering ditegakkan bila pemeriksaan darah dilakukan atas alasan lain. Penderita
mungkin datang dengan splenomegali (yang dapat masif) atau dengan gejala
hipermetabolisme, termasuk kehilangan berat badan, anoreksia, dan keringat
Jarang
Nyeri tulang
Perdarahan
Abdominal discomfort
Demam
Asimtomatik
Berkeringat
Leukositosis
Gout
Spleen Infark
2.1.7.
Trombosit bisa meningkat, normal, atau menurun. Pada fase awal lebih
sering meningkat.
2. Sumsum Tulang
Hiperseluler dengan sistem granulosit dominan. Gambarannya mirip
dengan apusan darah tepi. Menunjukkan spectrum lengkap seri myeloid,
dengan komponen paling banyak ialah netrofil dan mielosit. Sel blast
kurang dari 30%. Megakariosit pada fase kronik normal atau meningkat.
3. Sitogenik
Dijumpai adanya Philadelphia (Ph1) chromosome pada kasus 95% kasus.
4. Vitamin B12 serum dan B12 binding capacity meningkat
5. Pemeriksaan PCR (polymerase chain reaction) dapat mendeteksi adanya
chimeric protein bcr abl pada 99% kasus
10
Blast 10 19 % dari WBC pada darah tepi atau dari sel sumsum tulang
berinti
Peningkatan ukuran lien atau WBC yang tidak responsif pada terapi.
Dipihak lain diagnosis CML pada fase krisis blastik menurut WHO adalah :
-
Blast >20% dari darah putih pada darah perifer atau sel sumsum tulang berinti
Fokus besar atau cluster sel blast dalam biopsy sumsum tulang.
2.1.8.
Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan leukemia myelogenous kronis (CML) adalah tiga kali lipat dan
telah berubah signifikan dalam 10 tahun terakhir,yakni:8
1.
2.
3.
untuk
11
Digunakan sebagai terapi awal pada fase kronik CML. Regimen ini dapat
digunakan setelah atau bersamaan dengan hydroxyurea ketika terdapat
peningkatan jumlah sel darah putih yang bermakna. Selain itu juga dapat
dikombinasikan dengan leukapheresis ketika sindrom hiperleukositik terjadi. Obat
ini merupakan golongan inhibitor tirosin kinase dimana bekerja dengan
menghambat BCR-ABL tirosin kinase yang penting dalam membentuk fungsi
BCR-ABL sehingga sel CML pun dapat dihambat. Obat ini diduga dapat
menghasilkan respon hematologik yang lengkap pada hampir semua pasien yang
berada dalam fase kronik dimana dapat terjadi konversi dari Ph positif menjadi
negatif. Oleh karena itu, obat ini dijadikan sebagai obat lini pertama pada CML,
baik digunakan sendiri atau bersamaan dengan interferon atau obat lain.
2. Tirosin kinase inhibitor terbaru
Iinhibitor baru BCR / ABL, dasatinib (Sprycel), nilotinib (Tasigna), dan bosutinib
(Bosulif) adalah inhibitor yang lebih kuat dari BCR / ABL pada imatinib. Selain
itu, mereka menunjukkan aktivitas yang signifikan terhadap semua mutasi resisten
kecuali mutasi BCR / ABL / T315I.
Dasatinib (Sprycel): Untuk fase kronis
Nilotinib (Tasigna): Untuk fase kronis
Bosutinib (Bosulif): Untuk kronis, akselerasi, dan fase krisis blast
12
Ponatinib (Iclusig): Untuk kasus-positif kronis atau fase krisis blast T315I, atau
pada pasien yang tepat di antaranya ada terapi TKI lainnya ditoleransi atau
diindikasikan
3. Myelosupressive
Terapi myelosuppressive dulunya adalah andalan pengobatan untuk mengkonversi
pasien dengan CML dari presentasi awal yang tidak terkontrol satu dengan remisi
hematologi dan normalisasi pemeriksaan dan laboratorium temuan fisik. Namun,
mungkin segera jatuh dari nikmat sebagai agen baru terbukti lebih efektif, dengan
efek samping yang lebih sedikit dan kelangsungan hidup lebih lama.
Hydorxyurea
Merupakan obat kemoterapi yang bersifat efektif dalam mengendalikan
penyakit dan mempertahankan hitung leukosit normal pada fase kronik,
tetapi diberikan seumur hidup pasien. Dosisnya dimulai dengan 1-2 g/hari
dan kemudian diturunkan setiap minggu sampai mencapai dosis rumatan
sebesar 0,5-1,5 g/hari. Obat ini kemudian dihentikan ketika hitung sel
darah putih telah mencapai kurang dari 5000/l (5109/liter).
HU (Hydrea), penghambat sintesis Deoksinukleotida, adalah agen
myelosuppressive yang paling umum digunakan untuk mencapai
hematologi remisi. Jumlah sel darah awal dipantau setiap 2-4 minggu, dan
dosis disesuaikan tergantung pada WBC dan jumlah trombosit.
Kebanyakan pasien mencapai remisi hematologi dalam waktu 1-2 bulan.
Obat ini hanya menyebabkan durasi pendek myelosupresi; dengan
demikian, bahkan jika jumlah pergi lebih rendah daripada yang
dimaksudkan, menghentikan pengobatan atau menurunkan dosis biasanya
mengontrol jumlah darah. Pemeliharaan dengan HU jarang menghasilkan
remisi sitogenetik atau molekul.
Busulfan
13
jangka
hiperpigmentasi,
dan
panjang
dapat
penekanan
menyebabkan
sumsum
fibrosis
paru,
berkepanjangan
yang
6. Interferon-
Di masa lalu, interferon alfa adalah terapi pilihan untuk sebagian besar pasien
dengan CML yang terlalu tua untuk transplantasi sumsum tulang (BMT) atau
yang tidak memiliki donor sumsum tulang yang cocok. Dengan munculnya
14
inhibitor tirosin kinase, interferon alfa tidak lagi dianggap terapi lini pertama
untuk CML. Ini dapat digunakan dalam kombinasi dengan obat-obat baru untuk
pengobatan kasus refrakter.
Saat ini masih merupakan obat terpilih pada CML dimana banyak digunakan
ketika jumlah leukosit meningkat. Obat ini bekerja dengan mempertahankan
jumlah leukosit tetap rendah (sekitar 4109/l). Dosis yang digunakan adalah 3-9
megaunit dan diberikan tiga sampai tujuh kali setiap minggu secara injeksi
subkutan.
7.
8.
Kemoterapi
15
Komplikasi3
1. Lelah
Ketika terjadi peningkatan jumlah sel darah putih, maka sel darah merah akan
terganggu dan dapat menyebabkan anemia. Anemia dapat menyebabkan
tubuh lelah dan lemas. Sementara itu, pengobatan CML juga dapat
menurunkan jumlah sel darah merah yang mana dapat memperparah anemia.
2. Perdarahan berat
Trombositopenia dapat menyebabkan mudah berdarah dan lebam. Perdarahan
bisa merupakan perdarahan hidung, gusi, maupun pada kulit (petechiae).
3. Nyeri
CML dapat menyebabkan nyeri sendi karena sumsum tulang berkembang
ketika terdapat peningkatan sel darah putih.
4. Splenomegali
Sel darah berlebih yang diproduksi pada CML banyak disimpan dalam limpa.
Hal ini menyebabkan limpa membesar dan bengkak. Adanya perbesaran
16
limpa ini juga dapat menimbulkan rasa penuh pada perut setelah makan atau
menyebabkan nyeri pada sisi kiri di bawah tulang rusuk.
5. Stroke atau pembekuan berlebihan
Pada beberapa orang yang menderita CML terdapat juga kelebihan produksi
platelet. Tanpa adanya pengobatan, trombositosis ini dapat menyebabkan
pembekuan darah berlebihan dan menyebabkan stroke.
6. Infeksi
Meskipun terdapat sel darah putih dalam jumlah yang tinggi, namun fungsi
mereka dalam pertahanan tubuh menurum sehingga imunitas tubuh menurun
dan rentan terkena infeksi. Selain itu, obat-obatan CML juga dapat
menurunkan jumlah sel darah putih (neutropenia) sehingga memudahkan pula
infeksi terjadi.
7. Kematian
Terutama jika tidak diobati secara adekuat, dapat menimbulkan kematian.
7.1.5. Prognosis
Ketahanan hidup rata-rata pasien dengan CML adalah 5-6 tahun, sementara
20% pasien masih dapat hidup hingga lebih dari 10 tahun. Respons yang sangat
baik akan terlihat setelah pemberian kemoterapi. Kematian sebagian besar terjadi
karena transformasi akut terminal atau perdarahan atau infeksi yang mengikuti.10
Dalam
memperhitungkan
prognosis
pasien
dapat
menggunakan hazard
17
18
BAB 3
LAPORAN KASUS
ANAMNESE PRIBADI
Nama
: Mugiman
Umur
: 21 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Status perkawinan
: Belum menikah
Pekerjaan
: Pelayan Restoran
Suku
: Batak
Agama
: Kristen Protestan
Alamat
: Tebing Tinggi
ANAMNESE PENYAKIT
Keluhan Utama
Telaah
19
: Anemia
RPO
ANAMNESE ORGAN
Jantung
Saluran Pernapasan
Saluran Pencernaan
Saluran urogenital
Syaraf Pusat
Darah dan P.darah
Sirkulasi perifer
Sesak napas
:-
Edema
: -
Angina Pektoris
:-
Palpitasi
: -
Batuk Batuk
:-
Asma, Bronkitis: -
Dahak
:-
Nafsu makan
: menurun
Penurunan BB : 10kg
Keluhan menelan
:-
Keluhan defekasi: -
Keluhan perut
Sakit BAK
:-
BAK tersendat: -
Mengandung batu
:-
Warna urin
Haid
:-
Sakit pinggang
:-
Keluhan sendi
:-
Haus/polidipsi
:-
Gugup
Poliuri
:-
Perubahan suara: -
Polifagia
:-
Sakit kepala
:-
Hoyong
:-
Pucat
:+
Perdarahan
: -
Petechie
:-
Purpura
: -
Claudiocatio int
:-
: jernih
Keterbatasan gerak: : -
20
ANAMNESE FAMILI
STATUS PRAESENS
Keadaan umum
Keadaan Gizi
Sensorium
: CM
Tekanan darah
RBW = BB
110
70
mmHg
x 100 %
TB 100
RBW = 76,9 %
Nadi
80
x/I,
: 20 x/i
Temperatur
: 37 x/i
Keadaan Penyakit
Pancaran wajah
: Lemah
Sikap paksa
:-
Refleks fisiologis
:+
Refleks patologis
:-
Anemia (+) Ikterus (-) Dispnoe (-) Sianose (-) Udem (-) Purpura (-)
Turgor kulit
: baik
21
KEPALA
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
dbn
LEHER
Struma membesar/tidak membesar, tingkat (-) nodular/multinodular/diffuse (-),
pembesaran kelenjar limpa (-), lokasi (-) jumlah (-) konsistensi (-) mobilitas (-)
nyeri tekan (-)
Posisi trakea medial, TVJ R-2 cm H20
Kaku kuduk (-), lain lain (-)
TORAK DEPAN
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Bentuk
: Simetris
Pergerakan
Nyeri tekan
:-
Fremitus suara
Iktus
Paru
Batas paru hati
: ICR V-VI
Peranjakan
: 1 cm
Jantung
Batas atas jantung
: 1 cm LMCS
22
Paru
Suara Pernapasan
: vesikuler
Suara tambahan
Jantung
M1>M2, P2>P1, A2>A1, A2>A1, desah sistolis (-), tingkat
(-)
Desah diastolis (-), lain-lain (-) HR : 80x/menit, regular
TORAK BELAKANG
Inspeksi
: simetris fusiformis
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: SP vesikuler
ST -
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk
: asimetris membesar
Gerakan lambung/usus
: (-)
Vena kolateral
: (-)
Kaput medusa
Palpasi
Dinding Abdomen
: (-)
: soepel, herpar dan renal
23
HATI
Pembesaran
:-
Permukaan
:-
Pinggir
:-
Nyeri tekan
:-
LIMPA
Pembesaran
GINJAL
Perkusi
Auskultasi
Ballotement
: (-)
UTERUS/OVARIUM
: (-)
TUMOR
: (-)
Pekak hati
: (+)
Pekak beralih
: (-)
Peristaltik usus
: normal
Lain-lain
: (-)
PINGGANG
Nyeri ketok sudut kostovertebra (-)
24
INGUINAL
: (-)
GENITALIA LUAR
: (-)
Spincter ani
Lumen
Mukosa
tidak dilakukan
Deformitas sendi
: (-)
Udem
:--
Lokasi
: (-)
a. femoralis
:++
Jari tabuh
: (-)
a. tibia pos
:++
: (-)
a. dorsalis ped : + +
Refleks KPR
:++
Sianosis
: (-)
Refleks APR
:++
Eritema Palmaris
: (-)
Refleks Fisiologis : + +
Tremor ekstremitas
: (-)
Refleks Patologis : - -
Kemih
Tinja
Hb : 9,1 g%
Tidak dilakukan
25
Reduksi : -
Protein : -
Trombosit: 697.000
Bilirubin: -
MCV : 83,8 fL
Urobilinogen : +
MCH: 27,6 pg
Sedimen
MCHC: 33g%
Eritrosit : 1/lbp
Hitung Jenis :
Lekosit : 1/lbp
Neutrofil : 45%
Silinder : -
Limfoit : 3%
Epitel : -
Monosit : 1%
Eosinofil : 1%
Basofil : 0
Metamyelosit : 13%
Band : 17%
Myelosit : 16%
Blast : 4%
RESUME
ANAMNESE
K.U.
Telaah : Hal ini dialami os sejak 3 bulan yang lalu, nyeri(+). Nyeri
tekan (+), nausea vomiting (-), riwayat terpapar zat kimia( pestisida)
26
(+), muka anemis (+). Fatigue (+), ginggiva bleeding (-), epistaksis
(-), hematemesis melena (-), transfusi darah (+) 2 bag satu minggu
yang lalu, febris (+) naik turun, menggigil (-), riwayat penggunaan
antipiretik (-), BAK normal. BAB normal. Anorexia (+), BB menurun
10kg dalam 2 bulan.
STATUS
PRAESENS
PEMERIKSAAN
Keadaan Umum
: normal
: kurang
Mata
FISIK
ikterik (-)
Leher
Toraks
Abdomen
27
Ekstremitas
LABORATORIUM
RUTIN
DIAGNOSA
BANDING
DIAGNOSA
1.
2.
3.
4.
5.
Splenomegaly ec CML
Splenomegaly ec AML
Splenomegaly ec CLL
Splenomegaly ec HL
Splenomegaly ec NHL
Splenomegaly ec CML
SEMENTARA
PENATALAKSAAN
Aktivitas
: Tirah baring
Diet
: Diet M II
Darah lengkap
Morfologi darah tepi
Anemia Profile
BMP
Foto thorax
USG Abdomen
CT-Scan
Konsul HOM
RENCANA AWAL
28
No. RM
-Morfologi
darah tepi
-Urinalisa
-Anemia Profile
-BMP
-Foto Abdomen
-USG Abdomen
-CT Scan
abdomen
-Konsul HOM
Rencana
Rencana
Rencana
Terapi
Monitoring
-Mengatasi
Edukasi
Menjelaskan kepada
simptomatik
dan
pasien mengenai
menegakkan
penyakit yg diderita
diagnosa
Tirah baring
Diet M II
IVFD NaCl 0,9%
20gtt/i (makro)
IVFD Aminofluid
1 fl/hari
Inj. Ceftriaxone
definisi, etiologi,
1g/12 jam iv
Inj. Ketorocal
penatalaksanaan dan
30mg / 8 jam iv
Inj Ranitidine
prognosisnya nya.
50mg / 12 jam
iv
S
P
Terapi
Tanggal
Muka
16/7/2014
pucat
(+),
benjolan
pada
perut
(+),
nyeri
perut(+)
Sens : Compos
Mentis
TD : 110/70
mmHg
Pols : 70 x/i
RR : 22 x/i
T : 36,70C
PD sama seperti
sebelumnya
VAS 4
- CML
Diagnostik
Tirah baring
Diet M II
IVFD NaCl
- Anemia
0,9% 20gtt/i
darah tepi
(makro)
IVFD
- LFT lengkap
Aminofluid 1
fl/hari
Inj. Ceftriaxone
1g/12 jam iv
Inj. Ketorolac
30mg / 8 jam iv
Inj Ranitidine
profile
-morfologi
- Urinalisis
- Feses rutin
- USG
abdomen
- Konsul
HOM
29
50mg / 12 jam
iv
17/07/14
Muka
pucat
(+),
benjolan
pada
perut
(+),
nyeri
perut (+)
Sens : Compos
Mentis
TD : 110/70
mmHg
Pols : 74 x/i
RR : 22 x/i
T : 36,70C
PD sama
dengan
sebelumnya
Hb: 9,7
Wbc: 370.00
Tromboit:
697000.
Morfologi
Leukosit
immature sel
(+). Platelet big
trombosit
Eritrosit
normokrom
normositer
Blast: 4
Myeloid: 16
Metamyeloid:
13
Band: 17
VAS 4
- CML
Tirah baring
Diet M II
IVFD NaCl
0,9% 20gtt/i
(makro)
IVFD
Aminofluid 1
fl/hari
Inj. Ceftriaxone
1g/12 jam iv
Inj. Ketorolac
30mg / 8 jam iv
Inj Ranitidine
50mg / 12 jam
iv
USG
abdomen,
Urinalisis,
Feses rutin,
LFT lengkap,
konsul HOM
30
18/07/14
Muka
pucat
(+),
benjolan
pada
perut
(+),
nyeri
Sens : Compos
Mentis
TD : 120/70
mmHg
Pols : 76 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,30C
PD sama
dengan
sebelumnya
VAS 4
- CML
Tirah baring
Diet M II
IVFD NaCl
-BMP
-USG
Abdomen
0,9% 20gtt/i
(makro)
IVFD
Aminofluid 1
fl/hari
Inj. Ceftriaxone
perut (+)
1g/12 jam iv
Inj. Ketorolac
30mg / 8 jam iv
Inj Ranitidine
50mg / 12 jam
iv
19/06/14
Muka
pucat
(+),
benjolan
pada
perut
(+),
nyeri
perut (+)
Sens : Compos
Mentis
TD : 120/70
mmHg
Pols : 76 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,30C
PD sama
dengan
sebelumnya
VAS 4
- CML
Tirah baring
Diet M II
IVFD NaCl
0,9% 20gtt/i
(mikro)
IVFD
Aminofluid 1
fl/hari
Inj. Ceftriaxone
1g/12 jam iv
Inj. Ketorolac
30mg / 8 jam iv
Inj Ranitidine
50mg / 12 jam
iv
- Menunggu
hasil BMP
31
20/07/14
Muka
pucat
(+),
benjolan
pada
perut
(+),
nyeri
perut (+)
Sens : Compos
Mentis
TD : 110/70
mmHg
Pols : 88 x/i
RR : 24x/i
T : 36,90C
PD sama
dengan
sebelumnya
Hasil BMP:
Selularitas
sumsum tulang
adalah relative
meninggi, selsel didominasi
oleh myeloid
dimana
dijumpai sel-sel
neutrophil
batang,
myelosit, dan
metamyelosit,
tidak dijumpai
peningkatan
dari blast,
megakaryosit
sulit dijupai.
Kesimpulan:
Chronic
Myeoloid
Leukemia
- CML
Tirah baring
Diet M II
IVFD NaCl
0,9% 20gtt/i
(mikro)
IVFD
Aminofluid 1
fl/hari
Inj. Ceftriaxone
1g/12 jam iv
Inj. Ketorolac
30mg / 8 jam iv
Inj Ranitidine
50mg / 12 jam
iv
32
BAB 4
KESIMPULAN
Pasien atas nama Mugiman, 21 tahun didiagnosa Chronic Myeloid
Leukemia fase kronik, melalui hasil anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan BMP dan morfologi darah tepi.
33
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam,
2013.
Chronic
myelogenous
leukemia
(CML).
2014.
2. Besa E C, Khrishnan K, 2014. Chronic myelogenous leukemia.
http://emedicine.medscape.com/article/199425-overview#aw2aab6b2b4aa .
34