Antibiotik oral
umumnya digunakan untuk pasien dengan infeksi lebih parah atau pengobatantahan api dan termasuk penisilin penicillinase-tahan atau sefalosporin generasi
pertama.1 Impetigo disebabkan oleh bakteri gram-positif, paling sering
Staphylococcus aureus dan Streptococcus pyogenes (kelompok streptococcus
beta-hemolitik [GABHS]), baik sendiri atau dalam kombinasi. 1 Prognosis
biasanya baik, penyembuhan terjadi dalam waktu 2 minggu. 1
Kata kunci: impetigo, pyoderma
Abtract
Impetigo is a common skin infection in children between the ages of 2 and 5 years
old. Impetigo crust, also referred to as pyoderma, is a highly communicable
superficial skin infection that commonly occurs worldwide in children between
ages 2 and 5 years. It is highly infectious and is caused primarily by grampositive bacteria, mainly Staphylococcus aureus and group A beta-hemolytic
streptococcus.
form a honey-colored, thick crust that may cause pruritus. Most impetigo
infections resolve without requiring antibiotics; however, to reduce the duration
and spread of the disease, topical antibiotics are used. Oral antibiotics are
generally reserved for patients with more severe or treatment-refractory infection
and
include
penicillinase-resistant
penicillins
or
first-generation
The
prognosis is usually good, with healing occurring within 2 weeks if left untreated.1
Keywords: impetigo, pyoderma
Pendahuluan
Kulit adalah organ tubuh yang paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan berat kira-kira
15% dari berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis
dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan juga bergantung
pada lokasi tubuh. Bakteri, jamur dan virus, dapat menyebabkan banyak penyakit
kulit. Manifestasi morfologik penyakit-penyakit infeksi bakteri pada kulit sangat
bervariasi. Infeksi pada kulit oleh bakteri piogenik biasanya berasal dari luar
tubuh. Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Pioderma juga
merupakan infeksi purulen pada kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus dan
Streptococcus atau keduanya.
seringkali menyebar dengan cepat di sekolah, tempat penitipan anak atau pada
tempat dengan hygiene buruk atau juga tempat tinggal yang padat penduduk.
Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan oleh seorang dokter dengan
cara melakukan serangkaian wawancara dengan pasien atau keluarga pasien.
Anamnesis yang ditanyakan sebagai berikut. Identitas pasien: nama, usia, alamat,
pekerjaan. Keluhan utama: gatal/nyeri disertai bercak (merah/putih/coklat),
bersisik/baal dan tanyakan sejak kapan. 2 Riwayat penyakit sekarang: Jika gatal
tanyakan lokasinya, apakah ada faktor memperberat keluhan utama? Waktu kapan
gatalnya? Jika disertai bersisik: halus/tebal. Jika bercak merah/putih: ada
gatal/tidak. Apakah sudah diobati sebelumnya? Tanyakan juga keluhan lainnya
misalnya demam, lemas, berat badan turun dan sebagainya. Riwayat penyakit
dahulu :Apakah pasien sebelumnya pernah menderita penyakit yang sama?
Apakah ada riwayat alergi pada makanan ataupun obat? Apakah ada riwayat
penyakit diabetes melitus? Riwayat keluarga : Apakah keluarga atau teman
serumah ada yang mengalami keluhan yang sama?Riwayat sosial dan kebiasaan:
Bagaimana kondisi tempat tinggal? Bagaimana dengan kebersihan pasien?
Permeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk pemeriksaan fisik kulit; warna kulit serta
skinphototype, suhu kulit (hipotermi/normotermi/hipertermi), kelembapan kulit
(kering/normal/lembab/berminyak),
tekstur
kulit
(kasar/normal/lembut).
Efloresensi makula eritematosa miliar sampai lentikular merah atau papul sebagai
lesi awal. Lesi dengan bula yang ruptur dan tepi dengan krusta., difus, anular,
sirsinar, vesika dan bula lentikular difus; pustula miliar sampai lentikular; krusta
kuning kecoklatan, berlapis-lapis, mudah diangkat.3 Lokalisasi: daerah yang
terpajan, terutama wajah (sekitar hidung dan mulut), tangan dan leher dan
ekstremitas. 3
Pemeriksaan Penunjang
Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau pada
suatu daerah dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus yang kurang
pada
50%
kasus
pasien
dengan
impetigo.
antibiotic
dilakukan
untuk
mengisolasi
methicilin-
resistant
bahasa Latin yang berarti serangan, dan telah digunakan untuk menjelaskan
gambaran seperti letusan berkeropeng yang biasa nampak pada daerah permukaan
kulit. 2 Impetigo mengenai kulit bagian atas ( epidermis superfisial) dengan dua
macam gambaran klinis, impetigo krustosa ( tanpa gelembung, cairan dengan
krusta, keropeng, koreng) dan impetigo bulosa ( dengan gelembung berisi cairan).
penyebab
Streptococcus B hemoliticus.
impetigo
4
adalah
Staphylococcus
aureus
dan
kasus
merupakan
kombinasi
Staphylococcus
aureus
dengan
banyak terdapat pada faring, hidung, aksila dan perineal merupakan tempat
berkembangnya penyakit impetigo krustosa
dengan pasien atau dengan seseorang yang menjadi carrier. Kuman tersebut
berkembang biak dikulit dan akan menyebabkan terbentuknya lesi dalam satu
sampai dua minggu. 6
Cara infeksi pada impetigo krustosa ada 2, yaitu infeksi primer dan infeksi
sekunder.
Infeksi Primer
Infeksi primer, biasanya terjadi pada anak-anak. Awalnya, kuman menyebar dari
hidung ke kulit normal (kira-kira 11 hari), kemudian berkembang menjadi lesi
pada kulit. Lesi biasanya timbul di atas kulit wajah (terutama sekitar lubang
hidung) atau ekstremitas setelah trauma. 6
Infeksi sekunder
Infeksi sekunder terjadi bila telah ada penyakit kulit lain sebelumnya
(impetiginisasi) seperti dermatitis atopik, dermatitis statis, psoariasis vulgaris,
SLE kronik, pioderma gangrenosum, herpes simpleks, varisela, herpes zoster,
pedikulosis, skabies, infeksi jamur dermatofita, gigitan serangga, luka lecet, luka
goresan, dan luka bakar, dapat terjadi pada semua umur. 6
Impetigo krustosa biasanya terjadi akibat trauma superfisialis dan robekan
pada epidermis, akibatnya kulit yang mengalami trauma tersebut menghasilkan
suatu protein yang mengakibatkan bakteri dapat melekat dan membentuk suatu
infeksi impetigo krustosa. 6 Keluhan biasanya gatal dan nyeri. Impetigo krustosa
6
sangat menular, berkembang dengan cepat melalui kontak langsung dari orang ke
orang. Impetigo banyak terjadi pada musim panas dan cuaca yang lembab. 4 Pada
anak-anak sumber infeksinya yaitu binatang peliharaan, kuku tangan yang kotor,
anak-anak lainnya di sekolah, daerah rumah kumuh, sedangkan pada dewasa
sumbernya yaitu tukang cukur, salon kecantikan, kolam renang, dan dari anakanak yang telah terinfeksi..4
Manifestasi Klinis
Impetigo krustosa dapat terjadi di mana saja pada tubuh, tetapi biasanya
pada bagian tubuh yang sering terpapar dari luar misalnya wajah, leher, dan
ekstremitas. Impetigo krustosa diawali dengan munculnya eritema berukuran
kurang lebih 2 mm yang dengan cepat membentuk vesikel, bula atau pustul
berdinding tipis.
erosi kemudian eksudat seropurulen mengering dan menjadi krusta yang berwarna
kuning keemasan (honey-colored) dan dapat meluas lebih dari 2 cm. Lesi biasanya
berkelompok dan sering konfluen meluas secara irreguler.
menyerang
dan
aktivitas
eksotoksin
yang
dihasilkan.8
Streptococcus masuk melalui kulit yang terluka dan melalui transmisi kontak
langsung, setelah infeksi, lesi yang baru mungkin terlihat pada pasien tanpa
adanya kerusakan pada kulit. Bentuk lesi mulai dari makula eritema yang
berukuran 2 4 mm. Secara cepat berubah menjadi vesikel atau pustula. 8 Vesikel
dapat pecah spontan dalam beberapa jam atau jika digaruk maka akan
meninggalkan krusta yang tebal, karena proses dibawahnya terus berlangsung
sehingga akan menimbulkan kesan seperti bertumpuk-tumpuk, warnanya
kekuning-kuningan. Karena secara klinik lebih sering dilihat krusta maka disebut
impetigo krustosa. 8 Krusta sukar diangkat, tetapi bila berhasil akan tampak kulit
yang erosif.
Gejala Klinis
Gejala klinis impetigo dimulai dari munculnya kelainan kulit berupa eritema dan
vesikel yang cepat menyebar dan memecah dalam waktu 24 jam. Lesi yang pecah
akan mengeluarkan sekret/cairan berwarna kuning encer. 3 Lesi ini paling sering
ditemukan di daerah kaki, tangan, wajah dan leher. Pada umumnya tidak dijumpai
demam. Pada awalnya, kemungkinan akan dijumpai; ruam merah yang lembut,
kulit mengeras/krusta (Honey-colored crusts), gatal, luka yang sulit menyembuh.
Awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan
padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm.
normal atau kulit yang kena trauma sebelumnya atau mengikuti kelainan kulit
sebelumnya (skabies, vasisela, dermatitis atopi) dan dapat menyebar dengan
cepat. Lesi berada sekitar hidung, mulut dan daerah tubuh yang sering terbuka
( tangan dan kaki). 3 Kelenjar getah bening dapat menbesar dan dapat nyeri. Lesi
juga menyebar ke daerah sekitar dengan sendirinya (autoinokulasi). Jika dibiarkan
tidak diobati maka lesi dapat menyebar terus karena tindakan diri sendiri (digaruk
lalu tangan memegang tempat lain sehingga mengenai tempat lain). Lalu dapat
sembuh dengan sendirinya dalam beberapa minggu tanpa jaringan parut. 3
Walaupun jarang, bengkak pada kaki dan tekanan darah tinggi dapat ditemukan
pada orang dengan impetigo krustosa sebagai tanda glomerulonefritis (radang
pada ginjal) akibat reaksi tubuh terhadap infeksi oleh kuman Streptokokus
penyebab impetigo.
Diagnosis Banding
Impetigo Bulosa
Impetigo bulosa atau cacar monyet adalah suatu bentuk impetigo dengan gejala
utama berupa lepuh-lepuh berisi cairan kekuningan dengan dinding tegang,
terkadang tampak hipopion.Mula-mula berupa vesikel, lama kelamaan akan
membesar menjadi bula yang sifatnya tidak mudah pecah, karena dindingnya
relatif tebal dari impetigo krustosa. Isinya berupa cairan yang lama kelamaan akan
berubah menjadi keruh karena invasi leukosit dan akan mengendap. 3 Bila
pengendapan terjadi pada bula disebut hipopion yaitu ruangan yang berisi pus
yang mengendap, bila letaknya di punggung, maka akan tampak seperti
menggantung.
pada anak-anak, dewasapun juga. Frekuensi sama laki-laki dan perempuan. Lepuh
tiba-tiba muncul pada kulit sehat, bervariasi mulai dari miliar hingga lentikular,
biasanya dapat bertahan 2 3 hari. Pemeriksaan kulit:lokalisasi: ketiak, dada,
punggung, dan ekstremitas atas atau bawah.Efloresensi: tampak bula dengan
dinding tepal dan tipis, miliar hingga lentikular, kulit sekitarnya tidak
menunjukkan peradangan, terkadang-kadang tampak hipopion. Tempat predileksi
di ketiak, dada, punggung. Sering bersama-sama miliaria.
Penyakit ini lebih banyak terjadi di daerah tropis dengan musim panas dan banyak
debu. 7 Faktor yang mempengaruhi timbulnya impetigo bulosa anatara lain gizi
kurang dan anemia. Kebersihan/higiene kurang dan lingkungan yang kotor. 7
Gambaran
khas
dari
impetigo
seperti: 9
bulosa
Vesikel ( gelembung berisi cairan dengan diameter < 0,5 cm) yang timbul
sampai bulla ( gelembung berisi cairan dengan diameter >0,5 cm) kurang dari 1
cm pada kulit yang utuh, dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada
awalnya vesikel berisi cairan yang jernih yang berubah menjadi vesikel berisi
cairan
Bulla
yang
yang
jernih
utuh
yang
jarang
berubah
ditemukan
menjadi
karena
warna
sangat
keruh. 9
rapuh
Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya, maka kelainan itu dapat
menyertai
dermatitis
atopi,
varisela,
gigitan
binatang
dan
lain-lain.9
Lesi dapat lokal atau tersebar, sering kali di wajah atau tempat lain, seperti
tempat
yag
lembab,
lipatan
kulit,
ketiak
atau
lipatan
leher.
Atap dari bula pecah dan meninggalkan gambaran collarette pada pinggirnya.
Krusta varnishlike terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan
memperlihatkan
Tidak
ada
dasar
yang
pembengkakan
kelenjar
merah
getah
bening
dan
di
basah.
dekat
lesi.
Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gejala demam, lemah, diare.
Jarang sekali disertai dengan radang paru, infeksi sendi atau tulang
Ektima
Ektima atau sinonimnya impetigo ulseratif adalah pioderma ulseratif kulit yang
umumnya disebabkan oleh Streptococcus -hemolyticus. 10 Penyebab lainnya bisa
Staphylococcus aureus atau kombinasi dari keduanya. Bakteri biasanya
menyerang epidermis dan dermis sehingga membentuk ulkus dangkal yang
ditutupi oleh krusta berlapis, sering terdapat pada tungkai bawah. Pemeriksaan
fisis efloresensi dari ektima awalnya berupa pustul kemudian pecah membentuk
ulkus yang tertutupi krusta. 10 Lokalisasi lesi pada ekstremitas bawah, wajah, dan
ketiak. Ektima merupakan suatu infeksi kulit yang mirip dengan impetigo
krustosa, namun kerusakan dan daya invasifnya pada kulit lebih dalam. 10 Infeksi
diawali pada lesi yang disebabkan karena garukan atau gigitan serangga. Lesi
pada ektima awalnya berbentuk vesikel atau pustul pada daerah inflamasi kulit,
kemudian langsung ditutupi dengan krusta yang lebih keras dan tebal daripada
krusta impetigo. Ektima sering ditemukan pada anak-anak, orang tua serta orangorang dengan gangguan fungsi imun (Human Imunodeficiency Virus).
Penatalaksanaan pada ektima ialah pemberian antibiotik oral.
10
Penggunaan
sabun antiseptik atau bahan peroksida yang dicuci pada luka dapat mengurangi
infeksi. Lesi yang direndam pada air panas juga dapat membantu terlepasnya
krusta. Dengan penatalaksanaan tersebut ektima dapat sembuh sempurna. Jika
keadaan umum baik akan sembuh sendiri dalam waktu sekitar 3 minggu dan
meninggalkan jaringan parut yang tidak berarti. 10 Jika keadaan umum buruk dapat
menjadi gangren. Komplikasi dari ektima dapat berupa infeksi sistemik yang
10
akhirnya dapat membawa pada suatu keadaan gagal ginjal (glomerulonefritis post
streptokokus). 10
Pencegahan
Kebersihan sederhana dan perhatian terhadap kecil dapat mencegah timbulnya
impetigo.
Seseorang
yang
sudah
terkena
impetigo
atau
gejala-gejala
11
Penderita impetigo harus diisolasi, dan dicegah agar tidak terjadi kontak dengan
orang lain minimal dalam 24 jam setelah pemberian antibiotik.
11
Pemakaian
barang-barang atau alat pribadi seperti handuk, pakaian, sarung bantal dan seprai
harus dipisahkan dengan orang-orang sehat. Pada umumnya akhir periode
penularan adalah setelah dua hari permulaan pengobatan, jika impetigo tidak
menyembuh dalam satu minggu, maka harus dievaluasi. 11
Komplikasi
Selulitis dan Erisepelas
Impetigo krustosa dapat menjadi infeksi invasif menyebabkan terjadinya selulitis
dan erisepelas, meskipun jarang terjadi. Selulitis merupakan peradangan akut kulit
yang mengenai jaringan subkutan (jaringan ikat longgar) yang ditandai dengan
eritema setempat, ketegangan kulit disertai malaise, menggigil dan demam.
Sedangkan erisepelas merupakan peradangan kulit yang melibatkan pembuluh
11
limfe superfisial ditandai dengan eritema dan tepi meninggi, panas, bengkak, dan
biasanya disertai gejala prodromal. 3
Glomerulonefritis Post Streptococcal
Komplikasi utama dan serius dari impetigo krustosa yang umumnya disebabkan
oleh Streptococcus group A beta-hemolitikus ini yaitu glomerulonefritis akut (2%5%).3 Penyakit ini lebih sering terjadi pada anak-anak usia kurang dari 6 tahun.
Tidak ada bukti yang menyatakan glomerulonefritis terjadi pada impetigo yang
disebabkan oleh Staphylococcus. Insiden glomerulonefritis (GNA) berbeda pada
setiap individu, tergantung dari strain potensial yang menginfeksi nefritogenik.
Faktor yang berperan penting atas terjadinya GNAPS yaitu serotipe Streptococcus
strain 49, 55, 57. 3
Rheumatic Fever.
Sebuah kelainan inflamasi yang dapat terjadi karena komplikasi infeksi
streptokokus yang tidak diobati strep throat atau scarlet fever. Kondisi tersebut
dapat mempengaruhi otak, kulit, jantung,dan sendi tulang. 3
Pneumonia.
Pneumonia merupakan penyakit yang banyak ditemui setiap tahun. Penyakit ini
biasa terjadi pada perokok dan seseorang yang menggunakan obat yang menekan
sistem imunitas. 3
Meningitis
Sebuah inflamasi pada membran dan cairan serebrospinal yang melingkupi otak
dan medula spinalis. Meningitis merupakan sebuah penyakit serius yang dapat
mempengaruhi kehidupan dan menghasilkan komplikasi permanen seperti koma,
syok, dan kematian. 3
Penatalaksanaan
Umum
Menjaga kebersihan agar tetap sehat dan terhindar dari infeksi kulit.
Menindaklanjuti luka akibat gigitan serangga dengan mencuci area kulit yang
terkena untuk mencegah infeksi. 11
Mengurangi kontak dekat dengan penderita
12
Bila diantara anggota keluarga ada yang mengalami impetigo diharapkan dapat
melakukan beberapa tindakan pencegahan berupa: 11
-Mencuci bersih area lesi (membersihkan krusta) dengan sabun dan air mengalir
serta membalut lesi.
-Mencuci pakaian, kain, atau handuk penderita setiap hari dan tidak menggunakan
peralatan harian bersama-sama.
-Menggunakan sarung tangan ketika mengolesi obat topikal dan setelah itu
mencuci tangan sampai bersih.
-Memotong kuku untuk menghindari penggarukan yang memperberat lesi.
-Memotivasi penderita untuk sering mencuci tangan.
Khusus
Pada prinsipnya, pengobatan impetigo krustosa bertujuan untuk memberikan
kenyamanan dan perbaikan pada lesi serta mencegah penularan infeksi dan
kekambuhan.
Terapi Sistemik
Pemberian antibiotik sistemik pada impetigo diindikasikan bila terdapat lesi yang
luas atau berat, limfadenopati, atau gejala sistemik. 11
a.Pilihan Pertama (Golongan Lactam)
Golongan Penicilin (bakterisid)
Amoksisilin+ Asam klavulanat
Dosis 2x 250-500 mg/hari (25 mg/kgBB) selama 10 hari.
Golongan Sefalosporin generasi-ke1 (bakterisid)
Sefaleksin
Dosis 4x 250-500 mg/hari (40-50 mg/kgBB/hari) selama 10 hari.3
Kloksasilin
Dosis 4x 250-500 mg/hari selama 10 hari.
b.Pilihan Kedua
Golongan Makrolida (bakteriostatik)
Eritromisin
Dosis 30-50mg/kgBB/hari.
Azitromisin
13
Dosis 500 mg/hari untuk hari ke-1 dan dosis 250 mg/hari untuk hari ke-2
sampai hari ke-4. 11
Terapi Topikal
Penderita diberikan antibiotik topikal bila lesi terbatas, terutama pada wajah dan
penderita sehat secara fisik. Pemberian obat topikal ini dapat sebagai profilaksis
terhadap penularan infeksi pada saat anak melakukan aktivitas disekolah atau
tempat lainnya. Antibiotik topikal diberikan 2-3 kali sehari selama 7-10 hari. 11
Mupirocin
Mupirocin (pseudomonic acid) merupakan antibiotik yang berasal dari
Pseudomonas fluorescent .Mekanisme kerja mupirocin yaitu menghambat sintesis
protein (asam amino) dengan mengikat isoleusil-tRNA sintetase sehingga
menghambat aktivitas coccus Gram positif seperti Staphylococcus dan sebagian
besar Streptococcus. Salap mupirocin 2% diindikasikan untuk pengobatan
impetigo yang disebabkan Staphylococcus dan Streptococcus pyogenes. 11
Asam Fusidat
Asam Fusidat merupakan antibiotik yang berasal dari Fusidium coccineum.
Mekanisme kerja asam fusidat yaitu menghambat sintesis protein. Salap atau krim
asam fusidat 2% aktif melawan kuman gram positif dan telah teruji sama efektif
dengan mupirocin topikal. 11
Bacitracin
Baciracin merupakan antibiotik polipeptida siklik yang berasal dari Strain
Bacillus Subtilis. Mekanisme kerja bacitracin yaitu menghambat sintesis dinding
sel bakteri dengan menghambat defosforilasi ikatan membran lipid pirofosfat
sehingga aktif melawan coccus Gram positif seperti Staphylococcus dan
Streptococcus. Bacitracin topikal efektif untuk pengobatan infeksi bakteri
superfisial kulit seperti impetigo. 11
Retapamulin
Retapamulin bekerja menghambat sintesis protein dengan berikatan dengan
subunit 50S ribosom pada protein L3 dekat dengan peptidil transferase. Salap
Retapamulin 1% telah diterima oleh Food and Drug Administraion (FDA) pada
tahun 2007 sebagai terapi impetigo pada remaja dan anak-anak diatas 9 bulan dan
telah menunjukkan aktivitasnya melawan kuman yang resisten terhadap beberapa
obat seperti metisilin, eritromisin, asam fusidat, mupirosin, azitromisin. 11
14
Prognosis
Pada beberapa individu, bila tidak ada penyakit lain sebelumnya impetigo
krustosa dapat membaik spontan dalam 2-3 minggu. Namun, bila tidak diobati
impetigo krustosa dapat bertahan dan menyebabkan lesi pada tempat baru serta
menyebabkan komplikasi berupa ektima, dan dapat menjadi erisepelas, selulitis,
atau bakteriemi.
10
Kesimpulan
Impetigo krustosa atau impetigo kantagiosa merupakan penyakit kulit pada anakanak yang menyerang epidermis dengan gambaran dominan krusta yang khas
berwarna kuning kecoklatan seperti madu berlapis-lapis. Penyebab utamanya oleh
bakteri Streptococcus beta hemolyticus grup A dan/atau Streptococcus aureus.
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan pewarnaan Gram, biakan kuman, dan kultur
cairan. Prognosis baik apabila segera ditangani dan diobati.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuanda, Adhi. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi keenam).
Balai Penerbit FKUI: Jakarta. h. 57-60.
2.
Sukanto, martodihardjo, dan Zulkarnain. 2010. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Bag/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi III. RSU dr.
Soetomo: Surabaya.
Murtiastutik, Dewi; et al. 2011. Penyakit Kulit dan kelamin Edisi 2.
3.
4.
D.
Ecthyma.
Available
from:
URL:
16