Anda di halaman 1dari 7

Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2

Bandung, 19-20 Oktober 2009

PEMBUATAN BIODISEL DARI MINYAK BIJI


BUNGA MATAHARI

Rudi Hartono, Heri Heriyanto, Jayanudin, Arnes S.


Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Jl. Jendral Sudirman Km. 3 Cilegon - Banten
Email : herfais@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari proses pembuatan biodiesel dari minyak biji
bunga matahari dan mencari suhu optimum pada proses alkoholisis minyak biji bunga matahari
dengan katalisator NaOH. Proses pada penelitian ini adalah metode Foolfroop yang dibagi dalam
dua tahap : tahap pertama reaksi alkoholisis minyak biji bunga matahari dengan ¾ methoxide
dan tahap kedua adalah menambahkan ¼ methoxide pada hasil biodiesel tahap pertama.
Proses alkoholisis dijalankan dalam reaktor batch dalam labu leher 3 yang dilengkapi
dengan magnetic stirer, kondensor tegak, thermometer, dan alat pemanas berupa water batch.
Tahap alkoholisis diawali dengan mereaksikan minyak biji bunga matahari dan ¾ methoxide
pada suhu 500C dan diaduk selama 1 jam. Kemudian dilanjutkan dengan penambahan ¼
methoxide pada hasil biodiesel tahap awal dan dipanaskan kembali pada suhu 50 0C disertai
pengadukkan selam 1 jam. Tahap akhir adalah pemisahan biodiesel dengan gliserol dengan
metode pemisahan berat jenis. Produk yang diperoleh dianalisa karakteristiknya yaitu : viskositas,
densisitas, flash point. Peubah-ubah yang dipelajari meliputi variasi suhu pada kisaran 500C –
650C dengan interval 50C dan rasio reaktan dengan perbandingan 1:4, 1:5, 1:6.
Berdasarkan hasil penelitian diambil kesimpulan bahwa reaksi alkoholisis optimum pada
suhu 600C dan rasio reaktan 1:6 dengan yield 58,7%. Dan hasil pengujian karakteristik biodiesl
minyak biji bunga matahari adalah viskositas = 3,938 cSt, densitas = 0,828 gr/m, pH = 6 – 7,
dan flash point = 1300C.

Kata kunci : alkoholisis, methoxide, foolfroop,biodiesel

Pendahuluan penghematan yang berarti.Terbukti dari jumlah


Sumber energi minyak dan gas bumi penggunaan bahan bakar yang terus meningkat
tidak dapat diperbaharui kembali, persediaanya pada tiap tahunnya.
yang semakin menipis dan pengembangan Selain sifatnya yang tidak dapat
produksinya terbatas. Sebelum krisis minyak terbaharukan penggunaan bahan bakar fosil
bumi terjadi, harus ada bahan bakar alternatif menyebabkan berbagai permasalahan
yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan. lingkungan, terutama di kota-kota besar yang
Menghadapi semakin langkanya minyak bumi penuh dengan polusi asap kendaraan dan
sedangkan kebutuhan bahan bakar diesel industri. Penggunaan BBM sebagai bahan bakar
semakin meningkat seiring dengan peningkatan utama ikut memberi andil dalam kerusakan
penggunaan mesin diesel, maka perlu dicari lingkungan yang terjadi. Emisi gas buang hasil
sumber-sumber lain diluar minyak dan gas pembuangan bahan bakar mengandung senyawa-
bumi. Bahan bakar alternatif yang dimungkinkan senyawa yang membahayakan bagi kesehatan.
adalah berasal dari minyak nabati yang terdapat Proses alkoholisis minyak nabati sudah
pada pada tumbuh-tumbuhan misalnya kelapa, banyak dilakukan penelitian sejak tahun 1979,
biji jarak, biji bunga matahari, kedelai, kacang Noureddin dan Zhu pada tahun 1997 meneliti
tanah. alkoholisis minyak kacang kedelai dan methanol.
Di Indonesia, pemanfaatan minyak bumi Pada rasio reaktan methanol : minyak, 6 : 1,
dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pada katalisator 2 % dari berat minyak, variasi suhu
tahun 2007 dan paling lambat tahun 2015 yang dipelajari dari 30 sampai dengan 70 oC.
Indonesia diperkirakan akan menjadi pengimpor Kusmiyati (1999) meneliti alkoholisis minyak
penuh minyak bumi (PPE-ITB,2003). kapuk dan methanol dengan katalis zeolit aktif,
Pemerintah telah membuat kebijakan energi hasil yang relatif baik diperoleh pada rasio
nasional melalui Instruksi Presiden No. 10/2005 reaktan metanol : minyak, 6 : 1, suhu 130oC,
tentang penghematan energi, namun dalam koversi mencapai  64 % dalam waktu 60 menit.
prakteknya pemerintah belum bisa melakukan

ETU12-1
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009

Biji bunga matahari belum banyak Cara lainnya adalah dengan melewatkan HCl
dimanfaatkan, minyak biji bunga matahari kedalam campuran reaksi tersebut dan direfluks.
merupakan trigliserida yang tersusun atas asam Cara ini dikenal dengan nama metode Fischer-
lemak dan gliserol yang mempunyai rantai Speier.
karbon panjang, sedangkan asam lemak dapat di Hasil dari ester ini dapat bertambah
alkoholisis dengan alkohol yang mempunyai dengan cara menggunakan salah satu pereaksi
berat molekul rendah (Groggins, 1985). secara berlebih. Pertambahan hasil juga
Permasalahan yang timbul adalah dipengaruhi oleh dehidrasi yang artinya menarik
bagaimana memperoleh yield yang baik dari air yang terbentuk sebagai hasil samping reaksi.
alkoholisis minyak biji bunga matahari dengan Air dapat dipisahkan dengan cara menambahkan
methanol dengan katalis Natrium Hidroksida pelarut yang bersifat non polar seperti misalnya
(NaOH) untuk menghasilkan metil ester sebagai benzen dan kloroform sehingga ester yang
bahan bakar alternatif. Penelitian ini bertujuan terbentuk akan segera terikat pada pelarut yang
untuk mempelajari pengaruh variasi waktu digunakan. Asam anorganik yang digunakan
reaksi, suhu terhadap produk biodisel. sebagai katalis akan menyebabkan asam
karboksilat mengalami konyugasi sehingga asam
Teori Dasar konyugat dari asam karboksilat tersebutlah yang
Sumber energi alternatif yang mulai akan berperan sebagai substrat.
dikembangkan adalah sumber energi dari minyak Struktur konyugasi asam karboksilat adalah
nabati. Biji bunga matahari mengandung 45-50 sebagai berikut :
% lipid, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber
energi biodiesel. Metil ester yang dihasilkan
dapat diharapkan sebagai bahan bakar alternatif
untuk menggantikan minyak bumi sebagai
bahan bakar. Hasil pembakaran dari metil ester Asam karboksilat akan beresonasi hibrid :
adalah asap yang bersih tidak menghasilkan
emisi sulfur dioksida. Walaupun menghasilkan
panas yang relatif rendah tidak memerlukan
penyesuaian yang khusus dan tidak
menghilangkan efisiensi.
Bruwer (1980) mempelajari penggunaan
minyak bunga matahari sebagai sumber energi Dengan demikian mekanisme reaksi esterifikasi
yang dapat diperbaharui, ketika mengoperasikan antara asam karboksilat dengan alkohol adalah
traktor dengan 100 % minyak biji bunga sebagai berikut :
matahari sebagai pengganti bahan bakar diesel.
Bunga matahari mempunyai viskositas 14
% lebih tinggi dibandingan bahan bakar diesel
pada 37oC. Mesin/ motor dapat menggunakan
minyak biji bunga matahari karena sama dengan
mesin diesel, tetapi oksidasi minyak bunga
matahari yang menyebabkan menempelnya getah
berat atau deposit lilin pada peralatan test.
Alkoholisis adalah reaksi suatu asam
karboksilat dengan alkohol untuk membentuk
suatu ester, dimana reaksinya biasanya lambat
namun dapat dipercepat dengan bantuan suatu Jika dianggap oksigen dari karbonil yang
katalis yang biasa dipergunakan adalah suatu diprotonasi maka mekanisme reaksinya adalah
asam anorganik seperti HCl dan H2SO4. sebagai berikut :
Pada reaksi ester dengan alcohol terjadi
pertukaran gugus alkyl dari ester. Reksi ini
memungkinkan terjadinya perubahan ester berat
menjadi ringan. Minyak nabati bila di alkoholisis
dengan alkohol berantai pendek akan
menghasilkan gliserol dan ester yang mempunyai
rantai yang lebih pendek.

A Karboksilat Alkohol Ester

ETU12-2
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009

Metil ester adalah olekimia dasar turunan katalisator yang digunakan. Dengan katalisator
dari minyak dan lemak. Metil ester diproduksi basa reaksi terjadi pada suhu kamar, dengan
dengan proses alkoholisis yaitu dengan katalisator asam suhu mendekati 100oC dan
mereaksikan minyak atau lemak dengan tanpa katalisator mencapai suhu 250oC (Kirk &
methanol atau biasa disebut dengan metanolisis. Othmer, 1980).
Proses metanolisis minyak atau lemak akan 3. Katalisator
menghasilkan metil ester dan gliserol melalui Menurut Groggins (1958), pada reaksi
pemecahan trigliserida (Farris, 1979). Metil alkoholisis minyak nabati, penambahan katalis
ester adalah cairan berwarna yang mudah larut sebesar 2 sampai 4 % dari berat atau volume dari
dalam alcohol tetapi tidak larut dalam air. Metil minyak nabati. Dari hasil penelitian pemanfaatan
ester biasanya digunakan sebagai pembasah, minyak goreng bekas sebagai bahan baku metil
campuran pelumas dan pelindung. Gliserol ester dengan proses alkoholisis dengan metanol
adalah cairan yang tidak berbau, tidak berwarna, dan digunakan katalisator asam posfat, didapat
hidroskopis, larut dalam air dan alkohol, tetapi bahwa pada perlakukan katalis 4 % terhadap
tidak larut dalam eter, benzene, dan kloroform. minyak dan perbandingan pereaksi metanol :
Pada umumnya alkohol dengan atom karbon minyak, 6 : 1 diperoleh hasil kandungan metil
rendah lebih reaktif daripada alkohol dengan ester yang tinggi, tetapi pada perlakuan katalis 2
atom karbon tinggi (Kirk dan Othmer, 1978). % terhadap minyak dan pada perbandingan
Alkohol yang biasa digunakan dalam alkoholisis pereaksi yang sama, metil ester yang dihasilkan
adalah methanol dan etanol. Methanol lebih hanya selisih 0,3 % dibandingkan dengan
sering digunakan karena harganya murah dan perlakukan katalis 4 %.
korosifitas terhadap alat lebih rendah. (widodo, 4. Pengadukan
1993). Reaksi alkoholisis adalah reaksi yang Suatu reaksi akan berjalan dengan baik,
berjalan lambat dan tidak disertai dengan apabila terjadi pencampuran dengan baik yaitu
perubahan energi yang besar (panas reaksi kecil). dengan cara pengadukan yang bertujuan untuk
Untuk mempercepat reaksi sering digunakan menaikan frekuensi proses tumbukan sehingga
katalisator Untuk menggeser reaksi ke kanan frekuensi tumbukan yang semakin besar
biasanya menggunakan alkohol berlebihan atau menyebabkan kesempatan terjadi reaksi makin
mengambil salah satu produk dari campuran besar pula. Bambang (1991) meneliti alkoholisis
(Groggin, 1985). minyak biji jarak, Faroug (1995) meneliti
Reaksi alkohlisis antara minyak dengan alkoholisis minyak biji nyamplung, keduanya
methanol adalah sebagai berikut : menggunakan autoclaf, pencampuran
dilaksanakan dengan kecepatan 50-150 rpm,
kondisi yang relatif baik pada kecepatan
pengadukan 100 rpm. Berdasarkan beberapa
hasil penelitian, setiap kenaikan kecepatan
pengadukan 10 rpm, rata-rata kenaikan konversi
hanya sekitar 0,1-1,2 %.
Trigliserida methanol NaOH metil ester gliserol 5. Rasio Reaktan
Reakasi alkoholisis pada umumnya
Beberapa faktor yang mempengaruhi menggunakan alkohol yang berlebihan agar
reaksi alkoholisis antara lain waktu reaksi, suhu, reaksi berjalan sempurna, karena menyebabkan
katalisator, kecepatan pengadukan, konsentrasi. reaksi bergeser ke kanan (Widodo, 1993). Selain
1. Waktu itu pemakaian alkohol yang berlebih akan
Makin lama reaksi, makin besar yield memperbesar frekuensi tumbukan, sehingga
yang kan dihasilkan, ini disebabkan kesempatan reaksi yang terjadi lebih baik, (Kirk & Othmer,
zat-zat pereaksi untuk saling bertumbukan 1980). Menurut Groggin (1958), menggunakan
makin luas. Tetapi apabila yield sudah tidak alkohol berlebih atau mengambil salah satu hasil
berubah maka penambahan waktu reaksi tidak reaksi akan bergeser keseimbangan ke kanan,
menguntungkan. Menurut Bailey (1945), dengan demikian di dapat hasil produk yang
konversi minyak nabati menjadi ester dapat banyak diperoleh dari proses alkoholisis.
mencapai 98% dalam waktu 60 menit. Yield yang relatif baik pada penelitian studi
Selanjutnya Groggin (1958) mengatakan bahwa kinetika reaksi alkoholisasi katalitik minyak biji
kalau waktu reaksi tidak terlalu lama, reaksi ke karet : kajian pengaruh suhu, dan rasio reaktan
kiri dianggap sangat kecil sehingga diabaikan. terhadap yield reaksi diperoleh rasio reaktan
2. Suhu metanol : minyak, 6 : 1 pada suhu 120oC
Semakin tinggi suhu (sampai batas (Melani, 2003).
tertentu), makin cepat jalanya reaksi. Pengaruh 6. Konsentrasi
suhu terhadap kecepatan reaksi dipengaruhi oleh

ETU12-3
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009

Kecepatan reaksi sebanding dengan kalori diperlukan karena dapat digunakan untuk
besarnya konsentrasi reaktan (Groggins, 1958). menghitung jumlah konsumsi bahan bakar
Bila konsentrasi zat pereaksi diperbesar, maka minyak yang dibutuhkan untuk suatu mesin
kecepatan reaksi akan meningkat. Jumlah dalam suatu periode. Nilai kalori umumnya
molekul yang betumbukan akan bertambah, dinyatakan dalam Kcal/kg atau Btu/lb.
apabila zat pereaksi yang digunakan semakin
murni, sehingga mempercepat terjadinya reaksi.
Minyak yang dipakai semakin bersih dan kering
serta alkohol dengan kadar yang tinggi (Bailey,
1945) 4. Titik Nyala (Flash Point)
Karakteristik bahan bakar diesel yang Titik nyala adalah suatu angka yang
diperlu diketahui antara lain : menyatakan suhu terendah dari bahan bakar
1. Spesific Gravity minyak dimana akan timbul pernyalaan api
Berat jenis merupakan suatu angka yang sesaat, apabila pada permukaan minyak tersebut
menyatakan perbandingan berat dari bahan bakar didekatkan pada nyala api.
minyak pada tempoeratur tertentu terhadap air Kegunaan titik nyala sangat penting yaitu
pada volume dan temperatur yang sama. berhubungan dengan keamanan dari penimbunan
Penggunaan specific gravity untuk mengukur minyak dan pengangkutan bahan bakar minyak
berat atau massa minyak bila volumenya telah terhadap bahaya kebakaran. Titik nyala sangat
diketahui. Bahan bakar minyak pada umumnya berpengaruh yang besar dalam persyaratan
mempunyai specific gravity antara 0,74 dan 0,96. pemakaian bahan bakar minyak untuk mesin
dengan kata lain bahan bakar minyak lebih diesel atau ketel uap
ringan dari pada air.
Diamerika Serikat, specific gravity Bahan dan Metode Penelitian
umumnya dinyatakan dengan satuan yang lain Penelitian pembuatan biodiesel dari biji
yaitu derajat API (American Petroleum Institute). bunga matahari menggunakan proses dua tahap.
Air pada suhu 60oF mempunyai API gravity Bahan utama penelitian adalah minyak biji
sebesar 10o API dan bahan bakar mempunyai bunga matahari, alkohol ( Methanol), katalis(
API Gravity lebih besar dari 10o API. NaOH), asam phosphat.
2. Viskositas (Viscosity) Proses alkoholisis minyak biji bunga
Viskositas adalah suatu angka yang matahari dijalankan secara batch dalam labu
menyatakan besarnya hambatan suatu bahan cair leher tiga, yang dilengkapi pemanas, pendingin
untuk mengalir atau ukuran besarnya tahanan balik, termometer dan pengaduk. Proses
geser dari bahan cair. Makin tinggi viskositas alkoholisis minyak biji bunga matahari ada dua
akan semakin kental atau lebih sulit mengalir. tahap. Tahap pertama adalah reaksi antara
Kekentalan yang tinggi akan menyebabkan minyak biji bunga matahari dan ¾ bagian
bahan bakar tidak akan terbakar dalam waktu metoksid (campuran metanol dan NaOH) selama
singkat. Sebaliknya semakin encer atau satu jam pada suhu 600C diikuti proses
viskositas yang kecil akan semakin mudah pengadukan. Kemudian didinginkan selama 12 –
mengalir, tetapi jika viskosiatas terlalu kecil 24 jam dan pisahkan Glyserine dari larutan
dapat mengakibatkan kebocoran pada pompa (Biodiesel yang belum sempurna). Tahap kedua
injeksi bahan bakar sehingga mesin harus adalah menambahkan ¼ bagian metoksid ke
menggunakan pelumas dengan viskositas tinggi dalam reaktor yang berisi larutan biodiesel yang
untuk melumasi bagian-bagian bergerak pada belum sempurna (hasil reaksi tahap satu). Proses
sistem bahan bakar dan membantu perapat (seal) tahap kedua berlangsung selama satu jam pada
bagian-bagian yang bergerak untuk mencegah suhu 600C dan diikuti dengan pengadukan.
kebocoran. Kemudiana didinginkan selama 12 jam untuk
3. Nilai kalori (Calorific Value) mengendapkan Glyserine. Pisahkan Glyserine
Nilai kalori adalah suatu angka yang dari larutan / Biodiesel. Senyawa biodiesel
menyatakan jumlah panas/kalori yang dihasilkan dengan warna coklat terang dibagian atas dan
dari proses pembakaran sejumlah tertentu bahan gliserol berwarna coklat tua berada di bagian
bakar dengan oksigen/udara. Nilai kalori bahan bawahnya. Biodiesel dipisahkan kemudian dicuci
bakar minyak umumnya antara 18.300-19.800 atau dibilas dengan air panas. Biodiesel yang
Btu/lb atau 10.160-11.000 Kcal/kg. nilai kalori telah dicuci dipanaskan pada suhu 1100C selama
berbandinmg terbalik terhadap berat jenis. Pada 10 menit. Analisis karakteristik produk
berat yang sama, semakin berat jenis sutau (Biodiesel) meliputi, viskositas, densitas, flash
minyak akan semakin rendah nilai kalorinya. point, dan pH. Kemudian membandingankan
Sebaliknya, semakin rendah berat jenis suatu sifat fisika biodiesel dengan minyak solar.
minyak akan semakin besar nilai kalorinya. Nilai Rangkaian Alat yang digunakan, adalah :

ETU12-4
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009

5 untuk volume biodisel dihasilkan 71 ml, dilihat


Keterangan Gambar dari Gambar 2 dan 3 setelah melewati suhu
9 1. Labu Leher Tiga
optimum maka volume dan %yield biodisel akan
3 semakin kecil. Secara teori suhu reaksi tidak
4 2. Oil Bath
melebihi titik didih dari methanol, karena bila
3. Pendingin Tegak
6 methanol menguap pada saat reaksi maka
4. Pengaduk Merkuri
7 8 volume dan %yield metilester akan menjadi
5. Motor Pengaduk kecil, dan jika methanol semakin sedikit
6. Termometer volumenya dalam reaksi akibat penguapan, maka
1 7. Pengambil Sampel reaksi transesterifikasi antara minyak biji bunga
8. Pemanas matahari dengan methanol akan berlangsung
2 9. Regulator lambat. Perbandingan methanol dengan minyak
haruslah tepat, terlalu banyak menggunakan
methanol dapat menyebabkan biodisel yang
Gambar 1. Rangkaian alat pembuatan biodiesel
dihasilkan memiliki viskositas yang rendah dan
titik nyala biodisel turun.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengaruh suhu terhadap viskositas.
Pengaruh suhu reaksi terhadap perolehan
Percobaan ini untuk mengetahui pengaruh suhu
biodisel. Pada percobaan ini untuk mengetahui
reaksi terhadap viskositas biodiesel yang
pengaruh suhu reaksi terhadap biodisel yang
dihasilkan, pada rentang waktu reaksi 60 menit
dihasilkan,pada rentang waktu 60 menit dengan
dengan suhu (50oC, 55oC, 60oC, 65oC). Hasil
suhu (500C, 550C, 600C, 650C). Hasil yang
yang diperoleh disajikan dalam Gambar 4 berikut
didapat disajikan dalam Gambar 2 berikut :
:

60
4.2
55
Viskositas

4.1
% Yield

50 4

45 3.9

3.8
40
45 50 55 60 65 70 45 50 55 60 65 70
Temperatur Temperatur
rasio 1:4 rasio 1:5 rasio 1:6
Rasio reaktan 1:4 Rasio Reaktan 1:5
Gambar 2. Pengaruh suhu terhadap perolehan Rasio Reaktan 1:6
%Yield biodisel
Gambar 4. Pengaruh suhu terhadap viskositas.

75 Dari Gambar 4, diperoleh kondisi


optimum pada variasi suhu terhadap viskositas
Volume Biodisel (ml)

70
biodiesel yang dihasilkan yaitu pada suhu 60oC
65 dengan waktu 60 menit. Setelah melewati suhu
optimum maka hasil dari viskositasnya akan
60 semakin besar. Secara teori suhu semakin tinggi
55 viskositas semakin rendah. Hasil analisis
menunjukan pada suhu > 600C viskositas
50 cenderung naik secara perlahan-lahan.
45 50 55 60 65 70
Pengaruh suhu terhadap densitas.
Temperatur (0C) Percobaan ini untuk mengetahui pengaruh suhu
Rasio reaktan 1:4 Rasio reaktan 1:5 Rasio reaktan 1:6
reaksi terhadap densitas biodiesel yang
dihasilkan, pada rentang waktu reaksi 60 menit
Gambar 3. Pengaruh suhu terhadap volume dengan temperatur (50oC, 55oC, 60oC, 65oC).
biodisel Hasil yang diperoleh disajikan dalam Gambar
5 berikut :
Dari Gambar 2 dan 3, diperoleh kondisi
optimum pada variasi suhu terhadap biodisel
yang dihasilkan yaitu pada suhu 600C dengan
rasio reaktan 1:6 (58.78%yield biodisel) dan

ETU12-5
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009

untuk biodisel, sedangkan untuk standar


0,9
solar/petrodiesel di Indonesia sudah cukup
0,88 mendekati. Dan untuk parameter yang lain dalam
Densitas (gr/ml)

standar biodisel yang disebutkan dalam laporan


0,86
ini tidak diuji pada penelitian ini. Hal ini
0,84 disebabkan untuk pengujian beberapa parameter
tersebut diperlukan alat yang tidak terdapat di
0,82 lab.Kimia Organik FT.UNTIRTA dan diperlukan
0,8
biaya yang cukup tinggi.
45 50 55 60 65 70
Tempratur (0C) Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan dapat
Rasio rektan 1:4 Rasio reaktan 1:5 Rasio reaktan 1:6 diambil kesimpulan :
Gambar 5. Pengaruh suhu terhadap densitas 1. Reksi alkoholisis antara minyak biji
bunga matahari dan methanol dengan
Dari Gambar 5, diperoleh kondisi katalis NaOH optimum dilakukan pada
optimum pada variasi suhu terhadap densitas kondisi operasi sebagai berikut :
biodiesel yang dihasilkan yaitu pada suhu 60oC a. Suhu reaksi 600C
dengan waktu 60 menit (58.78% yield) dan untuk b. Waktu reaksi 60 menit
volume yg dihasilkan 71 ml. dari Gambar 3. c. Rasio reaktan 1:6
Setelah melewati suhu optimum maka hasil dari 2. Nilai uji pada kondisi optimum adalah
densitas akan semakin rendah dan melewati batas sebagai berikut :
densitas biodiesel yang diizinkan. Secara teori  Viskositas = 3,938 cSt
semakin tinggi suhu densitas semakin rendah  Densitas = 0,828 gr/ml
karena zat yang dipanaskan akan merekah, posisi  Flash point = 1300C
akan mengembang sehingga zat yang dipanaskan  pH = 6 – 7
akan lebih ringan . Suhu reaksi tidak dapat 3. %Yield yang terbentuk pada kondisi
melebihi titik didih dari metanol, karna bila optimum yaitu 58.78 %
metanol menguap maka % yield metilester
menjadi kecil, dan jika metanol menguap maka Daftar Simbol
reaksi transesterifikasi antara metanol dan C = karbon
minyak biji bunga matahari akan berjalan O = Oksigen
lambat. Perbandingan metanol dan minyak biji
bunga matahari haruslah tepat, terlalu banyak
H = hidroegn
metanol yang digunakan akan menyebabkan R = gugus alkyl
bidiesel mempunyai nilai densitas yg rendah dan OH = hidroksi
titik nyala biodiesel turun. H2SO4 = asam sulfat
Analisis karakteristik terhadap kualitas biodisel HCl = asam klorida
yang dihasilkan
Hasil analisis karakteristik terhadap
kualitas biodisel untuk parameter yang diuji DAFTAR PUSTAKA
Bailey, A.E.1945 . “Industrial Oil and fat
adalah sebagai berikut :
Product”. 2 ed. Interscience Publisher. Inc.
New York
Tabel 1. Karakteristik biodisel hasil penelitian
Bambang, W 1991. “Alkoholisis Minyak Biji
N0 Parameter Hasil Standar Solar
Jarak Dalam Reaktor Kolom Berpulsa secara
peneliti Biodise
Sinambung ditinjau dari segi kinetika”.
an l
Program Pascasarjana Universitas Gadjah
1 Viskositas, 3.9 – 1,9 – 6 1,6 –
Mada Yogyakarta
400C (cSt) 4,1 5,8
Haryanto, B. ”Bahan Bakar Alternatif
2 Densitas 0,824 – 0,86 – 0,82 –
Biodiesel”. 2002. Fakultas Teknik, Teknik
(gr/ml) 0,876 0,9 0,87
Kimia, Universitas Sumatera Utara.
3 Flash poin 130 > 100 157
Faroug. 1995. “alkoholisis Minyak Biji
(0C)
Nyamplung dengan Metanol memakai
4 pH 6-7 7 7
Katalisator Amberlyst-15 pada Suhu diatas
Titik Didih Normal”. Laporan Penelitian
Dari perbandingan diatas, dapat dilihat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (tidak
bahwa biodisel yang dihasilkan dalam penelitian dipublikasikan)
ini telah memenuhi beberapa parameter yang ada

ETU12-6
Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia – SNTKI 2009 ISBN 978-979-98300-1-2
Bandung, 19-20 Oktober 2009

Griffins, R.C. 1955. “Technical Method of


analysis”. 2 ed. Mc Graw-Hill Book
Company, Inc, New York
Groggin, P.H. 1958. Unit Processes in Organic
Syntesis”. 5 ed. Mc. Graw-Hill Publishing
Company New York
Hawley, G.G. 1971. “The Condensed Chemical
Dictionary. 5 ed. Van Nostran Reinhold
Company, London
Kirk, R.E and Othmer, D.F. 1978. Encyclopedia
of Chemical Technology”. Vol. 5.
Interscience Encyclopedia. Inc. New York
Kirk, R.E and Othmer, D.F. 1980. “Encyclopedia
and Chemical Technology”. Vol 9. ed. John
Wiley and Sons New York
Kusmiyati, 1999. “Alkoholisis Minyak Biji
kapuk dan Metanol menggunakan
Katalisator Zeolit”. Program Pascasarjana
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
(Tidak dipublikasikan)
Melani, Ani. 2003.”Studi Kinetika Alkoholisis
Katalitik Minyak Biji Karet : kajian
Pengaruh Waktu, Temperatur, dan Rasio
Reaktan terhadap Konversi Reaksi”Program
Pascasarjana Universitas Sriwijaya,
Palembang.

ETU12-7

Anda mungkin juga menyukai