Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

ANALISIS PROSPEKTIF

DISUSUN OLEH:

ARINI KAMALIA

14/MPA-XXIXB/63

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS GAJAH MADA
YOGYAKARTA

CHAPTER 9
ANALISIS PROSPEKTIF

Analisis prospektif dapat dilakukan hanya setelah laporan keuangan


historis disesuaikan untuk mencerminkan kinerja ekonomis perusahaan secara
akurat. Analisis prospektif merupakan inti penilaian efek. Analisis prospektif juga
berguna untuk menguji ketepatan rencana strategis perusahaan. Untuk itu perlu
di analisis apakah perusahaan mampu menghasilkan arus kas yang cukup untuk
mendanai pertumbuhan yang diharapkan atau apakah perusahaan memerlukan
pendanaan utang atau ekuitas di masa depan. Perlu di analisis pula apakah
rencana strategis kini akan menghasilkan manfaat seperti yang diramalkan oleh
manajemen perusahaan. Dan akhirnya analisis propektif berguna bagi kreditor
untuk menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya.
Proses Proyeksi
Proyeksi Laporan Keuangan
a.
Proyeksi Laporan Laba-Rugi
Proses proyeksi dimulai dengan pertumbuhan penjualan yang diharapkan. Dalam
contoh ini digunakan tren historis untuk memprediksi tingkat penjualan dimasa
depan. Analisis lebih rinci melibatkan informasi eksternal seperti :

Tingkat aktivitas ekonomi makro yang diharapkan. Karena pembelian


pelanggan dipengaruhi oleh tingkat penghasilan pribadi yang bisa dibelanjakan
(personal disposable income), analisis mengikut sertakan estimasi yang terkait
dengan pertumbuhan ekonomi pada umumnya dan pertumbuhan penjualan
eceran pada khususnya. Sebagai contoh, bila ekonomi membaik, dapat
diproyeksikan adanya kenaikan penjualan dibandingkan penjualan tahun lalu.

Peta Persaingan, apakah jumlah pesaing bertambah atau apakah pesaing


yang lebih lemah menghentikan operasinya. Perubahan peta persaingan akan
mempengaruhi proyeksi atas unit penjualan maupun kemampuan perusahaan
untuk menaikan harga. Kedua hal tersebut akan berdampak pada pertumbuhan.

Bauran Toko baru dan toko lama. Toko baru umumnya menikmati kenaikan
penjualan yang lebih besar dibandingkan dengan toko lama karena toko baru
dapat meraih pasar yang tidak tertangani dengan baik atau menyediakan
komposisi barang terkini dibandingkan dengan pesaing yang ada. Toko lama
umumnya tumbuh seiring dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lokal secara
keseluruhan. Karenanya analisis harus mempertimbangkan rencana ekspansi
yang diumumkan oleh manajemen.
b.

Proyeksi Neraca

Neraca perusahaan tahun 1999 2001 berikut beberapa rasio disajikan proyeksi
laba rugi perusahaan. Ramalan neraca tahun 2002 meliputi langkah-langkah
berikut ini :
1. Buatlah proyeksi aktiva lancar selain kas, dengan menggunakan proyeksi
penjualan atau harga pokok penjualan dan rasio perputaran yang relevan.
2. Buatlah proyeksi kenaikan aktiva tetap dengan estimasin pengeluaran
modal yang didasarkan pada tren historis atau informasi dalam bagian
MD&A di laporan tahunan.
3. Buatlah proyeksi kewajiban lancar selain utang.
4. Hitunglah bagian lancar hutang jangka panjang (bagian yang jatuh tempo)
dari catatan utang janngka panjang.
5. Hutang jangka pendek lainnya diasumsikan tidak berubah dari tahuntahun sebelumnya.
6. Saldo aawal utang jangka panjang diasumsikan sama dengan utang
jangka panjang tahun lalu dikurangi bagian yang jatuh tempo dari butir 4
di atas.
7. Kewajiban janglka panjang lainnya sama dengan saldo tahun lalu kecuali
tampak jelas tren yang lain
8. Saham biasa awal diasumsikan sama dengan saldo tahun lalu.
9. Laba ditahan diasumsikan sama dengan saldo tahun lalu ditambah
(dikurangi) dengan laba (rugi) bersih dan dikurang dividen yang
diperkirakan.
10.Pos ekuitas lainnya diasumsikan sama dengan saldo tahun lalu kecuali
tampak tren yang nyata.
c.

Proyeksi Laporan Arus Kas

Proyeksi laporan arus kas disajikan pada tabel dibawah ini. Proyeksi arus kas
bersih dari operasi sebesar $2.435 juta mendanai sebagian dari pengeluaran
modal sebesar $3.419 juta dan dividen sebesar $204 juta. Kekurangannya
ditutup dengan kenaikan utang jangka panjang sebesar $1.295 juta.
Analisis Sensitivitas
Proyeksi laporan keuangan didasarkan pada hubungna yang diharapkan antara
pos laporan laba rugi dengan pos neraca. Dalam contoh ini digunakan rasio yang
terakhir karena operasi perusahaan cukup stabil dan diasumsikan tidak terdapat
perubahan besar dalam strategi operasi.
Namun asumsi-asumsi tersebut dapat divariasikan untuk menganalisis
dampaknya pada kebutuhan dana, pengembalian aktiva dan ekuitas, dan
sebagainya. Sebagai contoh persentase pengeluaranmodal terhadap penjualan
perusahaan naik bertahap dari 5,69% tiga tahun yang lalu menjadi 7,93% tahun
lalu. Jika diasumsikan kenaikan yang sama di tahun 2002 menjadi 9%,
pengeluaran modal akan naik menjadi$3,83 miliar, yang memerlukandana
tambahan sebesar $500 juta. Kenaikan yang sama juga dapat berasal dari
penurunan perputaran piutang dan perputaran persediaan. Analis seringkali
menyiapkan beberapa proyeksi untuk menguji skenario terbaik (terburuk)
sebagai tambahan atas skenario yang paling mungkin (most likely) terjadi.

Analisis sensitivitas ini menunjukkan asumsi mana yang memiliki dampak paling
besar pada hasil keuangan dan sebagai konsekuensinya, membantu identifikasi
area yang memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
Aplikasi Analisis Prospektif Dalam Model Penilaian Laba
Model penilaian laba sisa menentukan nilai ekuitas pada saat t sebagai jumlah
nilai buku kini dan nilai sekarang laba sisa yang diperkirakan di masa depan.
Dimana BV merupakan nilai buku pada akhir periode t, RLT+n sebagai laba sisa
diperiode t+n, dan k sebagai biaya modal.laba sisa (residual, income) pada
waktu t didefinisikan sebagai laba bersih komperhensif dikurangi pembebanan
pada nilai buku awal, yaitu Rlt = Nlt (k x BVt 1).
Proses penilaian memerlukan estimasi laba bersih dimasa depan dan nilai buku
ekuitas pemegang saham. Model penilaian memerlukan estimasi atas 6
parameter sebagai berikut :

Pertumbuhan penjualan
Margin Laba Bersih (laba bersih/ penjualan)
Perputaran Modal Kerja Bersih (penjualan / modal kerja bersih)
Perputaran Aktiva Tetap (penjualan / aktiva tetap)
Leverage keuangan (aktiva operasi / ekuitas)
Biaya modal ekuitas

Contoh dapat dilihat pada tampilan di bawah ini:


Penjualan diharapkan tumbuh sebesar 8,9% di tahun 2001 dan 9,1% di tahun
2002, kemudian menurun pada tingkat pertumbuhan 8%, 7% dan 6% untuk tiga
tahu berikutnya. Periode 5 tahun ini merupakan horizon peramalan (forecast
horizon), periode waktu di mana kita memiliki keyakinan tertinggi atas estimasi
kita.
1. Margin laba bersih diharapkan naik menjadi 9,2% dan 9,4% selama 2 tahun
berikutnya dan kemudian bertahan pada persentase tersebut.
2. Tingkat perputaran modal kerja bersih diharapkan tetap pada tingkat 11,83.
3. Tingkat perputaran aktiva tetap diharapkan tetap pada tingkat 1,99 kali.
4. Leverage keuangan juga diharapkan konstan pada tingkat sekarang sebesar
2,52 kali.
5. Biaya modal ekuitas diperkirakan sebesar 12,5% (biaya modal ekuitas
ditentukan oleh capital assets pricing model (CAPM).
Tren Penggerak Nilai
Model laba sisa menentukan harga saham sebagai nilai buku ekuitas pemegang
saham ditambah nilai sekarang dari laba sisa (residual income RI) yang
diperkirakan, dimana Rlt = Nrt (k x BVt-1). Dimana ROE = Nlt / BVt-1. Bentuk
ini menekankan kenyataan bahwa harga saham berubah bila ROE k. Dalam
keseimbangan, tekaanan kompetisi akan mendorong tingkat pengembalian
(ROE) mendekati biaya (k) sehingga laba abnormal akan hilang. Dengan
demikian estimasi harga saham adalah sebesar proyeksi pengembalian ROE
pada nilai jangka panjangnya bagi perusahaan dan industri tertentu.

Pembalikan ROE
Tampilan di atas ini menyajikan kinerja ROE untuk kuintil perusahaan. Grafik
menyajikan nilai median tiap portofolio. Hasil pengamatan yang terlihat adalah:
1.
ROE cenderung untuk kembali ke keseimbangan jangka panjang. Hal ini
mencerminkan tekanan kompetisi. Lebih lanjut, tingkat pembalikan bagi
perusahaan yang paling tidak menguntungkan lebih besar dari pada tingkat
pembalikan perusahaan yang paling menguntungkan. Dan akhirnya, tingkat
pembalikan bagi perusahaaan yang memiliki tingkat ROE yang paling ekstrem
adalah lebih besar dari pada tingkat pembalikan bagi perusahaan yang memiliki
tingkat ROE lebih moderat.
2.
Pembalikan tidak lengkap. Yaitu, tetap terdapat perbedaan sekitar 12%
antara perusahaan dengan ROE tertinggi dan perusahaan dengan ROE terendah
meskipun setelah 10 tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh 2 hal: perbedaan
resiko yang tercermin ke dalam perbedaan biaya modal (k) ; atau, tingkat
konservatisme yang lebih tinggi / rendah dalam kebijakan akuntansi.
ROE dianggap sebagai penggerak nilai (value driver) karena ROE merupakan
variabel yang mempengaruhi harga saham secara langsung. selanjutnya
komponen ROA dipecah menjadi margin laba dan perputaran. Komponenkomponen tersebut juga merupakan penggerak nilai.
Pembalikan Margin Laba Bersih
Tampilan di atas ini menyajikan grafik tentang pembalikan margin laba bersih
untuk kuintil perusahaan. Grafik ini dibuat dengan cara yang sama dengan
pembuatan grafik ROE. Tampak jelas tingkat pembalikan yang signifikan untuk
perusahaan dengan margin laba bersih (net profit margin NPM) tertinggi dan
terendah. Selain itu, tingkat pembalikan untuk perusahaan dengan laba terendah
lebih besar dari pada tingkat pembalikan perusahaan yang paling untung.
Tingkat pembalikan untuk 2 kelompok ekstrem perusahaan tersebut lebih besar
dari pada tingkat pembalikan perusahaan dengan laba yang lebih moderat. Dan
akhirnya, tetap terdapat selisih antara portofolio dengan margin laba bersih
tertinggi dan terendah pada akhir 10 tahun, yang besarnya kurang lebih sama
dengan selisih untuk ROE. Pembalikan ROE tampaknya disebabkan oleh
pembalikan dalam margin laba bersih.
Pembalikan Perputaran Total Aktiva
Perputaran total aktiva (total asset turnover TAT) merupakan komponen kedua
dalam ROA. Dalam tampilan diatas ini disajikan tingkat pembalikan perputaran
total aktiva yang dibuat dengan cara yang sama dengan grafik terdahulu.
Walaupun tampak adanya pembalikan, tingkat lebih kecil dari tingkat pembalikan
ukuran profitabilitas. Selain itu, terdapat tingkat perputaran aktiva yang
bervariasi antara perusahaan dengan perputaran tertinggi dan terendah. Hal ini
mencerminkan tingkat intensitas modal.

Pada saat pembuatan estinasi, proyeksi margin laba dan tingkat perputaran
perlu mempertimbangkan pola pembalikan yang umum dan tingkat penggerak
nilai dari rata-rata jangka panjangnya. Lebih lanjut diperlukan perhatian atas
karakteristik industri sebagaimana ditunjukan oleh tampilan bahwa terdapat
perbedaan pada margin laba bersih. Dan akhirnya horizon proyeksi tidak perlu
terlalu panjang karena akan mengurangi keyakinan atas proyeksi dan ROE
cenderung kembali mendekat ke biaya modal selama periode waktu yang relatif
pendek.

Anda mungkin juga menyukai