ABSTRACT
Melamine is a polymer of formaldehyde with phenol compound. The
polimer is used to release formaldehyde by dining wares made of melamine.
The release formaldehyde is the formalin that contains 40% of wich as
formaldehyde. This compound has the potential to be toxic, could cause
cancer, kidney stone, that may end to death. A study to reduce formaldehyde
content in melamine a ware method of soaking the dining wares in hot water.
To defect the concentration of formaldehyde Nash reagent was used
followed by spectrophotometry UV-Vis. The results showed the followings, the
melamine of bowl. The content of formaldehyde was 21,0197 ppm at 80 oC and
the melamine in powder content 23,8665 ppm, both are the highest
concentration. It seems that the releasing formaldehyde content in melamine is
less than in of the powder from the wares.
Keyword : melamin, formaldehyde, content
PENDAHULUAN
Melamin merupakan persenyawaan (polimerisasi) kimia antara monomer
formaldehid dan fenol. Bila kedua senyawa ini bergabung, sifat racun formaldehid
akan hilang karena terlebur menjadi satu yaitu melamin. Tetapi formaldehid dapat
muncul dan bersifat racun bila melamin mengalami depolimerisasi, misalnya karena
paparan panas, sinar ultraviolet, gesekan dan tergerusnya permukaan melamin
hingga partikel formaldehid terlepas.
Pada wadah peralatan melamin yang terbuat dari urea, formaldehid
mempunyai ikatan kimia berupa rantai lurus dan kurang stabil, sehingga pelepasan
formaldehidnya lebih mudah, dan hanya tahan sampai suhu 620C. Formalin yang
dilepaskan oleh peralatan makan tersebut berpotensi membahayakan kesehatan
karena bisa menyebabkan timbulnya kanker, batu ginjal, gagal ginjal, menyerang
saluran kemih, serta rusaknya organ-organ tubuh dan menyebabkan kematian
(Baner, Albert. 2000).
Melamin berbahaya jika tertelan, terhirup, atau terserap kulit. Paparan secara
kronik dapat mencetuskan terjadinya kanker dan kerusakan sistem reproduksi dan
dosis toksik dari melamin cukup tinggi dengan LD50 3,161 mg per kg berat badan
(WHO.2008). Melamin menjadi boomerang bagi kesehatan tubuh yaitu ketika
terjadinya migrasi monomer formaldehid ke dalam makanan yang dikonsumsi. Ketika
formaldehid yang terdapat pada bahan melamin lepas akibat panas atau asam,
dikhawatirkan terjadi migrasi monomer tersebut kebahan pangan. Apabila kontak
tersebut terjadi dalam jangka waktu yang panjang periode 5-40 tahun akan
menyebabkan zat kimia tersebut terakumulasi dan menjadi konsisten (stabil),
sehingga sulit diekskresikan dan menjadi zat asing dalam tubuh yang berefek pada
gangguan fungsi organ dan memicu penyakit kanker atau ginjal(OECD. 1998).
Konsumsi formalin
dalam
dosis
tinggi
dapat
menyebabkan kejang,
air mirip kunci yang masuk lubangnya, kecocokannya begitu sempurna sehingga air
memiliki ikatan yang kuat untuk menarik zat yang terlarut (Winarno.1994).
METODOLOGI PENELITIAN
1. Alat dan Bahan
Alat alat yang digunakan adalah: alat-alat gelas yang bisanya ada
dilaboratorium, Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu 1610), Timbangan analitik,
oven, Lemari pendingin, Sentrifuge.
Sedangkan bahan yang digunakan adalah : Formaldehida 37% (Merck),
asam sulfat pekat, asam klorida pekat (merck), asam kromatropat, asam asetat
glasial, asetil aseton, ammonium asetat, fenoftalein, natrium hidroksida,
aquadestilat, mangkuk yang terbuat dari bahan melamin.
2. Prosedur Penelitian
a. Penentuan sampel uji
Sampel uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mangkok melamin
yang dibeli di pasar Senen, Jakarta Pusat. Mangkok melamin yang dibeli
tediri dari 3 merek dan berdasarkan merek tersebut analisa formalin pada
mangkok melamin dikelompokkan.
b. Analisa baku pembanding formaldehid.
Pemeriksaan kualitatif larutan baku formaldehid pembanding.
1)
2)
ditutup kemudian
dikocok
hingga
homogen,
selanjutnya
dipanaskan di atas penangas air selama 30 menit pada suhu 37C dan diukur
serapannya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 385
435 nm.
d. Analisa formaldehida pada sampel mangkuk melamin.
1). Secara kualitatif
a) Pengamatan contoh dengan pereaksi Nash
(1). Sampel dihaluskan, lalu diayak. Serbuk sampel kemudian
ditimbang sebanyak 1 g. Kemudian di masukkan ke dalam
beaker glass dan direndam dengan 50,0 ml air mendidih, diaduk,
kemudian ditutup dengan kaca arloji dan dibiarkan selama 1 jam,
lalu disaring. Sebanyak 1,0 ml filtrate dimasukkan ke dalam
tabung reaksi lalu ditambahkan 5,0 ml pereaksi Nash. Larutan
kemudian dipanaskan pada suhu 37C selama 15 menit dan
diamati selama pemanasan. Akan terbentuk warna kuning.
(2) Mangkuk melamin utuh direndam dengan 100,0 ml air mendidih,
kemudian ditutup dengan kaca arloji dan dibiarkan selama 1 jam.
Air rendamanya diambil sebanyak 1,0 ml dimasukkan ke dalam
tabung reaksi lalu ditambahkan 5,0 ml pereaksi Nash. Larutan
kemudian dipanaskan pada suhu 37C selama 15 menit dan
diamati selama pemanasan. Akan terbentuk warna kuning.
b) Pengamatan contoh dengan pereaksi Schryver
(1) Sampel dihaluskan, lalu diayak. Serbuk sampel kemudian
ditimbang sebanyak 1 g. Kemudian di masukkan ke dalam
beaker glass dan direndam dengan 50,0 ml air mendidih, diaduk,
kemudian ditutup dengan kaca arloji dan dibiarkan selama 1
jam, lalu disaring. Sebanyak 1,0 ml filtrate dimasukkan ke dalam
tabung reaksi lalu ditambahkan 5,0 ml pereaksi Schryver.
Larutan kemudian dipanaskan pada suhu 37C selama 15 menit
dan diamati selama pemanasan. Akan terbentuk warna merah
yang akan berubah menjadi kuning jingga..
(2)
dengan diameter dan ukuran yang sama direndam dengan aquadest yang
telah dipanaskan sebanyak 100,0 ml, lalu ditutup kaca arloji kemudian
diletakkan di dalam thermostat untuk menjaga kestabilan suhunya. Larutan
tersebut kemudian diambil pada waktu yang berbeda-beda yaitu pada 10
menit, 20 menit, 30 menit, 40 menit, 50 menit, dan 60 menit. Larutan
diambil sesuai dengan volume yang diperoleh dari hasil orientasi dan
dipindahkan ke dalam labu tentukur dengan menggunakan pipet volum,
ditambahkan 10 ml pereaksi Nash, kemudian ditambahkan aquadest
sampai tanda batas dan dihomogenkan. Kemudian dipindahkan ke dalam
Erlenmeyer, dan ditutup dengan plastik. Lalu dipanaskan pada thermostat
yang diatur suhunya stabil pada suhu 37C selama 30 menit hingga
terbentuk warna kuning, kemudian diukur serapannya pada panjang
gelombnag 412 nm.
Kadar dalam sampel dihitung dengan persamaan regresi linear yaitu:
Y = bx + a
f.
PEMBAHASAN
A. Identifikasi larutan formaldehida
1. Analisa larutan formaldehida baku pembanding.
Larutan
formaldehida
yang
digunakan
sebagai
larutan
baku
pembanding berasal dari Merck dengan kadar 37%. Analisa secara kualitatif
larutan formaldehida yang digunakan menunjukan terbentuk larutan kuning
dengan penambahan pereaksi Nash dan terbentuk larutan merah yang
kelamaan berubah menjadi kuning jingga dengan penambahan pereaksi
Schryver.
Analisa kualitatif formaldehida baku pembanding dilakukan untuk
mengetahui larutan yang digunakan sebagai larutan pembanding telah
memenuhi syarat sebagai baku pembanding yang benar. Hasil identifikasi
terhadap baku pembanding secara kualitatif menunjukkan positif dengan
penambahan pereaksi Nash dan penambahan pereaksi Schryver.
gelombang
maksimum
larutan
formaldehida
pada
Pereaksi
contoh
A
1.
Pereaksi Nash
2.
Pereaksi Schryver
Kode Sampel
Kadar Formaldehid
(ppm)
1.
77,943
5,0563
2.
68,117
5,0912
3.
78,049
2,9014
Tabel III. Hasil pengukuran kadar formalin pada mangkuk melamin serbuk
dengan air panas mendidih
No
Kode Sampel
Kadar Formaldehid
(ppm)
98,2076
35,0345
104,9744
46,4829
105,8986
47,3516
Dari tabel II dan table III di atas dapat dilihat bahwa semua sampel
yang
diperiksa
memiliki
kadar
formaldehid
yang
bervariasi.
Kadar
formaldehida pada mangkuk bentuk utuh yang paling besar terdapat pada
sampel C, dan kadar formaldehida yang paling kecil terdapat pada sampel B.
sedangkan dalam bentuk serbuk, kadar formaldehida terbesar terdapat pada
sampel C, dan kadar terkecil terdapat pada sampel A.
Dari tabel di atas juga dapat diketahui bahwa melamin dalam bentuk
serbuk lebih banyak melepaskan kandungan formaldehida daripada dalam
bentuk utuh, hal ini menyatakan bahwa menghaluskan atau menyerbukkan
mangkok melamin akan mematahkan atau dapat memutuskan ikatan
depolimerisasi formaldehid dengan fenol dalam melamin. Hal ini menyatakan
bahwa wadah makan melamin yang tergores atau pecah permukaannya akan
membebaskan formaldehid lebih banyak, sehingga harus berhati-hati dan
kalau bisa tidak digunakan untuk menarok atau menyimpan makanan dalam
keadaan panas, karena formaldehid yang dibebaskan akan masuk
kemakanan yang akan dapat membahayakan kesehatan.
25
20
15
A
B
C
10
0
50
60
70
80
90
100
melamin yang telah diserbukkan dapat dilihat pada grafik pada gambar 2.
10
30
25
20
A
15
B
C
10
0
50
60
70
80
90
100
11
No
Waktu
(menit)
50C
60C
70C
80C
90C
100C
1.
10
2,2148
2,0920
1,7472
0,6457
1,2645
1,1670
2.
20
3,7540
3,2508
3,4929
1,3369
2,2720
1,9221
3.
30
4,6284
3,2558
4,6013
1,8044
2,9077
2,5158
4.
40
2,0970
3,1347
4,2699
2,0869
3,2104
2,7344
5.
50
2,7378
3,1409
3,9622
2,2535
2,7580
2,6621
6.
60
3,5098
3,8746
4,2750
2,0836
2,1189
2,4216
Kadar total
No
Waktu
(menit)
50C
60C
70C
80C
90C
100C
1.
10
2,2148
2,0920
1,7472
0,6457
1,2645
1,1670
2.
20
3,7540
3,2508
3,4929
1,3369
2,2720
1,9221
3.
30
4,6284
3,2558
4,6013
1,8044
2,9077
2,5158
4.
40
2,0970
3,1347
4,2699
2,0869
3,2104
2,7344
5.
50
2,7378
3,1409
3,9622
2,2535
2,7580
2,6621
6.
60
3,5098
3,8746
4,2750
2,0836
2,1189
2,4216
Kadar total
12
No
Waktu
(menit)
50C
60C
70C
80C
90C
100C
1.
10
0,2941
0,1596
0,1932
2,2618
1,1401
2,1643
2.
20
0,6827
0,2555
0,4001
2,5797
3,1297
2,3258
3.
30
0,9080
0,3765
0,5868
2,5797
3,8394
2,8993
4.
40
0,9265
0,5094
1,1738
3,8091
3,9336
3,1448
5.
50
1,1031
1,1721
2,2249
3,8932
4,0681
3,9823
6.
60
1,4058
1,6026
4,9074
3,8882
4,1051
4,0378
5,3202
4,0757
9,4862
Kadar total
2
No
Waktu
(menit)
50C
60C
70C
80C
90C
100C
1.
10
1,1651
1,8851
0,9500
3,6662
2,2803
0,6944
2.
20
3,4458
3,8999
1,8515
3,8663
1,7792
1,7523
3.
30
0,7146
4,3574
4,1841
4,2262
2,4014
2,4738
4.
40
1,3924
3,9470
3,8545
4,0294
2,8572
2,9867
5.
50
1,928
3,2928
3,4038
4,1909
3,5653
3,2861
6.
60
2,7580
3,6712
4,0986
3,8865
3,7687
3,3231
Kadar total
13
No
Waktu
(menit)
50C
60C
70C
80C
90C
100C
1.
10
0,3261
0,5969
0,7163
1,6699
0,3934
0,7583
2.
20
0,6877
0,8357
1,7792
2,0937
1,0527
1,1350
3.
30
0,9013
0,8744
2,1088
3,0052
1,7523
2,1038
4.
2
40
1,0207
1,0291
2,6099
3,1549
2,3863
2,6806
)
5.
50
1,0678
1,3571
3,8882
3,2053
2,6605
3,3012
.
6.
60
1,1249
1,5790
4,2245
3,2222
3,1616
3,6527
5,1285
6,2722
Kadar total
M
No
Waktu
(menit)
50C
60C
70C
80C
90C
100C
1.
10
1,9373
1,0913
2,2551
1,6614
2,1273
1,4260
2.
20
2,9682
3,2222
2,9551
3,3423
2,9615
2,3493
3.
30
2,1711
1,5202
2,6049
3,3836
3,4845
4,1757
4.
40
2,9448
2,0785
3,0069
3,2979
4,0647
2,7512
5.
50
1,7119
3,3869
2,9632
3,8781
4,3557
3,8764
6.
60
2,1121
3,8278
3,0910
3,7301
4,5020
3,7552
Kadar total
Dari tabel tabel di atas dapat dilihat bahwa suhu air perendaman
sangat mempengaruhi pelepasan formaldehida yang tidak terpolimerisasi
dalam mangkok melamin dimana semakin tinggi suhu air rendaman maka
akan semakin tinggi pula pelepasan formaldehida dari sampel dan semakin
14
lama sampel direndam dengan air panas, maka akan semakin besar pula
formaldehid yang terlepas.
Untuk mengetahui adanya pengaruh perlakuan terhadap penurunan
kadar formalin pada mangkuk melamin maka dilakukan uji regresi linear.
Hasil yang diperoleh dari beberapa perlakuan adalah perlakuan dengan
perendaman dengan air panas (mendidih) diperoleh penurunan kadar paling
tinggi, maka dapat dikatakan perolehan penurunan kadar formalin adalah
perendaman contoh dengan air panas (mendidih) selama 60 menit. Ini
mungkin terjadi karena sifat formalin yang mempunyai titik didih 96C dan
akibat polimerisasi yang kurang sempurna antara melamin dan formaldehida
dapat menyebabkan adanya residu formaldehida. Selain itu, formaldehida
dalam peralatan makan maupun peralatan minum yang tebuat dari bahan
melamin dapat kembali muncul karena depolimerisasi yang bisa disebabkan
oleh panas dan sinar ultraviolet.
Hasil yang diperoleh dari beberapa perlakuan adalah kadar paling
tinggi untuk mangkuk melamin utuh yaitu 78,0490 ppm yang berasal dari
sampel B, sedangkan untuk mangkuk melamin dalam bentuk serbuk
diperoleh kadar tertinggi yaitu 105,8986 ppm yang juga berasal dari sampel
B. dari ketiga sampel, ternyata sampel B yang melepaskan formaldehid
paling banyak.
2.
3.
15
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut :
1.
Untuk mencari metoda lain cara mengurangi kadar formaldehida pada mangkuk
melamin.
2.
Disarankan kepada masyarakat agar peralatan rumah tangga yang terbuat dari
bahan melamin tidak digunakan sebagai wadah makanan atau minuman yang
panas.
DAFTAR PUSTAKA
1. Allport, N. L. 1951. Colorimetric Analysis. Chapman and Hall Ltd., London:
399.
2. Anonim. 2005. Pharmacopoeia of The People Republic of China volume II.
Chinese Pharmacopoeia Commission: 370.
3. Baner, Albert. L. 2000. Plastic Packaging Materials for Food. Wiley-VCH.
USA: 34-35.
4. Budavari, S. (ed). 1996. The Merck Index Twelfth Edition. Merck research
Laboratories Division of Merck and Co. Inc., New York: 8, 12, 74-75,
318, 1051.
chem. unep. Ch/irptc/sids/OECDSIDS/108781. pdf, diakses
5. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1995. Farmakope
Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta: 259-260.
6. Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. 1995. Farmakope
Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta: 1061,1070, 1136, 1156.
7. Fessenden. 1995. Kimia Organik Edisi Ketiga. Diterjemahkan oleh Aloysus
Hp. Jakarta Erlangga : 25-26.
8. Fransiskus, D. H. 2001. Pemilihan Metode Analisis Formalin Berdasarkan
Reaksi Warna dan Spektrofotometri UV-VIS dan Penetapannya
dalam Sampel Tahu. Departemen Farmasi FMIPA UI, Depok: 15.
9. http://www.EFSA.com .2008. Statement of EFSA on Risk for Public Health
Due to The Presences of Melamine in infant Milk and Other Milk
Products in China. Diakses tanggal 8 Maret 2010 jam 15:00 WIB.
10. Institute of The Medicine of The National Academies. Food Chemicals Codex.
The national Academies Press, Washington, D.C: 966.
11. Material Safety Data Sheet Duke University Medical Center.
http://www.safety.duke.edu/msds/prodpharmacy/Formaldehyde.pdf.
diakses tanggal 8 Maret 2010 jam: 13:45. WIB.
Methods 9th ed. He intometer Ltd, England: 48.
12. Nugroho, Adi, 2004. Analisa Larutan Formaldehida Dalam Daging Ayam
Potong Di Pasar Sunter Podomoro Jakarta Utara. Skripsi : Fakultas
Farmasi Universitas 17 Agustus 1945, Jakarta. Hal ; 16-17.
13. OECD. 1998. Screening Information Data Set for Melamine. http://www.
14. Rizal, Mochamad. 2007. Pengaruh Perendaman dengan Air Biasa, Air panas,
Air Leri, Larutan Asam Sitrat, Larutan Garam NaCl, Digoreng dan
Direndam Air Panas kemudian Digoreng terhadap Penurunan Kadar
Formaldehida pada Tahu dengan Spektrofotometer UV-Vis. Skripsi.
Fakultas Farmasi UHAMKA. Jakarta.
16
15. Rohman, abdul. 2007. Kimia Farmasi Analisis cetakan I. Pustka Pelajar.
Yogyakarta: 378-383.
16. Roth, Hermann. J. 1998. Analisis Farmasi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta: 348.
tanggal 19 Maret 2010 jam 14:00 WIB.
17. Underwood, A.L. dan R. A. Day. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga.
Jakarta: 397-402.
18. WHO. 1989. Formaldehyde. Environmental Health Criteria 89, Geneva: 11.
19. WHO.2008. Melamine and Cyanuric acid: Toxicity, Preliminary Risk
Assessment and Guidance on Levels in Food. USA:1-10.
20. Winarno, F.G. 1994. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta: 4-6.
21. Winarno, F.G. dan T.S. Rahayu.1994. Bahan Tambahan untuk Makanan dan
Kontaminan. Pustaka Sinar harapan. Jakarta: 101-104.
17