Anda di halaman 1dari 8

PERENCANAAN TEKNIS REKLAMASI PASCA TAMBANG BERDASARKAN

TINGKAT PERUBAHAN LAHAN AKIBAT PENAMBANGAN BAHAN TAMBANG


BATUAN

Sarwo Edy Lewier1


M. Fathin. Firaz2
Clara. Paramita 3
Ancy. N. Sihombing 4
1,2,3
Mahasiswa Program Magister Teknik Pertambangan UPN "Veteran" Yogyakarta
4
Mahasiswa Program Studi Teknik Lingkungan UPN "Veteran" Yogyakarta
Sarwoedylewier@rocketmail.com

SARI
Penambangan bahan tambang batuan berupa breksi tufan dan batupasir tufan di Dusun Srumbung
Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, DIY dikategorikan ke dalam penambangan
rakyat dengan sistem penambangan terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa
besar tingkat perubahan lahan akibat kegiatan penambangan bahan tambang batuan dan upaya
reklamasi yang tepat untuk memulihkan kualiatas lingkungan akibat dampak dari kegiatan
penambangan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey, pemetaan, wawancara,
analisis laboratorium, analisis studio. Arahan pengelolaan yang dapat dilakukan di daerah penelitian
adalah melalui pendekatan secara teknis yaitu membuat perencanaan tambang (good mining
practice) untuk mendukung perencanaan reklamasi tambang. Ukuran lebar jalan tambang 6 m
dengan panjang jalan 30 m (grade 10%), tinggi dinding jenjang 3 m dengan sudut dinding jenjang
450, sedangkan untuk lebar jenjang 15 m. Upaya reklamasi yang akan dilakukan pada rencana
reklamasi tahapan 1 dan 3 adalah kegiatan revegetasi dengan tanaman sawo. Dimensi pot tanam 1
m3 dengan jarak antar pot tanam 6 x 6 m. Rencana reklamasi tahapan 2 direncanakan akan
dilakukan pembangunan ruko-ruko dan rumah tinggal.
Kata Kunci: reklamasi, tingkat perubahan lahan.

I.

PENDAHULUAN
Dampak dari kegiatan penambangan rakyat
batu breksi taufan mengakibatkan perubahan
bentangalam, sehingga perlu adanya
kegiatan reklamasi dan perencanaan
pascatambang.
Kegiatan
reklamasi
bertujuan untuk memulihkan, memperbaiki
atau menata kegunaan lahan yang terganggu
sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan
agar dapat berfungsi dan berdaya guna
sesuai peruntukannya.
Kegiatan penelitian ini bertujuan guna
mengetahui peningkatan dampak perubahan
lahan terhadap lingkungan akibat kegiatan
pertambangan rakyat di Dusun Srumbung,
Desa Segoroyoso.

II.

KONDISI GEOLOGI
REGIONAL
Kabupaten Bantul sendiri merupakan
wilayah yang berada pada dominasi struktur
geologi
Young
Merapi
Volcanic
(Quartenary) bagian tengah dan Volcanic
(Miocine dan oligo-micine) pada bagian
timur. Struktur-struktur ini sudah berumur
cukup tua (0,8-2,85 juta tahun yang lalu).
Secara struktural Kabupaten Bantul diapit
oleh bukit patahan, yaitu lereng barat
Pegunungan Batur Agung (Batur Agung
Ranges) pada bagian timur dan bagian Barat
berupa bekas laguna. Wilayah yang berada
pada apitan bukit patahan ini disebut dengan
graben, maka wilayah Kabupaten Bantul
dalam toponim geologi dan geomorfologi
disebut Graben Bantul. Graben ini terbentuk
dari proses diatrofisme tektonisme yang

dipengaruhi oleh aktivitas gunung merapi


dan gunung api tua. Selain berada pada
apitan bukit patahan, wilayah Kabupaten
Bantul juga berada pada bentang lahan
Fluvio-Marin yang memiliki banyak potensi
dan masalah (pada wilayah Bantul Selatan).
Hal ini terjadi karena wilayah Kabupaten
Bantul juga merupakan wilayah transisi
antara asal lahan fluvial (proses yang
mengerjai air-sungai) dan asal lahan marin
(proses yang mengerjai angin dan
gelombang dari Samudra Hindia).
Selain berada pada apitan bukit patahan dan
bentuk
lahan
dataran
fluvio-marin,
Kabupaten Bantul juga berada pada wilayah
transisi yaitu dataran yang asal prosesnya
dari aktivitas Vulkanis dan endapan sungai
(Fluvio-Vulcan). Bentuk lahan fluvial
disebabkan oleh akibat aktivitas aliran
sungai. Aktivitas aliran sungai tersebut
berupa pengikisan, pengangkutan dan
pengendapan
(sedimentasi)
sehingga
membentuk bentangan dataran aluvial dan
bentukan lain dengan struktur horisontal
yang tersusun oleh material sedimen.
Bentukan-bentukan ini berhubungan dengan
daerah-daerah penimbunan seperti lembahlembah sungai besar dan dataran aluvial.
Bentukan-bentukan lain dalam skala kecil
yang mungkin terjadi dapat berupa dataran
banjir, tanggul alam, teras sungai dan kipas
aluvial. Sungai-sungai yang terdapat pada
satuan ini umumnya merupakan sungai yang
telah mengalami gradasi dan berada dalam
keadaan seimbang sehingga energinya hanya
cukup untuk membawa dan memindahkan
bebannya. Sehingga, apabila terjadinya erosi
dan pengendapan yang seimbang nantinya
membentuk hamparan dataran yang luas di
sepanjang tepian sungai. Di dataran fluvial
ini juga terdapat adanya saluran yang
berkelok-kelok (meanders). Pembentukan
saluran ini merupakan akibat proses
penimbunan pada bagian luar kelokan dan
erosi, sementara untuk kecepatan aliran
berkurang akibat menurunnya kemiringan
lereng. Akibat dari pengendapan yang cukup
besar, maka membuat aliran ini sering kali
tidak mampu untuk mengangkut material
material dari daerah utara (gunung merapi),
yang akhirnya arah aliran membelok begitu
seterusnya membentuk kelokan-kelokan
tertentu.

III.

SAMPEL
DAN
PENELITIAN

METODE

Metode
pengambilan
sampel
yang
digunakan
adalah
metode
sampling
sistematis yaitu sengaja dengan memilih
tempat yang mengalami perubahan lahan
dan tempat yang diduga terkena dampak
akibat kegiatan penambangan bahan
tambang batuan. Penentuan titik sampling
dilakukan secara menyebar namun tetap
memperhatikan batas lokasi
penelitian.
Sampel yang diambil di lokasi penelitian
antara lain pengukuran struktur geologi,
pengukuran
tinggi
muka
airtanah,
pengamatan jalan, pengambilan sampel
batuan dan tanah.
Metode
penelitian
yang
digunakan
berdasarkan pada parameter fisik, kimia dan
informasi yang berhubungan dengan
penelitian dilakukan dengan cara metode
pemetaan, survei, pengharkatan, wawancara
dan analisis laboratorium.

IV.

DATA DAN ANALISIS


Parameter yang diteliti guna menentukan
tingkat perubahan lahan pada tambang
batuan di Dusun Srumbung, Desa
Segoroyoso, Kecamatan Pleret, Kabupaten
Bantul, yaitu (1) batas tepi galian, (2) batas
kedalaman galian dari permukaan tanah
awal, (3) relief dasar galian, (4) batas
kemiringan tebing galian, (5) tinggi dinding
galian, (6) kondisi jalan, (7) tutupan
vegetasi, (8) erosi dan gerakan massa tanah,
(9) upaya reklamasi. Hasil analisis dapat
dilihat pada Tabel 1- Tabel 8.
Berdasarkan hasil pengamatan dan uji
laboratorium, diperoleh nilai dari kualitas
tanah di Dusun Srumbung, Desa segoroyoso,
Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul, DIY.
Tanah di lokasi penelitian merupakan tanah
latosol yang karaterisitik dari tanah ini
adalah berwarna merah yang umumnya
berada pada lapisan dalam. Jenis tanah ini
sangat baik dalam meyerap air. Tanah ini
juga sering digunakan sebagai lahan
perkebunan dan sebagai bahan baku
pembuatan bata dan genteng. Berdasarkan
analisis laboratorium di BPTP Yogyakarta
parameter kualitas tanah berdasarkan sifat
fisik dan kimia yang dianalisis yaitu: pH
H2O, tekstur (pasir, debu, liat), C-org, N-

total, dan K-tersedia. Secara rinci hasil


analisis kualitas tanah berdasarkan sifat fisik
dan kimia dapat dilihat pada Tabel 1 Hasil
Analisis Kualitas Tanah Berdasarkan Sifat
Fisik dan Kimia.

V.

DISKUSI
Berdasarkan hasil pengukuran batas tepi
galian diukur dengan menggunakan alat
berupa meteran, hasil pengukuran dan
pengamatan dilakukan dari 3 titik
pengukuran menunjukkan bahwa pada
lokasi penambangan mempunyai batas tepi
galian rata-rata < 3 meter dari tepi
kepemilikan, berarti tolok ukurnya rusak
atau dengan harkat/skor 3
Hasil pengukuran di lapangan dengan 4 titik
pengukuran dan rerata bahwa kedalaman
galian pada lokasi penambangan batupasir
tufan dan breksi tufan adalah 1,45 meter
diatas permukaan air tertinggi, maka
memiliki kriteria baik (harkat 1)
Berdasarkan
hasil
pengamatan
dan
pengukuran dilakukan dari 4 titik
pengukuran, pengukuran relief dasar galian
terendah berkisar antara 1 m sampai 3,3 m
dibawah topografi terendah di sekitarnya,
maka untuk kondisi relief dasar galian
termasuk dalam klasifikasi tolok ukur rusak
atau dengan harkat/skor 3.
Berdasarkan
hasil
pengamatan
dan
pengukuran di lapangan, masing-masing
kemiringan lereng galian di empat titik, di
lokasi penambangan ditemukan kondisi
lereng yang vertikal, hasil pengukuran
didapatkan rata-rata kemiringan tebing
galian 80 di lokasi penambangan maka
kemiringan lereng lebih besar > 50%
sehingga tolok ukur untuk parameter ini
dinyatakan rusak atau dengan harkat/skor 3.
Berdasarkan
hasil
pengukuran
dan
pengamatan dilakukan dari beberapa titik
pengukuran tinggi dinding galian di lokasi
penelitian berkisar antara 5,518 meter,
maka untuk kondisi tinggi dinding galian
termasuk dalam klasifikasi tolok ukur rusak
atau dengan harkat/skor 3.
kondisi jalan menuju lokasi penambangan
berupa jalan raya yang masih sangat baik
karena baru diaspal kembali sedangkan

untuk jalan tanah berbatuan atau bukan jalan


aspal kondisinya masih baik hanya sedikit
bergelombang, sehingga untuk kondisi jalan
di lokasi penelitian masih termasuk dalam
klasifikasi tolok ukur baik atau dengan
harkat/skor 1.
Pada saat musim kemarau di lokasi
penambangan tidak ada sama sekali vegetasi
yang tumbuh. Setelah pada saat musim
hujan vegetasi yang tumbuh di lokasi
penambangan hanya sedikit, dengan tutupan
vegetasi < 30% sehingga dengan kondisi
lahan bekas galian berupa hamparan lahan
kosong maka tutupan vegetasi di lokasi
penambangan termasuk dalam klasifikasi
tolok ukur rusak atau dengan harkat/skor 3.
Dari hasil survei yang dilakukan di sekitar
lokasi penambangan, ditemukan erosi
lembar, erosi alur pada dinding-dinding
galian yang penyebarannya tidak terlalu
luas. Sedangkan jenis gerakan massa tanah
dan/atau batuan yang berada pada lokasi
penambangan dan sekitarnya berupa
runtuhan batu (rock fall) dan gelinciran batu.
Berdasarkan pengamatan erosi dan gerakan
massa tanah dan/atau batuan pada lokasi
penelitian masuk dalam kriteria baik dengan
nilai harkat 1.
Kondisi lahan bekas galian kondisinya
berupa hamparan lahan kosong termasuk
dalam klasifikasi tolok ukur rusak atau
dengan harkat/skor 3 atau belum adanya
upaya reklamasi.
Dari hasil evaluasi terhadap sembilan
parameter
tersebut,
sebagian
besar
parameter-parameter
yang
diteliti
mempunyai kriteria rusak dengan kondisi
lahan mengalami perubahan menuju
kerusakan lahan dengan skor 21 termasuk
dalam kelas II yaitu Perubahan Sedang. Hal
ini dapat dilihat pada Tabel 10.
Berdasarkan tingkat perubahan lahan sedang
akibat kegiatan penambangan bahan
tambang batuan dan peta perencanaan
reklamasi, maka di lokasi penelitian akan
dilakukan 3 tahapan reklamasi, dimana
untuk tahapan 1 dan 3 akan dilakukan
kegiatan revegetasi.Kegiatan revegetasi pada
lahan pasca tambang dalam reklamasi
tahapan ini yang ditanami tanaman sawo
(dapat dilihat pada Tabel 9) bertujuan

nantinya tanaman ini akan menjadi tanaman


budidaya untuk masyarakat di Dusun
Srumbung sebagai mata pencaharian untuk
peningkatan
pendapatan
ekonomi
masyarakat. Sedangkan tahapan ke 2 akan
direncanakan untuk pembangunan bangunan
sipil seperti rumah tinggal maupun rukoruko guna mendukung ekonomi masyarakat
setempat. Diharapkan dengan adanya
perencanaan reklamasi di lahan pasca
tambang ini maka hal tersebut dapat
mengembalikan lahan sesuai dengan tujuan
penggunaannya, dalam hal ini memperkecil
erosi selama dalam proses reklamasi, serta
mengubah iklim mikro dan meningkatkan
ekonomi masyarakat di Dusun Srumbung,
Desa Segoroyoso ke arah yang lebih baik
lagi sehingga pemikiran masyarakat tentang
tambang yang selalu merusak lingkungan
dapat berubah. Agar semua perencanaan
tersebut tercapai, maka sangat diperlukan
peran masyarakat dan para penambang
dalam memantau dan mengelolah areal
reklamasi sesuai dengan kondisi yang
diharapkan. Rencana reklamasi pasca
tambang dapat dilihat pada Gambar 1

VI.

tinggi jenjang 3 meter, lebar jenjang 15


meter dengan sudut dinding jenjang 450.
Jalan tambang yang direncanakan dibuat
dalam lokasi penambangan adalah lebar
jalan 6 meter, panjang jalan 30 meter antar
jenjang (grade 10%).
5. Sistim penataan lahan yang digunakan
dalam kegiatan reklamasi adalah sistim
perataan tanah dengan menggunakan
Bulldozer Type CAT D 9 R. Ketebalan
overburden dalam perataan tanah adalah
1,5 m. Ketersediaan overburden di lokasi
penelitian adalah sebanyak 350013,75
LCM, sedangkan kebutuhan overburden
yang diperlukan pada tahapan reklamasi
tahap 1 dan 3 dalam perataan tanah adalah
sebanyak 9750,04 BCM.
6. Rancangan sistim pot/lubang tanam
menggunakan
dimensi
pot/lubang
tanaman dengan ukuran 1 m3 (1 m x 1 m x
1 m) dengan jumlah 165 pot/lubang
tanam.
7. Tanah pucuk (top soil) yang telah
dicampurkan
dengan
pupuk
organik/kompos akan ditempatkan pada
empat lubang pertama dan empat lubang
berikutnya. Kebutuhan top soil pada sistim
pot/lubang tanam ini adalah sebanyak
183,15 BCM.
8. Jarak tanam antar tanaman yang akan
digunakan dalam kegiatan revegetasi
lahan adalah dengan jarak tanam 6 x 6 m.
Bibit sawo yang akan digunakan adalah
bibit sawo dengan tinggi 5060 cm
dengan umur bibit sawo 34 bulan.
9. Bulan yang tepat dalam penanaman bibit
tanaman sawo adalah pada bulan
NovemberApril. Upaya meningkatkan
unsur hara makro berupa N-total, C-org
dan K-tersedia maka akan digunakan
pupuk organik/kompos, pupuk urea dan
NPK.
10. Bangunan yang direncanakan akan
dibangun pada perencanaan reklamasi
tahapan 2 adalah ruko-ruko bertingkat 1
dengan ukuran bangunan 6 m x 8 m dan
bangunan rumah tinggal dengan ukuran 6
m x 6 m.

KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil
penelitian
mengenai Perencanaan Teknis Reklamasi
Pasca Tambang Berdasarkan Tingkat
Perubahan Lahan Akibat Penambangan
Bahan Tambang Batuan di Dusun Srumbung,
Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret,
Kabupaten Bantul, dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Dampak dari kegiatan penambangan
bahan tambang batuan berupa breksi tufan
dan batupasir tufan pada lokasi penelitian
di Dusun Srumbung, Desa Segoroyoso,
maka terjadi tingkat perubahan lahan fisik
dalam katagori tingkat perubahan lahan
sedang, dengan skor 2.
2. Hasil analisis kestabilan lereng di lokasi
penambangan menunjukkan dengan sudut
kemiringan dinding galian 900, 700 dan
tinggi dinding galian 20 meter masih stabil
3. Perencanaan
tambang
dan
teknik
penambangan yang direncanakan akan
dimulai penambangan dari atas bukit
menuju bawah bukit untuk mencegah
gerakan massa tanah/batuan.
4. Jenjang yang direncanakan dalam kegiatan
penambangan di Dusun Srumbung adalah

VII.

ACKNOWLEDGEMENT
Terimakasih kepada masyarakat Dusun
Srumbung Desa Segoroyoso, Kecamatan
Pleret, Kabupaten Bantul, DIY, serta Team
dosen Teknik Lingkungan UPNVY.

DAFTAR PUSTAKA
Adisoemartono, S., 1994, Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Edisi ke enam, Erlangga, Jakarta.
Arief, N., 2004, Prinsip-Prinsip Reklamasi Tambang. Diklat Perencanaan Tambang Terbuka, Unisba. Bandung.
Asdak, C., 1995, Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Edisi Pertama. Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta.
Bantul dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Yogyakarta.
Data Curah Hujan Kabupaten Bantul 2000 2011. Yogyakarta: Dinas Sumberdaya Air Kabupaten Bantul.
Direktorat Geologi dan Sumberdaya Mineral, 1986, Buku Petunjuk Usaha Pertambangan Bahan Galian
Golongan C. Ditjen Pertambangan Umum.
Effendi, H., 2003, Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Kanisius,
Yogyakarta.
FAO. 2006. World reference base for soil resources 2006. World Soil Resources Reports No. 103. Rome: FAO.
Hardiyatmo, Hary Christiady. 2006. Penanganan Tanah Longsor Dan Erosi. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Kartasapoetra, 1985, Teknologi Konservasi Tanah dan Air, Rineka Cipta : Jakarta.
Notohadiprawiro. T., 2006, Lahan Kritis dan Bincangan Pelestaraian Lingkungan Hidup, Ilmu Tanah
Universitas Gadja Mada, Yogyakarta.
Peraturan Menteri Energi Sumberdaya Mineral Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Reklamasi dan Penutupan
Tambang.
Prodjosoemarto, P., 2006, Tambang terbuka (Surface Mining), Diktat Kuliah, Jurusan Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung.
Pleret dalam Angka 2012. Badan Pusat Statistik Yogyakarta.
Soemarwoto, 1994, Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan, Djambatan, Yogyakarta.
Suhartana. 2007. Pembakaran Ferralsol Dan Aplikasinya untuk Penjernihan Minyak Goreng Sisa Pakai. Berkala
Fisika ISSN : 1410 9662 Vol. 10, No.1, April 2007, hal 71-78.
Sutarno, N.T. 1998. Klimatologi Dasar. Yogyakarta: UPN Veteran Press.
Suyono. 2000. Kajian Geografis Airtanah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Fakultas Geografi. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Tod, D.K, 1980, Groundwater Hidrology, 2nd Ed. John Wiley& Sons Inc, New York.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Babtubara.

TABEL
Tabel 1. Hasil Analisis Kualitas Tanah Berdasarkan Sifat Fisik dan Kimia

No. ulangan

Tanah ul.1
Tanah ul.2
Tanah ul.3
Rata-rata

pH
H2 o

6,15
6,09
6,12
6,12

Tekstur (%)

Pasir

Debu

Liat

34
33
32
33

33
34
36
34,3

33
33
32
32,6

C-org
(%)

N-total
(%)

K-tersedia
(me/100g)

0,77
0,80
0,76
0,77

0,06
0,06
0,06
0,06

0,30
0,29
0,29
0,29

Hasil Analisis Laboratorium. BPTP Yogyakarta, 14 Juni 2013


= Kurang baik (dibawah kriteria unsur hara tanah)

= Baik (sesuai kriteria unsur hara tanah)

Tabel 2. Kriteria dan Harkat/Skor pada Variabel Batas Kedalaman Galian


Kriteria batas kedalaman galian
1. Bila batas kedalaman galian >1m di atas permukaan
airtanah tertinggi
2. Bila batas kedalaman galian 0,5-1m di atas permukaan
airtanah tertinggi
3. Bila batas kedalaman galian <0,5m di bawah
permukaan airtanah tertinggi
Sumber : Kep. Gubernur DIY No. 63 Tahun 2003

Kelas

Harkat

Baik

Sedang

Rusak

Tabel 3. Pengukuran Kedalaman Galian


Pengukuran

Kedalaman galian(m)

1
4
2
0,3
3
0.5
4
1
jumlah
5,8
Sumber: Survei dan pengukuran di lapangan
Tabel 4. Perbandingan Hasil Sifat Fisik Breksi Tufan dan Batupasir Tufan di Lokasi Penelitian
Breksi Tufan
Batupasir Tufan
No
Parameter
Angka
Angka
1
Berat contoh asli (Wn),gr
453
428
2
Berat contoh kering (Wo),gr
393.8
367.1
3
Berat contoh jenuh (Ww),gr
466.7
454.6
4
Berat contoh jenuh tergntung dalam air (Ws),gr
228.8
221.7
5
Bobot isi asli (natural density), gr/cm3
1.9
1.84
6
Bobot isi kering (dry dencity), gr/cm3
1.66
1.58
7
Bobot isi jenuh (saturated dencity), gr/cm3
1.96
1.95
8
Apperent specific gravity
1.66
1.58
9
True specific gravity
2.39
2.52
10
Kadar air asli, %
15.03
16.59
11
Kadar air jenuh, %
18.51
23.84
12
Derajat kejenuhan, %
81.21
69.60
13
Porositas, %
30.64
37.57
14
Void ratio
0.44
0.6
Sumber: Data Hasil Analisis dari Laboratorium Mekanika Batuan, Jurusan Tambang UPN V Yogyakarta
Tabel 5. Hasil Pengukuran Kuat Geser Breksi Tufan di Lokasi Penelitian Dusun Srumbung
No
Tegangan normal
Beban geser
Kuat geser Kg/cm2
2
Kg/cm
Dial
Kg
1
2
3

3.64
7.28
11.00

4.00
6.75
9.50

79.00
133.31
187.63

4.85
8.19
11.61

Sumber: Data Hasil Analisis dari Laboratorium Mekanika Batuan, Jurusan Tambang UPN V Yogyakarta
Tabel 6. Hasil Pengukuran Kuat Geser Batupasir Tufan di Lokasi Penelitian Dusun Srumbung
Tegangan normal
Beban geser
Kuat geser Kg/cm2
2
Kg/cm
No
Dial
Kg
1
2
3

3.88
7.60
11.00

4.50
6.50
9.00

88.88
128.38
177.75

5.81
8.23
11

Sumber: Data Hasil Analisis dari Laboratorium Mekanika Batuan, Jurusan Tambang UPN V Yogyakarta
Tabel 7. Hasil Perbandingan Kohesi dan Sudut Geser DalamAntara Breksi Tufan dan Batupasir Tufan di Lokasi
Penelitian Dusun Srumbung
Sampel
Kohesi (Kg/cm2)
Sudut geser dalam (o)
Breksi Tufan

1.5088

42.55

2.9045
36.01
Batupasir Tufan
Sumber: Data Hasil Analisis dari Laboratorium Mekanika Batuan, Jurusan Tambang UPN V Yogyakarta
Slope

Tabel 8. Hasil Analisis Kestabilan Lereng di Lokasi Penelitian Dusun Srumbung


Arah
Zona Gempa
Tinggi
700
900
Lereng
Kemiringan
FoS
Ket
FoS
Ket

N 1730 E

18/3

20

2.516

Stabil

1.721

Stabil

N 158 0 E

18/3

20

2.497

Stabil

1.741

Stabil

3
N 30 0 E
18/3
20
2.505
Stabil
1.720
Stabil
Sumber: Data Hasil Analisis dari Laboratorium Mekanika Batuan, Jurusan Tambang UPN V Yogyakarta
Tabel 9. Syarat tumbuh tanaman sawo dengan kondisi lahan di daerah penelitian
No.

Kriterian Kesesuaian
lahan

1.

pH tanah

2.

Curah Hujan

3.

Tekstur tanah

4.

Kedalaman efektif tanah


pucuk

5.

Suhu udara

6.

Ketinggian

Syrat Tumbuh

Kondisi Lahan di
Lokasi Penelitian

Keterangan

57
2.000-4.00
(mm/tahun)
Lempung, massif
dan berpasir
40 cm

67
20066,44 mm/tahun

sesuai
sesuai

Lempung dan berpasir

sesuai

100 cm

sesuai

22C 32 C 22

22,2C 31C

sesuai

0 700 mdpl

74 mdpl

sesuai

Tabel 10. Klasifikasi Potensi Perubahan Lahan Lokasi Penelitian di Dusun Srumbung
Harkat/Skor pada lokasi
No
Parameter
penelitian
1
Batas Tepi Galian
3
2
Kedalaman Lubang Galian dari
1
Permukaan Tanah Awal
3
Relief Dasar Galian
3
4
Batas Kemiringan Dinding Galian
3
5
Tinggi Dinding Galian
3
6
Kondisi Jalan
1
7
Tutupan Vegetasi
3
8
Erosi dan/atau Gerakan massa batuan
1
9
Upaya Reklamasi
3
Jumlah Harkat/Skor
21
Kelas/ Tingkat Perubahan Lahan
II/ Sedang

GAMBAR

Gambar. Pemodelan 3D Rancangan Tambang dan Reklamasi Pasca Tambang Penambangan Bahan Tambang
Batuan di Dusun Srumbung, Desa Segoroyoso, Kecamatan Pleret

UNtuk gambar slide mu

Anda mungkin juga menyukai