Pembimbing:
dr. Eka Novianty Sutarno
Disusun oleh:
Nikko 07120110041
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Penyakit TORCH merupakan kelompok infeksi beberapa jenis virus yaitu parasit
Toxoplasma gondii, virus Rubella, CMV (Cytomegalo Virus), virus Herpes Simplex (HSV1
HSV2) dan kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (misalnya
Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B).
Penyakit TORCH ini dikenal karena menyebabkan kelainan dan berbagai keluhan
yang bisa menyerang siapa saja, mulai anak-anak sampai orang dewasa, baik pria maupun
wanita. Bagi ibu yang terinfeksi saat hamil dapat menyebabkan kelainan pertumbuhan pada
bayinya, yaitu cacat fisik dan mental yang beraneka ragam.
Infeksi TORCH juga dapat menyerang semua jaringan organ tubuh, termasuk sistem
saraf pusat dan perifeir yang mengendalikan fungsi gerak, penglihatan, pendengaran, sistem
kadiovaskuler serta metabolisma tubuh.
1.2
Pengertian TORCH
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo
Virus (CMV),Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles,
Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Parasit ini termasuk subfilum Sporozoa, kelas Toxoplasma dan merupakan salah satu
genus dari ordo Toxoplasmida. Toxoplasma gondii terdpat di dalam sel-sel dari system
retikulo-endotel
dan
juga
di
dalam
sel-sel
parenkim.
Terdapat 2 macam bentuk dari Toxoplasma yaitu bentuk intraseluler dan bentuk ekstraseluler
bulat atau lonnjong, sedang bentuk ekstraseluler seperti bulan sabit yang langsing, dengan
ujung yang satu runcing sedang lainnya tumpul. Ukuran parasit micron x 4-6 mikron, dengan
inti terletak di ujung yang tumpul.
Jumlah parasit dalam darah akan menurun dengan terbentukya antibodi namun kista
Toxoplasma yang ada dalam jaringan tetap msih hidup. Kista jaringan ini akan reaktif jika
terjadi penurunan kekebalan. Infeksi yang terjadi pada orang dengan kekebalan rendah baik
infeksi primer maupun infeksi reaktivasi akan menyebabkan terjadinya Cerebritis,
Chorioretinitis, pneumonia, terserangnya seluruh jaringan otot, myocarditis, ruam
makulopapuler dan atau dengan kematian. Toxoplasmosis yang menyerang otak sering terjadi
pada penderita AIDS.
Infeksi primer yang terjadi pada awal kehamilan dapat menyebabkan terjadinya
infeksi pada bayi yang dapat menyebabkan kematian bayi atau dapat menyebabkab
Chorioretinis, kerusakan otak disertai dengan klasifikasi intraserebral, hidrosefalus,
mikrosefalus, demam, ikterus, ruam, hepatosplenomegasli, Xanthochromic CSF, kejang
beberapa saat setelah lahir.
Kejadian Toxoplasmosis.
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yang secara alam dapat menyerang
manusia, ternak, hewan peliharaan yang lain seperti hewan liar, unggas dan lain-lain.
Kejadian toxoplasmosis
telah dilaporkan dari
beberapa daerah di dunia ini
yang geografiknya sangat
luas. Survei terhadap
kejadian ini memberi
gambaran bahwa
toxoplasmosis pada suatu
daerah bisa sedemikian
hebatnya hingga setiap
(mentah)
dan
sisa-sisa
daging
dari
rumah
potong
hewan.
Etiologi Toxoplasmosis.
Toxoplasmosis sendiri ditemukan oleh Nicelle dan Manceaux pada tahun 1909 yang
menyerang hewan pengerat di Tunisia, Afrika Utara. Selanjutnya setelah diselidiki maka
penyakit yang disebabkan oleh toxoplasmosis dianggap suatu genus termasuk famili
babesiidae.
Toxoplasma gondii adalah parasit intraseluler pada momocyte dan sel-sel endothelial
pada berbagai organ tubuh. Toxoplasma ini biasanya berbentuk bulat atau oval, jarang
ditemukan dalam darah perifer, tetapi sering ditemukan dalam jumlah besar pada organ-organ
tubuh seperti pada jaringan hati, limpa, sumsum tulang, pam-pam, otak, ginjal, urat daging,
jantung dan urat daging licin lainnya.
Perkembangbiakan toxoplasma terjadi dengan membelah diri menjadi 2, 4 dan
seterusnya, belum ada bukti yang jelas mengenai perkembangbiakan dengan jalan schizogoni.
Pada preparat ulas dan sentuh dapat dilihat dibawah mikroskop, bentuk oval agak panjang
dengan kedua Ujung lancip, hampir menyerupai bentuk merozoit dari coccidium. Jika
ditemukan diantara sel-sel jaringan tubuh berbentuk bulat dengan ukuran 4 sampai 7 mikron.
Inti selnya terletak dibagian ujung yang berbentuk bulat. Pada preparat segar, sporozoa ini
bergerak, tetapi peneliti-peneliti belum ada yang berhasil memperlihatkan flagellanya.
Toxoplasma baik dalam sel monocyte, dalam sel-sel sistem reticulo endoteleal, sel alat tubuh
viceral maupun dalam sel-sel syaraf membelah dengan cara membelah diri 2,4 dan
seterusnya. Setelah sel yang ditempatinya penuh lalu pecah parasit-parasit menyebar melalui
peredaran darah dan hinggap di sel-sel baru dan demikian seterusnya.
Toxoplasma gondii mudah mati karena suhu panas, kekeringan dan pembekuan. Cepat
mati karena pembekuan darah induk semangnya dan bila induk semangnya mati jasad inipun
ikut mati. Toxoplasma membentuk pseudocyste dalam jaringan tubuh atau jaringan-jaringan
tubuh hewan yang diserangnya secara khronis. Bentuk pseudocyste ini lebih tahan dan dapat
bertindak sebagai penyebar toxoplasmosis.
Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista, clan
Ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3-7 um, dapat menginvasi semua sel
mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan selama masa akut dari
infeksi. Bila infeksi menjadi kronis trofozoit dalam jaringan akan membelah secara lambat
dan disebut bradizoit.
Bentuk kedua adalah kista yang terdapat dalam jaringan dengan jumlah ribuan
berukuran 10-100 um. Kista penting untuk transmisi aan paling banyak terdapat dalam otot
rangka, otot jantung dan susunan syaraf pusat. Bentuk yang ke tiga adalah bentuk Ookista
yang berukuran 10-12 um. Ookista terbentuk di sel mukosa usus kucing dan dikeluarkan
bersamaan dengan feces kucing. Dalam epitel usus kucing berlangsung siklus aseksual atau
schizogoni dan siklus atau gametogeni dan sporogoni. Yang menghasilkan ookista dan
clikeluarkan bersama feces kucing. Kucing yang mengandung toxoplasma gondii dalam
sekali exkresi akan mengeluarkan jutaan ookista. Bila ookista ini tertelan oleh hospes
perantara seperti manusia, sapi, kambing atau kucing maka pada berbagai jaringan hospes
perantara akan dibentuk kelompok-kelompok trofozoit yang membelah secara aktif. Pada
hospes perantara tidak dibentuk stadium seksual tetapi dibentuk stadium istirahat yaitu kista.
Bila kucing makan tikus yang mengandung kista maka terbentuk kembali stadium seksual di
dalam usus halos kucing tersebut.
Resiko penularan terhadap janin pada trimester I = 15% ; pada trimester II = 25% dan pada
trimester III = 65%. Namun derajat infeksi terhadap janin paling besar adalah bila infeksi
terjadi pada trimester I.
Trias klasik toksoplasma berupa :
1. Hidrosepalus
2. Kalsifikasi intrakranial
3. Korioretinitis
Trias tersebut jarang terlihat.
Gejala klinik toksoplasmosis congenital.
Kelainan yang terjadi pada janin pada umumnya sangat berat dan bahkan bias fatal
oleh karena parasi tersebar di berbagai organ-organ terutama pada system susunan sarafnya.
Kelainan yang terjadi sangat jelas terlihat dan yang patognomonik dan indikatif adalah
kalsifikasi serebral, korioretinitis, hidrosefalus atau mikrosefalus dan psikomotor. Kalsifikasi
serebral dan korioretinitis merupakan gejala yang paling penting untuk menentukan diagnosis
toksoplasmosis congenital.
Gejala klinik toksoplasmosis di dapat
Pada toksoplasmosis didapat, berbagai kelainan organ dan jaringan dapat terjadi yaitu
pada jaringan serebrospinal yang mengakibatkan ensefalomielopati, hidrosefalus, kalsifikasi
serebral dan korioretinitis, kelainan limfatik berupa limfadenitis disertai dengan demam,
kelainan pada kulit yang berupa ruam kulit makulopapuler yang mirip ruam kulit pada
demam tifus, kelainan pada paru-paru yang berupa pneumonia interstisial, pada jantung
terjadi miokarditid dan terjadi pula pembesaran hati dan limpa. Kelainan-kelainan pada
jaringan serebrospinal umumnya menyerang bayi dan anak-anak sedangkan kelainan limfatik
menyerang anak berumur antara 5-15 tahun.
Diagnosis
Pemeriksaan parasit sangat rumit dan memakan waktu yang lama, yaitu dengan
cara :
1. Biopsi jaringan & pewarnaan HE dan Eosin juga dengan giemsa. Tujuannya untuk
melihat tachizoites (trophozoites) atau cysts (bradyzoites)
2. Kultur : Monocyte cell culture. Setelah 4 hari parasit di kultur maka dilihat dengan
immunofluorescence dengan anti-P30 monoclonal antibodi.
3. Dye-Test (Sabin-Felman) paling baik karena puncaknya dicapai lebih cepat dibawah dari
4 minggu dan menetap. Sensitivity dan spesitivity tinggi
4. EIA (Enzyme-linked immunoassay). Deteksi IgM antibodi. Spesifik antibodi IgM
meninggi pada bulan ke 4 8 . Masalah yang dijumpai adalah interferensi dari
rheumatoid factor dan specific IgG antibodi
5. IHA : Indirect Hemaglutinasi 4 10 minggu (titer meningkat atau sero konversi)
6. IFA : Indirect Florescent Antibody ( 2 4 bulan) Complement fixation 3 bulan pertama
7. ELISA : Enzyme-Linked Immunosorbent Assay M E I AIgM, IgG dapat mencegah
positif palsu akibat kompetisi dengan antibody IgG specific maternal.
8. Dapat dideteksi dari cairan (CSF) dan ditentukan dengan pemeriksaan metode Direct
Immuno Florescent
Yang paling sering dilakukan adalah :
Pemeriksaan antibodi terhadap Toxoplasma, yaitu IgM, IgG, IgA dan IgG Avidity
IgM, IgG dan IgA adalah Imunoglobulin yang akan meningkat bila terjadi infeksi
IgG Avidity adalah kekuatan ikatan antara antibodi IgG dengan antigen
Infeksi yg terjadi sebelum kehamilan tidak perlu dirisaukan, hanya infeksi primer yg terjadi
pada saat ibu hamil yg berbahaya, khususnya pada Trimester pertama.
Wanita yang akan hamil (idealnya) wanita yang baru/sedang hamil (bila hasil
4. Cucilah tangan baik-bai sebelum makan dan sesudah menjamah dagin mentah atau
setelah memegang tanah yang terkontaminasi kotoran kucing.
5. Awasi kucing liar, jangan biarkan kucing tersebut membuang kotoran ditempat
bermain anak-anak
Pengobatan Toxoplasmosis
Sampai saat ini pengobatan yang terbaik adalah kombinasi pyrimethamine dengan
trisulfapyrimidine. Kombinasi ke dua obat ini secara sinergis akan menghambat siklus pamino asam benzoat dan siklus asam foist. Dosis yang dianjurkan untuk pyrimethamine ialah
25-50 mg per hari selama sebulan dan trisulfapyrimidine dengan dosis 2.000-6.000 mg sehari
selama sebulan.
Karena efek samping obat tadi ialah leukopenia dan trombositopenia, maka
dianjurkan untuk menambahkan asam folat dan yeast selama pengobatan. Trimetoprimn juga
temyata efektif untuk pengobatan toxoplasmosis tetapi bila dibandingkan dengan kombinasi
antara pyrimethamine dan trisulfapyrimidine, ternyata trimetoprim masih kalah
efektifitasnya.
Spiramycin merupakan obat pilihan lain walaupun kurang efektif tetapi efek
sampingnya kurang bila dibandingkan dengan obat-obat sebelumnya. Dosis spiramycin yang
dianjurkan ialah 2-4 gram sehari yang di bagi dalam 2 atau 4 kali pemberian. Beberapa
peneliti menganjurkan pengobatan wanita hamil trimester pertama dengan spiramycin 2-3
gram sehari selama seminggu atau 3 minggu kemudian disusul 2 minggu tanpa obat.
Demikian berselang seling sampai sembuh. Pengobatan juga ditujukan pada penderita dengan
gejala klinis jelas dan terhadap bayi yang lahir dari ibu penderita toxoplasmosis.
2.
3.
4.
Obat2 diatas diulangi setiap mgg (1) & setiap bulan (2&3) sampai
partus
2.1.2
RUBELLA
Biasanya terjadi demam ringan, sakit kepala, rasa lelah dan perasaan tidak karuan,
Terapi antivirus
o Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan
o Acyclovir diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau virus
varicella zoster yang terjadi pada ibu hamil
o Selama kehamilan dosis pengobatan tidak perlu disesuaikan
o Obat antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama
kehamilan : Amantadine dan Ribavirin
o
o Vaksin dengan virus mati seperti influenza, hepatitis A dan B boleh digunakan
selama kehamilan
o Imunoglobulin dapat digunakan selama kehamilan
Vaksinasi :
Anak-anak
Oleh sebab itu perlu diperiksa kembali IgG Rubella pada saat merencanakan akan hamil (3-6
bulan sebelumnya)
Rubella ( German Measles ) disebabkan oleh infeksi single stranded RNA togavirus yang
ditularkan via pernafasan dengan kejadian tertinggi antara bulan Maret sampai Mei, melalui
vaksinasi yang intensif angka kejadian semakin menurun.
Infeksi virus ini sangat menular dan periode inkubasi berkisar antara 2 3 minggu
DIAGNOSIS :
Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan serologi.
IgM
IgM akan cepat memberi respon setelah muncul 2 -3 hari keluar ruam dan
kemudian akan menurun dan hilang dalam waktu 4 8 minggu ini merupakan kadar
puncak.
Dapat dideteksi pada 3 - 8 minggu.
IgG
Diagnosa ditegakkan dengan adanya peningkatan titer 4 kali lipat dari hemagglutinationinhibiting (HAI) antibody dari dua serum yang diperoleh dua kali selang waktu 2 minggu
atau setelah adanya IgM
Diagnosa Rubella juga dapat ditegakkan melalui biakan dan isolasi virus pada fase akut.
Ditemukannya IgM dalam darah talipusat atau IgG pada neonatus atau bayi 6 bulan
mendukung diagnosa infeksi Rubella.
DAMPAK TERHADAP KEHAMILAN :
10 15% wanita dewasa rentan terhadap infeksi Rubella. Perjalanan penyakit tidak
dipengaruhi oleh kehamilan dan ibu hamil dapat atau tidak memperlihatkan adanya gejala
penyakit.
Derajat penyakit terhadap ibu tidak berdampak terhadap resiko infeksi janin. Infeksi yang
terjadi pada trimester I memberikan dampak besar terhadap janin.
Infeksi fetal :
1. Tidak berdampak terhadap bayi dan janin dilahirkan dalam keadaan normal
2. Abortus spontan
3. Sindroma Rubella kongenital
Secara spesifik, infeksi pada trimester I berdampak terjadinya sindroma rubella kongenital
sebesar 25% ( 50% resiko terjadi pada 4 minggu pertama ), resiko sindroma rubella
kongenital turun menjadi 1% bila infeksi terjadi pada trimester II dan III
Gangguan Mata :
Katarak
Retinopati
Mikroptalmia
Hepatosplenomegali
Gangguan sistem saraf pusat :
Mikrosepalus
Panensepalus
Kalsifikasi otak
Retardasi psikomotor
Hepatitis
Trombositopenik purpura
Pemeriksaan rubella harus dikerjakan pada semua pasien hamil dengan mengukur IgG .
Mereka yang non-imune harus memperoleh vaksinasi pada masa pasca persalinan. Tindak
lanjut pemeriksaan kadar rubella harus dilakukan oleh karena 20% yang memperoleh
vaksinasi ternyata tidak memperlihatkan adanya respon pembentukan antibodi dengan baik.
Infeksi rubella tidak merupakan kontra indikasi pemberian ASI
Tidak ada terapi khusus terhadap infeksi Rubella dan pemberian profilaksis dengan gamma
globulin pasca paparan tidak dianjurkan oleh karena tidak memberi perlindungan terhadap
janin.
Yang Perlu melakukan Pemeriksaan Rubella:
2.1.3 CYTOMEGALOVIRUS
CYTOMEGALOVIRUS dalam KEHAMILAN
Cytomegalovirus CMV adalah virus DNA dan merupakan kelompok dari famili virus
Herpes sehingga memiliki kemampuan latensi. Virus ditularkan melalui berbagai cara a.l
tranfusi darah, transplantasi organ , kontak seksual, air susu , air seni dan air liur ;
transplansental atau kontak langsung saat janin melewati jalan lahir pada persalinan
pervaginam.
Cara penularannya Respiratory droplets, kontak dengan sumber infeksi (saliva, urin,
sekresi serviks dan vagina, sperma, ASI, airmata), melalui transfusi dan transplantasi organ
Secara vertikal dari ibu ke janin :
prenatal (plasenta)
perinatal (pada saat kelahiran)
postnatal (ASI, kontak langsung)
30 60% anak usia sekolah memperlihatkan hasil seropositif CMV, dan pada wanita
hamil 50 85%. Data ini membuktikan telah adanya infeksi sebelumnya. Gejala infeksi
menyerupai infeksi mononukleosis yang subklinis. Ekskresi virus dapat berlangsung berbulan
bulan dan virus mengadakan periode laten dalam limfosit, kelenjar air liur, tubulus renalis
dan endometrium. Reaktivasi dapat terjadi beberapa tahun pasca infeksi primer dan
dimungkinkan adanya reinfeksi oleh jenis strain virus CMV yang berbeda.
DIAGNOSIS
Virus dapat di isolasi dari biakan urine atau biakan berbagai cairan atau jaringan tubuh lain.
Tes serologis mungkin terjadi peningkatan IgM yang mencapai kadar puncak 3 6 bulan
pasca infeksi dan bertahan sampai 1 2 tahun kemudian.
IgG meningkat secara cepat dan bertahan seumur hidup
Masalah dari interpretasi tes serologi adalah :
1. Kenaikan IgM yang membutuhkan waktu lama menyulitkan penentuan saat infeksi
yang tepat
2. Angka negatif palsu yang mencapai 20%
3. Adanya IgG tidak menyingkirkan kemungkinan adanya infeksi yang persisten
Yang perlu dilakukan Pemeriksaan :
80 90% tidak menunjukkan gejala namun kelak dikemudian hari dapat menunjukkan gejala:
1. Retardasi mental
2. Gangguan visual
3. Gangguan perkembangan psikomotor
Seberapa besar kerusakan janin tidak tergantung saat kapan infeksi menyerang janin.
CNV rekuren berkaitan dengan penurunan resiko janin dengan angka penularan ibu ke janin
sebesar 0.15% 1%
Tidak ada terapi yang efektif untuk cytomegalovirus dalam kehamilan.
Pencegahan meliputi penjagaan kebersihan pribadi, mencegah tranfusi darah
Usaha untuk membantu diagnosa infeksi CMV pada janin adalah dengan melakukan :
1. Ultrasonografi untuk identifikasi PJT simetri, hidrop, asites atau kelainan sistem saraf
pusat
2. Pemeriksaan biakan cytomegalovirus dalam cairan amnion
2.1.4
HERPES SIMPLEX
Herpes Genitalis disebabkan oleh virus herpes simplex HSV tipe 1 dan 2
antibodi HSV 2 ditemukan pada 7.6% darah donor, namun hanya 50% yang
menyatakan pernah menderita herpes genitalis. Disimpulkan bahwa banyak infeksi
herpes yang bersifat subklinis
Kasus yang disebabkan oleh HSV tipe 2 terutama dijumpai pada wanita muda
Lesi awal berupa pembentukan erupsi veskular atau ulserasi yang akut dan diikuti
dengan penyembuhan secara spontan
HSV mengalami penjalaran melalui nervus sensorik perifer kedalam ganglion dorsal
dan tetap tinggal dalam fase istirahat.(masa laten), reaktivasi akan menyebabkan
timbulnya lesi ulangan dan memiliki potensi penularan.
Merupakan paparan pertama kali terhadap HSV 1 atau 2 yang dapat menyebabkan lesi
vulva dan disuria namun kadang kadang juga tanpa gejala. Seringkali di diagnosa
sebagai infeksi traktus urinarius atau candidiasis
Pada pemeriksaan ditemukan ulkus multiple yang disertai rasa nyeri hebat. Kadang
disertai dengan pembesaran kelenjar inguinal
Episode ulangan dapat asimptomatik (subklinis). Gejala yang timbul biasanya ebih
ringan dibandingkan infeksi pertama. Seringkali didahului oleh rasa gatal, pedih atau
ngilu di area yang akan timbul erupsi
Pada pemeriksaan dijumpai satu atau dua ulcus yang meliputi area kecil
90% penderita infeksi HSV 2 dan 60% pada infeksi HSV 1 akan mengalami
kekambuhan dalam tahun pertama. Rata rata kekambuhan 2 kali pertahun , namun
beberapa penderita memperlihatkan gejala ulangan yang lebih sering
DIAGNOSIS
Metode diagnosa utama adalah kultur virus pada ulkus
TERAPI dan PENATALAKSANAAN
Herpes primer dan episode infeksi pertama kali
Obat antivirus untuk menurunkan berat dan lamanya gejala. Obat ini tidak dapat
mencegah latensi sehingga tidak dapat mencegah serangan ulang
Regimen :
o Acyclovir 3 dd 200 mg selama 5 hari ( untuk ibu hamil dan menyusui)
o Famcyclovir 3 dd 250 mg selama 5 hari
o Valciclovir 2 dd 500 mg selama 5 hari
Analgesik
Rekurensi dapat diringankan dengan pemberian antiviral sedini mungkin saat erupsi
belum muncul
Dosis :
o Acyclovir 5 dd 200 mg selama 5 hari
o Famciclovir 2 dd 125 mg selama 5 hari
o Valaciclovir 1 dd 500 mg selama 5 hari
KOMPLIKASI
Infeksi primer yang terjadi pada masa kehamilan , khususnya bila terjadi pada
trimester III akan dapat menular ke neonatus saat melewati jalan lahir.
Keadaan ini sering terjadi pada ganguan kekebalan dan masa kehamilan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
TORCH adalah singkatan dari Toxoplasma gondii (Toxo), Rubella, Cyto Megalo
Virus (CMV), Herpes Simplex Virus (HSV) yang terdiri dari HSV1 dan HSV2 serta
kemungkinan oleh virus lain yang dampak klinisnya lebih terbatas (Misalnya Measles,
Varicella, Echovirus, Mumps, virus Vaccinia, virus Polio, dan virus Coxsackie-B).
Penyakit ini sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat mengakibatkan keguguran,
cacat pada bayi, juga pada wanita belum hamil bisa akan sulit mendapatkan kehamilan.
3.2
Saran
Untuk selalu waspada terhadap penyakit TORCH dengan cara mengetahui media dan
cara penyebaran penyakit ini kita dapat menghindari kemungkinan tertular. Hidup bersih
dan makan makanan yang dimasak dengan matang.
DAFTAR PUSTAKA