PENDAHULUAN
Proses perubahan pati menjadi glukosa adalah proses mencerna makanan yang
pertama kali yang terjadi tepatnya terjadi dibagian mulut dan dalam praktikum kali ini
dibahas mengenai proses pencernaan dari pati menjadi glukosa. Sumber pati dalam makanan
berasal dari banyak sumber, salah satunya dari tepung. Dalam praktikum ini juga akan
dibahas kandungan pati yang terkandung dalam tepung tepioka, tepung beras,tepung sagu,
dan tepung terigu. (Harrow, 1946)
Perhitungan
nilai
adsorbansi
ini
akan
dihitung
oleh
alat
yang
bernama
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud
bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh
tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka
panjang. Hewan dan manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting.
(Kimball, 1983)
Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi
yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras (pera) sedangkan amilopektin
menyebabkan sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan
amilopektin tidak bereaksi. (Jacobs, dkk., 1998)
Enzim merupakan bagian dari protein, yang mengkatalisir reaksi-reaksi kimia. Enzim
juga dapat diartikan sebagai protein katalisator yang memiliki spesifisitas terhadap reaksi
yang dikatalisis dan molekul yang menjadi substratnya. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu konsentrasi substrat, suhu, dan pH (Okoko and Ogbomo, 2010; Richal,
2012).
Secara praktis, enzim banyak digunakan di berbagai bidang kegiatan dan menempati
posisi penting dalam bidang industri. Aplikasi proses enzimatik pada industri pertama kali
mulai berkembang sejak tahun 1960. Enzim menjadi primadona industri saat ini dan di masa
yang akan datang karena melalui penggunaannya, energi dapat dihemat dan ramah lingkungan
(Sarah dkk, 2009; Richal, 2012).
Penggunaan enzim dalam industri pangan memberi banyak keuntungan sebagai bahan
tambahan yang alami. Sebelum dikenalnya teknologi modern, penggunaan enzim dalam
proses pengolahan pangan berawal dari ketidaksengajaan karena enzim sudah ada secara
endogenus dalam bahan dan/atau karena keterlibatan mikroorganisme selama tahapan proses.
Misalnya, pada proses pengolahan minuman beralkohol dan keju. Dengan kemajuan
teknologi, peran enzim dalam produksi pangan sudah dilakukan optimasi terhadap kondisi
proses sehingga aktivitas enzim dapat berjalan seperti yang diharapkan (Sarah dkk, 2009).
Gejala-gejala malabsorpsi adalah kembung pada perut, nafsu makan menurun, diare, perut
tidak nyaman, suara usus yang meningkat. Salah satu solusi untuk mengatasi masalah
malabsorpsi akibat kekurangan enzim adalah dengan mengkonsumsi suplemen enzim.
(Eleanor, 1984)
Enzim merupakan protein berbentuk bundar yang diperlukan untuk semua reaksi
kimia yang berlangsung di dalam tubuh. Sebagian kecil enzim diproduksi di kelenjar liur di
bagian mulut. Namun kebanyakan enzim pencernaan diproduksi oleh kelenjar pankreas. Ada
dua golongan enzim, yaitu enzim pencernaan yang berfungsi sebagai katalisator, dan enzim
lainnya, yang tidak mudah bereaksi secara nonspesifik dengan gugus amino suatu protein.
Reaksi ini (glikosilasi) mereduksi atau bahkan merusak fungsi berbagai enzim. Rendahnya
laju glikosilasi ini dikarenakan glukosa yang kebanyakan berada dalam isomer siklik yang
kurang reaktif. Meski begitu, komplikasi akut seperti diabetes, kebutaan, gagal ginjal, dan
kerusakan saraf periferal (peripheral neuropathy), kemungkinan disebabkan oleh
glikosilasi protein. (Murray R. K. et al., 2003).
Praktikum ini bertujuan agar kita dapat menghidrolisis berbagai macam pati, secara
enzimatis, dan membuktikan bahwa pati sebagai polisakarida merupakan polimer dari 1,4-Glukosa.
METODELOGI
Pada praktikum kali ini diawali dengan tepung aci. Tepung aci tersebut ditambahkan
dengan 10mL aquades, kemudian sampel dibagi kedalam 2 tabung dengan volume yang sama.
Setelah itu kemudian sampel dipanaskan dalam hot plate selama 15 menit, setelah itu sampel
diteteskan 2 tetes reagen iodin. Kemudian tabung 1 ditetesi enzim amilase sebanyak 3 tetes
dan tabung 2 sebanyak 5 tetes. Kemudian sampel diinkubasi selama 20 menit dengan suhu
55 C, Setelah itu sampel dipanaskan kembali selama 5 menit, dan menghitung nilai
absorbansi larutan menggunakan alat spektrofotometer. Dan setelah mendapatkan hasil, hasil
penelitian dicatat di papan tulis sebagai pembanding kelompok-kelompok lain.
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas ukur, gelas kimia, spatula, hot
plate, tabung reaksi, pipet tetes, inkubator, dan spektrofotometer. Gelas ukur berfungsi untuk
mengukur sampel yang akan dianalisis. Gelas kimia berfungsi untuk tempat sampel yang akan
dianalisis. Spatula berfungsi untuk mengaduk sampel / larutan. Hot plate berfungsi untuk
menghomogenkan larutan. Tabung reaksi berfungsi untuk tempat mereaksikan suatu larutan
dengan sampel lain. Pipet tetes berfungsi untuk meneteskan larutan dengan jumlah kecil.
Inkubator berfungsi untuk memanaskan sampel pada suhu tertentu. Spektrofotometer
berfungsi untuk mengukur nilai absorbansi suatu larutan.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, pati dari tepung beras, tepung
maizena, tepung aci, tepung terigu, glukosa, akuades, enzim amilase, dan reagen iodine.
Sampel
Volume
Iodin
Enzim amilase
5 tetes
3 tetes
5 tetes
3 tetes
5 tetes
3 tetes
5 tetes
Warna
biru pekat
Biru pekat,
endapan putih
Biru pekat
endapan putih
Endapan warma
biru pekat diatas
bening dibawah
putih
Bening
kekuningan,
endapan biru
pekat dibawahnya
putih
Endapan biru
pekat, bawah
putih dan bening
bagian atas
Bagian bawah
endapat ungu
pekat bawahnya
putih dan bagian
atas bening
0,025
0,045
10
Warna
biru pekat
Warna ungu
tidak ada
endaan
Warna bening
ada endapan
ungu
Warna kuning
bening tidak ada
endapan
Warna kuning
bening tidak ada
endapan
Warna kuning
bening tidak ada
endapan
Warna kuning
bening tidak ada
endapan
0,3
0,4
Ungu
pekat
tidak ada
endapan
Warna kerung
ada endapan
ungu
Warna keruh
ada endapan
ungu
Bening, ada
endapan ungu
dan putih di
dasar tabung
Bening
kekuningan,
endapan ungu
dan putih di dasar
tabung
Bening, ada
endapan ungu
dan putih di
dasar tabung
Bening
kekuningan,
endapan ungu dan
putih di dasar
tabung
0,041
0,054
10
Ungu
pekat ada
endapan
Bening
kecoklatan, ada
endapan ungu
Bening
kecoklatan, ada
endapan ungu
Bening
kecoklatan, ada
endapan ungu
Bening
kecoklatan, ada
endapan ungu
0,067
0,041
Ungu muda
tidak ada
endapan
Ungu pekat
tidak ada
endapan
Bening keruh
ada endapan
putih
Bening
kecoklatan ada
endapan ungu
Bening keruh
sedikit endapan
putih dibagian
bawah tabung
Bening
kecoklatan, ada
endapan putih
didasar
0,160
0,104
Ungu tua
Bening ada
endapan putih
dan keruh
Bening, ada
endapan ungu
Bening ada
endapan putih
yang menyebar
Bening, endapan
berubah jadi putih
1,051
0,151
Ungu muda
tidak ada
endapan
Ungu muda
tidak ada
endapan
Bening
kekuningam
endapan ungu
Bening
kekunigan
endapan ungu
Bening
kekuningam
endapan ungu
Bening
kekuningam
endapan ungu
0,200
0,109
Ungu ada
endapan
dibawah
Bening ada
endapan putih
Bening ada
endapan ungu
Bening ada
endapan putih
Bening, endapan
ungu jadi sedikit
0,070
0,095
Ungu tua
5
8
Terigu
10
8
Tepung
Beras
Absorbansi
3 tetes
Maizena
4
Pemanasan
(2 tetes)
Tepung
Aci
2
Inkubasi
10
tidak ada
endapan
Ungu
muda
tidak ada
endapan
Ungu
muda
tidak ada
endapan
Ungu,
ada
endapan
X (Konsentrasi
Glukosa)
0,4
0,3
0,2
0,9
Y (Absorbansi)
X.Y
X2
0,042
0,027
0,016
0,085
0,0168
0,0081
0,0032
0,0281
0,16
0,09
0,04
0,29
2
x
n 2
x
a=
2
( x ) y x xy
2
x
n 2
x
b=
n xy x y
3 ( 0,0281 ) (0,9)(0,085)
( 3 ) (0,29)0,81
0,08430,0765
0,870,81
0,024650,02529
0,870,81
0,0078
0,06
0,00064
0,06
= -0,0106
Sehingga,
y = -0,0106 + 0,13x
= 0,13
Konsentrasi Glukosa
0.05
0.04
0.04
0.03
0.03
Axis Title
0.02
0.02
0.01
0.01
0
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
Axis Title
Absorbansi
Linear (Absorbansi)
Tabung 2:
Y=a+bx
Y=a+bx
0,085 x = 0,3106
0,085 x = 0,4106
X = 3,65 gr/ml
X = 4,83 gr/ml
Sampel
Tepung
Aci
Maizena
Terigu
Tepung
Beras
2. Pembahasan
Konsentrasi Glukosa
3 tetes enzim amilase
5 tetes enzim amilase
0.27
0.42
2.38
3.15
0.39
0.49
0.59
0.39
1.31
1.57
8.16
0.19
1.62
0.92
0.62
0.81
0.45
Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud
bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Pati merupakan bahan utama yang dihasilkan oleh
tumbuhan untuk menyimpan kelebihan glukosa (sebagai produk fotosintesis) dalam jangka
panjang. Sumber pati utama di Indonesia adalah beras disamping itu dijumpai beberapa
sumber pati lainnya yaitu : jagung, kentang, tapioka, sagu, gandum, dan lain-lain. Hewan dan
manusia juga menjadikan pati sebagai sumber energi yang penting (Wikipedia Indonesia).
Pati tersusun dari dua macam karbohidrat, amilosa dan amilopektin, dalam komposisi
yang berbeda-beda. Amilosa memberikan sifat keras sedangkan amilopektin menyebabkan
sifat lengket. Amilosa memberikan warna ungu pekat pada tes iodin sedangkan amilopektin
tidak bereaksi. Pati digunakan sebagai bahan yang digunakan untuk memekatkan makanan
cair seperti sup dan sebagainya. Dalam industri, pati dipakai sebagai komponen perekat,
campuran kertas dan tekstil, dan pada industri kosmetika. Dalam bentuk aslinya secara alami
pati merupakan butiran-butiran kecil yang sering disebut granula. Bentuk dan ukuran granula
merupakan karakteristik setiap jenis pati, karena itu digunakan untuk identifikasi (Hill dan
Kelley, 1942). Selain ukuran granula karakteristik lain adalah bentuk, keseragaman granula,
lokasi hilum, serta permukaan granulanya (Hodge dan Osman, 1976).
Pada percobaan ini dilakukan hidrolisis enzim amilase pada sampel tepung aci. Tepung
aci ditambahkan dengan 10mL aquades, kemudian sampel dibagi kedalam 2 tabung dengan
volume yang sama. Setelah itu kemudian sampel dipanaskan dalam hot plate selama 15 menit,
setelah itu sampel diteteskan 2 tetes iodin yang merubah sampel menjadi berwarna biru tua.
Kemudian tabung 1 ditetesi enzim amilase sebanyak 3 tetes dan tabung 2 sebanyak 5 tetes.
Tabung yang diisi 3 tetes enzim amilase warnanya menjadi ungu dan tidak terdapat endapan,
sedangkan tabung yang ditetesi 5 tetes enzim amilase, carirannya berubah menjadi bening dan
terdapat endapan berwarna ungu. Kemudian sampel diinkubasi selama 20 menit dengan suhu
55 C, karena pada suhu tersebut merupakan suhu optimal untuk mengaktifkan enzim. Dan
hasilnya pada tabung 1 berubah warna menjadi kuning bening dan tidak terlihat endapan,
begitu juga dengan tabung 2. Setelah itu sampel dipanaskan kembali selama 5 menit, tetapi
tidak terjadi perubahaan apapun pada kedua sampel tersebut.
Dalam hidrolisis pati akan mengalami proses pemutusan rantai oleh enzim selama
pemanasan menjadi molekul-molekul yang lebih kecil. Ada beberapa tingkatan dalam reaksi
hidrolisis tersebut, yaitu mula-mula pati pecah menjadi unit rantai glukosa yang lebih pendek
(6-10 molekul) yang disebut dekstrin. Desktrin kemudian pecah menjadi maltosa yang
selanjutnya dipecah lagi menjadi unit terkecil glukosa.
Hidrolisis pati dengan amilase, melalui enzim ini ikatan cabang pada pati dapat
dihidrolisis sehingga dapat menguraikan glikogen dan amilopektin secara sempurna menjadi
glukosa. Dalam penentuan banyaknya kandungan glukosa dari hidrolisis dengan amilase ini
tidak jauh berbeda dengan penentuan pada hidrolisis dengan asam.
Enzim alfa amilase dapat menghidrolisis ikatan alfa 1,4-glukosida secara spesifik.
Hidrolisis amilosa oleh alfa amilase terjadi melalui dua tahap. Tahap pertama adalah degradasi
menjadi maltosa dan maltotriosa yang terjadi secara acak. Degradasi ini terjadi secara cepat
diikuti pula dengan menurunnya viskositas dengan cepat. Tahap kedua relatif lambat dengan
pembentukan glukosa dan maltosa sebagai hasil akhir. Sedangkan untuk amilopektin,
hidrolisis dengan alfa amilase menghasilkan glukosa. Maltosa dan berbagai jenis alfa limit
dekstrin yang merupakan oligosakarida yang terdiri dari 4 atau lebih residu gula yang
semuanya mengandung ikatan alfa 1.6 glikosidik.
Enzim alfa amilase bekerja pada suhu optimum yakni 55 C. Pada suhu ini enzim alfa
amilase bekerja sangat cepat memutus rantai pati sehingga glukosa yang didapatkan akan
lebih banyak didapat dengan waktu singkat. Enzim ini memutuskan ikatan kimia dengan
penambahan air. Enzim alfa amilase in memeliki beberapa sisi aktif sehingga enzim ini dapat
mengikat 4 hingga 10 molekul substrat sekaligus sehingga cepat dari menghidrolisis pati dari
jenis terigu, tapioka dan sagu.
Berdasarkan pengamatan yang diperoleh, untuk penggunaan enzim amilase diperoleh
absorbansi pada tabung 1 adalah 0,3 dan pada tabung 2 adalah 0,4. Hal ini menunjukan
semakin banyak enzim amilase yang digunakan, semakin banyak pula kadar maltosa hasil
hidrolisis yang diperoleh.
KESIMPULAN
Konsentrasi glukosa hasil hidrolisis enzimatis yang didapat, yaitu pada tabung 1
konsentrasinya 3,65 gr/ml sedangkan pada tabung 2 konsentrasinya 4,83 gr/ml. Cara kerja
enzim alfa amilase adalah memutus rantai pati secara spesifik pada percabangan tertentu.
Hidrolisis pati dapat dilakukan dengan penambahan enzim amilase untuk menghidrolisis
ikatan alfa 1,4 glukosida dari pati secara spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Yeti, 2009, Analisi Amilum, Gramedia, Jakarta.
BeMiller,J.N.vand Whistler,R. 2009. Starch: Chemistry and Technology. Academic Press,Inc
Harrow, B. 1946. Textbook of Biochemistry. London: W. B. Saunder Company.
Jacobs, H. and J.A. Delcour. 1998. Hydrothermal modifications of granular starch with
retention of the granular structure: Review. J. Agric. Food Chem. 46(8): 28952905.
Lehninger, Albert. 1982.Dasar DasarBiokimiaJilid I. Erlangga. Jakarta.
Lubis Mirna R. 2012. Hidrolisis Pati Sukun dengan Katalisator H2SO4 untuk Pembuatan
Perekat. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan. Vol. 9, No. 2
Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. 2009. Biokimia harper (27 ed.). Jakarta:
Buku Kedokteran EGC;
Okoko FJ dan Ogbomo O. Amylolytic Properties of Fungi Associated with Spoilage in Bread.
Continental J. Microbiology. 2010. 4. 1 7.
Poedjadi, Anna, 1994, Dasar-DasarBiokimia, Universitas Indonesia. Jakarta.
Sarah, Putra SR., Putro HS. 2009. ISOLASI -AMILASE TERMOSTABIL DARI BAKTERI
TERMOFILIK. Prosiding Kimia FMIPA. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Setiasih S, Wahyuntari B, Trismilah dan Apriliani D. Karakterisasi Enzim -Amilase Ekstrasel
dari Isolat Bakteri Termofil. Jurnal Kimiaibuea, C.V., Yulina, D.H., Silaban, R. (2011),
Studi persepsi masyarakat tentang penggunaan enzim dalam pembuatan sirup, Jurnal
Pendidikan Kimia, Volume 3, Nomor 2, Edisi Agustus 2011: 39-46.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat yang digunakan praktikum
Gambar 5. Spektofotometer
Lampiran 2. Bahan yang digunakan praktikum
Gambar . Iodine
Gambar . Amilase
Gambar . Glukosa