Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Dahulu, selama berabad-abad, campak ( rubeola, morbili ), merupakan
penyakit menular masa kanak-kanak yang paling umum. Walaupun campak tidak
umum lagi di Negara yang memberikan vaksin secara luas, tetapi ketimpangan
antara Negara maju dan Negara lain yang kurang perawatan kesehatan untuk bayi
dan anak sangat mencolok. UNICEF memperkirakan lebih dari 1 juta kematian
setahun disebabkan oleh campak dan komplikasinya pada anak di Negara
berkembang di seluruh dunia.
Menurut data SKRT ( 1996 ) insiden campak pada balita sebesar
528/10.000. angka tersebut jauh lebih rendah disbanding tahun 1982 sebelum
program imunisasi campak dimulai, yaitu 8000/10.000 pada anak umur 1-15
tahun. Imunisasi merupakan salah satu upaya terbaik untuk menurunkan insiden
campak. Sebagai dampak program imunisasi tersebut insiden campak cenderung
turun pada ssemua umur. Pada bayi ( < 1 tahun ) dan anak umur 1-4 tahun terjadi
penurunan cukup tajam, sedangkan pada golongan umur 5-14 tahun relative
landai.
Saat ini programpemberantasan penyakit campak dalam tahap reduksi
yaitu penurunan jumlah kasus dan kematian akibat campak, menyusul tahap
eliminasi dan akhirnya tahap eradikasi. Diharapkan 10-15 tahun setelah tahap
eliminasi, penyakit campak dapat dieradikasi, karena satu-satunya penjamunya
adalah manusia.
Makalah ini akan membahas lebih jauh penyakit campak, manifestasi
klinis dan pemeriksaan penunjang, komplikasi penyakit campak, serta asuhan
keperawatan dari penyakit campak itu sendiri.
1.2.
Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini sebagai berukut:
1. Bagaimana konsep medis Morbili?
Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini agar mahasiswa memahami dan
mengerti tentang:
1. Konsep medis Morbili.
2. Gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Morbili.
3. Konsep medis Atrium Septum Defek.
4. Gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Atrium
Septum Defek
BAB II
KONSEP MEDIS
A.
MORBILI
1.
Definisi
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan
berbentuk mukolo papular selama tiga hari atau lebih yang disertai panas 380c ata
lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek, dan mata merah. ( WHO )
Campak adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan
tiga stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. ( ilmu
kesehatan anak 2:624 )
Penyakit campak ( rubeola, campak 9 hari, measles ) adalah suatu infeksi
virus yang sangat menular, yang ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis
( peradangan selaput ikat mata / konjungtiva ) dan ruam kulit.
2.
Etiologi
Virus campak
adalah
anggota
genus
Morbillivirus
dari
family
3.
Patologi
Reaksi seluler terutama monositik, hyperplasia limfoid yang tersebar luas
di adenoid, tonsil, timus, limpa, plak peyer, apendiks dan nodus limfatikus sangat
khas, di dalam focus yang sedang aktif ini ditemukan sel besar dengan nucleus
multiple. Sel yang mengandung inklusi juga ditemukan di trakea, bronkus dan
bronkiolus. Dengan dikenainya lapisan mukosa saluran pernapasan ini, maka
epitel yang terkena rontok kedalam saluran bersama dengan makrofag, lender dan
debris sel. Eksudat mononuclear peribronkus meluas keberbagai derajat dengan
pola intertisial dan terlihat makrofag di dinding alveolus.
Jika terjadi ensefalomielitis setelah campak, terjadi serangan dimielinasi
perivaskuler yang menonjol terutama di substantia alba juga dilapisan korteks
lebih dalam. Bedungan perivaskuler sel microglia, limfosit dan sel plasma jelas
terlihat disekitar vena kecil, yang sel endotelnya membengkak.
4.
Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet udara, menempel dan
berbiak. Infeksi mulai saat orang yang rentan menghirup percikan mengandung
virus dari secret nasofaring pasien campak. Di tempat masuk kuman, terjadi
periode pendek perbanyakan virus local dan penyebaran terbatas, diikuti oleh
viremia primer singkat bertiter rendah, yang memberikan kesempatan kepada
agen untuk menyebar ketempat lain, tempat virus secara aktif memperbanyak diri
di jaringan limfoid. Viremia sekunder yang memanjang terjadi, berkaitan dengan
awitan prodromal klinis dan perluasan virus. Sejak saat itu ( kira-kira 9 sampai 10
hari setelah terinfeksi ) sampai permulaan keluarnya ruam, virus dapat dideteksi di
seluruh tubuh, terutama di traktus respiraturius dan jaringan limfoid. Virus juga
dapat ditemukan di secret nasofaring, urine, dan darah.pasien paling mungkin
menularkan pada orang lain dalam periode 5 sampai 6 hari. Dengan mulainya
awitan ruam ( kira-kira 14 hari setelah infeksi awal ), perbanyakan virus
berkurang dan pada 16 hari sulit menemukan virus, kecuali di urine, tempat virus
bisa menetap selama beberapa hari lagi. Insiden bersamaan dengan munculnya
eksantema adalah deteksi antibody campak yang beredar dalam serum yang
ditemukan pada hampir 100% pasien dihari ke dua timbulnya ruam. Perbaikan
gejala klinis dimulai saat ini, kecuali pada beberapa pasien, dimulai beberapa hari
kemudian karena penyakit sekunder yang disebabkan oleh bakteri yang bermigrasi
melintasi barisan sel epitel traktus respiraturius. Terjadi sinusitis, otitis media,
bronkopneumonia sekunder akibat hilangnya pertahanan normal setempat.
Seorang wanita yang pernah menderita campak atau pernah mendapatkan
imunisasi campak akan meneruskan daya imunitasnya pada bayi yang
dikandungnya. Oleh karena itu, jarang sekali kita jumpai bayi ( khususnya yang
berusia dibwah 5 bulan ) yang menderita campak. Seseorang yang pernah
menderita campak akan menjadi kebal seumur hidupnya.
WOC
VIRUS
MORBILA
UDARA
24 JAM
ASAM
LAMBUNG
MUAL
MUNTAH
ANOREKSIA
GANG.NUTR
GASTER
REAKSI
VIRUS
INFEKSI
METAB.
HIPERTERMI
DITANDAI:
PANAS,
MALAISE
KERINGAT,
EVAPORASI
KEKURANGAN
VOLUME
CAIRAN
Manifestasi klinis
Campak memiliki masa tunas 10-20 hari. Penyakit ini dibagi dalam tiga
stadium, yaitu : Masa tunasnya adalah 10-20 hari, dan penyakit ini dibagi menjadi
dalam 3 stadium yaitu:
1. Stadium Kataral ( Prodormal)
Berlangsung selama 4-5 hari dengan tanda gejala sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Panas
Malaise
Batuk
Fotofobia
Konjungtivitis
Koriza
Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema,
timbul bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi
oleh eritema tapi itu sangat jarang dijumpai. Diagnosa perkiraan yang besar dapat
dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kotak dengan penderita morbili
dalam waktu 2 minggu terakhir.
2.
Stadium Erupsi
Gejala klinik yang muncul pada stadium ini adalah:
a. Koriza dan Batuk bertambah
b. Kadang terlehat bercak koplik
c. Adanya eritema, makula, papula yang disertai kenaikan suhu badan
d. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening
e. Splenomegali
f. Diare dan muntah
Variasi dari morbili disebut Black Measles yaitu morbili yang disertai
pendarahan pada kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalensensi
Erupsi mulai berkurang dengan meninggalkan bekas (hiperpigmentasi).
Suhu menurun sampai normal kecuali ada komplikasi.
5.
Pemeriksaan Penunjang
a) Serologi
Komplikasi
7.
Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
Kecuali tindakan pendukung umum, tidak ada terapi terbaru bagi
pasien yang tidak mengalami komplikasi. Walaupun ribavirin menghambat
replikasi virus campak invitro, tidak terlihat hasil yang nyata pada pemberian
invivo. Penggunaan antipiretik yang bijaksana untuk demam tinggi dan obat
penekan batuk mungkin bermanfaat secara simptomatik. Pemberian
pengobatan yang lebih spesifik seperti pemberian anti mikroba yang tepat
harus digunakan untuk mengobati komplikasi infeksi bakteri sekunder.
Pencegahan
Imunisasi Pasif
IG manusia yang diberikan segera setelah pemajanan dapat mengubah
gambaran klinis dan efek antigen pada infeksi virus campak. Anak yang rentan
harus segera diberi IG 0,25 ml/kg BB, untuk mencegah campak. Bila telah
berlangsung lebih dari 6 hari, maka IG tidak dapat diandalkan untuk mencegah
maupun memodifikasi penyakit. Pasien dengan campak yang dimodifikasi
globulin memperlihatkan gambaran klinis yang beragam dengan masa tunas
memanjang dan berbagai keluhan dan tanda penyakit campak, tetapi mereka
tetap sebagai sumber penular potensial pada individu yang berkontak dengan
mereka. Oleh karena sifat kekebalan alaminya sementara, imunisasi pasif harus
diikuti oleh iminisasi aktif dalam 3 bulan setelah itu. Karena dosis besar
immunoglobulin saat ini sering deberikan untuk pencegahan atau pengobatan
sejumlah gangguan ( misal infeksi HIV, penyakit Kawasaki, trombositopenia
imun, hepatitis B dan profilaksis varisela ) interval yang lebih panjang
dianjurkan sebelum vaksin virus campak. Ini bervariasi dari 3 sampai 11 bulan
bergantung pada produk dan jumlah globulin yang diberikan.
b.
Imunisasi Aktif
Vaksin yang telah dilemahkan menghasilkan infeksi yang tidak menular
dan tidak ada hubungannya dengan infeksi bakteri sekunder dan komplikasi
neurologi.
Efek profilaksis vaksin hidup yang diberika mencapai 97%. Vaksin
yang dilemahkan menimbilkan reaksi ringan. Respon demam yang terjadi pada
5 sampai 15% anak memberikan sedikit rasa tidak nyaman, toksisitas atau
ketidakmampuan. Eksantem yang dimodifikasi dengan berbagai bentuk bisa
terjadi setelah serangan demam pada kurang dari 5% pasien yang divaksinasi.
Observaasi terus menerus pada anak yang mendapat vaksin hidup 20 sampai 25
tahun yang lalu memperlihatkan antibody menetap dan efek protektif yang
lebih baik dibandingkan dengan yang menderita campak secara alami.
1) Vaksin
Pada tahun 1963, telah dibuat dua jenis vaksin campak yaitu :
a.
Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan
b.
( tipe Edmonston B ).
Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan ( virus
campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan
garam aluminium ).
Pengertian
Atrium Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa
lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena
kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin. Atrial Septal Defect (ASD)
adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas
(atrium kiri dan atrium kanan).
Kelainan jantung ini mirip seperti Ventrikel Septal Defect (VSD), tetapi
letak kebocoran di septum antara serambi kiri dan kanan. Kelainan ini
menimbulkan keluhan yang lebih ringan dibanding VSD.
Atrial Septal Defect (ASD) adalah adanya hubungan (lubang) abnormal
pada sekat yang memisahkan atrium kanan dan atrium kiri. Kelainan jantung
bawaan yang memerlukan pembedahan jantung terbuka adalah defek sekat atrium.
Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung
kanan dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembentukan sekat. Defek ini
dapat berupa defek sinus venousus di dekat muara vena kava superior, foramen
ovale terbuka pada umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum
sekundum yaitu kegagalan pembentukan septum sekundum dan defek septum
primum adalah kegagalan penutupan septum primum yang letaknya dekat sekat
antar bilik atau pada bantalan endokard.
2.
Macam-macam Defek
Macam-macam defek sekat ini harus ditutup dengan tindakan bedah
sebelum terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri
sebagai tanda timbulnya sindrome Eisenmenger. Bila sudah terjadi pembalikan
aliran darah, maka pembedahan dikontraindikasikan. Tindakan bedah berupa
penutupan dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan
menambal defek dengan sepotong dakron. Berdasarkan lokasi lubang,
diklasifikasikan dalam 3 tipe, yaitu:
3.
Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa
faktor yang diduga mempunyai pengaruh pada peningkatan angka kejadian ASD,
faktor faktor tersebut diantaranya:
1. Faktor prenatal
a) Ibu menderita infeksi rubella
b) Ibu Alkoholisme
c) Umur ibu lebih dari 40 Tahun
d) Ibu menderita IDDM
e) Ibu meminum obat obatan penenang atau jamu
2. Faktor genetik
a) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
b) Ayah atau ibunya menderita penyakit jantung bawaan
c) Kelainan kromosom misalnya sindrom down
d) Lahir dengan kelainan bawaan lain
ASD merupakan suatu kelainan jantung bawaan. Dalam keadaan normal,
pada peredaran darah janin terdapat suatu lubang diantara atrium kiri dan kanan
sehingga darah tidak perlu melewati paru-paru. Pada saat bayi lahir, lubang ini
biasanya menutup. Jika lubang ini tetap terbuka, darah terus mengalir dari atrium
kiri ke atrium kanan (shunt). Penyebab dari tidak menutupnya lubang pada septum
atrium ini tidak diketahui.
4.
Patofisiologi
Pada kasus Atrial Septal Defect yang tidak ada komplikasi, darah yang
mengandung oksigen dari Atrium Kiri mengalir ke Atrium Kanan tetapi tidak
sebaliknya. Aliran yang melalui defek tersebut merupakan suatu proses akibat
ukuran dan complain dari atrium tersebut. Normalnya setelah bayi lahir complain
ventrikel kanan menjadi lebih besar daripada ventrikel kiri yang menyebabkan
ketebalan dinding ventrikel kanan berkurang. Hal ini juga berakibat volume serta
ukuran atrium kanan dan ventrikel kanan meningkat. Jika complain ventrikel
kanan terus menurun akibat beban yang terus meningkat shunt dari kiri kekanan
bisa berkurang. Pada suatu saat sindroma Eisenmenger bisa terjadi akibat penyakit
vaskuler paru yang terus bertambah berat. Arah shunt pun bisa berubah menjadi
dari kanan kekiri sehingga sirkulasi darah sistemik banyak mengandung darah
yang rendah oksigen akibatnya terjadi hipoksemi dan sianosis.
Pathway
Manifestasi k
5.
Komplikasi
Adapun komplikasi dari Aterial Septal Defect
a) Gagal jantung
b) Penyakit pembuluh darah paru
c) Endokarditis
6.
7.
d) Aritmia
e) Clubbing finger
Pemeriksaan diagnostic
a) Rontgen dada
b) Ekokardiografi
c) Doppler berwarna
d) Ekokardiografi trans esophageal
e) Kateterisasi jantung
f) MRI dada
g) Foto thorax
Penatalaksanaan
a) Pembedahan penutupan defek dianjurkan pada saat anak berusia 5-10
tahun. Prognosis sangat ditentukan oleh resistensi kapiler paru, dan bila
terjadi sindrome Eisenmenger, umumnya menunjukkan prognosis buruk.
b) Amplazer Septal Ocluder
c) Sadap jantung (bila diperlukan).
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
A.
1.
Pengkajian
A. Indentitas Pasien
Nama ( Inisial )
Umur
Ttl
Jenis Kelamin
Alamat
Status Perkawinan
Agama
Suku
Pendidikan
Tgl MRS
No.RM
Diagnosa
: An.A
: 5 tahun
: 26/07/2010
: Laki-laki
: Jl.Mayor Zen.Lr.Surya Rt.25
: Belum kawin
: Islam
: WNI
: Belum sekolah
: 09/07/2015 , pukul 18:51:09
: 0000116139
: Morbilli
Tanggal Pengkajian
B. Penanggung Jawab
Nama
Jenis Kelamin
Agama
Hubungan dgn Pasien
Pekerjaan
Alamat
: Ny.R
: Perempuan
: Islam
: Ibu
: Ibu Rumah Tangga
: Jl. Mayor Zen. Lr. Surya Rt.25
::-
: 2 x sehari
:: lunak
: coklat
: kuning
: 21.00 WIB
: 8- 10 Jam
: Nonton tv
G. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum pasien lemah dan kesadaran compos mentis
Tanda tanda vital
Suhu
: 38,9 c
Nadi
:110 x/m
Respirasi : 24 x/m
Pemeriksaan struktur organ dan fungsi
Kepala dan rambut: kepala berbentuk bulat, warna rambut
hitam dan bersih, dan kulit sawo matang.
Pengindraan:
Mata : selera ikterik, konjungtiva anemis
Hidung : bentuk hidung normal dan penciuman normal
Telinga : bentuk telinga normal , ketajaman pendengaran
normal.
Pencernaan
:
Mulut : bersih , mukosa lembab
Tenggorokan : tidak ada kesulitan menelan
Abdomen
: normal
Respirasi : bentuk dada normal tidak ada kelainan
Kardiovaskuler : tidak ada nyeri dada
Endokrin : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan getah
bening
Genitaurinaria
Analisa
Hasil
Nilai normal
Satuan
Hemoglobin
12,5 g/dl
P = 12 16
L = 14 18
Gr/dl
Leukosit
4000 uL
4000-10.000
Mm3
Trombosit
211.000 uL
I. Analisa data
no Tanggal
1
Symptom
08/07/2014 Ds
etiologi
os Proses inflamasi
mengeluh panas
Do : suhu tubuh
Problem
Hypertermi
38,9 c
Mukosa
mulut
kering,
kulit
Suhu tubuh
meningkat
terasa panas.
Gangguan rasa
nyaman
2
09/07/2014 Ds
os Mual muntah
mengatakan
mual
Anoreksia
muntah
Nutrisi
kurang
dari
kebutuhan
Nutrisi Kurang
tubuh
dari kebutuhan
makan.
Do :
Lemas,
tubuh
Konjungtiva
pucat
Mukosa
mulut
kering.
3
10/07/2014 Ds
os Peningkatan
volume
lemas
cairan
dan
Kurangnya
muntah.
volume cairan
Do
:demam,
tubuh
kulit
kering,
suhu 39.7 cc.
J. Prioritas Masalah
1) Kekurangan volume cairan
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3) Hypertermi
Kekurangan
2.
Diagnosa Keperawatan
a) Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh
b) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah sehingga anoreksia.
c) Hypertemi berhubungan dengan proses inflamasi
3.
Diagnosa
Keperawatan
1.Kekurangan
Intervensi Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Intervensi
1.
2.
dengan
peningkatan
suhu tubuh
Observasi tanda-tanda
dehidrasi
cairan
normal.
normal
pasien
2. Mengidentifikasi
dehidrasi yang
kembali
1. Memantau kondisi
kemungkinan
3.
tubuh
Kriteria hasil:
1) Volume
Rasional
5.
6.
dapat meyebabkan
kekurangan cairan.
4. Mengidentifikasi
kehilangan cairan.
5. Membantu mengatasi
kehilangan cairan.
infeksi kuman.
keringat.
3.
Hipert
a) Mandiri:
emi
berhubung
Adanya keseimbangan
turgor
an dengan
diantara produksi
membran mukosa).
adanya
panas, peningkatan
proses
dan pernapasan
inflamasi.
kulit,
6. Menghindari dari
kelembapan
1. Mengidentifikasi
terjadinya hipertermi
2. Mengidentifikasi
terjadinya proses
inflamasi
pasien.
Kriteria hasil:
1)
Suhu
pasien
tubuh
dalam
batas normal
2) Suhu kulit pasien
dalam
yang
rentang
diharapkan
1. Pengambilan tindakan
b) Edukasi :
1. Ajarkan pasien/keluarga
berhubungan dengan
mencegah
dan
secara
dini
mengenali
hipertermia.
hipertermia
1. Mengatasi peningkatan
suhu, demam yang
dalam waktu 24
jam.
c) Kolaborasi:
semakin tinggi.
4.
No.
Implementasi
Evaluasi
Keperawatan
Kekurangan
volume
cairan
berhubungan
dengan
peningkatan
suhu tubuh
1. Melihat KU klien
2. Mengobservasi
3. Mengobservasi tanda-tanda dehidrasi: misalnya
S=
banyaknya keringat
4. mengobservasi tetesan infus dan lokasi
Ibu
pasie
megatakan
bahw
tinggi
A = masalah belu
teratasi
P
intervensi,
lanjutka
lakuka
2.
riwayat
nutrisi,
termasuk
tubuh
muntah
sehingga anoreksia.
pasien.
3. Melakukan penimbangan berat badan tiap
hari
4. Memberikan
makanan
sedikit
dari
ibu
pasi
mengatakan
anaknya
bahw
masih
mu
O = muntah, mual d
makan tidak habis
A = masalah belu
teratasi
P = lanjutkan interven
3.
Hipertemi
a) Mandiri:
berhubungan
1.
dengan
Memantau
S
hidrasi
(misal
turgor
kulit,
proses inflamasi.
ibu
pasi
mengatakan
bahw
36,8o
suhu
membran
lembab,
muko
turgor
ku
membaik.
A = masalah teratasi
P = lanjutkan interven
mandiri keperawatan.
B.
dan
perkembangan
buruk
(gagal
tumbuh)
infeksi
saluran pernapasan.
Sedangkan
untuk
aktivitas
menderita TF
sehari-hari
sering tidak
secara
dapat
normal. Apabila
aliran
darah
yang
mengalir
melalui
katup
trikuspidalis
c) Lakukan pengukuran tanda-tanda vital.
d) Kaji tampilan umum, perilaku, dan fungsi:
a. Inspeksi
1) Status nutrisiGagal tumbuh atau penambahan berat badan
yang buruk berhubungan dengan penyakit jantung.
2) Warna Sianosis adalah gambaran umum dari penyakit
jantung kongenital, sedangkan pucat berhubungan dengan
anemia, yang sering menyertai penyakit jantung.
3) Deformitas dada Pembesaran jantung terkadang mengubah
konfigurasi dada.
4) Pulsasi tidak umum Terkadang terjadi pulsasi yang dapat
dilihat.
5) Ekskursi pernapasan Pernapasan mudah atau sulit (mis;
takipnea, dispnea, adanya dengkur ekspirasi).
6) Jari tabuh Berhubungan dengan beberapa type penyakit
jantung kongenital.
7) Perilaku Memilih posisi lutut dada atau berjongkok
merupakan ciri khas dari beberapa jenis penyakit jantung.
b. Palpasi dan perkusi
1) Dada Membantu melihat perbedaan antara ukuran jantung
dan karakteristik lain (seperti thrill-vibrilasi yang dirasakan
pemeriksa saat mampalpasi)
2) Abdomen Hepatomegali dan/atau splenomegali mungkin
terlihat.
3) Nadi perifer Frekwensi, keteraturan, dan amplitudo
(kekuatan) dapat menunjukkan ketidaksesuaian.
c. Auskultasi
1) Jantung Mendeteksi adanya murmur jantung.
ekg,
radiografi,
ekokardiografi,
fluoroskopi,
3.
Intervensi Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan
Intervensi
Rasional
1.
Resiko
tinggi
Setelah
dilakukan
penurunan curah
tindakan keperawatan
jantung
berhubungan
dengan
teratasi.
Kriteria hasil:
1. Frekuensi
defek
struktur
jantung,
1. Membantu
mengendalikan ritme
sesuai
program
jantung
dan
gagal
jantung kongestif.
2. Membantu
meningkatan
curah
jantung
tekanan
program
yang
dapat
berhubungan dengan
normal
mempelancar
sesuai usia
2. Keluaran
urine
sirkulasi
jantung.
kerja
2 ml/kg BB,
tergantung
pada
usia)
2.
Intoleransi
Tujuan: klien
aktivitas
periode
1. Membantu istirahat
mempertahankan
berhubungan
dan
bekerja
dengan
tanpa gangguan
gangguan sistem
tambahan
Kriteria hasil:
1. Anak menentukan
transport
oksigen
dan
1. Berikan
melakukan
aktivitas
yang
sesuai
dengan
kemampuan
2. Anak mendapatkan
waktu
atau
tepat
istirahat
tidur
yang
periode
tidur
berkontraksi
2. Anjurkan prmainan
dan aktivitas tenang
3. Bantu anak memilih
aktivitas yang sesuai
dengan
usia,
kondisi,
dan
kemampuan.
atau
berlebihan.
2. Mengerakkan tubuh
tanpa memberatkan
kerja jantung.
3. Aktivitas
yang
sesuai kemampuan
anak
dapat
mempengaruhi
kerja
jantung
sehingga
kerja
kemampuan
4. Hindari
suhu
lingkungan
yang
ekstrem
jantung.
4.
atau
hipotermia
sehingga
meningkatkan
kebutuhan oksigen.
3.
Perubahan
Tujuan:
pertumbuhan
dilakukan
dan
seimbang
perkembangan
pasien
dapat
mencapai
berhubungan
mengikuti
kurva
pertumbuhan
dengan ketidak
pertumbuhan
berat
adekuatan
badan
oksigen
dan
nutrien
pada
setelah
tindakan
dan
tinggi
melakuakan
usia
3.
Anak
yang
untuk
yang
badan;
pada
nutrisi
adekuat
2. Pantau tinggi dan
untuk
yang adekuat
Anak
aktivitas
nutrisi
1. Pemenuhan
kembang
anak
2. Mengidentifikasi
tumbuh
kembang
anak
grafik pertumbuhan
pertumbuhan
2.
tinggi
gambarkan
mencapai
sosial.
diet
berat
badan
Kriteria hasil:
1.
Anak
jaringan; isolasi
1. Beri
menentukan
kecenderungan
pertumbuhan
3. Dapat memberikan
3. Mengatasi anemia
sesuai
tidak
mengalami
isolasi sosial
untuk
mengatasi
anemia,
4. Tekankan
anak
bahwa
mempunyai
kebutuhan
sama
sosialisasi
yang
terhadap
seperti
4. Pemahaman
diri
orang
akan
sendiri
dan
disekitarnya
dapat menumbuhkan
sosialisasinya
5. Upaya
mengekplorasi
dirinya
dan
ruanganya
sendiri
membantu
anak
percaya
berkreatifitas.
beristirahat
diri
bila
lelah.
4.
No.
Implementasi
Evaluasi
Keperawatan
1.
Resiko
tinggi
penurunan
curah
jantung
Kolaborasi:
1. Memberikan digoksin
2. Memberikan obat penurun afterload
3. Memberikan diuretik
berhubungan
dengan
S=
klien
menang
O = tampak mering
defek
nyeri berat.
struktur
A = masalah belu
teratasi
P
lanjutka
intervensi
dan
bi
perlu
konsulta
kepada dokter
2.
Intoleransi
S=
aktivitas
mengatakan
berhubungan
dengan
ibu
pasi
bahw
bermain
mas
gangguan
sistem transport
tenang
3. membantu anak memilih aktivitas yang
sesuai
oksigen
dengan
usia,
kondisi,
dan
kemampuan.
4. menghindari suhu lingkungan yang ekstrem
karena
hipertermia
atau
hipotermia
lemah
lemah,
lemah
A=
masalah
belu
teratasi
P= lanjutkan interven
keperawatan
3.
Perubahan
S=
pertumbuhan
dan
perkembangan
berhubungan
dengan ketidak
adekuatan
oksigen
nutrien
dan
pada
jaringan; isolasi
sosial.
ruanganya
ibu
mengatak
terbiasa
deng
keadaannya
O=
tampak
taku
masalah
belu
teratasi
P= lanjutkan interven
BAB IV
PENUTUP
4.1.
Kesimpulan
Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala kemerahan
berbentuk makulo popular selama tiga hari atau lebih disertai panas badan 380c
atau lebih dan disertai salah satu gejala batuk, pilek dan mata merah.
Keluhan yang umum muncul adalah kelerahan yang timbul pada bagian
belakang telinga, dahi, dan menjalar keseluruh tubuh. Selain itu, timbul gejala
seperti flu disetai mata berair dan kemerahan ( konjungtivitis ). Setalah 3-4 hari
kemerahan mulai menghilang dan berubah menjadi kehitaman yang akan tampak
bertambah dalam 1-2 minggu dan apabila sembuh kulit akan tampak seperti
bersisik.
Pengobatan pada anak dengan campak dapat dilakukan secara simtomatik
yaitu antipeiretika bila suhu tinggi, sedativum, obat batuk dan memperbaiki
keadaan umum. Tindakan lain adalah pengobatan segera terhadap komplikasi
ayng timbul.Pencegahan penyakit campak dapat dilakukan dengan menberikan
imunisasi campak pada balita usia 9 bulan ke atas ( imunisasi aktif ).
Jantung merupakan sebuah organ muskuler berongga yang terdiri dari
otot-otot. Otot jantung merupakan jaringan istimewa karena jika dilihat dari
bentuk dan susunannya sama dengan otot serat lintang, dan cara kerjanya
dipengaruhi oleh susunan saraf otonom atau diluar kemauan kita.
Atrium Septal Defect (ASD) adalah penyakit jantung bawaan berupa
lubang (defek) pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena
kegagalan fungsi septum interatrial semasa janin. Atrial Septal Defect (ASD)
adalah suatu lubang pada dinding (septum) yang memisahkan jantung bagian atas
(atrium kiri dan atrium kanan).
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Hardhi. 2013. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
NANDA NIC-NOC. Mediaction. Yogyakarta.
Anonim. 2013. Asuhan Keperawatan pada Anak Morbili. http://www.scribd.