Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Alamat

: Ny. IP
: 22 tahun
: Perempuan
: Islam
: Ibu Rumah Tangga
: SMA
: Jl. Barombong Raya

Tanggal masuk

: 07/09/2015

No. CM

: 048113

Nama Suami

: Tn. F

Umur

: 28 tahun

Alamat

: Jl. Barombong Raya

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Swasta

Pendidikan Terakhir

: SMA

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara heteroanamnesis dengan pasien dan keluarga
pasien pada hari Sabtu tanggal 14 September 2015.
Keluhan Utama :
Mual dan muntah.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUD Sayang Rakyat dengan keluhan mual
dan muntah sejak satu minggu yang

lalu. Mual muntah awalnya

hanya terjadi pada pagi hari saja dan terjadi setelah makan dan minum
kemudian memberat sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit muntah
yang dialami >

10 kali per hari. Isi yang dimuntahkan berupa

makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelumnya, pada muntahan


tidak terdapat darah. Keluhan mual dan muntah semakin bertambah
berat bila setelah makan dan minum, dan berkurang saat istirahat.
Selain itu pasien juga mengeluh badan terasa lemas sehingga tak

mampu melakukan aktivitas sehari-hari seperti biasanya, bibir terasa


kering, nafsu makan dirasakan menurun karena pasien takut muntah.
BAB dan BAK dirasakan semakin menurun. Pasien juga mengeluh
nyeri ulu hati dan berat badan menurun. Pasien mengaku tidak ada
permasalahan dalam kehidupan rumah tangganya maupun dalam
pekerjaan.
Riwayat Haid :
Menarche

: 14 tahun

Haid

: teratur

Siklus

: 28 hari

Lama Haid

: 5 hari

Hari Pertama Haid Terakhir

: 16 Juni 2015

Hari Perkiraan Lahir

: 23 Maret 2016.

Riwayat Obstetri :
G1P0A0
Riwayat Keluarga Berencana (KB) :
Pasien tidak menggunakan KB
Riwayat Ante Natal Care (ANC) :
Pasien memeriksakan kehamilannya di puskesmas 1 kali
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi
: disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus
: disangkal
- Riwayat Asma
: disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung
: disangkal
- Riwayat Alergi Obat
: disangkal
- Riwayat Gastritis
: disangkal
- Riwayat penyakit selama kehamilan
: disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga
III.

Riwayat Hipertensi
Riwayat Diabetes Melitus
Riwayat Asma
Riwayat Penyakit Jantung

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

PEMERIKSAAN FISIK
Status internus

Keadaan Umum

: Sakit ringan / gizi baik

Kesadaran

: composmentis

Tanda Vital

Tekanan Darah

: 120 / 70 mmHg

Nadi

: 84 x / menit

Pernapasan

: 22 x / menit, teratur

Suhu

: 36,7 0C

Mata : mata cekung (-/-), konjungtiva palpebra anemis (+/+),


sklera ikterik (-/-)

Telinga: discharge (-/-)

Hidung

Mulut : sianosis (-), bibir kering (+)

Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-)

Thorak :
Cor

: discharge (-/-), napas cuping hidung (-/-)

: BJ I, II reguler, bising (-)


konfigurasi jantung dalam batas normal

Pulmo

: SD vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen

: TFU tidak teraba, peristaltik usus (+) , nyeri

tekan epigastrium (+)

Ekstremitas

Edema
Akral dingin
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Status Ginekologi
VT

Superior
-/-

Inferior
-/-

-/-

-/-

N/N

N/N

-/-

-/-

: fluor (-), fluksus (-)


Vagina/Uretra/Vulva

: tak ada kelainan

Portio

: sebesar jempol tangan

IV.

OUE

: tertutup

Adnekasa parametrium

: tak ada kelainan

Cavum douglass

: tak ada kelainan

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan : pemeriksaan laboratorium:darah rutin, kimia urin, elektrolit, gula
darah pemeriksaan USG

V. DIAGNOSA KERJA
G1P0A0, usia 22 tahun, usia kehamilan 11 minggu.
Hiperemesis Gravidarum
VI.

PENATALAKSANAAN
IVFD RL:D5 1:2 (28 tpm)
Neurobion 1 amp dalam 500 cc RL (28 tpm)
Ondansetron 8g / 8 jam IV
Ranitidin 50g / 8 jam IV
Antasida Syr 2 x 1

VII.

PROGNOSIS
Quo Ad Visam
Quo Ad Sanam
Quo Ad fungionam
Quo Ad Vitam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFENISI
Mual dan muntah pada kehamilan adalah gejala awal kehamilan
umumnnya. Hampir 80% wanita hamil mengalami keluhan mual dan muntah atau
emesis gravidarum. Emesis gravidarum adalah mual dan muntah yang dikeluhkan
terus melewati 20 minggu pertama kehamilan, tidak mengganggu aktivitas seharihari, tidak menimbulkan komplikasi patologis. Hiperemesis gravidarum adalah
muntah dan mual dalam kehamilan dimana telah terjadi ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit dan defisiensi nutrisi. Batasan untuk hiperemesis gravidarum yaitu
telah terjadi episode muntah lebih dari 3 episode muntah setiap hari dengan

ketonuria dan kehilangan berat badan lebih dari 3 kilogram atau 5% dari berat
badan. Keluhan muntah kadang-kadang begitu hebat dimana segala apa yang
dimakan dan diminum dimuntahkan sehingga dapat mempengaruhi keadaan
umum dan mengganggu pekerjaan sehari-hari, berat badan menurun, dehidrasi,
dan terdapat aseton dalam urin.1,3,6
2. INSIDENSI
Di United States, hiperemesis gravidarum terjadi pada 0,5 2%
kehamilan. Dari penelitian ditemukan angka kejadian 0,8% untuk hiperemesis
gravidarum dan rata-rata 1,3%

yang dirawat dirumah sakit dengan rata-rata

perawatan 2-4 hari.6


Sebelum ditemukan rehidrasi intravena, hiperemesis adalah penyebab
mayor kematian ibu. Saat ini kematian karena kasus ini sangat jarang tetapi angka
morbidity termasuk Wernicke encephalopathy karena defisiensi vitamin B1,
Mallory-Weiss tears, ruptur esophagus,pneumothorax, dan acute tubular necrosis.
Hiperemesis adalah penyebab kedua rawat inap dalam kehamilan setelah
kehamilan preterm.6
Faktor resiko hiperemesis gravidarum termasuk kehamilan ganda atau
gemelli, primigravida, obesitas, gangguan metabolik, riwayat hiperemesis
gravidarum pada kehamilan sebelumnya, kelainan trofoblastic, kelainan psikologi
(anorexia nervosa atau bulimia).1
3. ETIOPATOGENESIS
Etiologi hiperemesis gravidarum masih belum diketahui dengan jelas
meskipun beberapa faktor biologi, psikologi, dan sosiokultural yang dapat
berkontribusi sebagai penyebab. Teori lain juga mengatakan bahwa muntah dan
mual dalam kehamilan mungkin merupakan sebuah evolusi adaptasi untuk
mencegah intake makanan yang berpotensial memiliki racun. Seperti substansi
berbahaya berupa mikroorganisme dalam daging atau toxin dalam sayur-sayuran.
Dengan menghindari terkonsumsinya komponen toksik tersebut, maka dianggap
embrio terlindung dari keguguran. Namun, hipotesis mengenai faktor endokrin
adalah penyebab primer yang paling sering dikutip. 1,3,7
1. Human Chorionic gonadotrophin (HCG)

HCG adalah faktor endokrin yang berpengaruh pada hiperemesis


gravidarum. Kesimpulan ini berdasarkan hubungan antara produksi HCG (pada
pasien mola dan gemeli) dan fakta bahwa insiden hiperemesis paling tinggi terjadi
pada saat puncak produksi HCG selama kehamilan (sekitar 9 minggu). Bagaimana
HCG dapat menyebabkan HG masih belum jelas, namun diperkirakan mekanisme
termasuk efek merangsang proses sekresi pada saluran pencernaan bagian atas
(GIT) atau dengan menstimulasi fungsi tiroid karena kesamaan struktural dengan
thyroidstimulating Hormon (TSH).7
Keragaman dalam metode assay dalam mengetahui tingkat HCG telah
digunakan untuk membandingkan kadar HCG antara pasien HG dan kontrol, dan
HCG assay dapat membedakan dengan jelas melalui kemampuannya untuk
mendeteksi subunit, isoform atau metabolit HCG. Sebuah penjelasan yang
berbeda untuk temuan yang tidak konsisten dari peninggian kadar HCG pada
pasien HG adalah bahwa HG tidak hanya disebabkan oleh peningkatan kadar
HCG tapi isoform HCG spesifik dapat menyebabkan HG. Teori ini telah didukung
oleh temuan bahwa pasien HG ditampilkan konsentrasi HCG meningkat lebih ph
asam (pH <4) dari kisaran pH chromatofocusing dibandingkan yang terlihat pada
subyek kontrol. Penelitian terkini menunjukkan hubungan antara HG dan kadar
HCG yang tinggi, namun peran HCG dalam patogenesis HG masih belum jelas.
Perawatan harus dilakukan dalam menyimpulkan bahwa hubungan kausal karena
kondisi lain terkait dengan tingkat HCG yang tinggi, seperti koriokarsinoma, tidak
menyebabkan mual dan muntah, dan banyak hamil wanita dengan kadar HCG
yang tinggi tidak menderita HG. Selain itu, proporsi besar pasien dengan HG di
mana gejala berlanjut setelah trimester pertama ketika kadar HCG yang telah
turun, dan juga pengamatan bahwa pemberian HCG sebagai fase luteal
mendukung atau untuk memicu pematangan oosit tidak menimbulkan gejala atau
naik HG atau mual muntah, mengurangi terhadap hipotesis HCG sebagai satusatunya faktor dalam etiologi HG. 1,3,7

Gambar 1. Hubungan peningkatan gejala mual dan muntah dengan level Human Chorionic
Gonadotropin (HCG)4

2. Progesteron
Karena aktivitas hormonal korpus luteum meningkat pada trimester awal
ketika hiperemesis umumnya muncul, peneliti mencari hubungan antara
hiperemesis dan level progesteron. Progesteron diduga menyebabkan mual dan
muntah dengan cara menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot
polos lambung. 1,3

3. Estrogen
Estrogen memiliki efek pada beberapa mekanisme yaitu dapat memodulasi
beberapa faktor penyebab hiperemesis. Estrogen memiliki beberapa mekanisme
yang bisa memodulasi faktor yang menyebabkan HG. Tingkat estrogen yang
tinggi menyebabkan waktu transit usus dan pengosongan lambung lebih lambat,
dan mengakibatkan peningkatan akumulasi cairan yang disebabkan oleh hormon
steroid tinggi. Pergeseran pH dalam GIT dapat menyebabkan manifestasi
subklinis dari Infeksi Helicobacter pylori, yang dapat berhubungan dengan gejala
sistem pencernaan.1,3,7
4.

dapat

Tiroid
Karena kesamaan struktural dengan TSH, meningkatnya kadar HCG
menyebabkan

stimulasi

berlebihan

hormon

kelenjar

tiroid.

Ia

mengemukakan bahwa insiden tinggi hipertiroidisme transien pada pasien HG


disebabkan oleh peningkatan sirkulasi kadar HCG, reseptor hormon tiroid
hipersensitif terhadap HCG atau produksi jenis HCG yang lebih potensial untuk

merangsang kelenjar tiroid. Selama kadar HCG puncak pada kehamilan normal,
kadar TSH serum turun dan merupakan bayangan dari gambaran puncak HCG,
kadar triiodothyronine dan T4 bebas meningkat secara signifikan pada saat ini.
Temuan ini mengindisikan bahwa HCG memainkan peran penting dalam
menyebabkan hipertiroidisme dan didukung dengan ditemukannya hiperstimulasi
tiroid

dalam kasus kehamilan mola dan gemmeli, yakni kondisi yang

berhubungan dengan kadar HCG tinggi.7


Dalam studi lanjutan, pasien HG dengan hipertiroidisme yang

lebih

cenderung memiliki kadar elektrolit yang abnormal, peningkatan kadar enzim hati
dan muntah yang lebih parah.7
Bukti mendukung hubungan antara kadar HCG dan kehamilan
tirotoksikosis transien, tetapi peran yang tepat dalam HG, bagaimanapun,masih
belum jelas. Apakah tingkat HCG dapat berpartisipasi dalam memicu terjadinya
muntah atau menjadi konsekuensi paralel dari hipersekresi HCG masih belum
diketahui. Penyebab lain

hipertiroidisme seperti penyakit Graves 'tidak

menimbulkan gejala HG. Selain itu, hipertiroidisme lebih sering terjadi tetapi
tidak eksklusif hanya pada pasien HG, dan banyak pasien HG tidak menderita
hipertiroidisme.7
5.

Infeksi Helicobacter pylori


Peningkatan insidens infeksi Helicobacter Pylori ditemukan pada pasien

HG dan sehingga hal ini menjadi kandidat salah satu faktor etiologi HG. Pada
total sebelas penelitian case control prospektif, 5 di antaranya adalah kontrol,
insidens Infeksi Helicobacter pylori pada pasien HG diukur, sebagian besar
menunjukkan secara signifikan peningkatan laju infeksi pada pasien HG daripada
kelompok kontrol. Hanya satu penelitian menggunakan pemeriksaan histologi
biopsi mukosa, dianggap sebagai standar emas untuk pemeriksaan infeksi
H.pylori, sebagai alat diagnostik. Dalam studi ini, 95% dari semua pasien HG
diuji positif untuk H. pylori dibandingkan dengan 50% pada kelompok kontrol.
Mereka juga menemukan secara signifikan densitas H. Pylori yang lebih tinggi
pada antrum dan corpus lambung pada pasien HG. Densitas H. Pylori berkorelasi
dengan derajat keparahan gejala dan mungkin menjadi sebuah penjelasan untuk
perbedaan antara 'Morning sickness' biasa dan HG yang parah. Infeksi
8

Helicobacter pylori pada wanita hamil bisa disebabkan oleh perubahan pH


lambung atau perubahan sistem kekebalan tubuh yang berhubungan dengan
kehamilan. Sebuah manifestasi subklinis Infeksi H. Pylori dapat terjadi akibat
perubahan pH lambung karena peningkatan akumulasi cairan yang disebabkan
oleh peningkatan hormon steroid pada wanita hamil. Perubahan imunitas humoral
dan selular selama kehamilan bisa menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap
infeksi H. pylori pada kehamilan,hal ini ini mungkin yang lebih cocok pada pasien
HG.7
Hipotesis

bahwa kerentanan terhadap H. Pylori yang merupakan hal

sekunder terhadap kadar steroid atau perubahan dalam sistem kekebalan tubuh
tidak memberikan penjelasan yang memuaskan. Jika infeksi berkaitan secara
kausal dengan hormon steroid tinggi, efek ini akan paling menonjol pada akhir
kehamilan, sedangkan fungsi kekebalan akan diaktifkan pada pasien HG dan tidak
mungkin menyebabkan kerentanan lebih besar terhadap infeksi. Tampaknya lebih
mungkin bahwa jika kerusakan pada GIT terjadi akibat muntah yang berlebihan
meningkatkan kerentanan terhadap infeksi H.pylori subklinis.7

Gambar 2. Hipotesis efe endokrinologi dalam pathogenesis hyperemesis gravidarum 7

6. Penyebab Psikologi
Secara historis, muntah pada wanita hamil dianggap mewakili berbagai
konflik psikologi. Mual dan muntah diyakini hasil penolakan terhadap keamilan
atau ketidaksiapan untuk menjadi seorang ibu akibat kepribadian yang tidak
dewasa, kecemasan dan tekanan yang dialami selama kehamilan.7
Hipotesis lain mengemukakan bahwa hiperemesi gravidarum digambarkan
dengan gejala histeria atau depresi. Hiperemesis gravidarum dapat menajdi hasil
dari stres psikogenik, kemiskinan dan konflik perkawinan.7
Peneliti telah menemukan dukungan untuk patogenesis ini karena penyebab
biologis yang belum jelas dan memberikan penjelasan yang memuaskan, dimana
ditemukan adanya penurunan angka kejadian muntah setelah pasien masuk di
rumah sakit jauh dari pengaruh keluarga dan tanggung jawab. Peneliti lain
menolak teori ini dan menytakan bahwa gejala psikologi adalah hasil dari stres
dan hanya beban fisik dari hiperemesis bukan penyebab.7
D. KLASIFIKASI
Secara klinis, hiperemesis gravidarum dibedakan atas 3 tingkatan, yaitu:3,8
a. Tingkat I
Muntah yang terus-menerus, timbul intoleransi terhadap makanan dan
minuman, berat badan menurun, nyeri epigastrium, muntah pertama keluar
makanan, lendir dan sedikit cairan empedu, dan yang terakhir keluar darah. Nadi
meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah sistolik menurun. Mata
cekung dan lidah kering, turgor kulit berkurang dan urin sedikit tetapi masih
normal.
b. Tingkat II
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100-140 kali per menit, tekanan darah
sistoik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang ikterus,
aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun.
c. Tingkat III
Walaupun kondisi tingkat III sangat jarang, yang mulai terjadi adalah
gangguan kesadaran (delirium-koma), muntah berkurang atau berhenti tetapi
dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin, dan
proteinuria.
10

E. GEJALA KLINIS
Gejala klinis biasanya tidak spesifik dan sangat penting untuk
membedakan dengan penyebab mual dan muntah lainnya. Termasuk didalamnya
ulserasi peptic, hepatitis, pankreatitis, penyakit tiroid, obstruksi gastrointestinal
dan adrenocortical insufficiency. Onset gejala yang dimulai pada kehamilan diatas
10 minggu adalah tipe dari mual dan muntah dalam kehamilan dan setelah
menyingkirkan penyakit-penyakit diatas.1
Gejala mual dan muntah dalam kehamilan hanya memiliki sedikit gejala
pendukung selain pasien merasa lelah. Pirexia, sakit perut, sakit kepala atau tanda
neurologi lainnya biasanya mengarah ke penyebab lain, meskipun dalam kasus
yang jarang mengarah pada mual muntah yang lama atau berkepanjangan
contohnya dalam kasus Wernickees encephalopathy atau central pontine
myelinolysis.1
Gejala lain yang sering dijumpai adalah nausea, muntah, penurunan berat
badan, hipersalivasi, tanda-tanda dehidrasi termasuk hipotensi postural dan
takikardi. 1
F. DIAGNOSIS
Pada anamnesis ditemukan amenore yang disertai dengan keluhan muntah
pada usis kehamilan kurang dari 20 minggu dan pekerjaan sehari-hari terganggu.
Pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda dehidrasi seperti fungsi vital didapatkan
nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan menurun pada keadaan berat,
subfebril hingga gangguan kesadaran (apatis-koma). Dapat juga ditemukan kulit
pucat, ikterus, sianosis, dan berat badan menurun.8
Pada pemeriksaan laboratorium termasuk

hematokrit,

elektrolit,

transsaminase, bilirubin, fungsi tiroid, dan status urin (ada tidaknya badan keton
dan pH). Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremia, hipokalemia,
dan peningkatan hematokrit. Hipertiroid yang abnormal juga dapat dijumpai.8
Ultrasonography dapat dilakukan untuk menyingkirkan kehamilan ganda,
kelainan trophoblast dan neoplasia. Untuk mendiagnosa adanya kelainan
psikologis dibutuhkan konsultasi psikologi.8
G. KOMPLIKASI

11

Hiperemesis graviarum dapat menyebabkan komplikasi yang ringan dan


buruk.

Berat

badan

menurun,

dehidrasi,

asidosis

metabolik,

alkalosis,

hypokalemia, kelemahan otot, EKG yang abnormal, tetani, dan gangguan


psikologi dapat dimasukkan dalam komplikasi yang ringan. Komplikasi yang
mengancam hidup yaitu ruptur esofagus karena muntah yang berat, wernickes
encephalopathy, central pontine myelinolysis, retinal haemorrhage, kerusakan
ginjal, spontan pneumomediastinum, intrauterin growth retardation, dan kematian
janin.5
Hiperemesis gravidarum yang berat dapat menyebabkan persediaan
karbohidrat habis dan tidak memadai untuk mempertahankan tingkat glukosa
darah. ketika hal ini terjadi maka tubuh akan berespon dengan cara
glukoneogenesis yaitu dengan membentuk glukosa selain dari karbohidrat yaitu
dari lemak dan protein. Produk sampingan dari glukoneogenesis ini adalah benda
keton yang bila berlebih dapat ditemukan pada darah dan urin.8
H. PENATALAKSANAAN
a) Tata Laksana Awal
Pasien hiperemesis gravidarum dengan dehidrasi berat atau ketonuria
harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi dengan cairan natrium
klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral selama 24-48
jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Volume dan penggantian
elektrolit (setidaknya 3 L per hari), perbaikan elektrolit potensial, vitamin dan
nutrisi parenteral berupa karbohidrat dan asam amino solution disarankan. Cairan
dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien dengan defisiensi
vitamin, tiamin 100 mg diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa.
Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per oral dan
didapatkan perbaikan hasil laboratorium.2,3,4,5,6,9
b) Pengaturan Diet
Pada pengaturan diet ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum disarankan
untuk minum sedikit namun frekuensi sering. Selain itu dianjurkan pula untuk
mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
Waktu bangun pagi disarankan makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.

12

Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Pada suatu
penelitian crossover yag melibatkan 14 ibu hamil dengan muntah, makanan
dengan komposisi protein leih banyak menurunkan muntah lebih baik daripada
makanan dengan jumlah yang sama yang mengandung kalori dari karbohidrat dan
lemak atau makanan nonkalori. 1,2,10
c) Terapi Farmakologi
Sekitar 10% dari wanita yang hamil yang mengalami mual muntah
membutuhkan pengobatan. Jika gejala tidak bisa diatasi dengan diet atau
perubahan gaya hidup, antiemetik dengan dosis kecil dapat diberikan. Terapi
farmakologi yang diberikan termasuk vitamin B6, antihistamin, agen prokinetik,
dan obat yang lain. 2,5,6,9
Kombinasi vitamin B6 dan antihisamin doxylamine telah diteliti pada
lebih dari 6000 pasien dan kontrol dengan tidak ada bukti efek teraogenik dan
pada penelitian acak kombinasi ini berhubungan dengan 70% penurunan gejala
mual dan muntah. Kombinasi ini direkomendasikan oleh American college of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG) sebagai terapi lini pertama untuk mual
dan muntah pada kehamilan. 2,4,5
Antihistamin lain dapat dilihat pada tabel dibawah. Tidak ada dari obatobatan tersebut yang menunjukkan efek teratogenik. 1,4
Phenothiazine

atau

methoclorpramide

biasanya

digunakan

bila

antihistamin gagal. Prochlorperazine tersedia dalam buccal tablet dengan lebih


kurang menyebabkan kantuk dan sedasi bila dibandingkan dengan tablet oral. 4
Metoclorpramide adalah agen prokinetik, antagonis dopamin. Berhubungan
dengan beberapa kasus jarang dengan tardive dyskinesia, dan FDA (Food and
Drug Administration) telah mengeluarkan peringatan black-box sehubungan
dengan penggunaan obat ini. Resiko komplikasi meningkat seiring durasi
pengobatan dan total dosis kumulatif; penggunaan diatas 12 minggu harus
dihindari.2,4,5,6,9
5-hydroxytryptamine

receptor

antagonist,

seperti

ondansetron,

penggunanaanya meningkat pada hiperemesis gravidarum tetapi informasi sangat

13

terbatas tentang kegunaannya untuk wanita hamil. Sebuah percobaan acak


membandingkan ondansetron dan promethazine dalam kehamilan menunjukkan
kesamaan efektifitas, tetapi ondansetron memiliki lebih sedikit efek sedatif.
Dalam sebuah kasus melibatkan 169 bayi yang terekspose ondansetron pada
trimester awal, 3,6% memiliki kelainan mayor. 2,4
Droperidol dahulu efektif digunakan untuk mual dan muntah dalam
kehamilan, tetapi sekarang tidak digunakan karena beresiko menyebabkan interval
QT memanjang pada EKG dan aritmia. Telah dilaporkan kematian pada pasien
yang mendapat dosis kurang dari dosis standar obat ini. 1,4
Methylprednisolone adalah salah satu pilihan dalam kasus refrakter. Dalam
percobaan acak yang melibatkan 40 wanita, methylprednisolone lebih baik dari
promethazine untuk menangani mual dan muntah dalam kehamilan. 1,5,6
Dalam metaanalisis pada 4 penelitian, penggunaan glucocorticoid sebelum 10
minggu pada kehamilan berhubungan dengan resiko cleft lip dengan atau tanpa
cleft palatum. 1,4
d) Terapi Alternatif
Terapi alternatif seperti akupunktur dan jahe telah diteliti untuk
penatalaksanaan mual dan muntah dalam kehamilan. Akar jahe (Zingiber
officinale Roscoe) adalah salah satu pilihan nonfarmakologik dengan efek yang
cukup baik. Bahan aktifnya, gingerol, dapat menghambat pertumbuhan seluruh
galur H. pylori, terutama galur Cytotoxin associated gene (Cag) A+ yang sering
menyebabkan infeksi. Empat randomized trials menunjukkan bahwa ekstrak jahe
lebih efektif daripada plasebo dan efektivitasnya sama dengan vitamin B6. Efek
samping berupa refluks gastroesofageal dilaporkan pada beberapa penelitian,
tetapi

tidak

ditemukan

efek

samping

signifikan

terhadap

keluaran

kehamilan.Dosisnya adalah 250 mg kapsul akar jahe bubuk per oral, empat kali
sehari.2,3,4,9
Terapi akupunktur untuk meredakan gejala mual dan muntah masih
menjadi kontroversi. Penggunaan acupressure pada titik akupuntur Neiguan P6 di
pergelangan lengan menunjukkan hasil yang tidak konsisten dan penelitiannya

14

masih terbatas karena kurangnya uji yang tersamar. Dalam sebuah studi yang
besar didapatkan tidak terdapat efek yang menguntungkan dari penggunaan
acupressure, namun The Systematic Cochrane Review mendukung penggunaan
stimulasi akupunktur P6 pada pasien tanpa profilaksis antiemetik. Stimulasi ini
dapat mengurangi risiko mual. Terapi stimulasi saraf tingkat rendah pada aspek
volar pergelangan tangan juga dapat menurunkan mual dan muntah serta
merangsang kenaikan berat badan. 2,3,4,9

Gambar 3. Algoritme terapi mual dan muntah pada kehamilan3

15

Tabel 1. Terapi farmakologi mual muntah dalam kehamilan4

I. PROGNOSIS
Pada sebagian besar kasus, mual dan muntah dalam kehamilan akan
sembuh dengan sendirinya setelah usia kehamilan 20 minggu. Dengan penangan
yang baik prognosisnya sangat memuaskan namun dapat menjadi fatal bila terjadi
deplesi elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat.1,8
DAFTAR PUSTAKA

16

1.

Jueckstock JK, Kaestner R, Mylonas I. Managing hyperemesis

2.

gravidarum: a multimodal challenge. BMC Medicine. 2010;8:46.


Sheehan P. Hyperemesis Gravidarum: assessment and management.

3.

Australian Family Physician.[Review article].2007;36(9):698-701


Gunawan K, Manengkei P, Ocviyanti D. Diagnosis dan Tata Laksana
Hiperemesi Gravidarum. Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian

4.

Berkelanjutan. [Review article]. 2011;61(11):458-464.


Niebyl JR. Nausea and vomiting in pregnancy. N Engl J Med.

5.

2010;363:1544-50.
Kuscu NK, Koyuncu F.Hyperemesis Gravidarum: current concepts and

6.

management. Journal by postgrad Med J. [Review article]. 2002:78:76-79.


Edmonds K. Miscellaneous Medical Disorders. In: Dewhursts Textbook

7.

of Obstetrics & Gynaecology. 7th ed. Blackwell publishing; 2007


Verberg MFG, Gillott DJ, Al-Fardan N et al. Hyperemesis Gravidarum, a
literature

review.

Journal

by

Oxford

university.

[Review

8.

article].2005;11(5): 527-539.
Saifuddin A, Rachimhadhi T. Hiperemesis Gravidarum. In: Ilmu

9.

Kebidanan. 3rd ed. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2007


Lord L, Pelletier K. Management of Hyperemesis Gravidarum with
Enteral Nutrition. Nutrition Issues in Gastroenterology. [review article] .

10.

2008;63:15-31
DeCherney HA, Nathan L, Goodwin M et al. Renal, Urinary Tract,
Gastrointestinal, & Dermatologic Disorders in Pregnancy. In: Current
Diagnosis & Treatment Obstetrics & Gynecology.10th ed. The McGrawHill Companies;2007.

17

Anda mungkin juga menyukai