Kelompok III
PENDIDIKAN BIOLOGI A 2013
2015
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GENETIKA
Persilangan Monohibrid pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna unguiculata
subsp.sesquipedalis)
Oleh :
Yogyakarta, 28 April 2015
Anggota :
Nama
NIM
Noni Wulandari
(13304241004)
(13304241012)
Ema Hannaputri
(13304241022)
Dhanang Robbiansah
(13304241025)
(13304241036)
(13304241041)
Tanda tangan
.......................
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
: Plantae
Super Divisi
: Spermatophyta
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Magnoliopsida
Ordo
: Fabales
Famili
: Fabaceae
Genus
: Vigna
Spesies
: Vigna unguiculata
Sub Spesies
: sesquipedalis
D. Metode
Metode kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Alat dan bahan
a. Peralatan bercocok tanam
b. Polibag 5 kg
c. Lanjaran bambu (tinggi 2 meter)
d. Gunting
e. Pinset
f. Benih kacang panjang : 2 varietas (var A dan var B)
g. Campuran tanah : kompos = 2 : 1
h. Pupuk NPK
i. Kamera
2. Langkah kerja
Cara Tanam:
a. Polibag diisi campuran tanah : kompos (2:1).
antarkeduanya.
Lanjaran ditancapkan di tengah polibag antara kedua benih.
Tanaman disiram bila perlu.
Pupuk NPK diberikan pada umur 14 hari setelah tanam.
Untuk 1 kelas mengamati dan menyilangkan jenis kacang panjang
sama yang telah disiapkan laboran untuk masing-masing kelas.
dengan cara membuang alat kelamin jantan. Kegiatan ini bertujuan untuk
menggunakan tanaman model sebagai percobaan persilangan, mengamati
beberapa sifat yang berbeda antar 2 tetua lini murni, dan menghasilkan
populasi F1 dari persilangan dan menentukan dominansi beberapa sifat
pada tanaman kacang panjang.
Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak
peneliti. Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang
lahir tahun 1822 di Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai
mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan
dan biarawan ini menemukan prinsip-prinsip dasar pewarisan melalui
percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan silang.
Penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan II. Mendel
melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda,
dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi
berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang
menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet
dapat memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum
segregasi.
Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan
perbandingan F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum
Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel
(The Law of Segregation of Allelic Genes).
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua tetua dengan
salah satu sifat yang dapat membedakan keduanya. Diharapkan keturunan
pertamanya (generasi F1) akan memiliki sifat sama dengan salah satu tetua
jika sifat tersebut dipengaruhi oleh alel dominan dan resesif serta tidak ada
tautan seperti yang ditemukan oleh Mendel pada tanaman kapri (Pisum
sativum). Sebagai tanaman model untuk menunjukkan hasil persilangan
monohibrid di daerah tropis seperti Indonesia dapat digunakan tanaman
kacang panjang. Kacang panjang digunakan sebagai tanaman model
pengganti kapri karena lebih mudah tumbuh di Indonesia, dapat
menghasilkan banyak biji, mempunyai beberapa sifat yang membedakan
tanaman
kacang
panjang
()
berfenotip
merah-putih
dibiarkan
hingga
keesokan
harinya
untuk
dilakukan
penyerbukan.
Namun, keesokan harinya kedua bunga betina yang telah praktikan
kastrasi gugur sehingga tidak bisa praktikan silangkan dengan individu
jantan. Kemungkinan bunga betina tersebut gugur karena hujan lebat yang
persilangan
antara
tanaman
kacang
panjang
(Vigna
untuk bunga betina digunakan persilangan oleh kelas lain, sehingga bunga
yang siap dikastrasi tidak ada yang tersisa.
Kastrasi selanjutnya dilakukan terhadap 3 kuntum bunga betina
kacang panjang (Vigna sesquipedalis L) dengan fenotip hitam dominan.
Setelah dibuang serbuk sarinya bunga kemudian praktikan bungkus
dengan kantong plastik untuk menghindari terkena tetesan hujan.
Keesokan harinya satu kuntum bunga yang sudah di kastrasi gugur
menyisakan dua bunga lain yang kemudian praktikan silangkan dengan
tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis L) berfenotip merah-putih
yang praktikan jadikan sebagai individu jantan. Penyerbukan dilakukan
dengan menotolkan serbuk sari pada bunga jantan ke bunga betina yang
sudah diemaskulasi. Bunga yang sudah diserbuki kemudian ditutup oleh
kantong plastik agar tidak diserbuki oleh tepung sari asing kemudian
diberi pita warna kuning, yang menandakan bunga sudah diserbuki.
Keesokan harinya, satu kuntum bunga yang sudah diserbuki tersebut gugur
menyisakan satu kuntum bunga yang sudah diserbuki. Satu kuntum bunga
tersebut berhasil berkembang menjadi buah kacang panjang sebanyak satu
lanjaran.
Meskipun persilangan yang terakhir tersebut berhasil, akan tetapi
praktikan belum bisa mengamati warna biji yang dihasilkan dari
persilangan tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis L) betina ()
dengan fenotip hitam dominan dan tanaman kacang panjang (Vigna
sesquipedalis L) jantan () berfenotip merah-putih, sebab kacang panjang
saat ini masih terlalu muda (belum matang) untuk diamati bijinya.
F. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu dalam Persilangan
Monohibrid Pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna Unguiculata
Subsp.Sesquipedalis) digunakan 2 tetua lini murni dimana untuk tetua
jantan digunakan kacang panjang yang berfenotip merah-putih dan tetua
betina berfenotip hitam dominan. Kedua tetua lini murni yang digunakan
mempunyai karakteristik yang relatif sama antara bentuk daun dan bentuk
tajuknya, yang berbeda adalah pada warna bunga. Pada tanaman kacang
Daftar Pustaka
Ayala, F.J. and Kiger, J.A. 1984. Modern Genetics. 2nd ed. Menlo Park: The
Benjamin/Cunning Publ.Co.,Inc.
Didjosepoetro. 1975. Pengantar Genetika. Jakarta : DeptDikBud.
Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan.
Nio,Tjan kwiauw. 1990. Genetika Dasar. Bandung : ITB Press.
Sandra, E. 2008. Teknik Persilangan. Jakarta: Gramedia.
Suryo. 1996. Genetika. Yogyakarta: UGM Press.