Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GENETIKA

Persilangan Monohibrid pada Tanaman Kacang Panjang


(Vigna unguiculata subsp.sesquipedalis)

Kelompok III
PENDIDIKAN BIOLOGI A 2013

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2015
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM GENETIKA
Persilangan Monohibrid pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna unguiculata
subsp.sesquipedalis)
Oleh :
Yogyakarta, 28 April 2015

Anggota :
Nama

NIM

Noni Wulandari

(13304241004)

Nensi Nur Astari

(13304241012)

Ema Hannaputri

(13304241022)

Dhanang Robbiansah

(13304241025)

Nita Ayu Nurjanah

(13304241036)

Sri Suwarni Yuliatiningsih

(13304241041)

Disahkan pada tanggal

Tanda tangan

.......................
Mengetahui,
Dosen Pembimbing

(Paramita Cahyaningrum K., M.Si)


Persilangan Monohibrid pada Tanaman Kacang Panjang
(Vigna unguiculata subsp.sesquipedalis)
A. Tujuan
1. Menggunakan tanaman model untuk percobaan persilangan.
2. Mengamati beberapa sifat yang berbeda antar 2 tetua lini murni.
3. Menghasilkan populasi F1 dari persilangan dan menentukan dominansi
beberapa sifat pada tanaman kacang panjang.
B. Latar Belakang
Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan hasil
pertanian adalah penggunaan bibit unggul. Sifat bibit unggul pada tanaman
dapat timbul secara alamikarena adanya seleksi alam dan dapat juga
timbul karena adanya campur tangan manusiamelalui kegiatan pemuliaan
tanaman.
Persilangan merupakan salah satu cara untuk menghasilkan
rekombinasi gen. Secara teknis, persilangan dilakukan dengan cara
memindahkan tepung sari ke kepala putik pada tanaman yang diinginkan
sebagai tetua, baik pada tanaman menyerbuk sendiri, self pollinated crop
maupun tanaman menyerbuk silang, cross pollinated crop.
Keberhasilan persilangan sangat ditentukan oleh pengetahuan
pemulia mengenai struktur bunga, waktu berbunga, saat bunga mekar,
kapan bunga betina siap menerima bunga jantan (tepung sari), dan tipe
penyerbukan (sendiri atau silang).
Perkawinan monohibrid dapat disebut dengan pewarisan gen
tunggal. Pengertiannya adalah persilangan antar dua tetua dengan salah
satu sifat yang dapat membedakan keduanya. Diharapkan keturunan
pertamanya (generasi F1) akan memiliki sifat dengan salah satu tetua jika
sifat tersebut dipengaruhi oleh alel dominan dan resesif serta tidak ada

tautan seperti yang ditemukan Mendel pada tanaman kapri (Pisum


sativum).
Mendel menggunakan tanaman kapri karena mudah dipelihara,
dapat menghasilkan banyak biji (banyak keturunan), mempunyai sifat-sifat
yang dapat dibedakan antar varietas, dapat diperbanyak secara selfing atau
disilangkan, dan mudah tumbuh di daerah tempat tinggal Mendel. Sebagai
tanaman

model untuk menunjukkan hasil persilangan monohibrid di

daerah tropis seperti Indonesia dapat digunakan tanaman kacang panjang


dengan alasan yang sama dengan Mendel dan mudah tumbuh di daerah
tropis. Kacang panjang digunakan sebagai tanaman model pengganti kapri
karena lebih mudah tumbuh di Indonesia, dapat menghasilkan banyak biji,
mempunyai beberapa sifat yang membedakan antar varietas dan dapat
disilangkan. Tanaman kacang panjang juga termasuk famili yang sama
dengan kapri sehingga mempunyai struktur bunga yang serupa.
C. Tinjauan Pustaka
Pada dasarnya tanaman menyerbuk silang adalah heterozigot dan
heterogenes. Satu individu dengan individu lainnya secara genetis berbeda
walaupun secara fenotipik sama. Oleh karena itu, dalam menentukan
kriteria seleksi sebaiknya melakukan secara bertahap, dengan tujuan agar
tidak terjadi pencampuradukan sifat dan hal lainnya di dalam pengamatan.
Tanaman menyerbuk silang, berbeda dengan tanaman menyerbuk
sendiri. Umumnya bertujuan memperoleh individu tanaman homozigot
sedang pada tanaman menyerbuk silang bertujuan untuk memperoleh
populasi yang terdiri dari tanaman heterozigot. Dengan demikian metode
yang digunakan berbeda terutama pada prosedur seleksinya. Metode pada
tanaman menyerbuk sendiri dapat ditetapkan secara jelas, namun pada
tanaman menyerbuk silang tidak demikian.
Orang yang pertama kali melakukan persilangan dengan dengan
menggunakan tumbuhan sebagai bahan adalah seorang berkebangsan

Australia bernama Geogor Mendel (1822-1884) pada tahun 1866. Mendel


diakui sebagai bapak genetika. Dalam percobaan awal Mendel, ia
menggunakan 1 sifat beda pada tumbuhan sebagai alat uji silang. Yang
mana dalam persilangan monohibrid didapat hasil anakan dengan rasio
fenotip 3 : 1. Hal ini dikarenakan gen-gen yang sealel memisah. Ini
dikenal sebagai Hukum I Mendel (Suryo.1996).
Persilangan adalah suatu teknik mengawinkan bunga dengan
meletakkan pollen atau serbuk sari pada stigma (lubang atau rongga yang
dangkal berisi cairan kental agak lengket sebagai tempat meletakkan
pollen ke dalam ovary (bakal buah) pada waktu polinasi/penyerbukan.
Dikenal dua macam persilangan yaitu perkawinan sendiri (selfing) dan
perkawinan silang (crossing). Perkawinan sendiri (selfing) adalah
perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang berasal pada satu
bunga, satu tanaman, tetapi masih dalam satu spesies. Perkawinan silang
(crossing) adalah perkawinan dengan meletakkan pollen pada stigma yang
berasal dari dua jenis bunga yang berbeda pada spesies yang sama baik.
Jika persilangan dilakukan siang hari, putik mengering sehingga tidak
akan jadi pembuahan, kalaupun terjadi pembuahan kualitas buah pasti
tidak akan maksimal. Umur bunga satu atau dua hari setelah mekar hingga
lima minggu setelah mekar (Sandra, 2008). Persilangan rnonohibrid
dibedakan menjadi dua macam, yaitu persilangan monohibrid dominan
dan monohibrid intermediate.
Ketika tanaman-tanaman F1 dibiarkan menyerbuk sendiri, maka
didapat tanaman-tanaman F2 yang memisah dengan perbandingan
merah : merah muda : putih atau 1:2:1. Disini kita dapat lebih mudah
membedakan tanaman yang homozigot (yaitu yang berbunga merah, dan
yang berbunga putih ) dari tanaman yang heterozigot (yaitu berbunga
merah muda). Apabila tanaman-tanaman F2 homozigot berbunga merah
(MM) dibiarkan menyerbuk sesamanya atau menyerbuk sendiri, maka
keturunannya akan selalu berbunga merah saja.

Demikian pula dengan tanaman-tanaman F2 homozigot berbunga


putih (mm) untuk selanjutnya akan selalu menghasilkan keturunan
berbunga putih saja. Adapun tanaman F2 heterozigot berbunga merah
muda bila dibiarkan menyerbuk sesamanya atau mengadakan penyerbukan
sendiri akan selalu menghasilkan keturunan yang memisah dengan
perbandingan 1:2:1. Individu homozigot yang selalu menghasilkan
keturunan tetap (tidak memisah) dinamakan galur murni (Suryo, 1996).
Jika diadakan penyerbukan silang antara dua tanaman homozigot yang
berbeda satu sifat missal Mirabilis jalapa (bunga pukul empat) berbunga
merah yang disilangkan dengan yang berbunga putih, maka terjadilah F1
yang berbunga Merah muda. F1 yang kita sebut monohibrida ini bukan
homozigot lagi, melainkan suatu heterozigot.
Jika tanaman F1 ini kita biarkan mengadakan penyerbukan sendiri,
kemudian biji-biji yang dihasilkan itu kita tumbuhkan, maka kita peroleh
F2 yang berupa tanaman berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan
tanaman berbunga putih, jumlah-jumlah mana berbanding 1:2:1. Maka
biji-biji F2 yang berbunga merah itu kiat tumbuhkan, kita peroleh F3 yang
berbunga merah. Demikian pula biji-biji dari F2 yang berbunga putih , jika
itu kita tumbuhkan kita peroleh F3 yang berbunga putih. Senaliknya F2,
yang berbunga jambon itu menghasilkan F3 yang terdiri atas tanaman
berbunga merah, tanaman berbunga jambon dan tanaman berbunga putih
dalam perbandingan 1:2:1 lagi.
Dalam hal ini maka warna jambon itu kita namakan warna
intermediet antara merah dan putih. Jadi F1 tersebut di atas merupakan
suatu monohibrida yang intermediet (Djidjosepoetro, 1975).
Dalam suatu percobaan, jarang ditemukan hasil yang tepat betul,
karena selalu saja ada penyimpangan. Yang menjadi masalah ialah berapa
banyak penyimpangan yang masih bisa kita terima. Menurut perhitungan
para ahli statistik, tingkat kepercayaan itu adalah 5% yang masih dianggap

batas normal penyimpangan. Untuk percobaan genetika sederhana


biasanya dilakukan analisis Chi-squrae (Nio, Tjan kiaw, 1990). Peluang
menyangut derajat kepastian apakah suatu kejadian terjadi atau tidak.
Dalam ilmu genetika, segregasi dan rekombinasi gen juga didasarkan pada
hukum peluang. Rasio persilangan Heterozigot dalah 3:1 jika sifat tersebut
diturunkan secara dominant penuh.Jika terjadi persilangan dan hasilnya
tidak esuai dengan teori.
Klasifikasi Kacang Panjang
Kingdom

: Plantae

Super Divisi

: Spermatophyta

Divisi

: Magnoliophyta

Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Fabales

Famili

: Fabaceae

Genus

: Vigna

Spesies

: Vigna unguiculata

Sub Spesies

: sesquipedalis

D. Metode
Metode kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Alat dan bahan
a. Peralatan bercocok tanam
b. Polibag 5 kg
c. Lanjaran bambu (tinggi 2 meter)
d. Gunting
e. Pinset
f. Benih kacang panjang : 2 varietas (var A dan var B)
g. Campuran tanah : kompos = 2 : 1
h. Pupuk NPK
i. Kamera
2. Langkah kerja
Cara Tanam:
a. Polibag diisi campuran tanah : kompos (2:1).

b. Tiap polibag ditanam 2 benih (biji) dengan jarak yang cukup


c.
d.
e.
f.

antarkeduanya.
Lanjaran ditancapkan di tengah polibag antara kedua benih.
Tanaman disiram bila perlu.
Pupuk NPK diberikan pada umur 14 hari setelah tanam.
Untuk 1 kelas mengamati dan menyilangkan jenis kacang panjang
sama yang telah disiapkan laboran untuk masing-masing kelas.

Pengamatan morfologi tanaman:


a. Dicatat sifat-sifat yang membedakan pada kedua tanaman tetua.
b. Sifat-sifat yang diamati:
Bentuk daun
Bentuk tajuk
Warna bunga
Warna polong / buah
Warna biji yang dihasilkan
Persilangan:
a. Pada umur 25 hari setelah tanam atau saat bunga sudah muncul,
bunga pada tanaman yang akan menjadi betina dikastrasi dengan
memotong stamen.
b. Pada umur 30 hari setelah tanam atau saat polen , dilakukan
penyerbukan dengan mengambil bunga dari tanaman yang tidak
dikastrasi dan diserbukkan pada populasi tanaman betina.
c. Setelah dilakukan penyerbukan, bunga yang diserbuki (betina),
ditutup dengan kantong kertas dan ditandai. Setelah 75-80 hari
setelah tanam dan polong terlihat kering, buah kacang panjang
dipanen dan diambil bijinya sebagai keturunan F1.
d. Diamati jumlah dan warna biji yang dihasilkan per polong dari tiap
persilangan.
E. Hasil dan Pembahasan
Praktikum persilangan pada tanman kacang panjang dilakukan
sejak awal pertemuan karena harus menanam kacang panjang terlebih
dahulu dan menunggu sampai ada bunga yang siap untuk dikastrasi.
Kastrasi biasanya dilakukan pada pagi hari sebelum jam 08.00 pagi,

dengan cara membuang alat kelamin jantan. Kegiatan ini bertujuan untuk
menggunakan tanaman model sebagai percobaan persilangan, mengamati
beberapa sifat yang berbeda antar 2 tetua lini murni, dan menghasilkan
populasi F1 dari persilangan dan menentukan dominansi beberapa sifat
pada tanaman kacang panjang.
Masalah penurunan sifat atau hereditas mendapat perhatian banyak
peneliti. Peneliti yang paling popular adalah Gregor Johann Mendel yang
lahir tahun 1822 di Cekoslovakia. Pada tahun 1842, Mendel mulai
mengadakan penelitian dan meletakkan dasar-dasar hereditas. Ilmuwan
dan biarawan ini menemukan prinsip-prinsip dasar pewarisan melalui
percobaan yang dikendalikan dengan cermat dalam pembiakan silang.
Penelitian Mendel menghasilkan hukum Mendel I dan II. Mendel
melakukan persilangan monohibrid atau persilangan satu sifat beda,
dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi
berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan hukum Mendel I yang
menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukkan sel gamet
dapat memisah secara bebas. Hukum Mendel I disebut juga dengan hukum
segregasi.
Persilangan monohibrid yang menghasilkan keturunan dengan
perbandingan F2, yaitu 1 : 2 : 1 merupakan bukti berlakunya hukum
Mendel I yang dikenal dengan nama Hukum Pemisahan Gen yang Sealel
(The Law of Segregation of Allelic Genes).
Persilangan monohibrid adalah persilangan antar dua tetua dengan
salah satu sifat yang dapat membedakan keduanya. Diharapkan keturunan
pertamanya (generasi F1) akan memiliki sifat sama dengan salah satu tetua
jika sifat tersebut dipengaruhi oleh alel dominan dan resesif serta tidak ada
tautan seperti yang ditemukan oleh Mendel pada tanaman kapri (Pisum
sativum). Sebagai tanaman model untuk menunjukkan hasil persilangan
monohibrid di daerah tropis seperti Indonesia dapat digunakan tanaman
kacang panjang. Kacang panjang digunakan sebagai tanaman model
pengganti kapri karena lebih mudah tumbuh di Indonesia, dapat
menghasilkan banyak biji, mempunyai beberapa sifat yang membedakan

antar varietas dan dapat disilangkan. Tanaman kacang panjang juga


termasuk famili yang sama dengan kapri sehingga mempunyai struktur
bunga yang serupa (Tim Genetika, 2012).
Tanaman kacang panjang merupakan tanaman semak, menjalar,
semusim dengan tinggi kurang lebih 2,5 m. Batang tanaman ini tegak,
silindris, lunak, berwarna hijau dengan permukaan licin. Daunnya
majemuk, lonjong, berseling, panjang 6-8 cm, lebar 3-4,5 cm, tepi rata,
pangkal membulat, ujung lancip, pertulangan menyirip, tangkai silindris,
panjang kurang lebih 4 cm, dan berwarna hijau. Bunga tanaman ini
terdapat pada ketiak daun, majemuk, tangkai silindris, panjang kurang
lebih 12 cm, berwarna hijau keputih-putihan, mahkota berbentuk kupukupu, berwarna putih keunguan, benang sari bertangkai, panjang kurang
lebih 2 cm, berwarna putih, kepala sari kuning, putik bertangkai, berwarna
kuning, panjang kurang lebih 1 cm, dan berwarna ungu. Buah tanaman ini
berbentuk polong, berwarna hijau, dan panjang 15-25 cm. Bijinya lonjong,
pipih, berwarna coklat muda. Akarnya tunggang berwarna coklat muda
(Hutapea et al., 1994).
Dalam praktikum ini, praktikan menyilangkan tanaman kacang
panjang (Vigna sesquipedalis L) dengan fenotip hitam dominan sebagai
induk betina () dan tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis L)
jantan () berfenotip merah-putih. Lahan untuk tanaman kacang panjang
(Vigna sesquipedalis L) sudah dipersiapkan sebelumnya oleh laboran,
sehingga praktikan hanya tinggal melakukan hibridisasi saja ketika bunga
mulai muncul. Lahan untuk tanaman ini terdiri dari satu blok tanaman
kacang panjang (Vigna sesquipedalis L) hitam dominan dan satu blok
tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis L) merah putih dimana per
bloknya terdiri dari 6 tanaman kacang panjang.
Karakteristik indivudu tanaman kacang panjang yang praktikan
amati antara kedua tetua relatif sama antara bentuk daun dan bentuk
tajuknya, yang berbeda adalah pada warna bunga. Dari pengamatan yang
praktikan lakukan tanaman kacang panjang betina yaitu dengan fenotip
hitam dominan adalah mempunyai bunga berwarna kuning muda,

sedangkan pada tanaman kacang panjang yang dijadikan jantan berfenotip


merah-putih berwarna putih keunguan.
Proses kastrasi dilakukan ketika bunga mulai muncul. Namun,
munculnya bunga tidak bisa secara serempak antara dua blok tanaman
kacang panjang (Vigna sesquipedalis L) yang praktikan gunakan. Pada
blok tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis (L) berfenotip hitam
dominan yang praktikan jadikan individu betina () berbunga lebih cepat,
sedangkan

tanaman

kacang

panjang

()

berfenotip

merah-putih

samasekali belum berbunga, sehingga proses kastrasi tidak bisa dilakukan.


Sementara waktu, untuk menunggu individu jantan () berbunga, untuk
menghindari terjadinya persilangan sendiri (selfing) yang semakin banyak
pada individu betina, praktikan melakukan persilangan terhadap tanaman
kacang panjang (Vigna sesquipedalis L) lain. Dalam hal ini praktikan
memilih tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis L) berfenotip
merah dominan yang praktikan jadikan sebagai individu jantan.
Tahap pertama yang praktikan lakukan adalah melakukan kastrasi
pada individu betina. Untuk melakukan kastrasi, alat dan bahan yang
praktikan butuhkan antara lain pinset kecil pita kuning, pita pink dan
kertas label. Pada proses kastrasi pertama, praktikan mengkastrasi 2
kuntum bunga betina yang sudah siap. Bunga yang siap dikastrasi adalah
bunga yang belum mekar (masih kuncup) dan ukurannya belum terlalu
besar (kuncupnya masih berwarna hijau, belum muncul warna lain, misal
kekuningan). Proses katrasi dimulai dengan membersihkan mahkota bunga
kemudian membuang alat kelamin jantan (stamen) pada induk betina
(Emaskulasi). Benang sari dicabut satu persatu dengan menggunakan
pinset. Setelah benangsri tidak ada, kemudian praktikan memberi tanda
dengan pita warna pink yang menandakan bunga sudah di kastrasi. Bunga
kemudian

dibiarkan

hingga

keesokan

harinya

untuk

dilakukan

penyerbukan.
Namun, keesokan harinya kedua bunga betina yang telah praktikan
kastrasi gugur sehingga tidak bisa praktikan silangkan dengan individu
jantan. Kemungkinan bunga betina tersebut gugur karena hujan lebat yang

terjadi di malam hari. Kemudian praktikan melakukan proses kastrasi yang


kedua, dalam hal ini praktikan mengkastrasi 3 kuntum bunga betina yang
sudah siap. tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis L) dengan
fenotip hitam dominan sebagai induk betina () dan tanaman kacang
panjang (Vigna sesquipedalis L) jantan () berfenotip merah-putih. Bunga
kemudian praktikan bungkus dengan kantong plastik untuk menghindari
terkena tetesan hujan.
Keesokan harinya dua kuntum bunga yang sudah di kastrasi gugur.
Hal ini kemungkinan karena waktu pengkastrasian yang salah, yaitu
kastrasi dilakukan pada sore hari, seharusnya proses kastrasi dilakukan
pada pagi hari. Satu bunga lain yang tersisa kemudian praktikan silangkan
dengan tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis L) berfenotip merah
dominan yang praktikan jadikan sebagai individu jantan. Penyerbukan
dilakukan dengan menotolkan serbuk sari pada bunga jantan ke bunga
betina yang sudah diemaskulasi. Bunga yang sudah diserbuki kemudian
ditutup oleh kantong plastik agar tidak diserbuki oleh tepung sari asing
kemudian diberi pita warna kuning, yang menandakan bunga sudah
diserbuki. Namun, satu kuntum bunga yang sudah diserbuki tersebut juga
gugur keesokan harinya. Kemungkinan karena hujan lebat yang terjadi di
malam hari dan kantong plastik yang praktikan gunakan hanya diberi
lubang yang kecil menyebabkan keadaan di dalam kantong plastik lembab
dan menyebabkan bunga rontok.
Ketika tanaman kacang panjang () berfenotip merah-putih yaitu
tanaman kacang panjang yang seharusnya praktikan gunakan sebagai
jantan mulai berbunga, praktikan kemudian beralih untuk kembali
melakukan

persilangan

antara

tanaman

kacang

panjang

(Vigna

sesquipedalis L) dengan fenotip hitam dominan sebagai induk betina ()


dan tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis L) jantan () berfenotip
merah-putih. Namun disaat bunga jantan berfenotip merah-putih banyak
bermunculan, praktikan tidak bisa melakukan kastrasi pada individu
betina, sebab tidak ada satupun bunga yang siap di kastrasi pada individu
betina. Hal ini dikarenakan blok kacang panjang yang praktikan gunakan

untuk bunga betina digunakan persilangan oleh kelas lain, sehingga bunga
yang siap dikastrasi tidak ada yang tersisa.
Kastrasi selanjutnya dilakukan terhadap 3 kuntum bunga betina
kacang panjang (Vigna sesquipedalis L) dengan fenotip hitam dominan.
Setelah dibuang serbuk sarinya bunga kemudian praktikan bungkus
dengan kantong plastik untuk menghindari terkena tetesan hujan.
Keesokan harinya satu kuntum bunga yang sudah di kastrasi gugur
menyisakan dua bunga lain yang kemudian praktikan silangkan dengan
tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis L) berfenotip merah-putih
yang praktikan jadikan sebagai individu jantan. Penyerbukan dilakukan
dengan menotolkan serbuk sari pada bunga jantan ke bunga betina yang
sudah diemaskulasi. Bunga yang sudah diserbuki kemudian ditutup oleh
kantong plastik agar tidak diserbuki oleh tepung sari asing kemudian
diberi pita warna kuning, yang menandakan bunga sudah diserbuki.
Keesokan harinya, satu kuntum bunga yang sudah diserbuki tersebut gugur
menyisakan satu kuntum bunga yang sudah diserbuki. Satu kuntum bunga
tersebut berhasil berkembang menjadi buah kacang panjang sebanyak satu
lanjaran.
Meskipun persilangan yang terakhir tersebut berhasil, akan tetapi
praktikan belum bisa mengamati warna biji yang dihasilkan dari
persilangan tanaman kacang panjang (Vigna sesquipedalis L) betina ()
dengan fenotip hitam dominan dan tanaman kacang panjang (Vigna
sesquipedalis L) jantan () berfenotip merah-putih, sebab kacang panjang
saat ini masih terlalu muda (belum matang) untuk diamati bijinya.
F. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu dalam Persilangan
Monohibrid Pada Tanaman Kacang Panjang (Vigna Unguiculata
Subsp.Sesquipedalis) digunakan 2 tetua lini murni dimana untuk tetua
jantan digunakan kacang panjang yang berfenotip merah-putih dan tetua
betina berfenotip hitam dominan. Kedua tetua lini murni yang digunakan
mempunyai karakteristik yang relatif sama antara bentuk daun dan bentuk
tajuknya, yang berbeda adalah pada warna bunga. Pada tanaman kacang

panjang betina mempunyai bunga berwarna kuning muda, sedangkan pada


tanaman kacang panjang yang dijadikan jantan berwarna putih keunguan.
Dari persilangan kedua tetua lini murni dihasilkan keturunan sebanyak
satu lanjaran kacang panjang akan tetapi praktikan belum bisa mengamati
warna biji yang dihasilkan dari persilangan tersebut, sebab kacang panjang
saat ini masih terlalu muda (belum matang) untuk diamati bijinya.

Daftar Pustaka

Ayala, F.J. and Kiger, J.A. 1984. Modern Genetics. 2nd ed. Menlo Park: The
Benjamin/Cunning Publ.Co.,Inc.
Didjosepoetro. 1975. Pengantar Genetika. Jakarta : DeptDikBud.
Hutapea, J.R. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan.
Nio,Tjan kwiauw. 1990. Genetika Dasar. Bandung : ITB Press.
Sandra, E. 2008. Teknik Persilangan. Jakarta: Gramedia.
Suryo. 1996. Genetika. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai