Disusun Oleh:
Yayu Setyaningsih (13334741)
Nita Dwi Lestari (13334742)
Dosen :
Rachmi Hutabarat, M.Si, Apt.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan hidayahNya
makalah ini dapat selesai tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Teknologi Sediaan Semi Solid.
Makalah yang berjudul Suspensi Obat Maag" ini menjelaskan tentang hal-hal yang
berkaitan mengenai sediaan suspensi yang ditujukan untuk pengobatan maag, mulai dari
definisi, komposisi suspensi, hingga formulasi suspensi baik yang sudah mengalami
pengujian maupun yang baru dirancang oleh penulis guna memperkaya formulasi sediaan
terkait. Penulisan makalah ini, diharapkan dapat memberikan referensi untuk merancang
suatu formulasi atau pra formulasi sediaan suspensi obat maag dengan membandingkan hasilhasil dari pengujian formula yang sudah ada.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
berharap kritik dan saran dari para pembaca berkaitan dengan makalah ini guna memperbaiki
makalah dan mengembangkan isinya agar makalah ini dapat lebih bermanfaat lagi bagi para
pembaca. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terimakasih.
Jakarta,
November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.. ii
Daftar Isi..... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.
2.
3.
4.
Latar Belakang....
Rumusan Masalah........................
Tujuan..
Manfaat....
1
1
1
2
Definisi....... 4
Keuntungan Suspensi.... 5
Kerugian Suspensi.......... 5
o Stabilitas Suspensi 6
2.3.1 Ukuran Partikel.. 6
2.3.2 Kekentalan/Viskositas.. 6
2.3.3 Jumlah Partikel/Konsentrasi. 6
2.3.4 Sifat/Muatan Partikel 6
2.4 Kriteria Suspensi yang Baik. 7
2.5 Komponen Suspensi Obat Maag. 7
2.5.1 Zat Aktif Sukralfat. 7
2.5.2 Bahan Tambahan Suspensi.. .. 8
2.5.2.1 Bahan Pensuspensi/Suspending Agent... .. 8
2.5.2.2 Bahan Pembasah (Wetting agent)/Humektan . 9
2.5.2.3 Pemanis 10
2.5.2.4 Pewarna, Pewangi dan Perasa.. 11
2.5.2.5 Pengawet... 12
2.5.2.6 Antioksidan... 12
2.5.2.7 Pendapar.. 13
2.5.2.8 Acidifier 14
2.5.3 Flocculating Agent 14
2.5.3.1 Surfaktan.. 14
2.5.3.2 Polimer Hidrofilik.14
2.5.3.3 Clay... 15
2.5.3.4 Elektrolit... 15
2.6 Sistem Pembentukan Suspensi..15
2.6.1 Sistem Flokulasi...15
2.6.2 Sistem Deflokulasi. 16
2.7 Evaluasi Suspensi. 16
2.6.1 Evaluasi Fisika... 16
2.6.2 Evaluasi Kimia... 20
2.6.3 Evaluasi Biologi. 20
o
o
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sakit maag adalah nama penyakit yang sering kita dengar dan merupakan salah satu
gangguan pada sistem pencernaan kita yang menimbulkan rasa nyeri di lambung. Masyarakat
Indonesia masih menganggap remeh dan sering mengabaikan penyakit ini. Berdasarkan hasil
riset Brain dan Co dengan PT. Kalbe Farma tahun 2010 bahwa 5 dari 10 pekerja di Indonesia
mengalami gangguan maag. Rendahnya kesadaran masyarakat Indonesia menjaga kesehatan
lambungnya, menyebabkan jumlah penderita penyakit maag mengalami grafik kenaikan. Di
penjuru dunia saat ini penderita maag mencapai 1,7 miliar (Malau 2014).
4 |Sediaan Semi Solid dan Liquid
Obat sakit maag yang banyak beredar di pasaran adalah golongan antasid dan obat
penghambat produksi asam dalam berbagai bentuk sediaan seperti tablet kunyah, serbuk
(puyer) dan sediaan cair yang umumnya berupa suspensi. Obat maag dalam bentuk sediaan
cair atau suspensi lebih nyaman digunakan daripada tablet kunyah ataupun puyer karena lebih
mudah untuk dikonsumsi, meskipun waktu penggunaannya sama seperti bentuk sediaan yang
lain dari golongan antasid yaitu satu atau dua jam sebelum makan.
Sediaan obat yang beredar di pasaran harus memenuhi persyaratan mutu dan berkualitas
baik agar menunjang tercapainya efek terapeutik dari obat tersebut. Sediaan suspensi yang
sering memiliki kendala dari segi stabilitas yang perlu diperbaiki agar efek terapeutik dari zat
aktif dapat tercapai sesuai harapan. Oleh karena itu, formula baru perlu dirancang guna
meningkatkan nilai stabilitas dari suspensi dengan membandingkan kekurangan dan
kelebihan dari beberapa formula yang telah mengalami pengujian.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimanakah rancangan formulasi sediaan obat maag yang diharapkan lebih baik dari
formulasi suspensi yang telah mengalami pengujian, terutama dari segi ketahanan stabilitas
suspensinya.
1.3
Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
a) Mengetahui kekurangan dan kelebihan sediaan suspensi sebagai obat maag dari
sediaan lain.
b) Mengetahui karakteristik suspensi yang baik sebagai obat maag.
c) Mengetahui bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat sediaan suspensi obat
maag.
d) Mengetahui kekurangan dan kelebihan dari formulasi suspensi obat maag yang telah
mengalami pengujian.
e) Merancang formula baru sediaan suspensi obat maag yang diharapkan dapat
memperbaiki kekurangan dan mempertahankan kelebihan dari formulasi yang sudah
ada.
1.4
Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terkait sediaan suspensi obat
maag dan formulasinya, serta dapat memperbaiki rancangan formulasi yang sudah ada.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Maag
Penyakit pada lambung antara lain adalah sakit maag (gastritis), dispepsia dan
Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Penyakit maag diakibatkan oleh asam lambung
yang berlebihan, sehingga dinding lambung tidak kuat menahan asam lambung sehingga
menimbulkan luka. Dispepsia disebabkan oleh berbagai penyebab antara lain gangguan daya
gerak saluran cerna bagian atas dan adanya waktu pengosongan lambung yang terlambat
serta stres psikis. GERD merupakan gangguan sebagai akibat terjadinya refluks
gastroesophageal. Gejala khas GERD adalah rasa panas di dada, rasa tidak nyaman waktu
menelan, dan rasa sakit waktu menelan. Kepastian diagnosa terhadap penyakit lambung dapat
dilakukan melalui pemeriksaan laboratorium.
Adapun penyebab dari penyakit ini dibedakan menjadi dua macam yaitu dikarenakan
zat eksternal dan internal. Zat eksternal adalah zat dari luar tubuh yang dapat menyebabkan
korosif atau iritasi lambung. Sedangkan zat internal adalah pengeluaran zat asam lambung
yang berlebihan dan tidak teratur. Adapun gejala lain yang bisa terjadi adalah karena stres
yang berkepanjangan dapat mengakibatkan produksi asam lambung berlebih. Kondisi-kondisi
penyebabnya antara lain :
1. Penyebab zat eksternal yang menyebabkan iritasi dan infeksi.
2. Penyebab zat internal (adanya penyebab meningkatnya asam lambung yang berlebihan).
2.2
Suspensi
2.2.1 Definisi
Suspensi adalah sediaan yang mengandung bahan obat padat dalam bentuk halus
dan tidak larut, terdispersi dalam cairan pembawa. Zat yang terdispersi harus halus dan
tidak boleh cepat mengendap, jika dikocok perlahan-lahan, endapan harus segera
terdispersi kembali. Dapat mengandung zat tambahan untuk menjamin stabilitas
suspensi. Kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok
dan mudah dituang. Penyimpanan dalam wadah tertutup baik dan ditempat sejuk.
Penandaan pada etiket harus juga tertera kocok dahulu. (FI edisi III).
Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan
terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat
dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan yang akan terdispersikan
sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan. Yang pertama berupa suspensi jadi,
sedangkan yang kedua berupa serbuk untuk suspensi yang harus disuspensikan lebih
dahulu sebelum digunakan. (Fornas Edisi 2).
Suspensi oral adalah sediaan cair yang menggunakan partikel-partikel padat
terdispersi dalam suatu pembawa cair dengan flavouring agent yang cocok yang
dimaksudkan untuk pemberian oral. Suspensi topical adalah sediaan cair yang
mengandung partikel-partikel padat yang terdispersi dalam suatu pembawa cair yang
dimaksudkan untuk pemakaian pada kulit. Suspensi otic adalah sediaan cair yang
mengandung partikel-partikel mikro untuk pemakaian di luar telinga. (USP XXVII,
2004).
2.2.2 Keuntungan Suspensi
a) Baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet/kapsul, terutama
b)
c)
d)
e)
anak-anak.
Homogenitas tinggi.
Bisa digunakan untuk partikel/bahan obat yang tidak larut.
Mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air.
Beberapa bahan obat tidak stabil jika tersedia dalam bentuk larutan dapat
a) Tidak praktis dibawa bila dibandingkan dalam bentuk sediaan lain, misalnya
puyer, tablet dan kapsul.
b) Keseragaman dan keakuratan dosis tidak dapat dibandingkan dengan sediaan
tablet.
c) Efektifitas formulasi sulit dicapai karena dalam pembuatannya lebih sulit
dibandingkan tablet.
d) Terjadinya sedimentasi zat atau bahan obat yang tidak terlarut.
e) Sediaan suspensi harus dikocok terlebih dahulu untuk memperoleh dosis yang
diinginkan.
f) Pada saat penyimpanan, kemungkinan terjadi perubahan sistem dispersi
(cacking, flokulasi-deflokulasi) terutama jika terjadi fluktuasi/perubahan
temperatur.
g) Ketepatan dosis lebih rendah daripada bentuk sediaan larutan.
h) Aliran menyebabkan sukar dituang.
i) Jika membentuk cacking akan sulit terdispersi kembali sehingga
homogenitasnya turun.
j) Kestabilan rendah akan terjadi pertumbuhan kristal (jika jenuh), degradasi dan
lain-lain.
2.3
Stabilitas Suspensi
Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara
memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari pertikel. Cara tersebut
merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi stabilitas suspensi, diantaranya adalah sebagai berikut :
2.3.1 Ukuran Partikel
Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta
daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan
perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antar luas penampang
dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran
partikel maka semakin kecil luas penampangnya (Lachman,2008).
2.3.2 Kekentalan / Viskositas
Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut,
makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Hal ini dapat
dibuktikan dengan hukum STOKES.
2.3.3 Jumlah Partikel/Konsentrasi
Apabila di dalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar, maka partikel
tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan
antara partikel tersebut (Lachman,2008). Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya
endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
2.3.4 Sifat/Muatan Partikel
Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran
bahan yang sifatnya tidak terlalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi
interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan
tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alami, maka kita tidak
dapat mempengruhi (Lachman,2008).
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer,
homogeniser, colloid mill dan mortar. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat
dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut ke dalam cairan tersebut.
Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai suspending agent (bahan
pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
2.4
18th
yang baik, yaitu partikel yang terdispersi harus memiliki ukuran yang sama dimana partikel
ini tidak mengendap dengan cepat dalam wadah, sedimen harus tidak membentuk endapan
yang keras atau endapan tersebut harus dapat terdispersi kembali dengan usaha yang
minimum dari pasien, serta produk harus mudah untuk dituang, memiliki rasa yang
menyenangkan dan tahan terhadap serangan mikroba. Menurut pdf. Liberman, suspensi yang
ideal atau suspensi yang diinginkan harusnya memiliki :
a) Idealnya bahan-bahan terdispersi harus tidak mengendap dengan cepat pada dasar
wadah. Bagaimanapun juga dikatakan termodinamika tidak stabil sebagai cenderung
mengendap. Oleh karena itu, seharusnya siap didispersikan kembali membentuk
campuran yang seragam dengan penggocokan sedang dan tidak membentuk cake.
b) Sifat fisika seperti ukuran partikel dan viskositasnya tetap harus tetap konstan
selama penyimpanan produk.
c) Viskositasnya memungkinkan untuk mudah mengalir dari wadah (mudah dituang).
Untuk penggunaan luar, produk harus cukup cair tersebar secara luas melalui daerah
yang diinginkan dan tidak boleh terlalu bergerak.
10 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d
d) Suspensi untuk pemakaian luar sebaiknya cepat kering dan memberi lapisan
pelindung yang elastis dan tidak cepat hilang.
e) Harus aman, efektif, stabil, elegan secara farmasetik selama penyimpanan.
f) Suspensi kembalinya harus menghasilkan campuran yang homogen dari partikel
obat yang sama yang dipindahkan secara berulang-ulang.
2.5
12 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d
2.5.2.3 Pemanis
Berfungsi untuk memperbaiki rasa dari sediaan. Masalah yang perlu
diperhatikan pada perbaikan rasa obat adalah usia dari pasien, dimana anak-anak
lebih suka sirup dengan rasa buah-buahan, orang dewasa lebih suka sirup dengan
rasa asam, orang tua lebih suka sirup dengan rasa agak pahit seperti kopi dan
sebagainya. Keadaan kesehatan pasien, penerimaan orang sakit tidak sama
dengan orang sehat. Rasa yang dapat diterima untuk jangka pendek mungkin saja
jadi tidak bisa diterima untuk pengobatan jangka panjang. Rasa obat bisa berubah
dengan waktu penyimpanan. Pada saat baru dibuat mungkin sediaan berasa
enak, akan tetapi sesudah penyimpanan dalam jangka waktu tertentu
kemungkinan dapat berubah. Selain halhal tersebut. yang harus diperhatikan
dari perbaikan rasa adalah zat pemanis yang dapat menaikkan kadar gula darah
ataupun yang memiliki nilai kalor tinggi, sehingga tidak dapat digunakan dalam
formulasi sediaan untuk pengobatan penderita diabetes. Catatan :
b) pemanis yang biasa digunakan : sorbitol, sukrosa 2025%;
c) sebagai kombinasi dengan pemanis sintetis : siklamat 0,5%, sakarin 0,05%;
d) kombinasi sorbitol : sirupus simplex=30% b/v, 10% b/v ad 2025% b/v total;
e) pH>5 dipakai sorbitol, karena sukrosa pada pH ini akan terurai dan
menyebabkan perubahan volum;
f) sukrosa dapat menyebabkan kristalisasi.
Bahan pemanis yang digunakan dalam formula suspensi sukralfat adalah sirupus
simplex.
Pembuatan : Larutkan 65 bagian sakarosa dalam larutan metil paraben 0.25%
b/v secukupnya hingga diperoleh 100 bagian sirop.
Pemerian : Cairan jernih, tidak beerwarna.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, ditempat sejuk.
(Farmakope Indonesia Edisi 3, Hal 567)
2.5.2.5 Pengawet
Pengawet sangat dianjurkan jika dalam sediaan mengandung bahan alam,
atau bila mengandung larutan gula encer (karena merupakan tempat tumbuh
mikroba). Selain itu, pengawet diperlukan juga bila sediaan dipergunakan untuk
pemakaian berulang (multiple dose).
diantaranya :
a) metil/propil paraben (2 : 1 ad 0,10,2 % total),
b) asam benzoat/Na-benzoat,
c) chlorbutanol/chlorekresol (untuk obat luar/mengiritasi),
d) senyawa
ammonium
(amonium
klorida
kuarterner) OTT
dengan
metilselulosa.
Bahan perasa yang digunakan dalam formula suspensi sukralfat adalah Propil
paraben 0.5%.
Nama lain : Nipagin
Pemerian : Serbuk hablur putih, tidak berbau, tidak berasa.
Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut dalam 3.5 bagian etanol (95%) P,
dalam 3 bagian aseton P, dalam 140 bagian gliserol P, dan dalam 40 bagian
minyak lemak, mudah larut dalam larutan alkali hidroksida.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
15 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d
2.5.2.6 Antioksidan
Antioksidan jarang digunakan pada sediaan suspensi, kecuali untuk zat
aktif yang mudah terurai karena teroksidasi. Antioksidan bekerja efektif pada
konsentrasi rendah. Cara kerjanya dengan memblokir reaksi oksidatif yang
berantai pada tahap awal dengan memberikan atom hidrogen. Hal ini akan
merusak radikal bebas dan mencegah terbentuknya peroksida. Hal yang perlu
diperhatikan dalam memilih antioksidan :
a) efektif dalam konsentrasi rendah,
b) tidak toksik, tidak merangsang dan tidak membentuk hasil antara (sediaan)
yang berbahaya,
c) segera larut atau terdispersi pada medium,
d) tidak menimbulkan warna, bau, dan rasa yang tidak dikehendaki,
e) dapat bercampur (compatible) dengan konstituen lain pada sediaan.
Beberapa antioksidan yang lazim digunakan adalah golongan kuinol
(contoh : hidrokuinon, tokoferol, hidroksikroman, hidroksi kumeran, BHA,
BHT), golongan katekhol (contoh : katekhol, pirogalol, NDGA, asam galat),
senyawa mengandung nitrogen (contoh : ester alkanolamin turunan amino dan
hidroksi dari p-fenilamin diamin, difenilamin, kasein, edestin), senyawa
mengandung belerang (contoh : sisteina hidroklorida) dan fenol monohidrat
(contoh : timol).
2.5.2.7 Pendapar
Berfungsi untuk mengatur pH, memperbesar potensial pengawet dan
meningkatkan kelarutan. Dapar yang dibuat harus mempunyai kapasitas yang
cukup untuk mempertahankan pH. Pemilihan pendapar yaitu dengan pendapar
yang pKa-nya berdekatan dengan pH yang diinginkan Pemilihan pendapar harus
mempertimbangkan inkompatibilitas dan toksisitas. Dapar yang biasa digunakan
antara lain dapar sitrat, dapar posfat, dapar asetat.
Tabel Dapar Farmasetik
Jenis Dapar
pKa
16 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d
Penggunaan
Dapar Fosfat
pKa1 = 2.15
pKa2 = 7.20
Dapar Sitrat
pKa1 = 3.128
pKa2 = 4.761
pKa3 = 7.20
Dapar asetat
pKa = 4,74
Dapar karbonat pKa1 = 6,34
pKa2 = 10,36
Dapar borat
pKa = 9,24
2.5.2.8 Acidifier
Berfungsi untuk mengatur pH, meningkatkan kestabilan suspense,
memperbesar potensial pengawet dan meningkatkan kelarutan. Acidifier yang
biasa digunakan pada suspensi adalah asam sitrat.
lain. Polimer hidrofilik yang berperan sebagai koloid hidrofil yang mencegah
caking dapat juga berfungsi untuk membentuk flok longgar (floculating agent).
Penggunaan tunggal surfaktan atau bersama koloid protektif dapat membentuk
suatu sistem flokulasi yang baik. Pada proses pembuatan perlu diperhatikan
bahwa pencampuran tidak boleh terlalu berlebihan karena dapat menghambat
pengikatan silang antara partikel dan menyebabkan adsoprsi polimer pada
permukaan satu partikel saja kemudian akan terbentuk sistem deflokulasi.
2.5.3.3 Clay
Clay pada konsentrasi sama dengan atau lebih besar dari 0.1% dilaporkan
dapat berperan sebagai floculating agent pada pembuatan obat yang
disuspensikan dalam sorbitol atau basis sirup. Bentonit digunakan sebagai
floculating agent pada pembuatan suspensi bismut subnitrat pada konsentrasi
1.7%.
2.5.3.4 Elektrolit
Penambahan elektrolit anorganik pada suspensi dapat menurunkan
potensial zeta partikel yang terdispersi dan menyebabkan flokulasi. Pernyataan
Schulzhardy menunjukkan bahwa kemampuan elektrolit untuk memflokulasi
partikel hidrofobik tergantung dari valensi counter ionnya. Meskipun lebih efektif
elektrolit dengan valensi tiga lebih jarang digunakan dari mono. Di-valensi
disebabkan adanya masalah toksisitas. Penambahan elektrolit berlebihan atau
muatan yang berlawanan dapat menimbulkan partikel memisah masing-masing
dan terbentuk sistem flokulasi dan menurunkan kebutuhan konsentrasi surfaktan.
Penambahan NaCl dapat meningkatkan flokulasi. Misalnya suspensi sulfamerazin
diflokulasi dengan natrium dodesil polioksi etilen sulfat, suspensi sulfaguanidin
dibasahi oleh surfaktan dan dibentuk sistem flokulasi oleh AlCl 3. Elektrolit
sebagai flokulating agent jarang digunakan di indusri.
2.6
18 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d
Metode Pembuatan
2.7.1 Metode Dispersi
Serbuk yang terbagi halus, didispersi didalam cairan pembawa. Umumnya
sebagai cairan pembawa adalah air. Dalam formulasi suspensi yang penting
adalah partikel partikel harus terdispersi betul di dalam air, mendispersi serbuk
yang tidak larut dalam air, kadang kadang sukar. Hal ini di sebabkan karena
adanya udara, lemak dan lain lain kontaminan pada permukaan serbuk .
2.7.2 Metode Presitipasi
Dengan pelarut organik dilakukan dengan zat yang tidak larut dalam
air,dilarutkan dulu dalam pelarut organik yang dapat dicampur dengan air, lalu
ditambahkan air suling dengan kondisi tertentu. Pelarut organik yang digunakan
adalah etanol, methanol, propilenglikol dan gliserin. Yang perlu diperhatikan
dengan metode ini adalah control ukuran partikel, yaitu terjadinya bentuk
polimorf atau hidrat dari kristal.
2.8
Evaluasi Suspensi
2.8.1
Evaluasi Fisika
a) Uji bau, warna dan rasa.
Pemeriksaan organoleptik yang dilakukan meliputi bau, warna dan rasa.
b) Distribusi ukuran partikel.
19 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d
akurat).
Jika sulit dilakukan atau membutuhkan waktu yang lama, homogenitas
20 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d
Bila F>1 terjadi Floc sangat longgar dan halus sehingga volume akhir lebih
besar dari volume awal. Maka perlu ditambahkan zat tambahan.
Formulasi suspensi lebih baik jika dihasilkan kurva garis yang horizontal atau
sedikit curam.
BAB III
METODOLOGI
3.1
Formula
23 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d
Nama
F1
Bahan
F2
F3
F4
Sukralfat 500
Sukralfat
Sukralfat
Sukralfat 500
500 mg
mg
Zat Aktif
Sukralfat 10 g
Antacid
Suspending
Gom xanthan
Xantan Gum
mg
Na CMC 5
5 gram
Avicel
agent
0.3%
4.0 g
Dimeticon Oil
mg
Sorbitol 35
1%
Gliserol
4.2 g
mg
Magnesium
10%
Wetting agent
Potassium
Pendapar
Citrate 4.0 g
F5
Formulasi
CMC Na 5 mg
Gliserin 30 mg
Magnesium
karbonat 15
karbonat 20 mg
mg
Sirup
Pemanis
Aspartame 1.5 g
Sakarin 1%
sorbitol
Sakarin 1%
10%
Perasa
Pewarna
Menthol 0.2 g
Peppermint
Menthol 2 mg
Peppermint
royal 2.0 g
Rose white 2.0
royal 20 mg
Rose white 20
g
Mixed colour
and pounceau
4R 0.03 g
Flocculating
Polisorbat 80
agent
0.5 g
Methyl
Chlorhexidum
Pengawet
3.2
0.03 gram
Nipagin P 0.05
gram
Nipagin M 0.1
Sodium metyl
Methyl
Methyl
paraben
Paraben 1 g
Sodium Propyl
paraben
Propil
paraben
Propil
0.01 mg/ml
Propil
Paraben 1%
paraben
paraben
paraben 0.1
gram
ad 100 ml
ad 5 ml
ad 100 ml
mg/ml
ad 5 ml
suspensi
suspensi
suspensi
suspensi
Methyl
paraben 0.01
mg/ml
Propil paraben
0.1 mg/ml
ad 5 ml
suspensi
Cara Pembuatan
Aquades yang akan digunakan sebagai fase pendispersi dididihkan, kemudian
didinginkan dalam keadaan tertutup.
Bahan aktif dan eksipien ditimbang.
Bahan pensuspensi yang akan digunakan (yang dalam formula adalah CMC Na)
dikembangkan dengan cara dibuat dispersi stok hidrokoloid dengan menaburkan
serbuk CMC Na secara perlahan-lahan dan sedikit demi sedikit ke dalam mortir
24 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d
yang telah diisi air panas. Setelah semua serbuk CMC Na terbasahi, lalu aduk
dengan cepat.
Pemanis yang digunakansakarin 0.05%.
Jika digunakan pembasah, maka bahan aktif dihaluskan dengan penambahan sedikit
demi sedikit pembasah sampai homogen dalam mortir dan pindahkan.
Agen pensuspensi yang telah dikembangkan, ditimbang sesuai dengan jumlah yang
tertera dalam formula kemudian ditambahkan ke dalam bahan aktif yang telah
dibasahi kemudian diaduk sampai homogen.
Masukkan eksipien lain (pendapar, pengawet, antioksidan, dan lainlain yang telah
dilarutkan dalam beberapa bagian air sesuai dengan kelarutannya ke dalam
campuran tersebut diatas, sambil terus diaduk sampai homogen.
Setelah itu, pemaniss, pewarna, flavour ditambahkan dan adkan dengan air (untuk
eksipien berupa bahan pewarna dan flavour dibuat larutan stok terlebih dahulu
sebelum ditambahkan pada campuran bahan).
Suspensi dimasukkan ke dalam botol yang telah dicuci, dikeringkan dan ditara 100
ml.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Formula
Formula I didapat dari jurnal yang membahas mengenai stabilitas suspensi dalam
beberapa suspending agent. Suspending agent yang digunakan pada jurnal adalah
hidroksietilselulosa, gom xanthan dan karboksimetilselulosa. Dan dari hasil yang didapat,
25 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d
meskipun pada jurnal tidak dituliskan secara pasti zat-zat tambahan lain dalam suspensi,
tetapi diperoleh hasil yang membuktikan bahwa gom xanthan dalam jumlah 0,3% memiliki
viskositas tertinggi dari suspending agent yang lain dalam bahan aktif sukralfat. Hal ini juga
membuktikan bahwa stabilitas sukralfat dalam gom xanthan adalah yang terbaik dari agen
pensuspensi lain yang digunakan dalam penelitian.
Formula 2 didapat dari jurnal yang membuat percobaan formulasi suspensi antasid
tanpa basis sorbitol untuk mencapai stabilitas dengan menggunakan gom xanthan dan
alginate pada berbagai konsentrasi. Seperti halnya pada sukralfat, penggunaan gom xanthan
sebanyak 0.4% dengan bahan aktif antasid untuk membentuk suspensi juga memberikan hasil
yang optimal dalam setiap aspek parameter evaluasi dan kriteria stabilitas dibandingkan
formulasi yang lain.
Formula 3 didapat dari jurnal yang membahas mengenai karakteristik agen pensuspensi
dalam meningkatkan suspendabilitas sediaan suspensi sukralfat. Pada jurnal ini formula
dituliskan lebih jelas daripada jurnal sebelumnya. Disini, gom xanthan sebagai suspending
agent yang telah dinyatakan memiliki kemampuan dalam menjaga kekentalan suspensi
terbaik pada percobaan sebelumnya, dibandingkan kembali dengan bahan suspending agent
yang lain, seperti CMC Na dan karboksimetilselulosa. Hasil yang didapat CMC Na memiliki
kemampuan untuk mengentalkan atau sebagai pengental terbaik dalam suspensi.
Formula 4 diperoleh dari jurnal yang memformulasikan sukralfat dengan beberapa agen
pensuspensi, seperti hidroksipropil metilselulosa K4M, metil selulosa 4000, Carbopol 934
dan mikrokristalin selulosa Avicel RC 591. Formulasi terbaik diperoleh dengan
memformulasikan 1% Avicel + 10% gliserol+ 10% sirup sorbitol dalam 100 ml suspensi
sukralfat. Dari formula tersebut diperoleh suspensi yang cepat mencapai homogenitas, mudah
terdispersi kembali apabila terjadi sedimentasi dan tahan dalam penyimpanan selama 6 bulan.
Pada formula 5 diperoleh dari jurnal yang membahas mengenai kemampuan tertinggi
dari metil paraben dan propil paraben yang dapat digunakan sebagai pengawet pada suspensi
sukralfat. Dan hasil yang diperoleh dari percobaan tersebut adalah jumlah terbaik yang dapat
digunakan sebagai pengawet untuk metil paraben sebanyak 0.01 mg/ml dan propil paraben
0.1 mg/ml. Dimana bahan pengawet ini dipilih untuk diuji karena memiliki spektrum
antimikroba yang luas dengan stabilitas yang baik, sehingga paling sering digunakan dalam
mengontrol pertumbuhan bakteri. Metil paraben dan propil paraben digunakan bersama-sama
agar menghasilkan aktivitas yang sinergis.
Formula 6 merupakan formula yang penulis rancang sebagai hasil perbandingan
beberapa formula yang diperoleh dari jurnal. Pada formula ini zat aktif sukralfat akan dibuat
26 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d
suspensi sebanyak 5 ml. Suspending agent yang digunakan adalah CMC Na karena memiliki
kemampuan mengentalkan atau sebagai zat pengental terbaik, sehingga mampu memberikan
nilai yang tinggi terhadap stabilitas suspensi. Sedangkan, pendapar yang digunakan dipilih
magnesium karbonat daripada dapar sitrat karena kemampuan untuk menetralisir asam dari
magnesium karbonat sangat baik. Umumnya pada penderita penyakit maag lambung teriritasi
akibat adanya produksi asam lambung tanpa disertai keberadaan makanan dalam lambung.
Hal ini membuat asam lambung jadi mengiritasi dinding lambung dan menimbulkan luka
pada lambung. Oleh karena itu, sebaiknya sediaan obat lambung tidak bersifat asam.
Pengawet yang digunakan adalah metil paraben dan propil paraben dengan jumlah yang
sesuai dari hasil formula ke-5.
BAB V
PENUTUP
5.1
Kesimpulan
Suspensi sukralfat terbaik diperoleh dengan menggunakan agen pensuspensi berupa
CMC Na dan pendapar magnesium karbonat yang memiliki kemampuan mengikat asam
terbaik, serta pengawet propil paraben yang sesuai sebagai antimikroba berspektrum luas.
27 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d
5.2 Saran
Dalam membuat formulasi suspensi sukralfat sebaiknya dipilih agen pensuspensi yang
mampu memberikan stabilitas terbaik pada sediaan, pendapar yang mengikat asam dengan
baik dan perasa yang disesuaikan. Sehingga diharapkan sediaan yang terbentuk akan cukup
stabil dan tidak bersifat asam, terkait dengan fungsinya sebagai obat maag.
PERTANYAAN
1. Yeyen
Alasan pemakaian CMC Na dibandingkan Avicel 1%?
Jawab : CMC Na digunakan untuk suspending agent dalam sediaan cair (pelarut air) yang
ditujukan untuk pemakaian eksternal, oral atau parenteral. Juga dapat digunakan untuk
penstabil emulsi dan untuk melarutkan endapan yang terbentuk bila tinctur yang mengandung
resin ditambahkan ke dalam air. Untuk tujuan tersebut 0,25%1% atau 0,5%2% CMC Na
dengan derajat viskositas medium umumnya mencukupi. CMC Na juga memiliki kemampuan
28 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d
mengentalkan atau sebagai zat pengental terbaik, serta memberikan nilai yang tinggi terhadap
stabilitas suspensi.
2. Rio
Mengapa menggunakan metilparaben dan propylparaben sebagai pengawet?
Jawab : Metil dan propil paraben dapat digunakan sebagai pengawet karena spectrum
antimikroba yang luas dengan stabilitas yang baik. Metil paraben dan propil paraben
digunakan bersama-sama agar menghasilkan aktivitas yang sinergis.
3. Dian
Kenapa menggunakan peppermint royal dan menthol sebagai bahan perisa, apakah
tidak berpengaruh dilambung?
Jawab : Menthol
Pemerian : Hablur berbentuk jarum atau prisma; tidak berwarna; bau tajam seperti
minyak permen; rasa panas dan aromatic diikuti rasa dingin.
Penggunaan menthol disini untuk menimbulkan rasa dingin pada lambung, dan
menimbulkan aroma menthol, sehingga mengurangi rasa mual pada saat
mengkosumsi obat maag.
DAFTAR PUSTAKA
1. Malau, F.B., dkk. Pemeriksaan Mutu Tablet Kunyah Antasida yang Mengandung
Famotidin yang Beredar di Apotek Kota Medan. repository.usu.ac.id.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III .
Jakarta: Depkes RI.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional Edisi 2.
Jakarta : Depkes RI.
4. USP 27NF 22. 2004. United States Pharmacopeia and The National Formulary.
Rockville (MD) : The United States Pharmacopeial Convention.
5. Leon Lachman. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi 2. Jakarta : Universitas
Indonesia.
29 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d
Journal
of
Pharmaceutical
Sciences
1994.
Vol
35.
http://cabdirect.org/abstracts/19960310659.html.
Kamble, R.M, dkk. 2010. Simultaneous Determination of Preservatives (Methyl Paraben
and Propyl Paraben) in
30 | S e d i a a n S e m i S o l i d d a n L i q u i d