B. Etiologi
Etiologi Diabetes Melitus dibagi 2, yaitu:
1. Etiologi diabetes mellitus Tipe I
Pada diabetes mellitus tipe I terdapat bukti adanya suatu respons
autoimun. Respon ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut
yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Otoanti body terdapat
sel-sel pulau longerhans dan insulin endogen (internal) terdeteksi pada saat
diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum timbulnya tanda-tanda
klinis tipe I (Bruner and Suddarth, 2001). Secara garis besar etiologi DM tipe
1 adalah :
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA
2) Faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing,
yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen
3) Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
Penyelidikan masih dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan faktorfaktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, virus,
atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan
destruksi sel beta.
2. Etiologi diabetes mellitus tipe II
Faktor-faktor yang menyebabkan diabetes mellitus tipe II antara lain:
a. Faktor-faktor genetik
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya
resistensi insulin.
b. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun.
2
c. Obesitas
d. Riwayat keluarga
e. Kelompok etnik
Di Amerika Serikat, golongan hipsonik serta penduduk asli Amerika
tertentu memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes
mellitus tipe II dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika.
C. Epidemiologi
Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita DM dan
pada tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang merupakan 6% dari
populasi dewasa. Amerika Serikat jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun
1980 mencapai 5,8 juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 13,8 juta
orang.
diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Dengan
prevalensi 8,4% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun 1995 terdapat 4,5
juta pengidap diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat menjadi 12,4
juta penderita.
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi
Diabetes Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil
Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi
penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah
perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan, DM
menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan
pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%.
Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia >= 15 tahun sebesar
10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi
nasional obesitas sentral pada penduduk Usia >= 15 tahun sebesar 18,8 % dan
sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi
TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia >15 tahun di perkotaan
adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi
nasional. Prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan prevalensi
kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula
3
bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7%
dan prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%
WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan
secara terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan
lintas sektor termasuk swasta. Dengan demikian pengembangan kemitraan
dengan berbagai unsur di masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan DM di
setiap wilayah merupakan kegiatan yang penting dilakukan. Oleh karena itu,
pemahaman faktor risiko DM sangat penting diketahui, dimengerti dan dapat
dikendalikan oleh para pemegang program, pendidik, edukator maupun kader
kesehatan di masyarakat sekitarnya.
Tabel Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus Di Beberapa Negara Tahun 2010 dan
2030
NO
Rangking Negara
Orang Dengan
Rangking Negara
1
2
Tahun 2010
India
Cina
DM (Juta)
31,7
20,8
Tahun 2030
India
Cina
DM (Juta)
79,4
42,3
Amerika Serikat
17,7
Amerika Serikat
30,3
4
5
Indonesia
Jepang
8,4
6,8
Indonesia
Pakistan
21,3
13,9
6
7
Pakistan
Federasi Rusia
5,2
4,6
Brazil
Banglades
11,3
11,1
8
9
10
Brazil
Italia
Banglades
4,6
4,3
3,2
Jepang
Filipina
Mesir
8,9
7,8
6,7
Kurang taat
thd diet
Orang Dengan
Resistensi
insulin
DM Tipe II
Kurang
Informasi
PK Hipoglikemia
Kurang pengetahuan
Thd penyakit DM
makrovas
Komplikasi
vaskuler
PK Gangren
Nefropati
PK
GGK
Retinopati
Ggn
persepsi
sensori
Mikrovas
Neoropati
Parastesia, sesibilitas
nyeri, suhu menurun
Penyakit
Autoimun
(genetik)
Penyakit
Autoimun
Insufisiensi
insulin
(Genetik)
Glukosa
intrasel
DM
Tipe I
Pembentukan
ATP
Lemah
terganggu
Intoleransi
aktivitas
PK Ketoasidosis diabetik
BK
Glukoneogenesis
Hiperglikemia
Keseimbangan
kalori (-)
Risko
infeksi
BB menurun
Glukosuria
Hiperosmolalitas darah
Diuresis osmotik
Gangguan
pola tidur
Polifagi
poliuria
Ketidakseimbangan
nutrisi > Kebutuhan
Dehidrasi
polidipsi
Haus
Risk kekurangan
vol cairan
PENJELASAN
Diabetes Tipe I. Pada diabetes tipe ini terdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hipereglikemia-puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak
terukur oleh hati. Disamping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat
5
disimpan dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan
hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat
menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa
tersebut muncul dalam urine (Glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan
diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan
elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai
akibat dari kehilangan cairan yang berlebihan, pasien akan mengalami
peningkatan dalam berkemih (Poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang
menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan
selera makan (Polifagia) akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya
mencakup kelelahan dan kelemahan.
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan
glukosa yang disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari
asam-asam amino serta substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin,
proses ini akan terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut turun menimbulkan
hiperglikemia.
Disamping
itu
akan
terjadi
pemecahan
lemak
yang
yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang
normal atau sedikit meningkat. Namun demikian jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe II.
E. Gejala klinis
Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak
dirasakan dan tidak disadari oleh penderita. Gejala klasik diabetes adalah rasa
haus yang berlebihan, sering kencing terutama malam hari dan berat badan yang
turun dengan cepat. Disamping itu kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan
pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-gatal, penglihatan jadi kabur, gairah
seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu sering melahirkan bayi diatas
4 kg. Kadang-kadang ada pasien yang pasien sendiri tidak merasakan adanya
keluhan, Mereka mengetahui adanya diabetes hanya karena pada saat check up
ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi.
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah:
1. Keluhan klinik
a. Penurunan Berat Badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif singkat
harus menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan
penurunan prestasi disekolah dan lapangan olah raga juga mencolok. Hal
ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel,
sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga.
b.
Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan
banyak kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan
sangat menggangu penderita, terutama pada waktu malam hari.
c.
Banyak minum
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan
yang keluar melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahartikan.
Dikiranya sebab rasa haus ialah udara yang panas atau beban kerja yang
berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.
d.
Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah di motabolisasikan menjadi
glukosa dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita
selalu merasa lapar.
e.
Keluhan lain
1) Gangguan saraf tepi/kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di
waktu malam, sehingga mengganggu tidur.
2) Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan
penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya
berulang kali agar ia tetap dapat melihat dengan baik.
3) Gatal/bisul
Kelainan bisul berupa gatal, biasanya terjadi didaerah kemaluan atau
daerah lipatan kulit seperti ketika dan dibawah payudara. Sering pula
dikeluhkan timbulnya bisul dan luka lecet karena sepatu atau tertusuk
peniti.
4) Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak
secara terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan
budaya masyarakat yang masih merasa tabu membicarakan maslah
seks, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan seseorang.
5) Keputihan
Pada wanita keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering
ditemukan dan kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang
dirasakan.
F. Pemeriksaan Penunjang
1). Cara pemeriksaan TTGO : (Arif Mansjoer, 2001 : 581)
fluktuasi
kadar
glukosa
darah
setiap
harinya
dengan
b.
c.
Insulin
kerja
menengah
e.
Insulin
campuran
tetap
(premixed insulin)
Efek samping terapi insulin
1.
2.
permukaan kulit.
2.
3.
11
4.
5.
2.
3.
4.
5.
6.
Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan
status
kesehatan
mengidentifikasikan,
dan
pola
pertahanan
penderita
fisik, pemerikasaan
Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register,
tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang
menurun, adanya luka yang tidak sembuh sembuh dan berbau,
adanya nyeri pada luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka
serta
upaya
yang
telah
dilakukan
oleh
penderita
untuk
mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit
pankreas.
arterosklerosis, tindakan medis yang pernah di dapat maupun obatobatan yang biasa digunakan oleh penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
13
penurunan
sensoris,
parasthesia,
anastesia,
letargi,
14
3) Pola eliminasi
Kaji frekuensi, karakteristik, kesulitan/ masalah dan juga
pemakaian alat bantu seperti folley kateter, ukur juga intake dan
output setiap shift, adanya poliuria dan polidipsi.
Proses eliminasi, kaji terhadap frekuensi, karakteristik, kesulitan /
masalah defekasi dan juga pemakaian alat bantu/ intervensi dalam
BAB.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau keadaan
sekarang. Tanyakan kepada klien adanya keluhan kelelahan, letih,
takikardia, takipnea pada keadaan isitirahat atau aktivitas. Pada
kasus DM mengeluh mudah lelah, letih.
5) Pola tidur dan istirahat
Pada pasien DM, sering terbangun dan tidak bisa tidur karena oleh
poliuria.
6) Pola persepsi kognitif
Apabila sudah terjadi komplikasi adanya gangguan penglihatan.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Kaji tingkah laku mengenai dirinya apakah klien pernah
mengalami putus asa/frustasi/stress/ dan bagaimana menurut klien
mengenai dirinya.
8) Pola peran hubungan dengan sesama
Apakah peran klien di masyarakat
1)
Pemeriksaan diagnostic:
a) Glukosa darah sewaktu: 200mg/dl bila disertai gejala
klasik.
b) Glukosa darah puasa : 126 mg/dl
c) Test toleransi glukosa: kadar glukosa darah 2jam pada
TTGO: 200 mg/dl
d) Aseton plasma (keton): positif secara mencolok
e) Asam lemak bebas kadar lipid dan kolesterol meningkat
f) Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari
330mOsm/L
g) Elektrolit:
Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan
seluler), selanjutnya akan menurun.
Fosfor : lebih sering menurun
h) Hemoglobin glikosilat: kadarnya meningkat 2-4 kali lipat
dari normal yang mencerminkan control DM yang kurang
selama 4 bulan terahir (lama hidup SDM) dan karenanya
sangat bermanfaat dalam membedakan DKA dengan
control tidak adekuat versus DKA yang berhubungan
2)
dengan insiden.
Pemeriksaan mikroalbumin
a) Mendeteksi komplikasi pada ginjal dan kardiovaskuler
b) Nefropati diabetik
Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh
penyakit
diabetes
adalah
terjadinya
nefropatic
dengan
kerusakan
16
Gangguan
pada
glumerolus
ginjal
dapat
urine.
Adanya albumin dalam urin (albuminoria) merupakan
glukosa
dengan
hemoglobin
(glycohemoglobin)
Jumlah A1C yang terbentuk , tergantung pada kadar
glukosa darah
Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan
c)
d)
pemeriksaan.
Manfaat pemeriksaan A1C
Menilai kualitas pengendalian DM
Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12
minggu dijalankan
Tujuan pemeriksaan A1C
Mencegah terjadinya komplikasi kronik diabetes
karena:
A1C da[at memperkirakan resiko berkembangnya
komplikasi diabetes
17
jika kadar
panjang
Kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka panjang
(2-3 bulan) dapat diperkirakan dengan pemeriksaan
e)
A1C.
Jadwal pemeriksaan A1C:
Untuk evaluasi awal
setelah
diagnosis
DM
ditepastikan
Secara peridodik (sebagai bagian dari peneglolaan
DM) yaitu: setiap 3 bulan (terutama bila sasaran
pengobatan belum tercapai), minimal 2 kali dalam
setahun.
B. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
2. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat,
kesalahan interpretasi informasi.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan kondisi
metabolik
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
6. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
asupan berlebih/polifagia.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
8. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
18
C. Perencanaan
Merupakan petunjuk tertulis yang disusun dengan komponennya yaitu
nomor, hari, tanggal, jam, nomor diagnosa keperawatan, rencana tindakan serta
rasional dalam satu tabel.
Perencanaan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus (DM)
No
Hari/
Dx Kep
tgl/
Rencana Keperawatan
Rasional
hasil
waktu
1
Kekurangan
Setelah
volume
diberikan
cairan tubuh
asuhan
berhubunga
n
dengan
1. Hypovolemia
dimanifestasikan oleh
hipotensi
keperawatan
1.
jam
osmotik.
diharapkan
Kaji
perifer,
selama ..x24
diuresis
dapat
2.
pasien dapat
nadi
pengisian
1.
takikardia.
Merupakan
membran mukosa.
Pantau
dehidrasi,
rasikan
atau
Mendemonst
dan
adekuat.
2.
Memberika
n perkiraan kebutuhan
hidrasi
adekuat
fungsi
dengan
3.
kriteria
hasil : tanda
Timbang berat
badan setiap hari
ginjal,
dan
vital
stabil,
nadi
perifer
yang
terbaik
dari
dapat diraba,
status
cairan
yang
turgor
sedang
kulit
dan pengisian 4.
Berikan terapi
kapiler baik,
cairan sesuai indikasi
haluaran
19
hasil
pengkajian
berlangsung
cairan
urine
tepat
4.
secara
Tipe
jumlah
individu, dan
dan
dari
cairan
tergantung
kadar
derajat
elektrolit
dalam
cairan
batas
pada
kekurangan
dan
respons
pasien
normal.
secara
individual.
2
Perubahan
Setelah
status
asuhan keperawatan
kekurangan
dan
nutrisi
selama
penyimpangan
dari
makanan
dapat
kebutuhan terapeutik.
2. Mengkaji pemasukan
..x24
jam
pasien
kebutuhan
dapat
tubuh
berhubunga
p-an insulin,
penurunan
masukan
ketidakcuku
oral
memperoleh
yang
makanan
yang
adekuat
(termasuk
absorbsi
dan
utilisasinya).
3. Jika makanan yang
Mencerna
jumlah
3. Identifikasi
kalori/nutrien
yang
tepat,Menunj
ukkan tingkat
makanan
yang
dimasukkan
disukai/dikehendaki
perencanaan makan,
termasuk
kebutuhan
etnik/kultural.
energi
diupayakan
dalam
setelah
pulang.
4. Meningkatkan
biasanya,
Berat badan
stabil
1. Mengidentifikasi
atau
bertambah.
keterlibatannya;
memberikan
informasi
pada
keluarga
untuk
memahami
nutrisi
pasien.
5. Insulin
5. Kolaborasi
pemberikan
rasa
memiliki
reguler
awitan
pengobatan
insulin
dengan
secara
sesuai
dapat
teratur
indikasi.
cepat
pula
membantu
memindahkan
glukosa ke dalam sel.
Kurang
Setelah
pengetahua
asuhan keperawatan
diberikan 1. Ciptakan
tentang selama
..x24
penyakit,
diharapkan
prognosis
dapat
dan
tentang
kebutuhan
yang
pengobatan
dengan
berhubunga
hasil
lingkungan 1. Menanggapai
saling percaya
dan
memperhatikan perlu
jam
pasien
memahami
diciptakan
sebelum
pasien
bersedia
mengambil
bagian
penyakit
dengan :Mengungkapkan
pertimbangan
kurangnya
pemahaman tentang
pemajanan/
penyakit,
mengingat,
Mengidentifikasi
rencana
kesalahan
hubungan
penggunaan
interpretasi
tanda/gejala dengan
tinggi serat.
informasi.
3. Diskusikan
tentang
diet,
makanan
dalam
kontrol
dalam
merencanakan
menghubungkan
makan/mentaati
program.
pentingnya 4. Membantu
untuk
melakukan
mengontrol
proses
evaluasi secara teratur
penyakit dengan lebih
dan
pasien/orang terdekat.
rasional tindakan.
4
Kerusakan
integritas
kulit
NOC:
Tissue
skin
ketat.
NIC:Pressure Manajemen
Integrity
dan
mucous
21
terjadinya
berhubunga
membranes
kriteria hasil :
n
dengan
1. Integritas
kulit
perubahan
yang baik bisa
kondisi
dipertahankan
metabolik
2. Tidak ada luka /
lesi pada kulit
3. Perfusi jaringan
baik
4. Menunjukan
proses
perbaikan
dan
longgar
dengan kulit
b. Hindari kerutas pada b. Mencegah terjadinya
tempat tidur
kering
pemahaman
dalam
menggunakan pakaian
kulit
d. Mobilisasi
pasien
(mengubah
posisi)
berulang
5. Mampu
mencegah
terjadinya cedera
d. Mencegah terjadinya
mobilisasi pasien
pasien
melindungi kulit
dan
untuk
perencanaan
dan
seleanjutnya
mempertahankan
kelembaban kulit
dan
5
Intoleransi
aktifitas
berhubunga
n
dengan
kelemahan
perawatan
alami
NOC :
energy
conservation
activity
tolerance
self care
NIC :
1. Bantu
untuk 1. Mengetahui
mengidentifikasi
aktivitas
yang
dilakukan
2. Bantu untuk
tingkat
kemampuan aktifitas
akan
pasien
memilih
Kriteria
hasil :
klien
kemampuan
Berpartisipasi
fisik,
dan mandiri
tekanan darah
Mampu
melakukan
aktivitas seharihari
(ADL)
pasien
untuk
4. Membantu
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
kesembuhan pasien
secara mandiri
Perubahan
Setelah
nutrisi lebih
diberikan
mengikuti
dari
asuhan
kebutuhan
keperawatan
tubuh
selama 3 x 24
berhubunga
jam,
diharapkan
dengan
Anjurkan
berlebih/pol
seimbang
ifagia.
dengan
jadwal
makan
terjadi
Menghindari
kemungkinan
terjadinya
status
nutrisi
pemberian
diet
memeriksa
habis
gejala
1 Pantau
nutrisi
hiperglikemia
dan ketoasidosis.
menurunkan
pasien DM
yang terkontrol
dengan
tidak
hipoglikemia.
melalui
porsi
Teridentifikasinya
berhubunga
Pantau
Perbaiki
Status
infeksi
diet
Hasil:
Nutritional
Resiko
jadwal
Untuk
Kriteria
pasien.
nutrisi pasien
kebutuhan
pasien
hipoglikemia.
asupan
makan
mempercepat
asupan
nutrisi
darah.
mempercepat
kesembuhan pasien
Setelah
diberikan
asuhan
keperawatan
selama ..x24
jam
23
1. Observasi
tanda-tanda 1. Pasien
mungkin
hyperglikemia.
diharapkan
ketoasidosis
atau
pasien dapat
dapat
mengalami
mencegah
atau
infeksi nosokomial.
menurunkan
risiko infeksi
2. Mencegah timbulnya
dengan
2. Tingkatkan upaya untuk
kriteria hasil:
infeksi silang.
pencegahan
dengan
Mendemonst
rasikan
melakukan cuci tangan
teknik,
yang baik pada semua
perubahan
gaya hidup
orang yang berhubungan
untuk
dengan pasien termasuk
mencegah
terjadinya
pasiennya sendiri.
infeksi.
3. Pertahankan
tinggi
dalam
darah
invasif.
bagi
pertumbuhan kuman.
4. Sirkulasi perifer bisa
4. Berikan perawatan kulit
dengan
teratur
dan
sungguh-sungguh.
terganggu
yang
menempatkan pasien
pada
peningkatan
resiko
terjadinya
kerusakan
pada
perubahan
Resiko
tinggi
Setelah
diberikan
asuhan
memventilasi
daerah
dalam
semua
paru
dan
memobilisasi sekret.
24
membandingkan
terhadap
perubahan
persepsi
sensori
berhubunga
n
dengan
ketidakseim
bangan
glukosa/ins
ulin
dan
atau
elektrolit.
keperawatan
temuan abnormal
selama ..x24
2. kebingungan
dan
2. Panggil pasien dengan
jam
membantu
untuk
diharapkan
nama,
orientasikan
pasien dapat
mempertahankan
kembali sesuai dengan
mempertahan
kontak
dengan
kan tingkat
kebutuhannya.
mental biasa
realitas.
dengan
3. Membantu
kriteria hasil
memelihara
pasien
pasien dapat 3. Pelihara aktivitas rutin
mengendalik
tetap
berhubungan
pasien
sekonsisten
an dan
dengan realitas dan
mengkompen
mungkin, dorong untuk
sasikan
mempertahankan
melakukan
kegiatan
adanya
orientasi
pada
kerusakan
sehari-hari
sesuai
sensoris
lingkungannya.
kemampuannya.
4. Neuropati
perifer
dapat mengakibatkan
4. Selidiki adanya keluhan
parestesia,
nyeri
atau
rasa
tidak
nyaman
yang
berat,
kehilangan
sensasi
sentuhan/distorsi yang
mempunyai
tinggi
resiko
terhadap
25
DAFTAR PUSTAKA.
Brunner & Suddart.2013.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. EGC:
Jakarta.
Carpenito,Lynda Jual.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13. Jakarta :
EGC
Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.
Nurarif, Amin Huda & Kusumna, Hardi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda Nic Noc. Yogyakarta: MedAction.
Price & Wilson.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Jakarta: EGC.
Sujono & Sukarmin.2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin & Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
26
Mengetahui
Pembimbing Praktik
Mahasiswa
NIP.
)
NIM.
Mengetahui
Pembimbing Akademik
NIP.
27