Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN CA SERVIKS

OLEH :
NI PUTU ARI FEBRIANTARI
PO7120012113
3.3 REGULER

POLTEKKES KEMENKES DENPASAR


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2014

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN


KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN CA SERVIKS
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. DEFINISI
Menurut Faradina (2006) kanker serviks adalah penyakit keganasan primer pada
serviks uterus. Dimana serviks adalah bagian dari uterus yang bentuknya silindris,
diproyeksikan ke dinding vagina anterior bagian atas dan berhubungan dengan vagina
melalui sebuah saluran yg dibatasi ostium uterus eksternum & internum. Kanker
serviks dapat berasal dari permukaan oktoserviks atau endoserviks.
Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dari sel-sel serviks, kanker serviks
dapat berasal dari sel-sel di leher rahim tetapi dapat pula tumbuh dari sel-sel mulut
rahim atau keduanya (Andrijono, 2010).
Menurut Rasjidi (2010) Kanker serviks adalah salah satu jenis keganasan atau
neoplasma yang lokasinya terletak di daerah serviks, daerah leher rahim atau mulut
rahim.
Karsinoma serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Karsinoma
serviks merupakan karsinoma yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan
atau porsio). Serviks adalah bagian ujung depan rahim yang menjulur ke vagina
(Cunningham, 2010).
Menurut Samadi (2011) Kanker serviks adalah kanker yang tumbuh dan
berkembang pada serviks atau mulut rahim, khususnya berasal dari lapisan epitel atau
lapisan terluar permukaan serviks.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kaker serviks merupakan tumbuhnya
sel-sel yang abnormal pada lapisan epitel serviks.
2. TANDA DAN GEJALA
Menurut Sarwono (2009) tanda dan gejala kankr serviks adalah sebagai berikut :
a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis jaringan
b. Pendarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%)
c. Pendarahan yang terjadi diluar senggama
d. Pendarahan spontan saat defekasi
e. Pendarahan spontan pervaginam, bau busuk khas
f. Anemia akbiat pendarahan berulang
g. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf
h. Cepat lelah, kehilangan berat badan
i. Serviks cepat membesar, teraba lunak

j. Lesi pada porsio atau sudah sampai vagina


3. ETIOLOGI
Penyebab utama kanker serviks adalah virus HPV (human papilloma virus).
Penyebaran virus ini terutama melalui hubungan seksual. Dari banyak tipe HPV, tipe
16 & 18 mempunyai peranan yg penting melalui sekuensi gen Onkoprotein dari E6
akan meningkat & menjadikan gen penekan tumor (p53) menjadi tidak aktif,
sedangkan onkoprotein E7 akan berkaitan & menjadikan produk gen retinoblastoma
(pRb) menjadi tidak aktif.
Ada beberapa faktor resiko untuk terjadinya kanker serviks yaitu:
Faktor Demografi
a. Ras di Amerika Serikat insiden kanker serviks paling banyak dijumpai pada
wanita Amerika Latin, Amerika Afrika, & penduduk asli
b. Status ekonomi rendah prevalensi kanker serviks lebih tinggi pada wanita
sosio-ekonomi rendah
c. Usia kanker serviks lebih banyak dijumpai pada wanita usia tua
Faktor kebiasaan
a. Jarang atau tidak pernah pap smear
b. Koitus usia dini jika pertama kali koitus <18 tahun, resiko relative menjadi
kanker serviks adalah 1,6
c. Pasangan seksual >1 wanita dengan riwayat >6 pasangan seksual memiliki
resiko relative kanker serviks sebanyak 2,2 x dan pasangan laki-laki memiliki
pasangan seksual >1
d. Merokok merokok meningkatkan resiko relative menjadi kanker serviks
sebanyak 1,7x
e. Malnutrisi
Faktor medis:
a. Paritas insiden kanker serviks lebih banyak dijumpai pada wanita multipara
(RR= 1,5-5,0)
b. Imunosupresi
4. KLASIFIKASI
Menurut Cunningham (2010), Stadium klinik yang sering digunakan adalah
klasifikasi yang dianjurkan oleh Federation International of Gynecology and
Obtetricts (FIGO), yaitu sebagai berikut :

Stadium FIGO
I

Keterangan
Kanker serviks terbatas di serviks (penyebaran ke corpus uteri

IA

diabaikan)
Kanker invasive didiagnosa hanya dengan mikroskopis. Semua lesi
yg dapat terlihat dengan mikroskop meskipun dengan invasi

IA1

superficial adalah stadium IB/T1B


Invasi stroma dengan kedalaman tidak lebih dari 3 mm atau dengan

IA2

penyebaran horizontal 7 mm atau kurang


Invasi stroma dengan kedalaman >3 mm dan <5 mm dengan

IB

penyebaran horizontal 7 mm atau kurang


Lesi yg dapat dilihat secara klinis dikhususkan di serviks atau lesi

IB2

mikroskopik lebih besar dari IA2


Lesi yg dapat dilihat secara klinis >4 cm pada dimensi yg paling

II

besar
Telah melibatkan vagina, tetapi belum sampai 1/3 bawah atau

IIA
IIA1
IIA2
IIB
III

infiltrasi ke parametrium belum mencapai dinding panggul


Besar tumor mempunyai prognosis yg sama dengan stadium IB
Besar tumor 4 cm dengan keterlibatan vagina <2/3 atas
Besar tumor >4 cm dengan keterlibatan vagina <2/3 atas
Dengan invasi parametrium
Tumor meluas ke dinding pelvis dan/atau melibatkan 1/3 bawah

IIIA

vagina dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau afungsi ginjal


Tumor melibatkan 1/3 bawah vagina & infiltrasi parametrium, tidak

IIIB

terdapat perluasan ke dinding pelvis


Tumor meluas ke dinding pelvis

IVA

hidronefrosis atau afungsi ginjal


Tumor menginvasi mukosa kandung kencing atau rectum dan/atau

IVB

meluas ke pelvis
Metastasis jauh

dan/atau

menyebabkan

5. PATOFISIOLOGI
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks;
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian ini disebut proses metaplasia dan terjadi
akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Akibat proses metaplasia ini maka secara
morfogenetik terdapat 2 SSK, yaitu SSK (Sel skuamosa karsinoma) asli dan SSK

baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel
kolumnar (Rahmawan, 2009).
Daerah di antara kedua SSK ini disebut daerah transformasi. Masuknya mutagen
atau bahan-bahan yang dapat mengubah perangai sel secara genetik pada saat fase
aktif metaplasia dapat menimbulkan sel-sel yang berpotensi ganas. Perubahan ini
biasanya terjadi di daerah transformasi. Mutagen tersebut berasal dari agen-agen yang
ditularkan secara hubungan seksual dan diduga bahwa human papilloma virus (HPV)
memegang peranan penting. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang
menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Perbedaan derajat displasia didasarkan atas tebal epitel yang mengalami kelainan dan
berat ringannya kelainan pada sel. Sedangkan karsinoma in-situ adalah gangguan
maturasi epitel skuamosa yang menyerupai karsinoma invasif tetapi membrana
basalis masih utuh (Rahmawan, 2009). Klasifikasi terbaru menggunakan istilah
Neoplasia Intraepitel Serviks (NIS) untuk kedua bentuk displasia dan karsinoma insitu. NIS terdiri dari ; NIS 1, untuk displasia ringan; NIS 2, untuk displasia sedang;
dan NIS 3, untuk displasia berat dan karsinoma in-situ.
Patogenesis NIS dapat dianggap sebagai suatu spektrum penyakit yang dimulai
dari displasia ringan, sedang, berat dan karsinoma in-situ untuk kemudian
berkembang menjadi karsinoma invasif. Beberapa penelitian menemukan bahwa 3035% NIS mengalami regresi, yang terbanyak berasal dari NIS 1/NIS 2. Karena tidak
dapat ditentukan lesi mana yang akan berkembang menjadi progresif dan mana yang
tidak, maka semua tingkat NIS dianggap potensial menjadi ganas sehingga harus
ditatalaksanai sebagaimana mestinya. (Rahmawan, 2009)
6. PATWAY
Pathway :
Berhubungan seks < 17
th, merokok, higine
seks yang kurang, virus
HPV, sering melahirkan
dg masalah persalinan,
sering ganti pasangan,
herediter,

Proses
metaplasi

Dysplasia
serviks

Tahap awal

Tahap lanjut

Nekrosis jaringan
serviks

Menyebar ke
pelvik

Ca serviks

Terapi

Pembesaran
msssa

Hambatan
interaksi sosial

Malu

Tekanan
intrapelvik

Penipisan sel epitel


Rusaknya
permeabilitas
pembuluh darah

Tekanan intra

Nyeri Akut

abdomen

perdarahan

Pembentukan
asam laktat

Metabolism anaerob
Suplai O2 turun

Kelelahan
Deficit
perawatan diri

anemia
Imunitas
menurun

Hb turun

Radiasi
Pre
Defisiensi
pengetahuan

Mempercepat
pertumbuhan
sel normal
Memperpendek usia
akar rambut

Ansietas

Alopecia

Kerusakan
integritas
kulit

Resiko infeksi

Kemoterapi
Post

Peningkatan
pemanasan
pada
epidermis
kulit
Eritema, pecahpecah, kering,
puiritus

Risiko kekurangan
volume cairan

gastrointestinal
Peningkatan
tekanan gaster
Mual, muntah

perkemihan
cytitis

Pembedahan

Pre
Kurang
pengetahuan
ansietas
Gangguan
citra tubuh
Kompresi pada
RES
anemia

Gangguan
eliminasi urine

anoreksia

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh

7. DIAGNOSIS/KRITERIA DIAGNOSIS

Leukosit
menurun
Resiko infeksi

Post
Aktivitas
fisik terbatas
Intoleransi
aktivitas

Menurut Syafrudin & Hamidah (2009)berpendapat bahwa diagnosis kanker serviks


ditegakkan berdasarkan :
a. Uji pap smear
Pengamatan uji pap smear adalah pengamatan sel-sel yang dieksfoliasi dari
genetalia wanita. Uji pap smear telah terbukti dapat menurunkan kejadian kanker
serviks yang ditemukan stadium prakanker, ceoplasia, intraepitel serviks.
Tujuan pap smear adalah menemukan sel abnormal atau sel yang dapat
berkembang menjadi kanker termasuk infeksi HPV. Diagnostik sitologi adalah
kualitas suatu uji penapisan diukur dengan sensitivitas (kelompok wanita dengan
uji positif dimana di antara yang sakit) dan spesivitas (kelompok wanita dengan
uji negatif di antara yang tidak sakit).
Saat pengambilan uji pap smear, sediaan sebaiknya diambil sesudah haid karena
akan menimbulkan kesulitan dalam interpretasi.

Pada peradangan berat,

pengambilan sediaan ditunda sampai pengobatan selesai.

Pasien dilarang

pengobatan melalui vagina 48 jam sebelum pengambilan sediaan. Klasifikasi


hasil pemeriksaan Pap menurut WHO adalah sebagai berikut :
a) Negatif.
b) Inkonklusif.
c) Displasia ringan, sedang, berat.
d) Keganasan.
b. Kolposkopi
Pemeriksaan melihat porsio (juga vagina dan vulva) dengan pembesaran 10-15,
untuk menampilkan porsio, dipulas terlebih dahulu dengan asam asetat 3-5%.
Porsio dengan kelainan (infeksi HPV atau NIS) terlihat bercak putih atau
perubahan corak pembuluh darah.
c. Pap Net (dengan komputerisasi)
Pada dasarnya, pemeriksaan Pap Net berdasarkan pemeriksaan pap smear.
Perbedaannya, uji ini untuk mengidentifikasi sel abnormal. Secara komputerisasi
pada gelas kaca, hasil uji pap smear yang mengandung sel abnormal dievaluasi
ulang oleh ahli patologi/sitologi.
d. Uji DNA-HPV
Telah dibuktikan bahwa lebih dari 90% kondiloma serviks, NIS dan kanker
serviks mengandung DNA-HPV. Hubungannya dinilai kuat dan tiap tipe HPV
mempunyai hubungan patologi yang berbeda. Tipe 6 dan 11 termasuk tipe HPV

risiko rendah, jarang ditenukan pada karsinoma invasif, kecuali karsinoma


verukosa. Tipe 16, 18, 31, dan 45 tergolong tipe HPV risiko tinggi.
8. TERAPI/TINDAKAN PENANGANAN
Menurut Samadi (2011), pengobatan kanker serviks adalah sebagai berikut :
a. Metode Krioterapi
Pada prinsipnya, metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi
prakanker pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada
area tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang
sehat. Metode ini dapat dilakukan setelah pemeriksaan IVA atau kolposkopi.
b. Elektrocauterapy
Elektrocauterapy adalah pengobatan lesi prakanker di mana sel-sel pada
permukaan serviks dimatikan dengan dibakar menggunakan listrik/laser.
Kedalaman sel-sel yang diobati pada metode ini lebih terkendali. Sel-sel yang
telah terinfeksi HPV dapat dihilangkan. Diharapkan tumbuh sel-sel baru yang
normal.
c. Konisasi
Konisasi adalah tindakan mengambil/memotong sebagian dari serviks yang telah
berubah menjadi lesi prakanker. Tindakan ini juga bisa dilakukan pada kanker
serviks stadium dini sebagai sarana diagnosis dan terapi.
d. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penggunaan zat kimia untuk pengobatan suatu penyakit.
Dalam penggunaan modernya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada
obat sitostatik/obat untuk menghentikan pertumbuhan/mematikan sel yang
digunakan untuk merawat kanker. Obat kemoterapi sebagian besar dimasukkan
melalui infus sehingga akan mengalir atau menyebar ke seluruh tubuh. Cara lain
adalah melaui tablet dan ada juga yang dimasukkan ke dalam rongga perut,
rongga dada, atau paru-paru, dan sebagainya.
e. Radioterapi
Radioterapi atau sering disebut sinar atau bestral adalah pengobatan pasien kanker
dengan menggunakan sinar pengion/radioaktif. Sebuah sel dapat dibunuh,
dihentikan pertumbuhan serta pembelahannya dengan menggunakan radiasi dari
sinar X atau partikel-partikel atom.

Terapi radiasi mempunyai peran penting dalam tata laksana keganasan di bidang
ginekologi-onkologi/kanker kandungan. Kanker serviks, radioterapi berperan
sebagai modalitas terapi kuratif/pengobatan yang bisa sampai pada taraf
kesembuhan.
Menurut NANDA NIC-NOC 2013, penatalaksanaan keperawatan yang dapat
dilakukan pada pasien dengan kanker serviks yaitu berupa HE:
a. Jangan berganti-ganti pasangan
b. Selalu gunakan kondom lateks untuk melidungi terhadap IMS
c. Hindari merokok
d. Post operasi, dianjurkan untuk tetap mejaga kebersihan vagina.
e. Dorong pihak keluarga untuk sepenuh hati memberikan perhatian serta dukungan
bagi pasien
f. Latihan pernapasan perut serta penarikan pengencangan otot anus untuk
mengencangkan otot saluran kencing untuk membantu kandung kemih dalam
pemulihan system sarafnya.
g. Perbanyak konsumsi makanan yang mengandung vitamin tinggi protein, serta
makanan lembut yang mudah dicerna, untuk menambahn daya tahan serviks.
9. KOMPLIKASI
a. Pendarahan
b.
Kematian janin
c. Infertil
d.
Obstruksi ureter
e. Hidronefrosis
f.
Gagal ginjal
g.
Pembentukan fistula
h.
Anemia
i. Infeksi sistemik
j. Trombositopenia
10. Penatalaksanaan
a. Stadium A1
Penatalaksanaan yg direkomendasikan adalah histerektomi total
(perabdominal atau pervaginam).Jika terdapat vaginal intraepithelial
neoplasie (VAIN) maka histerektomi menyertakan pengangkatan vagina
sampai batas yg diperkirakan dari VAIN.
Jika fertilitas masih diinginkan, terapi cukup dengan konisasi dilanjutkan
dengan pengamatan lanjut (pap smear pada bulan ke-4 & kemudian tiap
tahun jika kesua smear sebelumnya nagatif)
b. Stadium IA2

Terdapat potensi untuk terjadinya metastasis ke kelenjar getah


bening (KGB), untuk membuktikan metastasis ke KGB maka harus
dilakukan limfadektomi pelvis. Pengobatan yg direkomendasikan adalah
histerektomi radikal (tipe 2) & limfadektomi pelvis. Jika fertilitas masih
diinginkan pilihannya adalah: trakelektomi radikal & limfadektomi pelvis
ekstra peritoneal atau laparoskopi.
c. Stadium IB1 <4 cm, IIA <4 cm
Pengobatan pembedahan standar stadium IB1/IIa (diameter 4 cm)
adalah histerektomi radikal (tipe II & III berdasarkan klasifikasi Piper
Rutledge) dan limfadenektomi pelvis. Pada psien yg lebih muda, ovarium
dapat ditinggalkan & atau digantungkan diluar lapangan radiasi. Untuk
stadium IB1 <2 cm, dapat dilakukan tindakan trakelektomi radikal.
d. Stadium IB2 IIA >4 cm
Pilihan untuk terapi primer pada stadium ini antara lain:
1) Kemoradiasi primer
2) Histerektomi radikal primer & limfadenektomi pelvis bilateral, yg biasanya
diikuti dengan radiasi ajuvan
3) Kemoterapi neoajuvan (pemberian 3 seri kemoterapi) diikuti dengan
histerektomi radikal & limfadenektomi pelvis radiasi atau kemoradiasi
ajuvan pasca operasi.
Dalam sumber lain disebutkan terapi untuk kanker srviks ditetapkan
berdasarkan stadium klinik. Dalam hal ini dikenal (1) terapi bedah (2)
radioterapi (3)kemoterapi.
1) Terapi bedah
Pada karsinoma in situ & mikroinvasif, tumor dibuang dengan cara
konisasi, koagulasi, ataupun histerektomi. Khusus karsinoma lebih banyak
memilih histerektomi total & pembuatan manset vaginal kecil. Khusus
mikroinvasif banyak memilih karsinoma radikal. Bagi wanita yg masih
menginginkan anak dapat dipertimbangkan konisasi atau kriokoagulasi dan
elektrokoagulasi
2) Radioterapi
Pada karsinoma invasive sstadium lanjut (IIB, III, IV) tetapi biasanya
bersifat faliatif, dititik beratkan pada radiasi eksternal dan internal.
Radioterapi pada saat ini radiasi diarahkan pada massa tumor secara akurat,

sehingga pemberian dosis tinggi tidak menimbulkan penyulit yg berarti.


Kemoterapi, pada umumnya sitistatika hanya merupakan terapi ajuvan

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Biodata
Nama yang jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari hari. Umur
dicatat dalam tahun, sebaiknya juga ditanyakan tanggal lahir klien, umur berguna
untuk mengantisipasi pasti diagnosa masalah kesehatan dan tindakan yang akan
dilakukan. Suku / bangsa dan agama perlu dicatat karena hal tersebut sangat
berpengaruh dalam kehidupan termasuk kesehatan. Disamping itu memudahkan
dalam melakukan pendekatan dan melakukan asuhan keperawatan. Pendidikan
klien perlu ditanyakan untuk mengetahui tingkat intelektualnya. Tingkat
pendidikan mempengaruhi sikap perilaku kesehatan seseorang.Pekerjaan dicatat
untuk

mengetahui

sejauh

mana

pengaruh

kesehatan

klien

dalam

pembiayaan.Alamat perlu dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan


mendesak. Misalnya memerlukan bantuan keluarga, alamat juga dapat
memberikan petunjuk keadaan lingkungan tempat tinggal klien. Dari biodata ini
diharapkan dapat memberikan gambaran tentang faktor resiko, keadaan social,
ekonomi dan pendidikan klien serta keluarga yang dapat mempengaruhi
kesembuhan klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Pada Ca serviks, pasien biasanya datang dengan keluhan
intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada stadium awal klien tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada
stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan,
keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Dari data riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai penanda akan adanya
penyulit selama masa nifas. Adanya perubahan fisik dan fisiologis pada masa
nifas yang melibatkan seluruh sistem dalam tubuh akan mempengaruhi organ
yang mengalami gangguan. Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus,
infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta
adanya tumor, riwayat menderita penyakit

menular (TBC, AIDS, hepatitis),

menahun (Asma, jantung, hipertensi), dan menurun (DM, Asma, Hipertensi).


e. Riwayat Menstruasi
Data ini memang tidak secara langsung berhubungan dengan kehamilan, namun
dari data yang kita peroleh kita akan mempunyai gambaran tentang keadaan dasar
dari organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita peroleh dari riwayat
menstruasi antara lain :
1) Menarche adalah usia pertama kali mengalami menstruasi. Wanita indonesia
pada umumnya mengalami menarche sekitar 12 sampai 16 tahun.
2) Siklus menstruasi adalah jarak menstruasi yang dialami dengan menstruasi
berikutnya, dalam hitungan hari. Biasanya sekitar 23 sampai 32 hari.
3) Volume. Data ini menjelaskan seberapa banyak darah menstruasi yang
dikeluarkan. Kadang kita akan kesulitan untuk mendapatkan data yang valid.
Sebagai acuan biasanya kita gunakan criteria banyak, sedang, dan sedikit.
Jawaban yang diberikan oleh pasien biasanya bersifat subyektif, namun kita
dapat kaji lebih dalam lagi dengan beberapa pertanyaan pendukung, misalnya
sampai berapa kali mengganti pembalut dalam sehari.
f. Status Perkawinan
Ini penting untuk dikaji karena dari data ini kita akan mendapatkan gambaran
mengenai suasana rumah tangga pasangan. Beberapa pertanyaan yang dapat
diajukan antara lain sebagai berikut :
1) Berapa tahun usia ibu ketika menikah pertama kali?
2) Lama pernikahan?
3) Ini adalah suami yang ke?
g. Riwayat Kehamilan, Persalinan, Nifas dan KB
Hal ini penting untuk mengetahui faktor resiko pada persalinan berikutnya. Yang
perlu ditanyakan : kehamilan, penolong, apakah masalah/gangguan kesehatan

yang timbul sewaktu hamil dan melahirkan, seperti perdarahan, kelainan letak
juga riwayat pre eklamsi. Selain itu ditanyakan pula tempat melahirkan, cara
melahirkan(spontan atau dengan tindakan) begitu juga dengan kelahiran anak
meliputi BB, PB, jenis kelamin, dan keadaan sekarang (hidup atau mati).
h. Riwayat Kesehatan Keluarga
Dari data riwayat kesehatan ini dapat digunakan sebagai penanda penyakit
menular (TBC, AIDS, hepatitis), menahun (Asma, jantung, hipertensi), dan
menurun (DM, Asma, Hipertensi).
i. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
1) Bernafas
Tidak ada gangguan pada pernafasan, tetapi nyeri dapat juga mempengaruhi
pernafasan.
2) Makan dan Minum
Perlu ditanyakan tentang pola makan, konsumsi, variasi, habis berapa porsi,
jumlah, minum, baik sebelum MRS dan selama MRS. Pada pasien dengan.
Dapat terjadi mual dan muntah sehingga harus mengkaji jenis makanan yang
biasa dimakan oleh Ibu serta pantau berat badan Ibu sesuai berat ideal Ibu.
3) Eliminasi
Yang ditanya adalah frekuensi BAB, bagaimana konsistensinya, warna, bau
dan

kapan.

Begitu

juga

bagaimana

dengan

BAKnya,

bagaimana

konsistensinya , berapa kali sehari,warnanya, baik sebelum MRS dan selama


MRS. Apakah ada keluhan selama hamil. Dapat terjadi inkontinensia urine
akibat dari uterus yang menekan kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria
serta hematuria. Selain itu biisa juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari
peningkatan tekanan otot abdominal
4) Gerak dan Aktivitas
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor
kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang lain,
3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total). Pasien dengan kanker
serviks akan merasa sangat lemah terutama pada bagian ekstremitas bawah
dan tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan baik akibat dari progresivitas
kanker serviks sehingga harus beristirahat total.
5) Istirahat Tidur
Yang ditanyakan adalah istirahat siang jam berapa, malam jam berapa, baik
sebelum MRS dan selama MRS dan Apakah ada keluhan selama hamil. Pola

istirahat dan tidur pasien dapat terganggu akibat dari nyeri akibat progresivitas
dari kanker serviks atau dapat terjadi akibat dari depresi yang dialami oleh
ibu.
6) Kebersihan Diri
Yang ditayakan adalah berapa kali mandi, kapan ganti baju/pakaian dalam dan
luar, gosok gigi berapa kali, keramas, ganti pembalut, apakah pernah
melakukan perawatan payudara. Tayakan hal tersebut baik sebelum MRS dan
selama MRS. Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang baik
pada daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih vagina
yang mengandung zat zat kimia juga dapat mempengaruhi terjadinya kanker
serviks.
7) Pengaturan Suhu Tubuh
Kaji apakah ada kenaikan suhu, suhu normal : 36,5 0C 37,5 0C. Biasanya
pasien dengan pengaturan suhu tubuh ada disertai kenaikan suhu atau tidak
disertai dengan kenaikan suhu.
8) Rasa Aman
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan
merupakan dampak psikologi klien.
9) Rasa Nyaman
Kaji tingkat nyaman pasien, biasanya pasien dengan kanker serviks akan
merasa tidak nyaman karena terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu
dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya
perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang
berbau busuk dari vagina.
10) Sosialisasi dan Komunikasi
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan
hubungannya. Ibu hamil dengan kanker serviks harus mendapatkan dukungan
dari suami serta orang orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi
kondisi kesehatan Ibu serta janin yang dikandungnya. Biasanya koping
keluarga akan melemah ketika dalam anggota keluarganya ada yang menderita
penyakit kanker serviks.
11) Rekreasi
Kaji mekanisme koping pasien dalam menghadapi atau mengatasi masalahmasalahnya. Apakah pasien dapat menerima kondisinya setelah sakit.

12) Bekerja
Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga
memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya kanker serviks. Serta kaji
masalah finansial pasien (status ekonoi pasien).
13) Belajar
Kaji persepsi / pengetahuan pasien mengenai kanker serviks. Pasien dengan
kanker serviks kadang merasa malu terhadap orang sekitar karena mempunyai
penyakit kanker serviks, akibat dari persepsi yang salah dari masyarakat.
Dimana salah satu etiologi dari kanker serviks adalah akibat dari sering
berganti ganti pasangan seksual.
14) Spiritual
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang
diyakini.
j. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk


Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar
Urine bercampur darah (hematuria)
Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis)
Raut wajah pucat
Kelemahan pada pasien
Keringat dingin
Posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah abdomen

b. Palpasi
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal


Tinggi fundus uteri
Keaktifan gerakan janin
Kelainan letak / posisi janin
Nyeri tekan abdominal
Perubahan denyut nadi
Perubahan tekanan darah
Peningkatan suhu tubuh

c. Auskultasi
Pengukuran DJJ
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko kekurangan volume cairan.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan imunitas tidak adekuat, pemajanan terhadap
pathogen meningkat.

c. Ansietas berhubungan dengan kurang informasi mengenai prosedur pengobatan


d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum, tirah baring.
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan tahapan perkembangan penyakit dan
terapi penyakit (post kemoterapi)
f. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik, penyebab
multiple
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual muntah sekunder terhadap penyakit dan pengobatan (kemo)
h. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi kulit,
radiasi
i. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
j. Hambatan interaksi social berhubungan dengan isolasi terapeutik, (nekrosis
jaringan), defisif pengetahuan tentang Ca.Serviks
k. Defisiensi pengetahuan
3. INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN
No
1

Diagnosa
Resiko

NOC
Setelah dilakukan asuhan

kekurangan

keperawatan diharapkan masalah

volume cairan.

resiko kekurangan volume cairan

NIC
Fluid management
a Pertahankan catatan intake
b

terkontrol dengan indicator:


Fluid balance
Hydration
Nutritional Status : Food and
Fluid Intake
c
Kriteria Hasil :
a Mempertahankan urine output d

b
c

dan output yang akurat


Monitor status hidrasi
( kelembaban membran
mukosa, nadi adekuat,
tekanan darah ortostatik ),
jika diperlukan
Monitor vital sign
Monitor masukan

sesuai dengan usia dan BB, BJ

makanan / cairan dan

urine normal, HT normal


Tekanan darah, nadi, suhu e
f
tubuh dalam batas normal
Tidak
ada
tanda
tanda
g
dehidrasi, Elastisitas turgor

hitung intake kalori harian


Monitor status nutrisi
Tawarkan snack ( jus buah,

kulit baik, membran mukosa


lembab, tidak ada rasa haus h
yang berlebihan

buah segar )
Kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul meburuk
Atur kemungkinan tranfusi
dan lakukan persiapan

Resiko

infeksi Setelah dilakuakan asuhan

berhubungan

keperawatan diharapkan resiko

untuk tranfusi
Infection Control (Kontrol
infeksi)

dengan imunitas infeksi terkontrol dengan

a. Bersihkan lingkungan

tidak

setelah dipakai pasien lain


b. Pertahankan teknik isolasi

adekuat, indicator:

pemajanan

Immune Status

terhadap

Knowledge : Infection control

pathogen

Risk control

meningkat.

Kriteria Hasil :
a. Klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi
b. Mendeskripsikan proses
penularan penyakit, factor
yang mempengaruhi
penularan serta
penatalaksanaannya,
c. Menunjukkan kemampuan
untuk mencegah timbulnya
infeksi
d. Jumlah leukosit dalam
batas normal
e. Menunjukkan perilaku
hidup sehat

c. Cuci tangan setiap


sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
d. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung
e. Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
f. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection
(Proteksi Terhadap Infeksi)
a. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
b. Monitor hitung granulosit,
WBC
c. Batasi pengunjung
d. Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
e. Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
f. Berikan perawatan kuliat
pada area epidema
g. Dorong istirahat
h. Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep

i. Ajarkan pasien dan


keluarga tanda dan gejala
infeksi
j. Ajarkan cara menghindari
3

Ansietas

Setelah dilakuakan asuhan

infeksi
Anxiety Reduction

berhubungan

keperawatan diharapkan ansietas

(penurunan kecemasan)

dengan

kurang terkontrol dengan indicator:

informasi
mengenai
prosedur
pengobatan

a. Gunakan pendekatan yang

Anxiety control
Coping
Impulse control

menenangkan
b. Nyatakan dengan

harapan terhadap pelaku

Kriteria Hasil :

pasien
mampu c. Jelaskan semua prosedur
dan apa yang dirasakan
dan

a. Klien
mengidentifikasi

mengungkapkan gejala cemas


b. Mengidentifikasi,
mengungkapkan
menunjukkan

jelas

dan

tehnik

untuk

selama prosedur
d. Pahami prespektif pasien
terhdap situasi stres
e. Temani
pasien
untuk

memberikan
keamanan
mengontol cemas
dan mengurangi takut
c. Vital sign dalam batas normal
f.
Berikan informasi faktual
d. Postur tubuh, ekspresi wajah,
mengenai
diagnosis,
bahasa tubuh dan tingkat
aktivitas

menunjukkan

berkurangnya kecemasan

tindakan prognosis
g. Identifikasi
tingkat
kecemasan
h. Bantu pasien

mengenal

situasi yang menimbulkan


kecemasan
i. Dorong
pasien

untuk

mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
j. Instruksikan
pasien
menggunakan
relaksasi
k. Kolaborasi

teknik
dalam

memberikan obat untuk


mengurangi kecemasan
4

Intoleransi

Setelah dilakuakan asuhan

aktifitas

keperawatan diharapkan

berhubungan

intoleransi aktifitas terkontrol

Tenaga Rehabilitasi

dengan

dengan indicator:

Medik

kelemahan

Energy conservation
Activity tolerance
Self Care : ADLs

dalammerencanakan

umum,

tirah

baring.

Kriteri Hasil :
a. Berpartisipasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai peningkatan

Activity Therapy
a. Kolaborasikan dengan

progran terapi yang tepat.


b. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang mampu dilakukan
c. Bantu untuk memilih

tekanan darah, nadi dan RR


b. Mampu melakukan aktivitas

aktivitas konsisten

sehari hari (ADLs) secara

kemampuan fisik,

c.
d.
e.
f.

mandiri
Tanda-tanda vital normal
Energy psikomotor
Level kelemahan
Mampu berpindah : dengan

atau tanpa bantuan alat


g. Status kardiopulmunari
adekuat
h. Sirkulasi status baik
i. Status respirasi : pertukarangan
gas dan ventilasi adekuat

yangsesuai dengan
psikologi dan social
d. Bantu untuk mendpatkan
alat bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
e. Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
f. Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatan
g. Monitor respon fisik,

Gangguan citra Setelah dilakuakan asuhan


tubuh

keperawatan diharapkan gangguan

berhubungan

citra tubuh terkontrol dengan

dengan tahapan indicator:


perkembangan

Body image

emoi, social dan spiritual


Body Image Enhancement
a. Kaji secara verbal dan
non

verbal

respon

terhadap tubuhnya
b. Monitor
frekuensi

penyakit

dan Self esteem

terapi penyakit Kriteria Hasil :


(post

a. Body image positif


b. Mampu mengidentifikasi

kemoterapi)

kekuatan personal
c. Mendeskripsikan secara factual
perubahan fungsi tubuh
d. Mempertahanakan interaksi
sosial

mengkritik dirinya
c. Jelaskan
tentang
pengobatan,perawatan,ke
majuan

dan

penyakit
d. Dorong

klien

mengungkapkan
perasaanya
e. Fasilitas kontak dengan
individu

Gangguan

Setelah dilakuakan asuhan

eliminasi urine keperawatan diharapkan masalah

prognosis

lain

dalam

kelompok kecil
Urinary retention care
a. Lakukan penilaian kemih

berhubungan

gangguan eliminasi urine dapat

yang

komprehensif

dengan

terkontrol dengan indicator:

berfokus

obstruksi

inkontinensia (misalnya,

mekanik,

Urinary elimination
Urinary continuence

penyebab

Kriteria hasil :

berkemih, fungsi kognitif

multiple

a. Kandung kemih kosong secara

dan

output

pada
urin,

masalah

pola
kencing

penuh
b. Tidak ada residu urine >100-

raeksisten)
b. Merangsang

reflex

200 cc
c. Intake cairan dalam rentang

kandung

kemih

normal
d. Bebas dari ISK
e. Tidak ada spasme bladder
f. Balance cairan seimbang

dengan
dingin
membelai

kemih

menerapkan
untuk
tinggi

atau air.
c. Memantau asupan

perut,
batin
dan

keluaran
d. Memantau tingka distensi
kandung kemih dengan
7

Ketidakseimban
gan
kurang

Setelah dilakuakan asuhan

nutrisi keperawatan diharapkan masalah


dari ketidakseimbangan nutrisi kurang

palpasi dan perkusi


Nutrition Management
a. Kaji adanya alergi
makanan

kebutuhan

dari kebutuhan tubuh dapat

b. Kolaborasi dengan ahli

tubuh

terkontrol dengan indicator:

gizi untuk menentukan

berhubungan

Nutrition status : food and

jumlah kalori dan nutrisi

dengan

fluid intake
Nutrition status : nutrien

mual

muntah

intake
Weight control

sekunder
terhadap
penyakit
pengobatan
(kemo)

dan

Kriteria hasil :
a. Adanya peningkatan berat

yang dibutuhkan pasien.


c. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan intake zat
besi
d. Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein

badan sesuai dengan tujuan


b. Berat badan ideal sesuai

dan vitamin C
e. Monitor jumlah nutrisi

dengan tinggi badan


c. Mampu mengidentifikasi

dan kandungan kalori


f. Berikan informasi

kebutuhan nutrisi
d. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi
e. Menunjukkan fungsi
pengecapan dari menelan
f. Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti

tentang kebutuhan nutrisi


Nutrition Monitoring
a. Monitor adanya
penurunan berat badan
b. Moniter tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan
c. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
d. Monitor turgor kulit
e. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
f. Monitor kadar albumin,
total protein, Hb, dan
kadar Ht
g. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
h. Monitor mual dan
muntah
i. Monitor pucat,
kemerahan, dan

kekeringan jaringan
konjunctiva.
j. Monitor kalori dan intake
nutrisi
k. Catat adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan cavitas
8

oral
Kerusakan
Setelah
dilakukan
asuhan Pressure Management
a. Anjurkan pasien untuk
integritas kulit keperawatan diharapkan masalah
menggunakan
pakaian
berhubungan
kerusakan
integritas
kulit
yang longgar
dengan
terkontrol dengan indicator:
b. Anjurkan untuk menjaga
perubahan
Tissue Integrity : Skin and
kebersihan kulit agar
pigmentasi
Mucous Membranes
tetap bersih dan kering

Hemodyalis
akses
kulit, radiasi
c. Mobilisasi pasien ( ubah
Kriteria Hasil :
posisi pasien) setiap 2
a. Integritas kulit yang baik bias
dipertahankan
(sensasi,elastisitas,temperatur,
hidrasi dan pigmentasi)
b. Tidak ada luka/lesi pada kulit
c. Perfusi jaringan baik
d. Menunjukkan
pemahaman
dalam proses perbaikan kulit
dan

mencegah

jam sekali
d. Monitor
kulit

akan

adanya kemerahan
e. Pleskan
lotion

atau

minyak/baby

oil

pada

daerah yang tertekan


f. Monitor aktivitas dan
mobilisasi pasien

terjadinya

Insision site care


cedera berulang
e. Mampu melindungi kulit dan a. Membersihkan, memantau
mempertahankan kelembaban

dan meningkatkan proses

kulit dan perawatan alami

penyembuhan pada luka


yang

ditutupi

dengan

jahitan, klip atau streples


9

Nyeri

akut Setelah

berhubungan
dengan

keperawatan

dilakukan

asuhan Pain Management

diharapkan

agen berkurang dengan indicator:

nyeri

a. Lakukan pengkajian nyeri


secara komprehensif

cidera biologis

Pain Level,

termasuk lokasi,

Pain control,

karakteristik, durasi,

Comfort level

frekuensi, kualitas dan

Kriteria Hasil :
a. Mampu mengontrol nyeri
(tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri, mencari
bantuan)
b. Melaporkan bahwa nyeri
berkurang dengan
menggunakan manajemen
nyeri
c. Mampu mengenali nyeri
(skala, intensitas, frekuensi

faktor presipitasi
b. Observasi reaksi
nonverbal dari
ketidaknyamanan
c. Kaji kultur yang
mempengaruhi respon
nyeri
d. Kurangi faktor presipitasi
nyeri
e. Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
f. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
g. Tingkatkan istirahat
h. Kolaborasikan dengan

dan tanda nyeri)


d. Menyatakan rasa nyaman

dokter jika ada keluhan

setelah nyeri berkurang


e. Tanda vital dalam rentang

berhasil

normal

dan tindakan nyeri tidak


Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
b. Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
c. Cek riwayat alergi
d. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
e. Monitor vital sign
sebelum dan sesudah

pemberian analgesik
pertama kali
f. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
g. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
10

Hambatan

Setelah

dilakukan

asuhan Socialization Enhancement


a. Buat interaksi terjadwal
interaksi social keperawatan diharapkan hambatan
b. Dorong
pasien
ke
berhubungan
dalam berinteraksi social dapat
kelompok atau program
dengan isolasi terkontrol dengan indicator :
keterampilan
terapeutik,
Self esteem, situasional
interpersonal
yang

Communication
impaired
(nekrosis
membantu meningkatkan
verbal
jaringan), defisif
pemahaman
tentang
Kriteria Hasil :
pengetahuan
pertukaran informasi atau
a. Memahami dampak dari
tentang
sosialisasi, jika perlu
prilaku diri pada interaksi
Ca.Serviks
c. Identifikasi
perubahan
social
perilaku tertentu
b. Mendapatkan/mengingkatkan
d. Berikan umpan balik
keterampilan interaksi social

positif

kerjasama, ketulusan dan

berinteraksi dengan orang

pasien

saling memahami
c. Mengungkapkan keinginan

lain
e. Anjurkan bersikap jujur

untuk berhubungan dengan

dan apa adanya dalam

orang lain
d. Perkembangan fisik, kognitif
dan psikososial anak sesuai
dengan usianya
11

jika

berinteraksi dengan orang


lain
f. Anjurkan

menghargai

orang lain

Defisiensi

Setelah dilakukan asuhan

Teaching : Disease Process

pengetahuan

keperawatan diharapkan

a. Berikan penilaian tentang

pengetahuan klien meningkat

tingkat pengetahuan pasien

dengan indicator:
Kowlwdge : disease process
Kowledge : health Behavior
Kriteria Hasil :
a. Pasien dan keluarga
menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program
pengobatan
b. Pasien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang
dijelaskan secara benar
c. Pasien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang
dijelaskan perawat/tim
kesehatan lainnya.

tentang proses penyakit


yang spesifik
b. Jelaskan patofisiologi dari
penyakit dan bagaimana hal
ini berhubungan dengan
anatomi dan fisiologi,
dengan cara yang tepat.
c. Gambarkan proses
penyakit, dengan cara yang
tepat
d. Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengna cara
yang tepat
e. Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
f. Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau proses
pengontrolan penyakit
g. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan

DAFTAR PUSTAKA

Andrijono, Dkk. (2010). Cegah Dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta :PT Elex Media
Komputindo
Cunningham, F. G. (2010). Dasar- dasar ginekologi & obstetri. Jakarta: EGC.
NANDA NIC-NOC. 2013 Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis.
Yogyakarta : Mediaction Publisher
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Rahmawan, A. (2009). Kanker serviks pada kehamilan. Banjarmasin: Ilmu Kebidanan dan
Penyakit Kandungan.
Rasjidi, Imam. (2010). 100 Questions And Answer Kanker Pada Wanita. Jakarta : PT Elex Media
Komputindo
Samadi Priyanto .H. 2011. Yes, I Know Everything About KANKER SERVIK. Yogyakarta : Tiga
Kelana
Syafrudin dan Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta : EGC
Suryawan. 2011. Ca Cerviks. http://suyawantewin.blogspot.com/2011/01/ca-cervix.html. Diakses
pada tanggal 5 mei 2014 Pukul 17 : 15

Denpasar, 8 November 2014


Mengetahui

Mahasiswa

Pembimbing Klinik/ CI

Ni Putu ari Febriantari


NIM. P07120012113

NIP.

Mengetahui,
Pembimbing Akademik

IGA Oka Mayuni, S.Kep.,M.Fis


NIP.

Anda mungkin juga menyukai