TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Preeklampsia
2.1.1 Defisini
Preeklampsia
merupakan
sindrom
spesifik-kehamilan
berupa
2.1.2 Klasifikasi
Dari berbagai gejala, preeklampsia dibagi menjadi preeklampsia
ringan dan preeklampsia berat (Angsar, 2010) :
1. Preeklampsia ringan
Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkan berdasrakan atas timbulnya
hipertensi diserta proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20
minggu.
Dikatakan preeklampsia ringan bila :
a. Hipertensi : sistolik/diastolik 140/90 mmHg
Edema
lokal
tidak
dimasukkan
dalam
kriteria
ditegakkan
tercantum
berdasarkan
dibawah
kriteria
ini.
preeklampsia
Preeklampsia
berat
digolongkan
preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih gejala sebagai berikut :
a. Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan darah diastolik 110
mmHg
b. Proteinuria (> 5 g/L/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada pemeriksaan
kuantitatif
c. Bisa disertai dengan :
- Oliguria, yaitu produksi urine < 500 cc/24jam
- Kenaikan kadar kreatinin plasma
- Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala,
skotoma dan pandangan kabur
- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
- Edema pulmonal dan sianosis
- Trombositopenia berat :
2.1.3 Insidensi
Frekuensi preeklampsia untuk tiap negara berbeda-beda karena
banyak faktor yang mempengaruhinya; jumlah primigravida, keadaan sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, dan lain-lain. Di Indonesia frekuensi kejadian
preeklampsia sekitar 3-10%, sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan
bahwa kejadian preeklampsia sebanyak 5% dari semua kehamilan, yaitu
23,6 kasus per 1.000 kelahiran (Rozhikan, 2007).
Menurut penelitian retrospective study yang dilakukan oleh Ozkan S
dkk dari bulan Juni 1997 sampai tahun 2004 di Kocaeli University, Turkey
bagian obstetri dan ginekologi, dari 5,155 persalinan selama masa periode
tersebut, ditemukan 438 kasus (8,49%) adalah hipertensi dalam kehamilan.
Dari 438 kasus hipetensi dalam kehamilan, terdapat 255 kasus yang
10
memenuhi kriteria inklusi. Dari 255 kasus tersebut, ditemukan 138 pasien
(54,11%) dengan preeklampsia berat, 88 pasien (34,50%) dengan
preeklampsia ringan, dan 29 pasien (11,37%) dengan hipertensi kronik. Dari
138 preeklampsia berat, ditemukan 28 kasus (11%) eklampsia, 28 kasus
(11%) sindroma HELLP. Selain itu dari seluruh kasus yang ditemukan, 75
kasus (29,4%) mengalami IUGR, 49 (19,2%) oligohidramnion, dan 19
(7,5%) solusio plasenta. Selain itu , dilaporkan juga cara persalinan, dari
255 kasus hipertensi dalam kehamilan, 105 pasien (41,2%) melahirkan
normal, sedangkan 150 pasien (58,8%) melahirkan secara caesar dengan
indikasi terbanyak adalah gawat janin, yaitu 69 kasus (46%). Ibu yang
melahirkan secara sectio cesarea ditemukan paling banyak pada kasus
preeklampsia berat yaitu sebesar (63,8%).
Kematian ibu ditemukan 3 kasus (1,2%) dan ketiganya disebabkan
komplikasi sindroma HELLP. Selain
Persen (%)
5,75
13,0
7,0
9,17
Penulis
Simanjuntak J.
Maizia
Girsang E.
Priyatini
272 kasus dari 2.578 persalinan (10,5%) dan pada tahun 2007 yaitu 243
kasus dari 2.463 persalinan (9,9%) sedangkan di RSU dr. H. Abdoel
Moeloek bandar lampung pada tahun 2007, tercatat sebanyak 141 kasus
PEB (4,22%) dari 3.337 persalinan, pada tahun 2008 kejadian PEB
meningkat menjadi 213 kasus dari 2.789 persalinan (7,63%) yang terjadi
di ruang delima RSU dr. H. Abdoel Moeloek bandar lampug (medical
record ruang delima,2009).
2.1.5 Etiologi
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.
Terdapat
banyak
teori
yang
ingin
menjelaskan
tentang
penyebab
13
14
(A)
(B)
memungkinkan
terjadinya
sejumlah
aliran
darah
ke
uteroplasenta.
Sedangkan pada gambar (B) :
preeklampsia, perubahan arteri spiralis ini tidak terjadi dengan sempurna
sehingga dinding otot tetap kaku dan sempit dan akibatnya akan terjadi
16
antara
faktor
vasodilatasi
dan
vasokontriksi.
Endotel
dimana
dalam
pembuatannya
di
katalisir
oleh
enzim
dengan
bantuan
siklooginase.
Trombosan
memiliki
efek
17
genetik
Telah
di
duga
dilaporkan
turut
adanya
berperan
dalam
peningkatan
patogenesis
angka
kejadian
18
yang
bersifat
asing.
Hal
ini
disebabkan
adanya
Human
19
2.1.6 Patofisiologi
Pada preeklampsia yang berat dan eklampsia dapat terjadi perburukan
patologis pada sejumlah organ dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh
vasospasme dan iskemia (Cunningham, 2005). Wanita dengan hipertensi pada
20
glomerulus
dan
proteinuria.
Kerusakan
hepar
dari
nekrosis
hemolisis
microangiopati
menyebabkan
anemia
dan
21
22
23
penurunan perfusi dan laju filtrasi ginjal. Konsentrasi asam urat plasma
biasanya meningkat terutama pada preeklampsia berat. Pada sebagian besar
wanita hamil dengan preeklampsia, penurunan ringan sampai sedang laju
filtrasi glomerulus tampaknya terjadi akibat berkurangnya volume plasma
sehingga kadar kreatinin plasma hampir dua kali lipat dibandingkan dengan
kadar normal selama hamil (sekitar 0,5 ml/dl). Namun pada beberapa kasus
preeklampsia berat, kreatinin plasma meningkat beberapa kali lipat dari nilai
normal ibu tidak hamil atau berkisar hingga 2-3 mg/dl. Hal ini disebabkan
perubahan intrinsik ginjal akibat vasospasme yang hebat (Cunningham, 2005).
Kelainan pada ginjal biasanya dijumpai proteinuria akibat retensi garam dan
air. Retensi garam dan air terjadi karena penurunan laju filtrasi natrium di
glomerulus akibat spasme arteriol ginjal. Pada pasien preeklampsia terjadi
penurunan ekskresi kalsium melalui urin karena meningkatnya reabsorpsi di
tubulus (Cunningham, 2005). Kelainan ginjal yang dapat dijumpai berupa
glomerulopati, terjadi karena peningkatan permeabilitas terhadap sebagian
besar protein dengan berat molekul tinggi, misalnya: hemoglobin, globulin, dan
transferin. Protein protein molekul ini tidak dapat difiltrasi oleh glomerulus.
8. Darah
Kebanyakan pasien preeklampsia mengalami koagulasi intravaskular (DIC)
dan destruksi pada eritrosit (Cunningham, 2005). Trombositopenia merupakan
kelainan yang sangat sering, biasanya jumlahnya kurang dari 150.000/l
ditemukan pada 15 20 % pasien. Level fibrinogen meningkat pada pasien
preeklampsia dibandingkan dengan ibu hamil dengan tekanan darah normal.
24
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Usaha utama adalah
melahirkan bayi hidup dari ibu yang menderita preeklampsia dan eklampsia.
Komplikasi yang dapat terjadi pada preeklampsia berat diantaranya adalah
(Wiknjosastro, 2006) :
25
26
27
Didahului tanda dan gejala yang khas malaise, lemah, nyeri kepala,
mual, muntah
Adanya tanda dan gejala preeeklampsia
Tanda-tanda hemolisis intravaskular, khususnya LDH, AST, dan
bilirubin indirek
Tanda kerusakan atau disfungsi sel hepatosit hepar : kenaikan ALT, AST,
LDH
Trombositopenia
Trombosit 150.000/ml
Semua perempuan hamil dengan keluhan nyeri pada kuadran atas abdomen,
tanpa memandang ada tidaknya tanda dan gejala preeklampsia, harus
dipertimbangkan sindroma HELLP,
c. Klasifikasi
Klasifikasi sindroma HELLP menurut klasifikasi Mississippi adalah sebagai
berikut :
-
50.000/ml
d. Patofisiologi
28
8. Kelainan mata.
Kehilangan penglihatan untuk sementara yang berlangsung selama
seminggu dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal
ini merupakan tanda gawat dan akan terjadi apopleksia serebri.
9. Nekrosis hati.
Nekrosis periportal hati pada Preeklampsia eklampsia merupakan akibat
vasopasmus arteriol umum.
10. Kelainan ginjal
Kelainan ini berupa endoteliosis glomerolus, yaitu pembengkakan
sitoplasma sel endotelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya.
Kelainan lain yang dapat timbul adalah anuria sampai gagal ginjal.
30
11. Komplikasi lain. Lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat
kejang-kejang pneumonia aspirasi.
31
Persen (%)
5,1
20,31
1,21
12,57
4,32
Peneliti
Simanjuntak J.
Maizia
Girsang E.
Girsang E.
Priyatini
32
34
35